Selasa, 24 Maret 2015

Takhriij hadits “Seorang faqih lebih sulit bagi Setan dari seribu ahli ibadah”

بسم الله الرحمن الرحيم


Hadits ini disebutkan oleh Al-‘Ajluniy rahimahullah dalam kitabnya Kasyful Khafaa’ (kumpulan hadits-hadits masyhur) 2/169 no.2054. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Umar bin Khathab, dan ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhum.

A.    Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dalam kitab sunan-nya 5/48 no.2681, Ibnu Majah dalam kitab sunan-nya 1/81 no.22, Ath-Thabaraniy dalam kitabnya Al-Mu’jam Al-Kabiir 11/78 no.11099, dan Al-Baihaqiy dalam kitabnya Syu’ab Al-Iman 3/232 no.1586:

عن رَوْح بن جَنَاحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَقِيهٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ»

Dari Rauh bin Janaah, dari Mujahid, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang faqiih (paham ilmu agama) lebih sulit (digoda) bagi setan daripada seribu ahli ibadah”.

Hadits ini sangat lemah karena pada sanadnya ada Rauh bin Janah Al-Qurasyiy, Abu Sa’id Ad-Dimasyqiy[1]; Abu Zur’ah Ar-Raziy, An-Nasa’iy, dan Adz-Dzahabiy mengatakan: Periwayatan haditsnya tidak kuat.
Ibnu Hajar berkata: Ia lemah, Ibnu Hibban menuduhnya sebagai pemalsu hadits.
Abu Nu’aim berkata: Ia meriwayatkan dari Mujahid hadits-hadits yang mungkar (sangat lemah).
Abu Sa’id An-Naqqasy berkata: Ia meriwayatkan dari Mujahid hadits-hadits palsu.

Diriwayatkan secara mauquuf melalui dua jalur:

Jalur pertama:

Diriwayatkan oleh Abu Asy-Syaikh dalam kitabnya Thabaqaat Al-Muhadditsiin bi Ashbahaan 1/459, dan Abu Nu’am dalam kitabnya Taarikh Ashbahaan 1/378 melalui jalur Abu-Asy-Syaikh:

قال: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى, قَالَ: ثنا عَقِيلُ بْنُ يَحْيَى الْحَافِظُ , قَالَ: ثنا الزَّحَّافُ أَبُو مُحَمَّدٍ الْأَصْبَهَانِيُّ, قَالَ: ثنا ابْنُ جُرَيْجٍ, عَنْ عَطَاءٍ, عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ, قَالَ: «عَالِمٌ أَشَدُّ عَلَى إِبْلِيسَ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ»

Abu Asy-Syaikh berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin Yahya, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Aqiil bin Yahya Al-Hafidz, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Az-Zahhaaf Abu Muhammad Al-Ashbahaniy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari ‘Athaa’, dari Ibnu ‘Abbas ia berkata: Seorang ulama lebih sulit bagi Iblis dari seribu ahli ibadah.

Sanad ini lemah karena Ibnu Juraij, Abdul Malik bin Abdil Aziz  (w.150H); Sorang mudallis (sering meriwayatkan hadits yang tidak ia dengar langsung dari gurunya), periwayatannya tidak diterima kecuali memakai lafadz yang jelas menunjukkan bahwa ia mendengarnya langsung dari gurunya seperti "sami'tu, haddatsanii, akhbaranii" atau semisalnya, sedangkan dalam hadits ini ia mengatakan ('an) salah satu lafadz yang tidak jelas apakah ia dengar langsung dari gurunya atau tidak. [Thabaqaat Al-Mudallisiin karya Ibnu Hajar hal.41]

Dan setelah Ibnu Juraij, saya tidak mengetahui derajat periwayatan hadits para rawinya. Wallahu a’lam!

