بسم الله الرحمن الرحيم
Pakaian
adalah nikmat dari Allah
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{يَابَنِي آدَمَ
قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى
ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ} [الأعراف: 26]
Hai anak Adam (umat manusia), Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. [Al-A’raaf:26]
{وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ
كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ} [النحل: 81]
Dan Allah menjadikan bagimu pakaian yang memeliharamu
dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan.
Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri
(kepada-Nya). [An-Nahl:81]
Menutup aurat adalah wajib
{يَابَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ
مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا} [الأعراف: 27]
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu
oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya
'auratnya. [Al-A’raaf:27]
Dari Mu'awiyah bin Haidah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«احْفَظْ عَوْرَتَكَ
إِلَّا مِنْ زَوْجَتِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ»
“Jaga auratmu kecuali terhadap istrimu atau
budakmu”.
Mu'awiyah bertanya: Bagaimana kalau antara satu
kaum dengan yang lainnya (laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan
permpuan)?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«إِنِ اسْتَطَعْتَ
أَنْ لَا يَرَيَنَّهَا أَحَدٌ فَلَا يَرَيَنَّهَا»
“Jika kamu mampu untuk tidak dilihat oleh
seseorang maka jangan biarkan orang melihatnya”.
Mu'awiyah bertanya lagi: Jika seseorang dari
kami sedang sendiri?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«اللَّهُ أَحَقُّ
أَنْ يُسْتَحْيَا مِنْهُ مِنَ النَّاسِ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
“Allah lebih berhak untuk bersikap malu
kepada-Nya daripada manusia”. [Sunan Abi Daud: Hasan]
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا يَنْظُرُ
الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ، وَلَا الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ،
وَلَا يُفْضِي الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ، وَلَا تُفْضِي الْمَرْأَةُ
إِلَى الْمَرْأَةِ فِي الثَّوْبِ الْوَاحِدِ» [صحيح مسلم]
“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat
laki-laki lain, dan janganlah seorang perempuan melihat aurat perempuan lain,
dan janganlah seorang laki-laki telanjang bersama laki-laki lain (tidur
bersama) dalam satu selimut, dan janganlah seorang perempuan telanjang bersama
permpuan lain (tidur bersama) dalam satu selimut. [Sahih Muslim]
Dari Ya'laa radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ
عَزَّ وَجَلَّ حَيِيٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ فَإِذَا اغْتَسَلَ
أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ» [سنن أبي داود:
صحيح]
“Sesungguhnya
Allah 'azza wajalla Maha Pemalu Maha Menutupi aib, mencintai sifat
pemalu dan sifat suka menutupi aib, apabila seseorang dari kalian mandi maka
hendaklah ia menutupi diri”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Beberapa adab berpakaian dalam Islam,
diantaranya:
Berdo’a
ketika memakai pakaian
Lihat: Do’a berpakaian
Mendahulukan
tangan atau kaki kanan
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا لَبِسَ قَمِيصًا بَدَأَ بِمَيَامِنِهِ»
[سنن الترمذي: صحيح]
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam jika memakai pakaian beliau memulai dengan kanannya”. [Sunan
Tirmidziy: Sahih]
Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا لَبِسْتُمْ،
وَإِذَا تَوَضَّأْتُمْ، فَابْدَءُوا بِأَيَامِنِكُمْ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Jika kalian berpakaian, dan jika kalian
berwudhu, maka mulailah dengan bagian kanan kalian”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ التَّيَمُّنَ مَا اسْتَطَاعَ فِي شَأْنِهِ
كُلِّهِ، فِي طُهُورِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَتَنَعُّلِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam suka memulai yang kanan dalam setiap urusannya sesuai
kemampuan, dalam bersucinya, bersisirnya, dan memakai sendalnya. [Sahih Bukhari
dan Muslim]
Senantiasa bepenampilan menarik
{وَأَمَّا بِنِعْمَةِ
رَبِّكَ فَحَدِّثْ} [الضحى: 11]
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu
siarkan. [Adh-Dhuhaa:11]
Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kami, kemudian
beliau melihat seorang laki-laki
berpenampilan lusuh dengan rambut yang berantakan, maka beliau bersabda:
أَمَا كَانَ يَجِدُ
هَذَا مَا يُسَكِّنُ بِهِ شَعْرَهُ
“Tidakkah orang ini
mendapatkan seseuatu untuk merapikan rambutnya?”
