بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits ini disebutkan oleh
Al-‘Ajluniy rahimahullah dalam kitabnya Kasyful Khafaa’ (kumpulan
hadits-hadits masyhur) 2/169 no.2054. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Abu
Hurairah, Umar bin Khathab, dan ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhum.
A. Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy
dalam kitab sunan-nya 5/48 no.2681, Ibnu
Majah dalam kitab sunan-nya 1/81 no.22, Ath-Thabaraniy dalam
kitabnya Al-Mu’jam Al-Kabiir 11/78 no.11099, dan Al-Baihaqiy dalam
kitabnya Syu’ab Al-Iman 3/232 no.1586:
عن رَوْح بن جَنَاحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«فَقِيهٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ»
Dari Rauh bin Janaah, dari Mujahid, dari Ibnu ‘Abbas, ia
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang
faqiih (paham ilmu agama) lebih sulit (digoda) bagi setan daripada seribu ahli
ibadah”.
Hadits ini
sangat lemah karena pada sanadnya ada Rauh bin Janah Al-Qurasyiy, Abu Sa’id Ad-Dimasyqiy[1]; Abu
Zur’ah Ar-Raziy, An-Nasa’iy, dan Adz-Dzahabiy mengatakan: Periwayatan haditsnya
tidak kuat.
Ibnu Hajar
berkata: Ia lemah, Ibnu Hibban menuduhnya sebagai pemalsu hadits.
Abu Nu’aim
berkata: Ia meriwayatkan dari Mujahid hadits-hadits yang mungkar (sangat
lemah).
Abu Sa’id
An-Naqqasy berkata: Ia meriwayatkan dari Mujahid hadits-hadits palsu.
Diriwayatkan
secara mauquuf melalui dua jalur:
Jalur
pertama:
Diriwayatkan
oleh Abu Asy-Syaikh dalam kitabnya Thabaqaat Al-Muhadditsiin bi
Ashbahaan 1/459, dan Abu Nu’am dalam kitabnya Taarikh Ashbahaan 1/378
melalui jalur Abu-Asy-Syaikh:
قال: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى, قَالَ: ثنا عَقِيلُ
بْنُ يَحْيَى الْحَافِظُ , قَالَ: ثنا الزَّحَّافُ أَبُو مُحَمَّدٍ الْأَصْبَهَانِيُّ,
قَالَ: ثنا ابْنُ جُرَيْجٍ, عَنْ عَطَاءٍ, عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ, قَالَ: «عَالِمٌ أَشَدُّ عَلَى إِبْلِيسَ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ»
Abu
Asy-Syaikh berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin
Yahya, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Aqiil bin Yahya Al-Hafidz,
ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Az-Zahhaaf Abu Muhammad
Al-Ashbahaniy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari
‘Athaa’, dari Ibnu ‘Abbas ia berkata: Seorang ulama lebih sulit bagi Iblis dari
seribu ahli ibadah.
Sanad ini lemah karena Ibnu Juraij,
Abdul Malik bin Abdil Aziz (w.150H); Sorang mudallis (sering meriwayatkan
hadits yang tidak ia dengar langsung dari gurunya), periwayatannya tidak
diterima kecuali memakai lafadz yang jelas menunjukkan bahwa ia mendengarnya
langsung dari gurunya seperti "sami'tu, haddatsanii, akhbaranii"
atau semisalnya, sedangkan dalam hadits ini ia mengatakan ('an) salah
satu lafadz yang tidak jelas apakah ia dengar langsung dari gurunya atau tidak.
[Thabaqaat Al-Mudallisiin karya Ibnu Hajar hal.41]
Dan
setelah Ibnu Juraij, saya tidak mengetahui derajat periwayatan hadits para
rawinya. Wallahu a’lam!
Jalur yang
kedua:
Diriwayatkan
oleh Ibnu Al-Jauziy dalam kitabnya Al-‘Ilal Al-Mutanahiyah 1/127 no.193:
عن خَارِجَة بن مصعب، عن دَاؤُدُ بْنُ أَبِي
هِنْدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:" وَاللَّهِ لَعَالِمٌ
أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ".