Jalur yang kedua:

Diriwayatkan oleh Ibnu Al-Jauziy dalam kitabnya Al-‘Ilal Al-Mutanahiyah 1/127 no.193:

عن خَارِجَة بن مصعب، عن دَاؤُدُ بْنُ أَبِي هِنْدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:" وَاللَّهِ لَعَالِمٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ".

Dari Kharijah bin Mush’ab, dari Daud bin Abi Hind, dari Asy-Sya’biy dari Ibnu ‘Abbas ia berkata: Demi Allah! Sungguh seorang ulama lebih sulit bagi Syaithan dari seribu ahli ibadah.

Sanadnya sangat lemah karena Khaarijah bin Mush’ab, Abu Al-Hajjaaj Al-Khurasaniy[2]; An-Nasa’iy, Al-Azdiy, dan Ibnu Hajar mengatakan: Periwayatan haditsnya ditolak (matruuk).

B.    Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan melalui lima jalur;

Jalur yang pertama.

Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy dalam kitabnya Al-Mu’jam Al-Ausath 6/194 no.6166, dan Al-Baihaqiy dalam kitabnya Syu’ab Al-Iman 3/231 no.1584:

عن يَزِيد بن عِيَاضٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَا عُبِدَ اللَّهُ بِشَيْءٍ أَفْضَلَ مِنْ فِقْهٍ فِي دِينٍ، وَلَفَقِيهٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ، وَلِكُلِّ شَيْءٍ عِمَادٌ، وَعِمَادُ هَذَا الدِّينُ الْفِقْهُ»

Dari Yaziid bin ‘Iyadh, dari Shafwan bin Sulaim, dari ‘Athaa’ bin Yasaar, dari Abi Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidaklah Allah disembah dengan sesuatu yang lebih baik daripada pemahaman dalam agama, dan sungguh seorang yang faqiih (paham agama) lebih sulit bagi setan dari seribu ahli ibadah, dan segala sesuatu punya tiang, dan tiangnya agama ini adalah pemahaman dalam agama”.

Sanad ini sangat lemah karena Yaziid bin ‘Iyadh bin Ju’dubah Al-Laitsiy[3]; Imam Bukhari, Muslim, Abu Hatim, dan As-Sajiy bekata: Periwayatan haditsnya mungkar (sangat lemah).
An-Nasa’iy dan Al-Azdiy mengatakan: Periwayatan haditsnya ditolak (matruuk).
Ahmad bin Shalih Al-Mashriy menuduhnya sebagai pemalsu hadits. Sedangkan Imam Malik, Ibnu Ma’in, dan An-Nasa’iy dalam riwayat lain menggelarinya sebagai pembohong.

Jalur yang kedua.

Diriwayatkan oleh Al-Khathiib Al-Bagdadiy dalam kitabnya Taariikh Bagdad 3/703, dan Ibnu Al-Jauziy dalam kitabnya Al-‘Ilal Al-Mutanahiyah 1/127 no.194 melalui jalur Al-Khathiib:

عن خَلَف بن يَحْيَى، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمِ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ دُعَامَةً، وَدُعَامَةُ هَذَا الدِّينُ الْفِقْهُ، وَلَفَقِيهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ "

Dari Khalaf bin Yahya, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Muhammad, dari Shafwaan bin Sulaim, dari Sulaiman bin Yasaar, dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala sesuatu punya tiang, dan tiangnya Islam adalah pemahaman dalam agama, dan sungguh seorang yang paham agama lebih sulit bagi setan dari seribu ahli ibadah”.

Hadits ini sangat lemah karena dua cacat pada sanadnya:

1.      Khalaf bin Yahya Al-Khurasaniy[4]; Abu Hatim Ar-Raziy mengatakan: Ia pembohong.
2.      Ibrahim bin Muhammad bin Abi Yahya, Abu Ishaq Al-Madaniy (w.184H)[5]; Periwayatan haditsnya ditolak oleh Ibnu Al-Mubarak, Ibnu Sa’ad, Ya’qub bin Sufyan, An-Nasa’iy, Ad-Daraquthniy, Ali bin Al-Junaid, Al-Azdiy, dan Ibnu Hajar.
Yahya bin Sa’id Al-Qathan, Ibnu Ma’in, Abu Hatim Ar-Raziy dan yang lainnya mengatakan: Ia pembohong.