Dan beliau melihat
seorang laki-laki lain yang berpakaian kotor, maka beliau bersabda:
أَمَا كَانَ هَذَا
يَجِدُ مَاءً يَغْسِلُ بِهِ ثَوْبَهُ [سنن أبي داود: صحيح]
“Tidakkah orang ini mendapatkan air untuk
mencuci pakaiannya?” [Sunan Abi Daud: Sahih]
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَا يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ»
"Tidak
masuk surga orang yang ada dalam hatinya sekecil dzarrah (sesuatu yang sangat kecil) dari
sifat sombong".
Seorang bertanya:
Sesungguhnya seseorang suka jika pakaian bagus dan alas kakinya bagus!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
«إِنَّ اللهَ
جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ» [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya Allah itu Jamiil
(cantik, indah, bersih) dan mencintai kecantikan, keindahan, dan kebersihan.
Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain".
[Sahih Muslim]
Malik bin Nadhlah radhiyallahu 'anhu berkata: Aku
mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pakaian yang jelek,
maka beliau bertanya:
«أَلَكَ مَالٌ؟»
“Apakah engkau
mempunyai harta?”
Malik menjawab: Iya!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi:
«مِنْ أَيِّ الْمَالِ؟»
“Harta dari jenis
apa?”
Malik menjawab:
Allah telah memberiku harta dari jenis unta, kambing, kuda, dan budak.
Kemudian beliau
bersabda:
«فَإِذَا آتَاكَ
اللَّهُ مَالًا فَلْيُرَ أَثَرُ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَيْكَ، وَكَرَامَتِهِ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Maka jika Allah memberimu harta maka
nampakkanlah bekas nikmat dan karuniah Allah kepadamu”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Tawadhu’
dalam berpakaian
Dari Mu’adz bin Anas radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ تَرَكَ
اللِّبَاسَ تَوَاضُعًا لِلَّهِ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ
عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنْ أَيِّ حُلَلِ الإِيمَانِ شَاءَ
يَلْبَسُهَا» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
“Barangsiapa yang meninggalkan pakaian
mewah (berlebihan) karena merendah demi Allah padahal dia mampu memakainya,
maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan semua makhluk kemudian
menyuruhnya memilih dari pakaian iman yang ingin ia pakai”. [Sunan Tirmidziy:
Hasan]
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«كُلُوا وَاشْرَبُوا
وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا مَا لَمْ يُخَالِطْهُ إِسْرَافٌ، أَوْ مَخِيلَةٌ» [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]
“Makanl dan minumlah kalian, dan
bersedekahlah, dan pakailah pakaian selama tidak diiringi sikap berlebihan dan
kesombongan”. [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Tidak
memakai pakaian syuhrah
Yang dimaksud pakaian syuhrah adalah pakaian
yang dipakai untuk membanggakan dan menyombongkan diri. Baik itu dari segi
harganya atau modelnya, termasuk memakai pakaian kusut supaya dikatakan ahli
zuhud.