Dari Kharijah bin Mush’ab, dari Daud bin Abi Hind, dari
Asy-Sya’biy dari Ibnu ‘Abbas ia berkata: Demi Allah! Sungguh seorang ulama
lebih sulit bagi Syaithan dari seribu ahli ibadah.
Sanadnya sangat lemah karena Khaarijah
bin Mush’ab, Abu Al-Hajjaaj Al-Khurasaniy[2]; An-Nasa’iy,
Al-Azdiy, dan Ibnu Hajar mengatakan: Periwayatan haditsnya ditolak (matruuk).
B. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan melalui lima jalur;
Jalur yang pertama.
Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy
dalam kitabnya Al-Mu’jam Al-Ausath 6/194 no.6166, dan Al-Baihaqiy dalam
kitabnya Syu’ab Al-Iman 3/231 no.1584:
عن يَزِيد بن عِيَاضٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ
سُلَيْمٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَا عُبِدَ اللَّهُ بِشَيْءٍ أَفْضَلَ مِنْ فِقْهٍ
فِي دِينٍ، وَلَفَقِيهٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ، وَلِكُلِّ
شَيْءٍ عِمَادٌ، وَعِمَادُ هَذَا الدِّينُ الْفِقْهُ»
Dari Yaziid bin ‘Iyadh, dari Shafwan bin Sulaim, dari
‘Athaa’ bin Yasaar, dari Abi Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda: “Tidaklah Allah disembah dengan sesuatu yang
lebih baik daripada pemahaman dalam agama, dan sungguh seorang yang faqiih
(paham agama) lebih sulit bagi setan dari seribu ahli ibadah, dan segala
sesuatu punya tiang, dan tiangnya agama ini adalah pemahaman dalam agama”.
Sanad ini sangat lemah karena Yaziid bin
‘Iyadh bin Ju’dubah Al-Laitsiy[3]; Imam
Bukhari, Muslim, Abu Hatim, dan As-Sajiy bekata: Periwayatan haditsnya mungkar
(sangat lemah).
An-Nasa’iy
dan Al-Azdiy mengatakan: Periwayatan haditsnya ditolak (matruuk).
Ahmad bin
Shalih Al-Mashriy menuduhnya sebagai pemalsu hadits. Sedangkan Imam Malik, Ibnu
Ma’in, dan An-Nasa’iy dalam riwayat lain menggelarinya sebagai pembohong.
Jalur yang
kedua.
Diriwayatkan
oleh Al-Khathiib Al-Bagdadiy dalam kitabnya Taariikh Bagdad 3/703, dan Ibnu
Al-Jauziy dalam kitabnya Al-‘Ilal Al-Mutanahiyah 1/127 no.194 melalui jalur
Al-Khathiib:
عن خَلَف بن يَحْيَى، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمِ،
عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ دُعَامَةً، وَدُعَامَةُ
هَذَا الدِّينُ الْفِقْهُ، وَلَفَقِيهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ
عَابِدٍ "
Dari Khalaf bin Yahya, ia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Ibrahim bin Muhammad, dari Shafwaan
bin Sulaim, dari Sulaiman bin Yasaar, dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala sesuatu punya
tiang, dan tiangnya Islam adalah pemahaman dalam agama, dan sungguh seorang
yang paham agama lebih sulit bagi setan dari seribu ahli ibadah”.
Hadits ini
sangat lemah karena dua cacat pada sanadnya:
2. Ibrahim bin Muhammad bin Abi Yahya, Abu Ishaq Al-Madaniy (w.184H)[5];
Periwayatan haditsnya ditolak oleh Ibnu Al-Mubarak, Ibnu Sa’ad, Ya’qub bin
Sufyan, An-Nasa’iy, Ad-Daraquthniy, Ali bin Al-Junaid, Al-Azdiy, dan Ibnu
Hajar.
Yahya bin
Sa’id Al-Qathan, Ibnu Ma’in, Abu Hatim Ar-Raziy dan yang lainnya mengatakan: Ia
pembohong.
Lihat:
An-Naafilah fii Al-Ahaadiits Adh-Dha’ifah wa Al-Baathilah karya Syekh Abu Ishaq
Al-Huwainiy 2/6.
Jalur yang ketiga.