Lihat: An-Naafilah fii Al-Ahaadiits Adh-Dha’ifah wa Al-Baathilah karya Syekh Abu Ishaq Al-Huwainiy 2/6.

Jalur yang ketiga.

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy dalam kitabnya Al-Kaamil fii Dhu’afaa’ Ar-Rijaal 2/50, dan Al-Baihaqiy dalam kitabnya Syu’ab Al-Iman 3/233 no.1587:

عن أبي الربيع السمان، عن أبي الزناد، عن الأعرج، عن أبي هريرة، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " لكل شيء دعامة، ودعامة الإسلام الفقه في الدين، ولفقيه أشد على الشيطان من ألف عابد ".

Dari Abu Ar-Rabii’ As-Sammaan, dari Abi Az-Zinaad, dari Al-A’raj, dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “Segala sesuatu punya tiang, dan tiangnya Islam adalah pemahaman dalam agama, dan sungguh seorang yang paham agama lebih sulit bagi setan dari seribu ahli ibadah”.

Sanad ini sangat lemah karena Abu Ar-Rabii’ namanya Asy’ats bin Sa’id Al-Bashriy[6]; Abu Hatim mengatakan: Periwayatan haditsnya mungkar, hafalannya buruk.
‘Amr bin ‘Ali Ash-Shairafiy, Ad-Daraquthniy, dan Ibnu Hajar mengatakan: Periwayatan haditsnya ditolak (matruuk).

Jalur yang keempat.

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr dalam kitabnya Jami’ bayaan Al-‘Ilmi wa fadhlihi 1/127 no.124:

قال: قَرَأْتُ عَلَى خَلَفِ بْنِ الْقَاسِمِ، أَنَّ سَعِيدَ بْنَ السَّكَنِ حَدَّثَهُمْ قَالَ: حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ أَبُو عَلِيٍّ الْبَزَّازُ بِبُخَارَى، ثنا عُبَيْدُ بْنُ وَاصِلٍ الْبِيكَنْدِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الْحَارِثِ الْبِيكَنْدِيُّ، ثنا عُثْمَانُ بْنُ مُخَارِقٍ الْكُوفِيُّ، وَأَثْنَى عَلَيْهِ خَيْرًا، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ قَالَ: «فَقِيهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ»

Ibnu Abdil Barr berkata: Aku membaca kepada Khalaf bin Al-Qasim, bahwasanya Sa’id bin As-Sakan menceritakan kepada mereka, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Husain bin Al-Hasan Abu Ali Al-Bazzaaz di Bukhara, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaid bin Washil Al-Bikandiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Al-Harits Al-Bikandiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Mukhariq Al-Kuufiy – dan ia memujinya dengan kebaikan -, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Amr, dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah, ia mengankatnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Satu orang Faqih lebih sulit bagi Syaithan dari pada seribu ahli ibadah”.

Hadits ini nampaknya juga lemah karena saya tidak mendapati biografi Al-Husain bin Al-Hasan Abu Ali Al-Bazzaaz, ‘Ubaid bin Washil Al-Bikandiy, Al-Hasan bin Al-Harits Al-Bikandiy, dan Utsman bin Mukhariq Al-Kuufiy. Wallahu a’lam!

Jalur yang kelima.

Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthniy dalam kitabnya Al-‘Ilal 9/132 no.1676, dan Al-Khathiib Al-Bagdadiy dalam kitabnya Al-Faqiih wa Al-Mutafaqqih 1/121 melalui jalur Ad-Daraquthniy:

عن الوليد بن مسلم، عن روح بن جناح، عن الزهري، عن ابن المسيب، عن أبي هريرة، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: " فقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد ".