«مَنْ لَبِسَ
ثَوْبَ شُهْرَةٍ فِي الدُّنْيَا، أَلْبَسَهُ اللَّهُ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ،
ثُمَّ أَلْهَبَ فِيهِ نَارًا» [سنن ابن ماجه:
حسنه الشيخ الألباني]
"Barangsiapa yang memakai pakaian syuhrah
di dunia, Allah akan memakaikannya pakaian kehinaan di akhirat kemudian dibakar
dengan api neraka". [Hadits Hasan]
Tidak
menyerupai pakaian orang kafir atau fasiq
Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘anhuma berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatku memakai pakaian
berwarna kuning, maka beliau bersabda:
إِنَّ هَذِهِ مِنْ
ثِيَابِ الْكُفَّارِ فَلَا تَلْبَسْهَا [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya ini adalah pakaian orang
kafir maka janganlah engkau memakainya". [Shahih Muslim]
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ
بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ [سنن أبي داود:
صحيح]
"Barang siapa yang meniru suatu kaum,
maka ia termasuk golongan mereka". [Sunan Abi Daud: Shahih]
Memakai
pakaian berwarna putih
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْبَسُوا مِنْ
ثِيَابِكُمُ الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثِيَابِكُمْ [سنن أبي داود: صحيح]
“Pakailah pakaian kalian yang berwarna
putih, karena sesungguhnya itu adalah termasuk pakaian terbaik kalian”. [Sunan
Abi Daud: Sahih]
Dari Samurah bin Jundab radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
البَسُوا البَيَاضَ
فَإِنَّهَا أَطْهَرُ وَأَطْيَبُ [سنن الترمذي:
صحيح]
“Pakailah pakaian yang berwarna putih,
karena itu lebih bersih dan lebih baik”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Tidak
memanjangkan pakaian melebihi mata kaki bagi laki-laki
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
«مَا أَسْفَلَ
مِنَ الكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِي النَّارِ» [صحيح البخاري]
“Apa yang sampai di bawah mata kaki dari
sarung (celana) maka (akan disiksa) dalam neraka”. [Sahih Bukhari]
Dalam riwayat lain:
«لاَ يَنْظُرُ
اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Allah tidak akan memandang pada hari
kiamat kepada orang yang menjulurkan pakaiannya (melebihi mata kaki) dengan
rasa sombong”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Jurriy Jabir bin Sulaim radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ارْفَعْ إِزَارَكَ
إِلَى نِصْفِ السَّاقِ، فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ، وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ
الْإِزَارِ، فَإِنَّهَا مِنَ المَخِيلَةِ، وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ
[سنن أبي داود: صحيح]
“Angkatlah pakaianmu sampai seperdua betis,
dan jika engkau tidak mau maka sampai mata kaki, dan jangalah engkau melakukan
isbal pada pakaian (turun di bawah mata kaki), karena sesungguhnya itu termasuk
kesombongan, dan sesungguhnya Allah tidak menyukai kesombongan”. [Sunan Abi
Daud: Sahih]
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
«إِزْرَةُ الْمُسْلِمِ
إِلَى نِصْفِ السَّاقِ، وَلَا حَرَجَ - أَوْ لَا جُنَاحَ - فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ
الْكَعْبَيْنِ، مَا كَانَ أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ فَهُوَ فِي النَّارِ، مَنْ جَرَّ
إِزَارَهُ بَطَرًا لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Sarung (celana) seorang muslim
(panjangnya) sampai seperdua betis, dan tidak mengapa jika sampai antara
pertengahan betis dengan mata kaki. Apa yang melewati di bawah mata kaki maka
ia di neraka, barangsiapa yang menjulurkan sarungnya (melewati mata kaki)
dengan rasa sombong maka Allah tidak akan memandang kepadanya”. [Sunan Abi
Daud: Sahih]
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
«الْإِزَارُ إِلَى
نِصْفِ السَّاقِ وَإِلَى الْكَعْبَيْنِ، لَا خَيْرَ فِي أَسْفَلَ مِنْ ذَلِكَ» [مسند أحمد: صحيح]
“Sarung (celana) itu panjangnya sampai
seperdua betis dan sampai mata kaki, tidak ada kebaikan pada yang lebih rendah
dari itu” [Musnad Ahmad: Sahih]
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
«مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ
خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ القِيَامَةِ»
“Barangsiapa
yang memanjangkan pakaiannya (melebihi mata kaki) dengan sikap sombong, maka
Allah tidak akan memandang kepadanya pada hari kiamat”
Ummu Salamah
bertanya: Lalu apa yang harus dilakukan oleh kaum wanita dengan ekor pakaiannya?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
«يُرْخِينَ شِبْرًا»
“Panjangkan sampai
sejengkal dari mata kaki”
Ummu Salamah
berkata: Kalau begitu maka akan terlihat kaki mereka (ketika berjalan).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«فَيُرْخِينَهُ
ذِرَاعًا، لَا يَزِدْنَ عَلَيْهِ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Maka panjangkanlah sampai satu siku, dan
jangan lebih dari itu”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Ummu Salamah radhiyallahu 'anha ditanya oleh seorang wanita: Sesungguhnya aku
seorang wanita yang memanjangkan ekor pakaiannku, dan terkadang aku berjalan di
tempat yang kotor!
