Rabu, 30 Januari 2013

Malam terakhir


Malam ini, malam keberangkatan ku, malam terakhir-ku di rumah ini. Cuaca terasa begitu sumpek, ku duduk termenung di sofa ruang tamu. 

Entah apa yang sedang aku pikirkan, khayalan ku terbang jauh melanglang buana. Kupandangi seisi rumah, semuanya sibuk dengan kerjaannya masin-masing, tak seorang pun yang tahu keadaanku saat ini.

Kembali khayalan ku muncul, bayangan kota Mesir yang masih samar. Bagaimana aku nantinya? Akankah keadaan ku begini terus? Gaya primitif yang selalu dibanggakan.

Tidak, tidak ... !

Selama ini sebenarnya aku sadar, jalan yang aku tempuh telah jauh melenceng dari jalan-Nya. Namun aku tak mampu melepaskan diri dari belenggu syaitan laknatullah. Aku begitu lemah, dan kuharap kekuatan itu akan muncul setibaku di sana.

"Ken, (Luken, panggilan akrabku) jalan yuk!", tiba-tiba Herman sahabatku memanggil dan memecahkan lamunanku.
"Kemana"?", tanyaku.
"Cari angin, ini kan malam terakhirmu!", bujuk Herman.
Lama kuberpikir, akhirnya kusetujui juga.
"Oke lah, tapi tunggu, aku ganti pakaian dulu", jawabku sambil berjalan menuju kamar.

Suasana malam kota Makassar-ku serasa hambar, gemerlap lampu kota tak meriah lagi kurasakan. Tak banyak yang kami kunjungi malam itu, hanya ke rumah kawan yang kemungkinan tak sempat mengantar. Setelah itu kami balik ke rumah.

Beberapa saat mata ini tak mau terpejam, sampai akhirnya terlelap juga hingga suara azan subuh berkumandang.

Segala sesuatunya dipersiapkan. Pukul 07.00 pagi kapal Kambuna tujuan Jakarta akan berlabuh.

Sebelum matahari memancarkan sinarnya kami sudah berangkat. Sebelumnya aku shalat sunnah dua raka'at, mengharap ridha dari Allah SWT.

Kusalami seluruh keluarga yang tak sempat ikut. Suasana haru pun tak dapat dielakkan, deraian air mata pun tak dapat dibendung.

Kupeluk semua keluargaku, kusalami semua temanku, sampai terucap kata dari mulut orang yang selama ini sangat aku cintai dan hormati. Kakekku yang sedari kecil marawat dan membimbingku, menyekolahkanku sampai ke negri orang.

"Appilajara'ko baji'-baji' na', tettere'ko ammotere'!", nasehat beliau sambil melepas kepergianku.

Tak terasa air mataku berlinang, menghapus lamunanku di malam ini. Aku telah khilaf, telah ku khianati amanahnya. 

Siang tadi aku hanya bermain, bercanda dan tertawa, tak satu pun muqarrar yang habis aku baca. Ku lupa akan niat suciku, kusirnakan harapan mereka. 

Alangkah sedihnya beliau jika tahu keadaanku sekarang ini. Alangkah kecewanya mereka jika tahu kalau aku tidak najah. Kusiakan pengorbanan mereka demi keberhasilanku. Akankah kubalas semua jasa-jasa mereka di usiannya yang sudah semakin lanjut.

Oh ..., sungguh besar dosaku pada mereka ya.. Allah!

Kubangkit dari pembaringan, ku sucikan diriku untuk menghadap-Nya. Di sujudku aku berdo'a, "Ya Allah! Jadikanlah aku diantara orang-orang yang sukses!".

Ibnu Mansur Abd.Rahim El-Makassary

Wasathiyah Edisi III, 1 Ramadhan 1422H / 16 November 2001M

Lihat juga: Yahya Al-Laitsiy dan gajah
                   Sesat karena CINTA 
                   Gurutta' meninggal 
                   Bebek untuk Syekh

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Tulisan jadul mba', tahun pertama di Mesir, tp masih kuat untuk membangkitkan semangatku!

      Hapus

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...