Kamis, 28 Maret 2013

Mandi Jum’at lebih baik

بسم الله الرحمن الرحيم


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَتْ، وَمَنِ اغْتَسَلَ فَهُوَ أَفْضَلُ»
“Barangsiapa yang berwudhu (ketika hendak salat) pada hari Jum’at maka itu sudah cukup dan baik, dan barangsiapa yang mandi maka itu lebih baik”.

Hadits ini diriwayatkan dari beberapa orang sahabat, di antaranya: Samurah bin Jundab, Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah, Abdurrahman bin Samurah, Abu Sa’id Al-Khudriy, Abu Hurairah, dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhum.

1.     Hadits Samurah bin Jundab radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan oleh Abu Daud (275H) rahimahullah dalam kitab sunan-nya no.354, begitu pula At-Tirmidziy (279H) rahimahullah no.497, dan An-Nasa’iy (303H) rahimahullah no.1380:
عَنْ الحَسَنِ، عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ... الحديث .

Semua perawi pada sanad ini tsiqah (jujur dan kuat hafalannya), hanya saja Al-Hasan Al-Bashriy[1] (110H) – rahimahullah- diperselisihkan, apakah ia pernah mendengar langsung hadits dari Samurah atau tidak:

Imam An-Nasa’iy mengatakan: Al-Hasan tidak mendengar langsung hadits dari Samurah kecuali satu hadits tentang aqiqah.
Pendapat ini didukung oleh Ibnu Hazm Adz-Dzahiriy (456H) dalam kitabnya “Al-Muhalla” 2/12, Al-Bazzaar (292H) dan Ad-Daruquthniy (385H) sebagaimana disebutkan dalam kitab “Nashbu-rrayah” karya Az-Zaila’iy (762H) 1/89 rahimahumullah.

Ada juga yang berpendapat bahwa sama sekali Al-Hasan tidak pernah mendengar hadits langsung dari Samurah. Ini adalah pendapat Syu’bah, Ibnu Ma’in dan Ibnu Hibban rahimahumullah.

Sedangkan Ibnu Al-Madiniy, At-Tirmidziy, Al-Hakim -rahimahumullah- dan yang lainnya mensahihkan kalau Al-Hasan pernah mendengar hadits langsung dari Samurah.

Selain itu Al-Hasan adalah seorang mudallis (sering meriwayatkan hadits yang tidak ia dengar langsung dari gurunya), riwayatnya tidak diterima kecuali memakai lafadz yang jelas menunjukkan bahwa ia mendengarnya langsung dari gurunya seperti "سمعت: sami'tu, حدثني: haddatsanii, أخبرني: akhbaranii" atau semisalnya. Sedangkan dalam hadits ini ia hanya mengatakan عن: 'an, salah satu lafadz yang tidak jelas apakah ia dengar langsung dari gurunya atau tidak.

Dengan demikian sanad hadits Samurah lemah, akan tetapi bisa diperkuat dengan hadits-hadits lain yang mendukungnya. Oleh sebab itu Imam Tirmidziy menghukuminya sebagai hadits hasan, begitu pula syekh Albaniy rahimahullah dalam kitabnya sahih sunan Abu Daud no.381.

2.     Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhum.

Diriwayatkan oleh Ath-Thayaalisiy (204H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Musnad” no.2224:
عن يزيد عن أنس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من توضأ يوم الجمعة فبها ونعمت ، ومن اغتسل فالغسل أفضل

Sanad hadits ini lemah karena di sanadnya ada Yaziid Ar-Raqaasyiy[2]; hafalan haditsnya lemah.

Akan tetapi ia tidak sendiri dalam meriwayatkan hadits ini dari Anas, sebagaimana diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy (360H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Mu’jam Al-Ausath” no.4525:
قال: حدثنا عبدان بن محمد المروزي قال: حدثنا عثمان بن يحيى القرقساني قال: حدثنا مؤمل بن إسماعيل قال: حدثنا حماد بن سلمة عن ثابت البناني عن أنس أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " من توضأ فبها ونعمت ، ومن اغتسل فالغسل أفضل " .

Semua perawi pada sanadnya tsiqah.

Diriwayatkan juga oleh Ath-Thahawiy (321H) rahimahullah dalam kitabnya “Syarh Ma’aniy Al-Atsaar” no.722:
عَنِ الْحَجَّاجِ بْنِ أَرْطَاةَ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْمُهَاجِرِ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ أَبِي الْحَسَنِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَتْ , وَقَدْ أَدَّى الْفَرْضَ , وَمَنِ اغْتَسَلَ فَالْغُسْلُ أَفْضَلُ "

Sanad hadits ini lemah karena di sanadnya ada Al-Hajjaaj bin Artha-ah[3] (145H); periwayatan haditsnya dianggap lemah karena banyak melakukan kesalahan, dan ia juga seorang mudallis seperti Al-Hasan bin Abi Al-Hasan Al-Bashriy tidak diterima riwayatnya jika memakai lafadz (عن:‘an) dari gurunya.