Dari Al-Waliid bin Muslim, dari Rauh bin Janaah, dari Az-Zuhriy, dari Ibnu Al-Musayyab, dari Abi Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Satu orang faqiih lebih sulit bagi Syaithan dari seribu ahli ibadah”.

Ad-Daraquthniy berkata: Ada kekeliruan (wahm) dalam sanad ini, yang benar ini diriwayatkan oleh Al-Waliid bin Muslim, dari Rauh bin Janaah, dari Mujahid, dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

C.     Hadits Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan oleh Abu Al-Fadhl Az-Zuhriy (w.381H) dalam kitab hadits-nya no.466, dan Al-Khathiib Al-Bagdadiy dalam kitabnya Al-Faqiih wa Al-Mutafaqqih 1/124:

عن سَلْم بن الْمُغِيرَةِ الْأَزْدِيّ، نا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ، عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الْفَقِيهَ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفٍ وَرِعٍ وَأَلْفِ مُجْتَهِدٍ وَأَلْفِ متعَبِّدٍ فَإِنَّ طَيْرَ الْهَوَاءِ وَنِينَانَ الْبِحَارِ يُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ الْخَيْرِ وَمُتَعَلِّمِهِ»

Dari Salm bin Al-Mugirah Al-Azdiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin 'Ayyasy, dari 'Ashim bin An-Najuud, dari Riz bin Hubaisy, dari Umar bin Al-Khathab, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya seorang yang faham agama (faqiih) lebih berat atas Syaithan dari seribu orang wara' (ketat dalam masalah halal haram), dan seribu orang yang berusaha, dan seribu orang yang tekun beribadah. Karena sesungguhnya burung-burung di udara dan ikan-ikan di lautan berselawat untuk seorang yang mengajarkan kebaikan dan yang mempelajarinya".

Hadits ini lemah karena Salm bin Al-Mugirah Al-Azdiy, Abu Hanifah[7]; Periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Ad-Daraquthniy.

D.    Hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan oleh Ibnu An-Najjar – sebagaimana disebutkan oleh As-Suyuthiy dalam kitabnya Al-Jami’ Al-Kabiir 10/638 no.24193 – dengan lafadz:

" والذي نفس محمد بيده، لعالم واحد أشد على إبليس من ألف عابد، لأن العابد لنفسه والعالم لغيره "

“Demi Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh seorang ulama lebih sulit bagi iblis dari seribu ahli ibadah, karena sesungguhnya ahli ibadah (manfaat ibadahnya) untuk dirinya sendiri, sedangkan ulama (manfaat ilmunya) untuk orang lain”.

As-Suyuthiy berkata: “Pada sanadnya ada rawi yang bernama ‘Amru bin Al-Hushain”.

Dengan demikian sanad hadits ini sangat lemah karena ‘Amru bin Al-Hushain Al-‘Uqailiy, Abu Utsman Al-Bashriy (wafat setelah tahun 230H)[8]; periwayatan haditsnya ditolak (matruuk) sebagaimana dikatakan oleh Ad-Daraquthniy dan Ibnu Hajar.

Hadits lemah lain yang semakna:

1.     Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan melalui tiga jalur.

Jalur pertama:

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy dalam kitabnya Al-Kaamil fii Dhu’afaa’ Ar-Rijaal 4/134:

عن عبد الله بن مُحَرّر، عن الزهري، عن أبي سلمة، عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " فضل العالم على العابد سبعون درجة، ما بين كل درجتين مسيرة مائة عام حضر الفرس السريع " .

Dari Abdullah bin Muharrar, dari Az-Zuhriy, dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Keutamaan seorang ulama daripada seorang ahli ibadah adalah tujuh puluh derajat, jarak antara setiap derajat sejauh seratus tahun perjalanan dengan kuda cepat”.

Ibnu ‘Adiy berkata: Sanad hadits ini mungkar, aku tidak mengetahui orang yang meriwayatkannya dari Az-Zuhriy kecuali Ibnu Muharrar, dan periwayatan haditsnya lemah.