Ummu Salamah menjawab: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«يُطَهِّرُهُ
مَا بَعْدَهُ» [سنن أبي داود:
صحيح]
“Kotoran itu akan dibersihkan oleh (tanah
yang dilalui) setelahnya”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Pria
tidak memakai pakaian wanita, dan wanita tidak memakai pakaian pria
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
«لَعَنَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ،
وَالمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ» [صحيح البخاري]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaknat kaum pria yang meniru wanita, dan kaum wanita yang meniru pria. [Sahih
Bukhari]
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
لَعَنَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلَ يَلْبَسُ لِبْسَةَ الْمَرْأَةِ،
وَالْمَرْأَةَ تَلْبَسُ لِبْسَةَ الرَّجُلِ [سنن أبي داود: صحيح]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian
leki-laki. [Sunan Abi Daud: Shahih]
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu
‘anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
" لَيْسَ
مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِالرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ، وَلَا مَنْ تَشَبَّهَ بِالنِّسَاءِ
مِنَ الرِّجَالِ " [مسند أحمد:
صحيح]
“Tidak termasuk (sifat) golongan kami,
laki-laki yang meniru perempuan, dan tidak pula perempuan yang meniru
laki-laki”. [Musnad Ahmad: Sahih]
Aisyah radhiyallahu ‘anha ditanya tentang seorang wanita yang memakai
sandal laki-laki, maka ia menjawab:
«لَعَنَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلَةَ مِنَ النِّسَاءِ» [سنن أبي داود: صحيح]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaknat wanita yang berpenampilan laki-laki. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Haram
memakai sutra dan emas bagi laki-laki
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil sutra dan
meletakkannya pada tangan kanannya, dan mengambil emas kemudian meletakkannya
pada tangan kirinya, kemudian bersabda:
«إِنَّ هَذَيْنِ
حَرَامٌ عَلَى ذُكُورِ أُمَّتِي» [سنن أبي داود: صحيح]
“Sesungguhnya Allah mengharamkan dua benda
ini atas kaum laki-laki dari umatku”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Dari Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«حُرِّمَ لِبَاسُ
الحَرِيرِ وَالذَّهَبِ عَلَى ذُكُورِ أُمَّتِي وَأُحِلَّ لِإِنَاثِهِمْ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Diharamkan pakaian sutra dan emas atas
kaum laki-laki dari umatku dan dihalalkan bagi kaum wanitanya”. [Sunan
Tirmidziy: Sahih]
Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu berkata:
«نَهَى نَبِيُّ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ لُبْسِ الْحَرِيرِ إِلَّا مَوْضِعَ إِصْبَعَيْنِ،
أَوْ ثَلَاثٍ، أَوْ أَرْبَعٍ» [صحيح مسلم]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang dari memakai pakaian sutra kecuali seluas dua jari, atau tiga, atau
empat. [Sahih Muslim]
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:
«أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ لِعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، وَالزُّبَيْرِ
فِي قَمِيصٍ مِنْ حَرِيرٍ، مِنْ حِكَّةٍ كَانَتْ بِهِمَا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam memberi keringanan pada Abdurrahman bin ‘Aur dan Az-Zubair untuk
memakai pakaian dari sutra karena penyakit kulit yang mereka derita”. [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Boleh
memakai cincin
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
" اتَّخَذَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ، وَكَانَ فِي
يَدِهِ، ثُمَّ كَانَ بَعْدُ فِي يَدِ أَبِي بَكْرٍ، ثُمَّ كَانَ بَعْدُ فِي يَدِ عُمَرَ،
ثُمَّ كَانَ بَعْدُ فِي يَدِ عُثْمَانَ، حَتَّى وَقَعَ بَعْدُ فِي بِئْرِ أَرِيسَ،
نَقْشُهُ: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ " [صحيح البخاري ومسلم]
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memakai cincin dari perak, beliau pakai di tangannya,
kemudian dipakai oleh Abu Bakr, kemudian dipakai oleh Umar, kemudian dipakai
oleh Usman, sampai cincin itu kemudian jatuh di sumur Ariis. Tulisan pada cincin itu: “Muhammad rasul
Allah”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain; Ibnu
Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pernah membuat cincin dari emas atau perak, dan menghadapkan mata cincinnya di
telapak tangan serta mengukirnya dengan tulisan "Muhammad
Rasulullah", maka orang-orang pun membuat seperti itu juga, ketika beliau
mengetahui orang-orang membuatnya, maka beliau langsung melempar cincin
tersebut sambil bersabda:
«لاَ أَلْبَسُهُ
أَبَدًا»
"Saya tidak
akan memakainya selama-lamanya."