3.     Hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma.

Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam kitabnya “Syarh Ma’aniy Al-Atsaar” no.721:
عن عُبَيْد بْن إِسْحَاقَ الْعَطَّارُ، قَالَ: أنا قَيْسُ بْنُ الرَّبِيعِ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ... الحديث .

Sanad hadits ini lemah karena di sanadnya ada ‘Ubaid bin Ishaq Al-‘Athaar[4]; periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Yahya bin Ma’in, Al-Bukhariy, An-Nasa’iy, Ad-Daruquthniy dan yang lainnya rahimahumullah.

Diriwayatkan juga oleh ‘Abdu bin Humaid (249H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Musnad” no.1077:
عن أبان عن أبي نضرة عن جابر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " من توضأ يوم الجمعة فيها ونعمت ، ومن اغتسل فهو أفضل " .

Sanad ini sangat lemah karena di sanadnya ada Abaan bin Abi ‘Ayyasy[5]; periwayatan haditsnya ditinggalkan oleh ulama (matruuk).

4.     Hadits Abdurrahman bin Samurah radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy dalam kitabnya “Al-Mu’jam Al-Ausath” no.7765:
عن أبي حرة عن الحسن عن عبد الرحمن بن سمرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " من توضأ يوم الجمعة فبها ونعمت ، ومن اغتسل فالغسل أفضل " .

Hadits ini lemah karena Abu Hurrah[6] Ar-Raqasyiy namanya Hanifah (152H); dilemahkan oleh sebagian ulama seperti Ibnu Ma’in, dan An-Nasa’iy.
Dan dianggap tsiqah oleh Abu Daud, dan Ibnu Hajar.
Imam Bukhari mengatakan: Orang-orang mengeritik riwayatnya dari Al-Hasan.

Dan yang masyhur dari riwayat Al-Hasan Al-Bashriy adalah dari Samurah.

5.     Hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy (458H) rahimahullah dalam kitabnya “As-Sunan Al-Kubra” 1/443 no.1416:
عن أُسَيْدُ بْنُ زَيْدٍ الْجَمَّالُ، ثنا أَبُو مُحَمَّدٍ، ثنا شَرِيكٌ، أنا عَوْفٌ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَتْ ، وَمَنِ اغْتَسَلَ فَالْغُسْلُ أَفْضَلُ " .

Sanad hadits ini lemah karena di sanadnya ada Usaid bin Zaid Al-Jammaal[7]; periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Ibnu Hajar dan yang lainnya.

6.     Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy (365H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-Kaamil” 3/323:
عن أبي بكر الهذلي عن الحسن وابن سيرين عن أبي هريرة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " من أتى يوم الجمعة فتوضأ فبها ، ونعمت ومن اغتسل فهو أفضل "

Sanad hadits ini sangat lemah karena di sanadnya ada Abu Bakr Al-Hudzaliy[8] namanya Sulmaa (167H); periwayatan haditsnya ditinggalkan oleh ulama (matruuk).

7.     Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam kitabnya “As-Sunan Al-Kubra” 1/441 no.1408:
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، ثنا أَبُو أَحْمَدَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ الصَّفَّارُ الْعَدْلُ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ نَصْرٍ، ثنا عَمْرُو بْنُ طَلْحَةَ الْقَنَّادُ، ثنا أَسْبَاطُ بْنُ نَصْرٍ عَنِ السُّدِّيِّ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ تَوَضَّأَ فَبِهَا وَنِعْمَتْ، وَيُجْزِئُ مِنَ الْفَرِيضَةِ، وَمَنِ اغْتَسَلَ فَالْغُسْلُ أَفْضَلُ "
Al-Baehaqiy mengatakan: Hadits ini gariib (tidak dikenal) melalui sanad ini, yang dikenal adalalah riwayat Al-Hasan Al-Bashriy dan selainnya.

Kesimpulan:

1.      Derajat hadits ini hasan dengan menguatkan antara satu sanad dengan sanad yang lainnya.

Kecuali tambahan lafadz: (وَقَدْ أَدَّى الْفَرْضَ) atau (وَيُجْزِئُ مِنَ الْفَرِيضَةِ) yang menunjukkan bahwa wudhu sudah menutupi kewajiban. Tambahan ini sangat lemah disebabkan oleh sanadnya yang lemah dan menyalahi riwayat lain yang tidak menyebutkannya.