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy
dalam kitabnya Al-Kaamil fii Dhu’afaa’ Ar-Rijaal 2/50, dan Al-Baihaqiy
dalam kitabnya Syu’ab Al-Iman 3/233 no.1587:
عن أبي الربيع السمان، عن أبي الزناد، عن الأعرج، عن أبي هريرة،
قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " لكل شيء دعامة، ودعامة الإسلام الفقه
في الدين، ولفقيه أشد على الشيطان من ألف عابد ".
Dari Abu Ar-Rabii’ As-Sammaan, dari Abi Az-Zinaad, dari
Al-A’raj, dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alahi wa
sallam bersabda: “Segala sesuatu punya tiang, dan tiangnya Islam
adalah pemahaman dalam agama, dan sungguh seorang yang paham agama lebih sulit
bagi setan dari seribu ahli ibadah”.
Sanad ini
sangat lemah karena Abu Ar-Rabii’ namanya
Asy’ats bin Sa’id Al-Bashriy[6]; Abu
Hatim mengatakan: Periwayatan haditsnya mungkar, hafalannya buruk.
‘Amr
bin ‘Ali Ash-Shairafiy, Ad-Daraquthniy, dan Ibnu Hajar mengatakan: Periwayatan
haditsnya ditolak (matruuk).
Jalur yang
keempat.
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr
dalam kitabnya Jami’ bayaan Al-‘Ilmi wa fadhlihi 1/127 no.124:
قال: قَرَأْتُ عَلَى خَلَفِ بْنِ الْقَاسِمِ، أَنَّ سَعِيدَ بْنَ السَّكَنِ
حَدَّثَهُمْ قَالَ: حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ
أَبُو عَلِيٍّ الْبَزَّازُ بِبُخَارَى، ثنا عُبَيْدُ
بْنُ وَاصِلٍ الْبِيكَنْدِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ
بْنُ الْحَارِثِ الْبِيكَنْدِيُّ، ثنا عُثْمَانُ بْنُ
مُخَارِقٍ الْكُوفِيُّ، وَأَثْنَى عَلَيْهِ خَيْرًا، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو،
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ قَالَ: «فَقِيهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ
عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ»
Ibnu Abdil
Barr berkata: Aku membaca kepada Khalaf bin Al-Qasim, bahwasanya Sa’id bin
As-Sakan menceritakan kepada mereka, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami
Al-Husain bin Al-Hasan Abu Ali Al-Bazzaaz di
Bukhara, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaid
bin Washil Al-Bikandiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Al-Harits Al-Bikandiy, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Utsman bin Mukhariq Al-Kuufiy
– dan ia memujinya dengan kebaikan -, ia berkata: Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin ‘Amr, dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah, ia mengankatnya
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Satu
orang Faqih lebih sulit bagi Syaithan dari pada seribu ahli ibadah”.
Hadits ini nampaknya juga lemah karena saya tidak
mendapati biografi Al-Husain bin Al-Hasan Abu Ali
Al-Bazzaaz, ‘Ubaid bin Washil Al-Bikandiy,
Al-Hasan bin Al-Harits Al-Bikandiy, dan Utsman bin Mukhariq Al-Kuufiy. Wallahu a’lam!
Jalur yang
kelima.
Diriwayatkan
oleh Ad-Daraquthniy dalam kitabnya Al-‘Ilal 9/132 no.1676, dan Al-Khathiib
Al-Bagdadiy dalam kitabnya Al-Faqiih wa Al-Mutafaqqih 1/121
melalui jalur Ad-Daraquthniy:
عن الوليد بن مسلم، عن روح بن جناح، عن
الزهري، عن ابن المسيب، عن أبي هريرة، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: " فقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد ".
Dari
Al-Waliid bin Muslim, dari Rauh bin Janaah, dari
Az-Zuhriy, dari Ibnu Al-Musayyab, dari Abi Hurairah, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Satu orang faqiih lebih sulit bagi Syaithan
dari seribu ahli ibadah”.
