Sabtu, 31 Maret 2018

Menjaga kesucian bulan-bulan Haram

بسم الله الرحمن الرحيم
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ} [التوبة: 36]
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu mendzalimi diri kamu dalam bulan yang empat itu". [At-Taubah:36]
4 bulan haram
Dzul Qa'idah, dzul hijjah, muharram, dan rajab adalah empat bulan haram yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wata'ala melalui lisan Rasul-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu; Sewaktu haji wada', Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah:
" إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو القَعْدَةِ، وَذُو الحِجَّةِ، وَالمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ، مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى، وَشَعْبَانَ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya waktu berputar seperti keadaannya sewaktu Allah menciptkan langit dan bumi. Setahun itu dua belas bulan, diantaranya empat bulan haram, tiga diantaranya berurutan yaitu: Dzul qa'idah, Dzul hijjah, Muharram, dan Rajab (yang diagungkan oleh kabilah) Mudhar yang berada diantara bulan Jumadil akhir dan Sya'ban". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Makna sabda Rasulullah إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ “ :
  1. Orang Arab Jahiliyah dulu sering memajukan dan memundurkan nama-nama bulan, menghalalkan bulan-bulan haram dan mengharamkan bulan-bulan halal. Sampai susunan nama-nama bulan menjadi tidak berurutan segabagimana asalnya. Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ} [التوبة: 37]
Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [At-Taubah:37]
Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menunaikan haji wada’ susunan nama-nama bulan kembali stabil sesuai dengan apa yang telah ditetapkan Allah subhanahu wata'ala sejak diciptakannya langit dan bumi.
Sebagian ulama berpendapat bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengakhirkan ibadah hajinya (tahun 10H) padahal telah diwajjibkan pada tahun sebelumnya (6 atau 8 atau 9H), karena menunggu stabilnya susunan nama-nama bulan, agar beliau dapat haji pada bulan dzul hijjah yang sesungguhnya. [A’laamul Hadits kry Al-Khathabiy 3/1783]
  1. Ada yg berpendapat bahwa orang Arab Jahiliyah dulu menunaikan ibadah haji pada bulan Dzul Qa’dah selama dua tahun dan pada bulan Dzul Hijjah selama dua tahun, dan ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menunaikan haji wadha’ bertepatan dengan bulan Dzul Hijjah.
Makna bulan Haram
Pada bulan-bulan haram Allah subhanahu wata'ala lebih menekankan kepada hamba-Nya untuk menghormati bulan-bulan tersebut, tidak mendzalimi diri dengan melakukan maksiat dan memerintahkan untuk memperbanyak ibadah.
Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ} [المائدة: 2]
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram". [Al-Maidah:2]
Diantara amalan yang sangat dianjurkan dalam bulan-bulan haram adalah puasa:
Diriwayatkan bahwa Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
صُمْ مِنَ الحُرُمِ وَاتْرُكْ، صُمْ مِنَ الحُرُمِ وَاتْرُكْ، صُمْ مِنَ الحُرُمِ وَاتْرُكْ [سنن أبي داود: ضعفه الألباني]
“Puasalah di bulan haram dan tinggalkan, puasalah di bulan haram dan tinggalkan, Puasalah di bulan haram dan tinggalkan”. [Sunan Abu Daud: Dilemahkan oleh syekh Albaniy]
Maksudnya: Puasa sebagian dan tinggalakan sebagian.
Sekalipun hadits ini lemah, tapi beberapa ulama membolehkan untuk diamalkan karena lemahnya tidak terlalu parah, dan puasa adalah salah satu amal saleh yang dianjurkan untuk diperbanyak pada bulan haram.
Lebih diutamakan lagi berpuasa di bulan Muharram:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ، بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ، بَعْدَ الْفَرِيضَةِ، صَلَاةُ اللَّيْلِ [صحيح مسلم]
“Puasa yang paling afdhal setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah bulan Muharram, dan shalat yang paling afdhal setelah shalat wajib adalah shalat malam”. [Sahih Muslim]
Diutamakan lagi pada hari kesembilan dan sepuluh Muharram:
Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ [صحيح مسلم]
“Dan puasa di hari 'asyura', aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa setahun sebelumnya”. [Sahih Muslim]
Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa 'asyura' beliau memerintahkan sahabatnya untuk berpuasa, lalu mereka bertanya: Ya Rasulullah, hari 'asyura' adalah hari yang dimuliakan oleh Yahudi dan Nashrani?
