بسم الله الرحمن الرحيم
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَتْ،
وَمَنِ اغْتَسَلَ فَهُوَ أَفْضَلُ»
“Barangsiapa yang berwudhu
(ketika hendak salat) pada hari Jum’at maka itu sudah cukup dan baik, dan
barangsiapa yang mandi maka itu lebih baik”.
Hadits ini diriwayatkan dari
beberapa orang sahabat, di antaranya: Samurah bin Jundab, Anas bin Malik, Jabir
bin Abdillah, Abdurrahman bin Samurah, Abu Sa’id Al-Khudriy, Abu Hurairah, dan
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhum.
1.
Hadits Samurah
bin Jundab radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Abu Daud (275H)
rahimahullah dalam kitab sunan-nya no.354, begitu pula At-Tirmidziy
(279H) rahimahullah no.497, dan An-Nasa’iy (303H) rahimahullah
no.1380:
عَنْ الحَسَنِ، عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ... الحديث .
Semua
perawi pada sanad ini tsiqah (jujur dan kuat hafalannya), hanya saja Al-Hasan Al-Bashriy[1] (110H) – rahimahullah- diperselisihkan, apakah ia pernah mendengar langsung hadits dari Samurah
atau tidak:
Imam
An-Nasa’iy mengatakan: Al-Hasan tidak mendengar langsung hadits dari Samurah
kecuali satu hadits tentang aqiqah.
Pendapat
ini didukung oleh Ibnu Hazm Adz-Dzahiriy (456H) dalam kitabnya “Al-Muhalla”
2/12, Al-Bazzaar (292H) dan Ad-Daruquthniy (385H) sebagaimana disebutkan dalam
kitab “Nashbu-rrayah” karya Az-Zaila’iy (762H) 1/89 rahimahumullah.
Ada juga
yang berpendapat bahwa sama sekali Al-Hasan tidak pernah mendengar hadits
langsung dari Samurah. Ini adalah pendapat Syu’bah, Ibnu Ma’in dan Ibnu Hibban rahimahumullah.
Sedangkan
Ibnu Al-Madiniy, At-Tirmidziy, Al-Hakim -rahimahumullah- dan yang lainnya mensahihkan kalau Al-Hasan pernah mendengar hadits
langsung dari Samurah.
Selain itu
Al-Hasan adalah seorang mudallis (sering meriwayatkan hadits yang tidak
ia dengar langsung dari gurunya), riwayatnya tidak diterima kecuali memakai
lafadz yang jelas menunjukkan bahwa ia mendengarnya langsung dari gurunya
seperti "سمعت: sami'tu, حدثني: haddatsanii, أخبرني: akhbaranii"
atau semisalnya. Sedangkan dalam hadits ini ia hanya mengatakan عن: 'an, salah satu
lafadz yang tidak jelas apakah ia dengar langsung dari gurunya atau tidak.
Dengan
demikian sanad hadits Samurah lemah, akan tetapi bisa diperkuat dengan
hadits-hadits lain yang mendukungnya. Oleh sebab itu Imam Tirmidziy menghukuminya
sebagai hadits hasan, begitu pula syekh Albaniy rahimahullah dalam kitabnya sahih sunan Abu
Daud no.381.
2. Hadits Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhum.
Diriwayatkan
oleh Ath-Thayaalisiy (204H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Musnad” no.2224:
عن يزيد عن أنس قال: قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم : من توضأ يوم الجمعة فبها ونعمت ، ومن اغتسل فالغسل أفضل
Sanad
hadits ini lemah karena di sanadnya ada Yaziid Ar-Raqaasyiy[2];
hafalan haditsnya lemah.
Akan
tetapi ia tidak sendiri dalam meriwayatkan hadits ini dari Anas, sebagaimana
diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy (360H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Mu’jam Al-Ausath” no.4525:
قال: حدثنا عبدان بن محمد المروزي قال: حدثنا عثمان بن يحيى القرقساني قال:
حدثنا مؤمل بن إسماعيل قال: حدثنا حماد بن سلمة عن ثابت البناني عن أنس أن النبي صلى
الله عليه وسلم قال : " من توضأ فبها ونعمت ، ومن اغتسل فالغسل أفضل " .
Semua
perawi pada sanadnya tsiqah.
Diriwayatkan
juga oleh Ath-Thahawiy (321H) rahimahullah dalam kitabnya “Syarh Ma’aniy Al-Atsaar” no.722:
عَنِ الْحَجَّاجِ بْنِ أَرْطَاةَ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ
بْنِ الْمُهَاجِرِ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ أَبِي الْحَسَنِ،
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
" مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَتْ , وَقَدْ أَدَّى الْفَرْضَ
, وَمَنِ اغْتَسَلَ فَالْغُسْلُ أَفْضَلُ "
Sanad
hadits ini lemah karena di sanadnya ada Al-Hajjaaj bin
Artha-ah[3]
(145H); periwayatan haditsnya dianggap lemah karena banyak melakukan kesalahan,
dan ia juga seorang mudallis seperti Al-Hasan
bin Abi Al-Hasan Al-Bashriy tidak diterima riwayatnya jika memakai
lafadz (عن:‘an) dari gurunya.
3. Hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu
‘anhuma.
Diriwayatkan
oleh Ath-Thahawiy dalam kitabnya “Syarh Ma’aniy Al-Atsaar”
no.721:
عن عُبَيْد بْن إِسْحَاقَ الْعَطَّارُ، قَالَ:
أنا قَيْسُ بْنُ الرَّبِيعِ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ... الحديث .
Sanad
hadits ini lemah karena di sanadnya ada ‘Ubaid bin Ishaq Al-‘Athaar[4];
periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Yahya bin Ma’in, Al-Bukhariy, An-Nasa’iy,
Ad-Daruquthniy dan yang lainnya rahimahumullah.
Diriwayatkan
juga oleh ‘Abdu bin Humaid (249H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Musnad” no.1077:
عن أبان عن أبي نضرة عن جابر قال: قال رسول
الله صلى الله عليه وسلم : " من توضأ يوم الجمعة فيها ونعمت ، ومن اغتسل فهو أفضل
" .
Sanad ini sangat lemah karena di sanadnya ada Abaan bin Abi ‘Ayyasy[5]; periwayatan haditsnya ditinggalkan oleh ulama (matruuk).
4. Hadits Abdurrahman bin Samurah radhiyallahu
‘anhu.
Diriwayatkan
oleh Ath-Thabaraniy dalam kitabnya “Al-Mu’jam Al-Ausath” no.7765:
عن أبي حرة عن الحسن
عن عبد الرحمن بن سمرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " من توضأ يوم
الجمعة فبها ونعمت ، ومن اغتسل فالغسل أفضل " .
Hadits ini
lemah karena Abu Hurrah[6]
Ar-Raqasyiy namanya Hanifah (152H); dilemahkan oleh sebagian ulama seperti Ibnu
Ma’in, dan An-Nasa’iy.
Dan
dianggap tsiqah oleh Abu Daud, dan Ibnu Hajar.
Imam
Bukhari mengatakan: Orang-orang mengeritik riwayatnya dari Al-Hasan.
Dan yang
masyhur dari riwayat Al-Hasan Al-Bashriy adalah
dari Samurah.
5. Hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu
‘anhu.
Diriwayatkan
oleh Al-Baihaqiy (458H) rahimahullah dalam kitabnya “As-Sunan Al-Kubra” 1/443 no.1416:
عن أُسَيْدُ بْنُ زَيْدٍ الْجَمَّالُ، ثنا أَبُو
مُحَمَّدٍ، ثنا شَرِيكٌ، أنا عَوْفٌ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ
الْجُمُعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَتْ ، وَمَنِ اغْتَسَلَ فَالْغُسْلُ أَفْضَلُ " .
Sanad
hadits ini lemah karena di sanadnya ada Usaid bin Zaid
Al-Jammaal[7];
periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Ibnu Hajar dan yang lainnya.
6. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu.
Diriwayatkan
oleh Ibnu ‘Adiy (365H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Kaamil” 3/323:
عن أبي بكر الهذلي عن الحسن وابن سيرين عن أبي
هريرة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " من أتى يوم الجمعة فتوضأ فبها ، ونعمت
ومن اغتسل فهو أفضل "
Sanad
hadits ini sangat lemah karena di sanadnya ada Abu Bakr Al-Hudzaliy[8] namanya
Sulmaa (167H); periwayatan haditsnya
ditinggalkan oleh ulama (matruuk).
7. Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma.
Diriwayatkan
oleh Al-Baihaqiy dalam kitabnya “As-Sunan Al-Kubra” 1/441
no.1408:
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، ثنا أَبُو أَحْمَدَ مُحَمَّدُ بْنُ
إِسْحَاقَ الصَّفَّارُ الْعَدْلُ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ نَصْرٍ، ثنا عَمْرُو بْنُ طَلْحَةَ
الْقَنَّادُ، ثنا أَسْبَاطُ بْنُ نَصْرٍ عَنِ السُّدِّيِّ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ
تَوَضَّأَ فَبِهَا وَنِعْمَتْ، وَيُجْزِئُ مِنَ الْفَرِيضَةِ، وَمَنِ اغْتَسَلَ فَالْغُسْلُ
أَفْضَلُ "
Al-Baehaqiy
mengatakan: Hadits ini gariib (tidak
dikenal) melalui sanad ini, yang dikenal adalalah riwayat Al-Hasan Al-Bashriy
dan selainnya.
Kesimpulan:
1. Derajat hadits ini hasan dengan menguatkan
antara satu sanad dengan sanad yang lainnya.
Kecuali tambahan lafadz: (وَقَدْ أَدَّى
الْفَرْضَ)
atau (وَيُجْزِئُ مِنَ الْفَرِيضَةِ) yang menunjukkan bahwa wudhu sudah menutupi kewajiban.
Tambahan ini sangat lemah disebabkan oleh sanadnya yang lemah dan menyalahi
riwayat lain yang tidak menyebutkannya.