Setelah itu beliau
membuatnya dari perak dan orang-orang pun ikut membuat cincin dari perak.
Ibnu Umar
mengatakan; "Cincin itu dipakai oleh Abu Bakr setelah Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, kemudian Umar dan Utsman, sehingga Utsman menjatuhkannya
di sumur Aris. [Sahih Bukhari]
Tidak memakai cincin pada jari telunjuk dan tengah
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:
«نَهَانِي رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَتَخَتَّمَ فِي إِصْبَعِي هَذِهِ أَوْ
هَذِهِ» [صحيح مسلم]
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melarangku memakai cincin pada jariku yang ini atau yang
ini.
Ia menunjuk pada
jari tengah dan telunjuknya. [Sahih Muslim]
Memakai cincin pada jari kelingking
Anas radhiallahu
'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah membuat
cincin, lalu beliau bersabda:
«إِنَّا اتَّخَذْنَا
خَاتَمًا، وَنَقَشْنَا فِيهِ نَقْشًا، فَلاَ يَنْقُشَنَّ عَلَيْهِ أَحَدٌ»
'Sesungguhnya kami
telah membuat cincin yang kami ukir dengan suatu tulisan, maka janganlah salah
seorang dari kalian mengukir seperti itu.'
Anas melanjutkan;
'Sungguh saya pernah melihat kilatan dari cincin tersebut berada di jari kelingking
beliau.' [Sahih Bukhari]
Dalam riwayat lain; Anas
radhiyallahu ‘anhu berkata:
«كَانَ خَاتَمُ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذِهِ، وَأَشَارَ إِلَى الْخِنْصِرِ
مِنْ يَدِهِ الْيُسْرَى» [صحيح مسلم]
“Cincin Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dipasang pada jari ini”.
Anas menunjuk pada
jari kelingking dari tangan kiri. [Sahih Muslim]
Muhammad bin Ishaq rahimahullah
berkata: Aku melihat pada Ash-Shalt bin Abdillah bin Naufal bin Abdil Muthalib
cincin pada cari kelingkin kanannya, maka aku bertanya: Apa ini?
Ash-Shalt menjawab:
Aku melihat Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma memakai cincinya
seperti ini, dan ia menjadikan mata cincinnya pada bagian luarnya, dan Ibnu
Abbas tidak diikuti kecuali ia telah menyebutkan:
«أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَلْبَسُ خَاتَمَهُ كَذَلِكَ» [سنن أبي داود: صحيح]
Bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memakai cincinnya seperti
itu. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Berdo’a
ketika membuka pakaian
Wallahu a’lam!
Referensi:
حد الثوب والأزرة وتحريم الإسبال ولباس الشهرة ، تأليف: بكر
بن عبد الله أبو زيد
لباس الرسول صلى الله عليه وسلم والصحابة والصحابيات
، تأليف: محمد يونس بن عبد الستار
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...