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ»
Jika datang tahun depan insyaallah maka kita akan berpuasa juga di hari ke sembilan.
Ibnu 'Abbas berkata: Tapi belum datang hari 'asyura' tahun depan sampai Rasulullah meninggal. [Shahih Muslim]
3 jenis kedzaliman yang mesti dijauhi khususnya di bulan haram
Dari Anas -radhiyallahu ‘anhu-; Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
" الظُّلْمُ ثَلاثَةٌ: فَظُلْمٌ لا يَتْرُكُهُ اللَّهُ، وَظُلْمٌ يُغْفَرُ، وَظُلْمٌ لا يُغْفَرُ، فَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لا يُغْفَرُ فَالشِّرْكُ لا يَغْفِرُهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي يُغْفَرُ فَظُلْمُ الْعَبْدِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ، وَأَمَّا الَّذِي لا يُتْرَكُ فظلم العباد، فيقتص الله بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ "
“Kedzaliman itu ada tiga: Ada kedzaliman yg tidak diabaikan, ada kedzaliman yg diampuni, dan ada kedzaliman yg tdk diampuni. Adapun kedzaliman yg tdk diampuni maka itu adalah syirik, tdk akan diampun olehi Allah, dan adapun kedzaliman yg diampuni maka itu adalah kedzaliman seorg hamba antara dirinya dan Rabb-nya, dan adapun kedzaliman yg tidak diabaikan maka itu adalah kedzaliman antara sesama hamba maka Allah akan memberikan pembalasan antara sebagian mereka dengan sebagian yg lain”. [Silsilah Ash-Shahihah no.1927]
Lalai dari ketaatan atau melakukan maksiat dalam bentuk apapun adalah praktek kedzaliman.
Syirik, menyekutukan Allah dengan segala jenisnya adalah kedzaliman yang paling berat.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ} [البقرة: 217]
"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan syirik lebih besar (dosanya) daripada membunuh". (Al-Baqarah:217)
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Ketika ayat ini turun:
{الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ} [الأنعام: 82]
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al-An'aam:82]
Ayat ini terasa berat bagi umat Islam, maka sahabat bertanya: Ya Rasulullah, siapakah diantara kami yang tidak mendzalimi dirinya (dengan maksiat secara umum)?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
«لَيْسَ ذَلِكَ إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ أَلَمْ تَسْمَعُوا مَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ»
"Bukan kezaliman itu yang dimaksud akan tetapi kesyirikan, tidakkah kalian mendengar apa yang dikatakan Luqman kepada anaknya di waktu ia memberi peringatan kepadanya?
{يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} [لقمان: 13]
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". [Luqman:13] [Shahih Bukhari dan Muslim]
Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah selama pelakunya tidak bertobat, karena meyekutukan Allah adalah dosa yang paling besar. Allah telah mengharamkan sorga bagi orang-orang musyrik, dan menjanjikan bagi mereka kekekalan di neraka. Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا} [النساء: 48]
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". [An-Nisaa':48]
{إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ} [المائدة: 72]
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun". [Al-Maidah:72]
Allah mengampuni dosa selain syirik berapapun banyaknya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam hadits qudsi:
« أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ: أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ: أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ ». [صحيح البخاري، ومسلم]
Seorang hamba melakukan suatu dosa lalu berkata: Ya Allah .. ampunilah dosaku. Allah tabaaraka wa ta’aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu kalau ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Kemudia hamba tersebut kembali melakukan dosa dan berkata: Ya Tuhanku .. ampunilah dosaku. Allah tabaaraka wa ta’aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu kalau ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Kemudia hamba tersebut kembali melakukan dosa dan berkata: Ya Tuhanku .. ampunilah dosaku. Allah tabaaraka wa ta’aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu kalau ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Berbuatlah sesukamu .. maka Aku akan mengampunimu (selama engkau bertaubat). [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً "
Allah berfirman "Wahai anak cucu Adam sesungguhnya jika engkau meminta dan mengharap kepada-Ku akan ku ampuni semua dosa yang engkau lakukan tampa Kupikirkan. Wahai anak cucu Adam seandainya dosamu mencapai awan di langit kemudian engkau meminta ampun pada-Ku maka aku akan mengampunimu tampa Kupikirkan. Wahai anak cucu Adam seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sebanyak bumi kemudian engkau menemuiku tampa menyekutukan Aku dengan sesuatu pun, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sebanyak itu pula. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلائِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلا كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ ثُمَّ يَقُولُ أَلَكَ عَنْ ذَلِكَ حَسَنَةٌ فَيُهَابُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ لَا فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَيَقُولُ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كِفَّةٍ فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ [سنن ابن ماجه: صحيح]
“Seorang dari umatku dipanggil pada hari kiamat di depan semua makluk. Lalu diperlihatkan untuknya 99 buku besar berisi dosa-dosanya, setiap buku panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian Allah berkata padanya: Apakah ada yang engkau ingkari dari buku-buku tersebut? Apakah malaikat pencatatku mendzalimu kamu? Apakah kamu punya alasan? Sang hamba menjawab: Tidak , Ya Rab. Allah bertanya lagi: Apakah kamu punya kebaikan? Sang hamba dengan rasa malu menjawab: Tidak ada ya Rab. Allah berkata: Tapi engkau punya kebaikan pada kami, dan pada hari ini kamu tidak akan didzalimi. Lalu dikeluarkan untuknya sebuah kartu berisi dua kalimat syahadat. Sang hamba bertanya: Ya Rab .. apa yang bisa diperbuat oleh kartu ini dengan buku-buku besar itu? Allah menjawab: Kamu tidak akan didzalimi. Lalu buku-buku besar itu ditaruh pada satu piring timbangan dan kartu itu di piring yang satunya lagi, tiba-tiba buku-buku besar itu terangkat dan kartu itu berat di timbangan”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Kedzaliaman terhadap sesama manusia akan diqishash di dunia dan dibayar dengan pahala di akhirat
Allah subhanahu wata'ala berfiman:
{وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ} [المائدة: 45]
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka (Yahudi) di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada qishaashnya. [Al-Maidah: 45]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya:
«أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟»
"Tahukah kalian apa itu orang bangkrut?"
Sahabat menjawab: Orang yang bangkrut dikalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta benda!
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ» [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang di hari kiamat dengan pahala salat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia telah mencaci si Ini, menuduh si Ini, memakan harta si Ini (dengan tidak halal), meneteskan darah si Ini, dan memukul si Ini. Maka pahala kebaikannya diberikan kepada si Ini dan si Ini, kemudian jika pahala kebaikannya sudah habis sebelum menutupi semua kezalimannya maka dosa-dosa mereka diberikan kepadanya, kemudian ia dijerumuskan ke neraka". [Sahih Muslim]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ، مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ» [صحيح مسلم]
"Kalian akan mengembalikan hak kepada pemiliknya di hari kiamat, sampai kambing yang tidak bertanduk dikisas dari kambing bertanduk". [Sahih Muslim]
Do’a agar dijauhkan dari perbuatan dzalim
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seiring membaca do’a:
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ، وَالْقِلَّةِ، وَالذِّلَّةِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ»
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kemiskinan, kekurangan, dan kehinaan. Dan aku berlindung kepadaMu dari aku berbuat dzalim atau aku dizalimi” [Sunan Abi Daud: Shahih]
Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jika keluar dari rumahnya membaca:
«بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نَزِلَّ، أَوْ نَضِلَّ، أَوْ نَظْلِمَ، أَوْ نُظْلَمَ، أَوْ نَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيْنَا»
“Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari kami tegelinci (dalam kesalahan), atau kami tersesat, atau kami mendzalimi, atau kami dizalimi, atau kami berbuat kebodohan, atau orang berbuat kebodohan terhadap kami”. [Sunan Tirmidzi: Shahih]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...