Kamis, 12 Juli 2018

Hadits Hudzaifah; Umar bertanya tentang fitnah yang dahsyat

بسم الله الرحمن الرحيم


Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhariyrahimahullah- dalam kitab shahih-nya, dari Hudzaifah bin Al-Yamaanradhiyallahu ‘anhuma-:
قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مَنْ يَحْفَظُ حَدِيثًا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الفِتْنَةِ؟ قَالَ حُذَيْفَةُ: أَنَا سَمِعْتُهُ يَقُولُ: «فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَجَارِهِ، تُكَفِّرُهَا الصَّلاَةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ»، قَالَ: لَيْسَ أَسْأَلُ عَنْ ذِهِ، إِنَّمَا أَسْأَلُ عَنِ الَّتِي تَمُوجُ كَمَا يَمُوجُ البَحْرُ، قَالَ: وَإِنَّ دُونَ ذَلِكَ بَابًا مُغْلَقًا، قَالَ: فَيُفْتَحُ أَوْ يُكْسَرُ؟ قَالَ: يُكْسَرُ، قَالَ: ذَاكَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ يُغْلَقَ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ، فَقُلْنَا لِمَسْرُوقٍ: سَلْهُ أَكَانَ عُمَرُ يَعْلَمُ مَنِ البَابُ؟ فَسَأَلَهُ فَقَالَ: نَعَمْ، كَمَا يَعْلَمُ أَنَّ دُونَ غَدٍ اللَّيْلَةَ [وفي رواية: فَقَالَ: البَابُ عُمَرُ]
Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya: Siapa yang menghafal satu hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang fitnah (cobaan)?
Hudzaifah berkata: Aku mendengar beliau bersabda: “Fitnah (cabaan) seseorang pada keluarganya, harta, dan tetangganya; dihapuskan dosa-dosanya oleh ibadah shalat, puasa, dan sedekah”
Umar berkata: Bukan ini yang aku tanyakan, aku bertanya tentang cobaan yang sangat besar bagaikan ombak di lautan.
Hudzaifah berkata: Sesungguhnya antara engau dan kejadian itu ada pintu yang tertutup.
Umar bertanya: Apakah nanti pintu itu akan terbuka atau rusak?
Hudzaifah menjawab: Akan rusak.
Umar berkata: Itu berarti tidak akan tertutup lagi sampai hari kiamat.
Perawi (Abu Wail) berkata: Maka kami meminta kepada Masruuq: Tanyakan kepada Hudzaifah, apakah Umar tahu siapa sebenarnya yang dimaksud dengan pintu itu?
Maka Masruq menanyakannya, dan Hudzaifah menjawab: Iya, Umar tahu sebagaimana ia tahu bahwa sebelum esok ada malam.

Dalam riwayat lain, Hudzaifah berkata: Pintu itu adalah Umar.

Dalam riwayat lain:
وَلَكِنْ أَيُّكُمْ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ الَّتِي تَمُوجُ مَوْجَ الْبَحْرِ؟ قَالَ حُذَيْفَةُ: فَأَسْكَتَ الْقَوْمُ، فَقُلْتُ: أَنَا، قَالَ: أَنْتَ لِلَّهِ أَبُوكَ قَالَ حُذَيْفَةُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ» [صحيح مسلم]
Tetapi, siapakah di antara kamu yang pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang fitnah yang bergelombang sebagaimana gelombangnya lautan? ' Hudzaifah berkata, 'Para Sahabat terdiam.' Kemudian Hudzaifah berkata, 'Aku, wahai Umar! ' Umar berkata, 'Kamu! Ayahmu sebagai tebusan bagi Allah.' Hudzaifah berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Fitnah akan dipaparkan pada hati manusia bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara tegak menyilang antara satu sama lain). Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti cangkir yang terbalik, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." [Shahih Muslim]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.       Hudzaifah bin Al-Yaman (nama aslinya Hisl atau Husail) bin Jabir, Abu Abdillah Al-‘Absiy (w.36H) radhiyallahu ‘anhuma. Beliau adalah penjaga rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata:
«لَقَدْ خَطَبَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطْبَةً، مَا تَرَكَ فِيهَا شَيْئًا إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ إِلَّا ذَكَرَهُ، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ، إِنْ كُنْتُ لَأَرَى الشَّيْءَ قَدْ نَسِيتُ، فَأَعْرِفُ مَا يَعْرِفُ الرَّجُلُ إِذَا غَابَ عَنْهُ فَرَآهُ فَعَرَفَهُ» [صحيح البخاري]
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khutbah kepada kami, yang dalam khutbah itu tidaklah beliau tinggalkan sesuatu yang terjadi hingga kiamat tiba, selain beliau sebutkan, yang tahu akan mengetahuinya, dan yang bodoh tidak mengetahuinya, sungguh aku telah melihat sesuatu (kejadian yang pernah diceritakan Nabi) yang sebelumnya kulupa, lantas aku mengingatnya, seperti seseorang yang mengenal kawannya ketika ia berpisah, lantas ia pun bertemu maka ia langsung mengenalnya. [Shahih Bukhari]