Ad-Daraquthniy
berkata: Ada kekeliruan (wahm) dalam sanad ini,
yang benar ini diriwayatkan oleh Al-Waliid bin Muslim, dari Rauh bin Janaah, dari Mujahid, dari Ibnu ‘Abbas, dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
C. Hadits Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Abu Al-Fadhl
Az-Zuhriy (w.381H) dalam kitab hadits-nya no.466, dan Al-Khathiib
Al-Bagdadiy dalam kitabnya Al-Faqiih wa Al-Mutafaqqih 1/124:
عن سَلْم بن الْمُغِيرَةِ الْأَزْدِيّ، نا أَبُو
بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ، عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ،
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «إِنَّ الْفَقِيهَ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفٍ وَرِعٍ وَأَلْفِ
مُجْتَهِدٍ وَأَلْفِ متعَبِّدٍ فَإِنَّ طَيْرَ الْهَوَاءِ وَنِينَانَ الْبِحَارِ يُصَلُّونَ
عَلَى مُعَلِّمِ الْخَيْرِ وَمُتَعَلِّمِهِ»
Dari Salm bin
Al-Mugirah Al-Azdiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr
bin 'Ayyasy, dari 'Ashim bin An-Najuud, dari Riz bin Hubaisy, dari Umar bin
Al-Khathab, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya seorang yang faham agama (faqiih) lebih berat atas Syaithan
dari seribu orang wara' (ketat dalam masalah halal haram), dan seribu orang
yang berusaha, dan seribu orang yang tekun beribadah. Karena sesungguhnya
burung-burung di udara dan ikan-ikan di lautan berselawat untuk seorang yang
mengajarkan kebaikan dan yang mempelajarinya".
Hadits ini lemah
karena Salm bin Al-Mugirah Al-Azdiy, Abu
Hanifah[7];
Periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Ad-Daraquthniy.
D. Hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Ibnu An-Najjar
– sebagaimana disebutkan oleh As-Suyuthiy dalam kitabnya Al-Jami’ Al-Kabiir
10/638 no.24193 – dengan lafadz:
"
والذي نفس محمد بيده، لعالم واحد أشد على إبليس من ألف عابد، لأن العابد لنفسه
والعالم لغيره "
“Demi Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh
seorang ulama lebih sulit bagi iblis dari seribu ahli ibadah, karena
sesungguhnya ahli ibadah (manfaat ibadahnya) untuk dirinya sendiri, sedangkan
ulama (manfaat ilmunya) untuk orang lain”.
As-Suyuthiy berkata: “Pada sanadnya ada rawi yang bernama
‘Amru bin Al-Hushain”.
Dengan demikian sanad hadits ini sangat
lemah karena ‘Amru bin Al-Hushain Al-‘Uqailiy,
Abu Utsman Al-Bashriy (wafat setelah tahun 230H)[8];
periwayatan haditsnya ditolak (matruuk) sebagaimana dikatakan oleh
Ad-Daraquthniy dan Ibnu Hajar.
Hadits lemah lain yang
semakna:
1. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan melalui tiga jalur.
Jalur pertama:
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy
dalam kitabnya Al-Kaamil fii Dhu’afaa’ Ar-Rijaal 4/134:
عن عبد الله بن مُحَرّر، عن
الزهري، عن أبي سلمة، عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: "
فضل العالم على العابد سبعون درجة، ما بين كل درجتين مسيرة مائة عام حضر الفرس
السريع " .
Dari Abdullah bin Muharrar,
dari Az-Zuhriy, dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Keutamaan seorang ulama daripada
seorang ahli ibadah adalah tujuh puluh derajat, jarak antara setiap derajat
sejauh seratus tahun perjalanan dengan kuda cepat”.
Ibnu ‘Adiy berkata: Sanad hadits ini mungkar, aku tidak
mengetahui orang yang meriwayatkannya dari Az-Zuhriy kecuali Ibnu Muharrar, dan
periwayatan haditsnya lemah.
Hadits ini sangat lemah karena
Abdullah bin Muharrar Al-‘Amiriy Al-Jazariy
Al-Harraaniy[9];
Imam Ahmad, ‘Amru bin ‘Ali, Abu Hatim, An-Nasa’iy, Ali bin Al-Husain bin
Al-Junaid, Ad-Daraquthniy, dan Ibnu Hajar mengatakan: Periwayatan haditsnya
ditolak (matruuk).