Hadits ini sangat lemah karena Abdullah bin Muharrar Al-‘Amiriy Al-Jazariy Al-Harraaniy[9]; Imam Ahmad, ‘Amru bin ‘Ali, Abu Hatim, An-Nasa’iy, Ali bin Al-Husain bin Al-Junaid, Ad-Daraquthniy, dan Ibnu Hajar mengatakan: Periwayatan haditsnya ditolak (matruuk).

Jalur kedua:

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam kitabnya Musnad Al-Kabiir – sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Mathalib Al-‘Aliyah 12/727 no.3095, dan Ibnu ‘Adiy dalam kitabnya Al-Kaamil fii Dhu’afaa’ Ar-Rijaal 7/453 melalui jalur Abu Ya’la:

قال: ثنا عمرو بن حصين ثنا ابن عُلاثة ثنا خصيف، عن مجاهد، عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " من حفظ على أمتي أربعين حديثا مما ينفعهم من أمر دينهم بعث يوم القيامة من العلماء، وفضل العالم على العابد سبعين درجة، الله أعلم ما بين كل درجتين "

Abu Ya’la berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Hushain, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Ulatsah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Khashiif, dari Mujahid, dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits yang bermanfaat bagi mereka dalam urusan agama mereka maka akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai seorang ulama, dan keutamaan seorang ulama atas seorang ahli ibadah tujuh puluh derajat, Allah lebih mengetahui jarak antara setiap derajatnya".

Adz-Dzahabiy mengatakan: Nampaknya hadits ini dipalsukan oleh Ibnu Hushain. [Miizaan Al-I’tidaal 3/595]

Jalur ketiga:

Disebutkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr dalam kitabnya Jami’ bayaan Al-‘Ilmi wa fadhlihi 1/130 no.129 secara mu’allaq:

عن ابن عون، عن ابن سيرين، عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " بين العالم والعابد مائة درجة , بين كل درجتين حضر الجواد المضمر سبعين سنة " .

Dari Ibnu ‘Aun, dari Ibnu Siriin, dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Antara seorang ulama dan seorang ahli ibadah adalah seratus derajat, jarak antara setiap derajat adalah tujuh puluh tahun perjalanan kuda yang kuat dan cepat”.

Ibnu ‘Abdil Barr berkata:
من دون ابن عون لا يحتج به.
“Semua perawinya setelah Ibnu ‘Aun tidak bisa dijadikan Hujjah”.

2.     Hadits Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam kitab Musnad-nya 2/163 no.856, dan Ibnu ‘Adiy dalam kitabnya Al-Kaamil fii Dhu’afaa’ Ar-Rijaal 3/60 melalui jalur Abu Ya’la:

عن الخليل بن مرة يحدث عن مبشر، عن الزهري، عن أبي سلمة بن عبد الرحمن بن عوف، عن أبيه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: " فُضل العالم على العابد سبعين درجة ، ما بين كل درجتين كما بين السماء والأرض ".

Dari Al-Khalil bin Murrah, ia menyampaikan hadits dari Mubasyir, dari Az-Zuhriy, dari Abi Salamah bin Abdirrahman bin ‘Auf, dari bapaknya, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabada: “Keutamaan seorang ulama atas seorang ahli ibadah adalah tujuh puluh derajat, jarak antara setiap derajat seperti jarak antara langit dan bumi”.

Hadits ini sangat lemah karena Al-Khalil bin Murrah Adh-Dhuba’iy Al-Bashriy[10]; Imam Bukhari dan Ibnu Hibban mengatakan: Periwayatan haditsnya mungkar (sangat lemah).

Wallahu a’lam!