Dlm riwayat lain:
وَاللهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ النَّاسِ بِكُلِّ فِتْنَةٍ هِيَ كَائِنَةٌ، فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَ السَّاعَةِ، وَمَا بِي إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسَرَّ إِلَيَّ فِي ذَلِكَ شَيْئًا، لَمْ يُحَدِّثْهُ غَيْرِي، وَلَكِنْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: وَهُوَ يُحَدِّثُ مَجْلِسًا أَنَا فِيهِ عَنِ الْفِتَنِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَهُوَ يَعُدُّ الْفِتَنَ: «مِنْهُنَّ ثَلَاثٌ لَا يَكَدْنَ يَذَرْنَ شَيْئًا، وَمِنْهُنَّ فِتَنٌ كَرِيَاحِ الصَّيْفِ مِنْهَا صِغَارٌ وَمِنْهَا كِبَارٌ» قَالَ حُذَيْفَةُ: فَذَهَبَ أُولَئِكَ الرَّهْطُ كُلُّهُمْ غَيْرِي [صحيح مسلم]
Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling tahu tentang fitnah yang terjadi antara aku hingga kiamat. Itu karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberitahukan sesuatu tentang hal itu secara rahasia, beliau tidak menceritakannya pada selainku, tapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bercerita tentang fitnah kepada majlis dimana aku berada di sana, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, beliau menghitung fitnah-fitnah, “diantaranya ada tiga fitnah yang hampir tidak meninggalkan apa pun, ada fitnah-fitnah seperti angin musim panas, ada yang kecil dan ada yang besar”. Hudzaifah berkata: Lalu mereka pergi semua kecuali aku. [Shahih Muslim]

2.       Hadits ini menunjukkan bahwa puasa akan menghapuskan dosa-dosa (kaffarah) secara umum.

Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا} [الأحزاب: 35]
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. [Al-Ahzaab:35]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan keimanan dan harapan, maka diampuni untuknya semua dosanya yang telah lalu”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ، وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ [صحيح مسلم]
“Puasa di hari 'Arafah, aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya. Dan puasa di hari 'Asyura', aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa setahun sebelumnya”. [Sahih Muslim]

Puasa juga sebagai kaffarah secara khusus, seperti:

Fidyah, dan pengganti sembelihan dalam ibadah haji
Dan jangan kamu mencukur kepalamu  (saat ihram), sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: Berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). [Al-Baqarah: 196]

Kaffarah berburu saat ihram
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai hadya yang dibawa sampai ke Ka'bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. [Al-Maidah: 95]

Kaffarah pembunuhan yang tidak disengaja
Dan jika ia (si terbunuh dengan tidak sengaja) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. [An-Nisaa’:92]

Kaffarah sumpah
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). [Al-Maidah:89]

Kaffarah dzihar
Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. [Al-Mujadilah: 3-4]

3.       Shalat menghapuskan dosa-dosa.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: Seorang laki-laki melakukan dosa dengan mencium seorang wanita yang tidak halal baginya, maka ia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian meceritakan hal tersebut, maka diturunkanlah kepadanya ayat:
{وَأَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ، وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ، ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ} [هود: 114]
Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. [Huud:114]
Orang itu bertanya: Apakah ini khusus untukku?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
«لِمَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ أُمَّتِي»
“Untuk semua yang mengamalkannya dari umatku”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
" أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا، مَا تَقُولُ: ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ "
“Bagaimana menurut kalian jika ada sungai di depan pintu seorang dari kalian, ia mandi di dalamnya setiap hari lima kali, apa pendapat kalian: Apakah masih ada yang tersisa dari kotorannya?”
Sahabat menjawab: Tidak tersisa dari kotorannya sedikitpun!
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
 «فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الخَمْسِ، يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الخَطَايَا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Maka yang demikian itu seperti shalat lima waktu, Allah menghapuskan dengannya dosa-dosa”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dari Usman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَا مِنَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا، إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ» [صحيح مسلم]
“Tidaklah seorang muslim datang kepadanya waktu shalat wajib kemudian ia menyempurnakan wudhu-nya, khusyu’ dan ruku’nya, kecuali ia akan menghapuskan yang telah lalu dari dosa-dosanya selama ia tidak melakukan dosa besar, dan itu untuk setiap masa”. [Sahih Muslim]