Jalur kedua:
Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam kitabnya Musnad
Al-Kabiir – sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Mathalib
Al-‘Aliyah 12/727 no.3095, dan Ibnu ‘Adiy dalam kitabnya
Al-Kaamil fii Dhu’afaa’ Ar-Rijaal 7/453 melalui jalur Abu Ya’la:
قال: ثنا عمرو بن حصين ثنا
ابن عُلاثة ثنا خصيف، عن مجاهد، عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " من حفظ على أمتي أربعين حديثا مما
ينفعهم من أمر دينهم بعث يوم القيامة من العلماء، وفضل العالم على العابد سبعين
درجة، الله أعلم ما بين كل درجتين "
Abu Ya’la berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Hushain, ia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Ibnu ‘Ulatsah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Khashiif,
dari Mujahid, dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits yang bermanfaat bagi mereka dalam urusan agama mereka maka akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai seorang ulama, dan keutamaan seorang ulama atas seorang ahli ibadah tujuh puluh derajat, Allah lebih mengetahui jarak antara setiap derajatnya".
Adz-Dzahabiy mengatakan: Nampaknya hadits ini dipalsukan oleh
Ibnu Hushain. [Miizaan Al-I’tidaal 3/595]
Jalur ketiga:
Disebutkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr
dalam kitabnya Jami’ bayaan Al-‘Ilmi wa fadhlihi 1/130 no.129 secara mu’allaq:
عن ابن عون، عن ابن سيرين، عن أبي هريرة قال:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " بين العالم والعابد مائة درجة , بين كل درجتين
حضر الجواد المضمر سبعين سنة " .
Dari Ibnu ‘Aun, dari Ibnu Siriin,
dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Antara seorang ulama dan seorang ahli ibadah adalah seratus
derajat, jarak antara setiap derajat adalah tujuh puluh tahun perjalanan kuda
yang kuat dan cepat”.
Ibnu ‘Abdil Barr berkata:
من دون ابن عون لا
يحتج به.
“Semua perawinya setelah Ibnu
‘Aun tidak bisa dijadikan Hujjah”.
2. Hadits Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam kitab Musnad-nya
2/163 no.856, dan Ibnu ‘Adiy dalam kitabnya Al-Kaamil fii Dhu’afaa’
Ar-Rijaal 3/60 melalui jalur Abu Ya’la:
عن الخليل بن مرة يحدث عن مبشر، عن الزهري، عن أبي سلمة بن عبد الرحمن بن عوف، عن أبيه،
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: " فُضل العالم على العابد سبعين درجة ، ما بين كل درجتين
كما بين السماء والأرض ".
Dari Al-Khalil bin Murrah, ia
menyampaikan hadits dari Mubasyir, dari Az-Zuhriy, dari Abi Salamah bin
Abdirrahman bin ‘Auf, dari bapaknya, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabada: “Keutamaan seorang ulama atas seorang ahli ibadah adalah tujuh
puluh derajat, jarak antara setiap derajat seperti jarak antara langit dan
bumi”.
Hadits ini sangat lemah karena
Al-Khalil bin Murrah Adh-Dhuba’iy Al-Bashriy[10];
Imam Bukhari dan Ibnu Hibban mengatakan: Periwayatan haditsnya mungkar (sangat
lemah).
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Takhriij hadits “Tidur orang berilmu lebih baik dari pada ibadah orang bodoh" - Hadits masyhur - Keutamaan hafal 40 hadits
[1] Lihat biografi " Rauh bin Janah "
dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.176 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya
Al-'Uqaily 2/59, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 3/494, Al-Majruhiin
karya Ibnu Hibban 1/300, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 4/59, Adh-Dhu'afaa' karya Abu
Nu'aim hal.81 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/287, Tahdziib Al-Kamaal
karya Al-Mizziy 9/233, Al-Kasyif karya Adz-Dzahabiy 1/398, Taqriib At-Tahdziib
karya Ibnu Hajar hal.211.