2.      Hadits ini dijadikan dalil oleh jumhur ulama bahwa mandi Jum’at hukumnya hanya sunnah mu-akkadah (sangat dianjurkan) dan tidak wajib, karena Rasulullah menganggap cukup dan memuji orang yang hanya berwudhu ketika hendak salat Jum’at sedangkan mandi lebih baik.

Akan tetapi sebagian ulama membantah kalau hadits ini menunjukkan bahwa mandi Jum’at tidak wajib, karena kata “فبها ونعمت” hanya menunjukkan bahwa salatnya sudah sah namun tetap berdosa karena meninggalkan kewajiban mandi.

Sedangkan kata “الغسل أفضل” tidak menafikan kewajiban mandi Jum’at, sebagaimana firman Allah:
{وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ} [آل عمران: 110]
Dan sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. [Ali ‘Imran:110]

Ibnu Hazm mengatakan: Apakah ayat ini menunjukkan bahwa beriman itu tidak wajib? Tentu saja tidak! [Al-Muhallaa 2/14]

Wallahu a’lam!




[1] Lihat biografi Al-Hasan Al-Bashriy dalam kitab: Al-Maraasiil karya Ibnu Abi Hatim hal.32-33, Tahdzib Al- Kamaal karya Al-Mizziy 6/95, Siyar A'lam An-Nubala' karya Adz-Dzahabiy 4/563, Jaami’ At-Tahshiil karya Al-‘Alaiy hal.165, Tuhfatu-ttahshil karya Abu Zur’ah Al-‘Iraqiy ha.76, Tahdiziib At-Thadiziib karya Ibnu Hajar 1/388.
[2] Lihat biografi Yaziid bin Abaan Ar-Raqaasyiy dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa’iy hal.251, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 4/373, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 9/251, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 3/98, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 7/257.
[3] Lihat biografi Al-Hajjaaj bin Artha-ah dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya Al-Bukhariy hal.36, Dzikr Al-Mudallisiin karya An-Nasa’iy hal.123, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/277, Al-Jarh wa At-Ta'diil 1/140, Al-Majruhiin 1/225, Al-Kaamil 2/223, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/191, Tahdzib Al-Kamaal 5/420, Al-Kasyir karya Adz-Dzahabiy 1/311, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.152, Thabaqaat Al-Mudallisin karya Ibnu Hajar hal.49.
[4] Lihat biografi ‘Ubaid bin Ishaq Al-‘Athaar dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya Al-Bukhariy hal.77, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa’iy hal.212, Adh-Dhu'afaa' karya Al-'Uqaily 3/115, Al-Jarh wa At-Ta'diil 5/401, Al-Kamil 5/347, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/159, Miizaan Al-I’tidaal karya Adz-Dzahabiy 5/24, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 5/349.
[5] Lihat biografi Abaan bin Abi ‘Ayyasy dalam kitab: Ad-Dhu'afaa' karya Al-Bukhari hal.24, Ad-Dhu'afaa' karya An-Nasaa'iy hal.148, Ad-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/38, Al-Kamil 1/381, Ad-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/19, Miizaan Al-I'tidaal 1/124, Taqriib At-Tahdziib hal.87.
[6] Lihat biografi Abu Hurrah dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 3/316, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/242, Miizaan Al-I'tidaal 7/118, Taqriib At-Tahdziib hal.184.
[7] Lihat biografi Usaid bin Zaid Al-Jammaal dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/28, Al-Jarh wa At-Ta'diil 2/318, Al-Majruhiin 1/180, Al-Kaamil 1/400, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/124, Miizaan Al-I'tidaal 1/419, Taqriib At-Tahdziib hal.112.
[8] Lihat biografi Abu Bakr Al-Hudzaliy dalam kitab: Ad-Dhu'afaa' karya Al-Bukhari hal.59, Ad-Dhu'afaa' karya An-Nasaa'iy hal.183, Ad-Dhu'afaa' Al-Kabiir 2/177, Al-Majruuhiin 1/359, Ad-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/12, Miizaan Al-I'tidaal 3/277, Taqriib At-Tahdziib hal.625.

4 komentar:

  1. Iya,, gak hanya jumat, setiap mandi aku selalu niat untuk sunnah membersihkan diri..
    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kebanyakan di antara kita tdk sulit mendapatkan air, jadi bisa mandi beberapa kali dalam sehari.

      Hapus
  2. Thanks mas atas sharingnya...kalo mandi di pagi hari sebelum berangkat kerja, itu termasuk dlm hadist diatas enggak mas? Atau mungkin yang dimaksud hadist diatas, mandi sebelum kita berangkat ke mesjid utk menunaikan shalat jumat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebaiknya mandi sebelum pergi salat Jum'at, tp kalau sudah mandi sebelumnya - setelah salat subuh - maka itu sudah cukup.

      Wallahu a'lam!

      Hapus

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...