4.       Sedekah menghapuskan dosa-dosa.

Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ} [البقرة: 271]
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu. [Al-Baqarah:271]

Dari Ka’b bin ‘Ujrah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ المَاءُ النَّارَ [سنن الترمذي: صحيح]
“Dan sedekah menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ أَبِي مَاتَ وَتَرَكَ مَالًا، وَلَمْ يُوصِ، فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهُ؟
“Sesungguhnya bapakku telah wafat dan meninggalkan harta, dan ia tidak berwasiat. Apakah akan mengampuni dosanya jika aku bersedekah untuknya?”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Iya!”. [Sahih Muslim]

5.       Segala amal shaleh dapat menghapuskan dosa.

Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Bertakwalah kamu dimanapun berada, ikutkanlah keburukan dengan melakukan kebaikan yang akan menghapuskannya, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang mulia". [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Mu'adz radhiyallahu 'anhu:
" يَا مُعَاذُ، أَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ " [مسند أحمد: حسن]
"Wahai Mu'adz, ikutkanlah keburukan dengan melakukan kebaikan yang akan menghapuskannya, dan bergaullah dengan orang-orang dengan akhlak yang mulia". [Musnad Ahmad: Hasan]

6.       Amal shaleh menghapuskan dosa-dosa kecil seseorang jika ia meninggalkan dosa besar.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ» [صحيح مسلم]
“Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya, puasa Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, adalah penghapus dosa diantaranya jika ia meninggalkan dosa besar”. [Sahih Muslim]

7.       Keluarga dan harta adalah cobaan.

Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ} [الأنفال: 28]
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. [Al-Anfaal:28]

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ . إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ} [التغابن: 14-15]
Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu*, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. [At-Tagabun: 14-15]
*Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ} [المنافقون: 9]
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. [Al-Munafiquun:9]

Dari Usamah bin Zayd radiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
"Aku tidak meninggalkan fitnah (cobaan) setelah aku meninggal lebih berbahaya bagi laki-laki dari cobaan wanita." [Sahih Bukhari]

Dari Khaulah binti Hakiim radhiallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«الْوَلَدُ مَحْزَنَةٌ مَجْبَنَةٌ مَجْهَلَةٌ مَبْخَلَةٌ» [صحيح الجامع الصغير وزيادته رقم 1990]
“Anak adalah penyebab kesedihan, ketakutan (pengecut), kebodohan, kekikiran”. [Shahih Al-Jami’ no.1990]

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam (kepala Negara) adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut". [Sahih Bukhari dan Muslim]

8.       Tetangga adalah cobaan.

Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا} [الفرقان: 20]
Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain, maukah kamu bersabar? Dan adalah Tuhanmu Maha Melihat. [Al-Furqaan: 20]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat maka janganlah ia menyakiti tetangganya”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dari Abu Syuraih radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ "
"Demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman".
Sahabat bertanya: Siapa itu wahai Rasulullah?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
" الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ " [صحيح البخاري]
"Orang yang tidak selamat tetangganya dari kejahatannya". [Sahih Bukhari]

9.       Fitnah bisa berupa keburukan maupun kebaikan.

Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ} [الأنبياء: 35]
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [Al-Anbiyaa':35]

10.   Bahaya fitnah yang dahsyat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا» [صحيح مسلم]
"Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di sore harinya. Di sore hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir dipagi harinya. Dia menjual agamanya dengan kenikmatan dunia." [Shahih Muslim]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ» ، قِيلَ: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: «الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidlah turut bicara." Lalu beliau ditanya, "Apakah Ruwaibidlah itu?" Beliau menjawab: "Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Dlm riwayat lain:
«السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ» [مسند أحمد: حسن]
“Orang bodoh yang berbicara tentang urusan umum”. [Musnad Ahmad: Hasan]