2. Hadits ini dijadikan dalil oleh jumhur ulama
bahwa mandi Jum’at hukumnya hanya sunnah mu-akkadah (sangat dianjurkan) dan
tidak wajib, karena Rasulullah menganggap cukup dan memuji orang yang hanya
berwudhu ketika hendak salat Jum’at sedangkan mandi lebih baik.
Akan
tetapi sebagian ulama membantah kalau hadits ini menunjukkan bahwa mandi Jum’at
tidak wajib, karena kata “فبها ونعمت” hanya menunjukkan bahwa
salatnya sudah sah namun tetap berdosa karena meninggalkan kewajiban mandi.
Sedangkan
kata “الغسل أفضل” tidak menafikan kewajiban mandi Jum’at, sebagaimana
firman Allah:
{وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ
لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ} [آل عمران: 110]
Dan
sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. [Ali ‘Imran:110]
Ibnu Hazm
mengatakan: Apakah ayat ini menunjukkan bahwa beriman itu tidak wajib? Tentu
saja tidak! [Al-Muhallaa 2/14]
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Mandi Jum'at; Wajib atau sunnah? Keistimewaan hari Jum'at - Air "musta'mal" (sisa bersuci) - Jika air bercampur najis
[1] Lihat biografi Al-Hasan
Al-Bashriy dalam kitab: Al-Maraasiil karya Ibnu Abi Hatim hal.32-33,
Tahdzib Al- Kamaal karya Al-Mizziy 6/95, Siyar A'lam An-Nubala' karya Adz-Dzahabiy 4/563, Jaami’
At-Tahshiil karya Al-‘Alaiy hal.165, Tuhfatu-ttahshil karya Abu Zur’ah
Al-‘Iraqiy ha.76, Tahdiziib At-Thadiziib karya Ibnu Hajar 1/388.
[2] Lihat biografi Yaziid bin
Abaan Ar-Raqaasyiy dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa’iy hal.251,
Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 4/373, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 9/251, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 3/98, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 7/257.
[3] Lihat biografi Al-Hajjaaj bin
Artha-ah dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya Al-Bukhariy hal.36, Dzikr
Al-Mudallisiin karya An-Nasa’iy hal.123, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/277,
Al-Jarh wa At-Ta'diil 1/140, Al-Majruhiin 1/225, Al-Kaamil 2/223, Adh-Dhu'afaa'
karya Ibnu Al-Jauziy 1/191, Tahdzib Al-Kamaal 5/420, Al-Kasyir
karya Adz-Dzahabiy 1/311, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.152,
Thabaqaat Al-Mudallisin karya Ibnu Hajar hal.49.
[4] Lihat biografi ‘Ubaid bin Ishaq
Al-‘Athaar dalam kitab: Adh-Dhu'afaa'
karya Al-Bukhariy hal.77, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa’iy hal.212, Adh-Dhu'afaa'
karya Al-'Uqaily 3/115, Al-Jarh wa At-Ta'diil 5/401, Al-Kamil 5/347,
Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/159, Miizaan Al-I’tidaal karya
Adz-Dzahabiy 5/24, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 5/349.
[5] Lihat biografi Abaan bin Abi
‘Ayyasy dalam kitab: Ad-Dhu'afaa' karya Al-Bukhari hal.24, Ad-Dhu'afaa'
karya An-Nasaa'iy hal.148, Ad-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/38, Al-Kamil 1/381,
Ad-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/19, Miizaan Al-I'tidaal 1/124, Taqriib
At-Tahdziib hal.87.
[6] Lihat
biografi Abu Hurrah dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 3/316, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/242, Miizaan
Al-I'tidaal 7/118, Taqriib At-Tahdziib hal.184.
[7] Lihat
biografi Usaid bin Zaid Al-Jammaal dalam kitab:
Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/28, Al-Jarh wa At-Ta'diil 2/318, Al-Majruhiin 1/180, Al-Kaamil 1/400, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/124, Miizaan Al-I'tidaal 1/419, Taqriib At-Tahdziib hal.112.
[8] Lihat biografi Abu Bakr
Al-Hudzaliy dalam kitab: Ad-Dhu'afaa'
karya Al-Bukhari hal.59, Ad-Dhu'afaa' karya An-Nasaa'iy hal.183, Ad-Dhu'afaa' Al-Kabiir 2/177, Al-Majruuhiin 1/359, Ad-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy
2/12, Miizaan Al-I'tidaal 3/277, Taqriib At-Tahdziib hal.625.
Iya,, gak hanya jumat, setiap mandi aku selalu niat untuk sunnah membersihkan diri..
BalasHapus:)
Alhamdulillah kebanyakan di antara kita tdk sulit mendapatkan air, jadi bisa mandi beberapa kali dalam sehari.
HapusThanks mas atas sharingnya...kalo mandi di pagi hari sebelum berangkat kerja, itu termasuk dlm hadist diatas enggak mas? Atau mungkin yang dimaksud hadist diatas, mandi sebelum kita berangkat ke mesjid utk menunaikan shalat jumat?
BalasHapusSebaiknya mandi sebelum pergi salat Jum'at, tp kalau sudah mandi sebelumnya - setelah salat subuh - maka itu sudah cukup.
HapusWallahu a'lam!