[1] Lihat biografi " Rauh bin Janah " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.176 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 2/59, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 3/494, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 1/300, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 4/59, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.81 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/287, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 9/233, Al-Kasyif karya Adz-Dzahabiy 1/398, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.211.
[2] Lihat biografi " Khaarijah bin Mush’ab " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy hal.44, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.172 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 2/25, Al-Majruhiin 1/288, Al-Kaamil 3/494, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/243, Tahdziib Al-Kamaal 8/16, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 1/625, Taqriib At-Tahdziib hal.186.
[3] Lihat biografi " Yaziid bin ‘Iyadh " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.126 , Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.252 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 4/387, Al-Jarh wa At-Ta'diil 9/282, Al-Majruhiin 3/108, Al-Kaamil 9/140, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/211, Tahdziib Al-Kamaal 32/211, Miizaan Al-I'tidaal 4/436, Taqriib At-Tahdziib hal.604.
[4] Lihat biografi " Khalaf bin Yahya " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 3/372, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/256, Miizaan Al-I'tidaal 1/663, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 3/374.
[5] Lihat biografi " Ibrahim bin Muhammad " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.17 , Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.146 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/62, Al-Jarh wa At-Ta'diil 2/125, Al-Majruhiin 1/105, Al-Kaamil 1/353, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/51, Tahdziib Al-Kamaal 2/184, Miizaan Al-I'tidaal 1/57, Taqriib At-Tahdziib hal.93.
[6] Lihat biografi " Abu Ar-Rabii’" dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.23 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/30, Al-Jarh wa At-Ta'diil 2/272, Al-Majruhiin 1/172, Al-Kaamil 2/48, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy 1/258, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/125, Tahdziib Al-Kamaal 3/261, Miizaan Al-I'tidaal 1/263, Taqriib At-Tahdziib hal.113.
[7] Lihat biografi " Salm bin Al-Mugirah " dalam kitab: Taariikh Bagdaad karya Al-Khathiib 10/211, Miizaan Al-I'tidaal 2/186, Lisaan Al-Miizaan 4/111.
[8] Lihat biografi "‘Amru bin Al-Hushain " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 6/229, Al-Kaamil 6/256, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy 2/156, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/224, Tahdziib Al-Kamaal 21/587, Miizaan Al-I'tidaal 3/252, Taqriib At-Tahdziib hal.420.
[9] Lihat biografi " Abdullah bin Muharrar " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.70, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.200 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 2/309, Al-Jarh wa At-Ta'diil 5/176, Al-Majruhiin 2/22, Al-Kaamil 5/213, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/137, Tahdziib Al-Kamaal 16/29, Miizaan Al-I'tidaal 2/500, Taqriib At-Tahdziib hal.320.
[10] Lihat biografi " Al-Khalil bin Murrah " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.173 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 2/19, Al-Jarh wa At-Ta'diil 3/379, Al-Majruhiin 1/286, Al-Kaamil 3/504, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/257, Tahdziib Al-Kamaal 8/342, Miizaan Al-I'tidaal 1/667, Taqriib At-Tahdziib hal.196.

2 komentar:

  1. Lemah semua? Trus yg kuat mana??

    BalasHapus
  2. Hadits shahih yang menunjukkan keutamaan ahli ilmu daripada ahli ibadah:

    Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
    «فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ» [سنن الترمذي: صحيح]
    "Keutamaan seorang ulama dibandingkan dengan seorang ahli ibadah seperti keutamaanku dibandingkan dengan orang yang paling rendah dari kalian". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]

    Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
    فَضْلُ الْعِلْمِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ فَضْلِ الْعِبَادَةِ ، وَخَيْرُ دِينِكِمُ الْوَرَعُ [مسند البزار: صححه الألباني]
    “Keutamaan ilmu lebih saya sukai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama (amalan) kalian adalah sifat wara'”. [Musnad Al-Bazzaar: Sahih]

    Dari Abu Ad-Dardaa' radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
    «إِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ، كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ» [سنن أبى داود: صححه الألباني]
    “Sesungguhnya keutamaan seorang ulama terhadap seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan malam purnama dibandingkan dengan bintang lainnya”. [Sunan Abu Daud: Sahih]

    BalasHapus

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...