[2] Lihat
biografi " Khaarijah bin Mush’ab
" dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy hal.44,
Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.172 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 2/25, Al-Majruhiin 1/288, Al-Kaamil 3/494,
Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/243, Tahdziib Al-Kamaal 8/16, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 1/625, Taqriib At-Tahdziib hal.186.
[3] Lihat biografi " Yaziid bin ‘Iyadh "
dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.126 ,
Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.252 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 4/387, Al-Jarh wa At-Ta'diil 9/282, Al-Majruhiin 3/108, Al-Kaamil 9/140, Adh-Dhu'afaa' karya
Ibnu Al-Jauziy 3/211, Tahdziib Al-Kamaal 32/211, Miizaan
Al-I'tidaal 4/436, Taqriib At-Tahdziib hal.604.
[4] Lihat biografi " Khalaf bin Yahya "
dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 3/372, Adh-Dhu'afaa'
karya Ibnu Al-Jauziy 1/256, Miizaan Al-I'tidaal 1/663,
Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 3/374.
[5] Lihat biografi " Ibrahim bin Muhammad "
dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.17 , Adh-Dhu'afaa'
karya An-Nasa'iy hal.146 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/62,
Al-Jarh wa At-Ta'diil 2/125, Al-Majruhiin 1/105, Al-Kaamil 1/353, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu
Al-Jauziy 1/51, Tahdziib Al-Kamaal 2/184, Miizaan Al-I'tidaal 1/57, Taqriib At-Tahdziib hal.93.
[6] Lihat biografi " Abu Ar-Rabii’"
dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.23 , Adh-Dhu'afaa'
Al-Kabiir 1/30, Al-Jarh wa At-Ta'diil 2/272,
Al-Majruhiin 1/172, Al-Kaamil 2/48,
Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy 1/258, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/125,
Tahdziib Al-Kamaal 3/261, Miizaan Al-I'tidaal 1/263, Taqriib At-Tahdziib hal.113.
[7] Lihat biografi " Salm bin Al-Mugirah
" dalam kitab: Taariikh Bagdaad karya Al-Khathiib 10/211, Miizaan
Al-I'tidaal 2/186, Lisaan Al-Miizaan 4/111.
[8] Lihat biografi "‘Amru bin Al-Hushain "
dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 6/229, Al-Kaamil 6/256, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy 2/156, Adh-Dhu'afaa' karya
Ibnu Al-Jauziy 2/224, Tahdziib Al-Kamaal 21/587, Miizaan
Al-I'tidaal 3/252, Taqriib At-Tahdziib hal.420.
[9] Lihat biografi " Abdullah bin
Muharrar " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.70, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.200 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 2/309, Al-Jarh wa At-Ta'diil 5/176,
Al-Majruhiin 2/22, Al-Kaamil 5/213,
Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/137, Tahdziib Al-Kamaal 16/29,
Miizaan Al-I'tidaal 2/500, Taqriib At-Tahdziib hal.320.
[10] Lihat biografi " Al-Khalil bin
Murrah " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.173 ,
Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 2/19, Al-Jarh wa At-Ta'diil 3/379, Al-Majruhiin 1/286, Al-Kaamil 3/504, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/257, Tahdziib Al-Kamaal 8/342, Miizaan Al-I'tidaal 1/667, Taqriib
At-Tahdziib hal.196.
Lemah semua? Trus yg kuat mana??
BalasHapusHadits shahih yang menunjukkan keutamaan ahli ilmu daripada ahli ibadah:
BalasHapusDari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Keutamaan seorang ulama dibandingkan dengan seorang ahli ibadah seperti keutamaanku dibandingkan dengan orang yang paling rendah dari kalian". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
فَضْلُ الْعِلْمِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ فَضْلِ الْعِبَادَةِ ، وَخَيْرُ دِينِكِمُ الْوَرَعُ [مسند البزار: صححه الألباني]
“Keutamaan ilmu lebih saya sukai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama (amalan) kalian adalah sifat wara'”. [Musnad Al-Bazzaar: Sahih]
Dari Abu Ad-Dardaa' radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ، كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ» [سنن أبى داود: صححه الألباني]
“Sesungguhnya keutamaan seorang ulama terhadap seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan malam purnama dibandingkan dengan bintang lainnya”. [Sunan Abu Daud: Sahih]