Dari Zainab bint Jahsy radhiyallahu ‘anha; Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendatanginya pada suatu hari dalam keadaan terkejut dan bersabda:
«لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ، فُتِحَ اليَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ»
“Tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah, celakalah org Arab dari keburukan yang sudah dekat, telah dibuka hari ini dinding yg mengurung Ya'juj dan Ma'juj seperti ini".
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melingkarkan ibu jarinya dengan telunjuk.
Zainab bertanya: Ya Rasulullah, apakah kami akan dibinasakan padahal diantara kami ada orang-orang yang salih?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
«نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الخَبَثُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Iya, jika keburukan (maksiat) sudah banyak". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Akan datang kepada manusia satu masa dimana orang yang bersabar di atas agamanya di antara mereka seperti orang yang menggenggam bara api”. [Sunan Tirmidziy: Shahih]

11.   Bagaimana agar terhindar dari fitnah?

Al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu berkata:
صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا؟ فَقَالَ «أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ» [سنن أبي داود: صحيح]
Suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat bersama kami, kemudian ia memalingkan wajahnya kepada kami dan menasehati kami dengan nasehat yang sangat mengena, air mata menetes dan hati bergetar mendengarnya. Kemudian seseorang bertanya: Ya Rasulullah, sepertinya ini adalah nasehat perpisahan, maka apa yang engkau wasiatkan kepada kami? Rasululah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda: Aku wasiatkan kepada kalian untuk selalu bertakwa kepada Allah serta patuh dan taat (kepada pemerintah) sekalipun ia seorang hamba dari kaum Habasyiy, karena sesungguhnya siapa yang hidup dari kalian setelah aku meninggal maka ia akan menyaksikan perselisihan yang besar, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khalifah-khalifah yang mendapat hidayah dan petunjuk, berpegang teguhlah dengannya, gigitlah dengan gigi graham kalian (amalkan dengan kuat), dan jauhilah urusan yang baru, karena sesungguhnya semua yang baru dalam agama itu adalah bid'ah, dan semua bid'ah itu adalah kesesatan". [Sunan Abi Daud: Sahih]

12.   Berdo’a agar dijauhkan dari fitnah.

Dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a ..
اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي، وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً فِي قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُونٍ، وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُنِي إِلَى حُبِّكَ
"Ya Allah .. sesungguhnya aku meminta kepada-Mu amalan-amalan yang baik, meninggalkan perihal munkar, mencintai orang miskin, dan Engkau memaafkan aku dan merahmati aku. Dan jika Engkau menginginkan cobaan (pada agama) suatu kaum maka matikanlah aku tanpa terjerumus dalam cobaan itu, dan aku meminta kepada-Mu cinta dari-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan cinta terhadap amalan yang mendekatkan kepada cinta-Mu". [Sunan Tirmidzi: Sahih]

13.   Bertanya tentang keburukan agar tidak terjerumus.

Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhuma berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي، فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ، فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ» قُلْتُ: وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَفِيهِ دَخَنٌ» قُلْتُ: وَمَا دَخَنُهُ؟ قَالَ: «قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي، تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ» قُلْتُ: فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ، دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، صِفْهُمْ لَنَا؟ فَقَالَ: «هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا» قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: تَلْزَمُ جَمَاعَةَ المُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ، قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ؟ قَالَ «فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتَّى يُدْرِكَكَ المَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang perkara-perkara kebaikan sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena aku takut akan menimpaku. Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, dahulu kami berada pada masa jahiliyyah dan keburukan lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami, apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan?". Beliau menjawab: "Ya". Aku bertanya lagi; "Apakah setelah keburukan itu akan datang lagi kebaikan?". Beliau menjawab: "Ya, akan tetapi di dalamnya ada "dakhan" (kotorannya)". Aku bertanya lagi; "Apa kotorannya itu?". Beliau menjawab: "Yaitu suatu kaum yang memimpin tanpa mengikuti petunjukku, kamu mengenalnya tapi sekaligus kamu ingkari (amalannya ada yang baik dan ada yang buruk)". Aku kembali bertanya; "Apakah setelah kebaikan (yang ada kotorannya itu) akan timbul lagi keburukan?". Beliau menjawab: "Ya, yaitu para penyeru yang mengajak ke pintu jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka maka akan dilemparkan ke dalamnya". Aku kembali bertanya; "Wahai Rasulullah, berikan sifat-sifat (ciri-ciri) mereka kepada kami?". Beliau menjelaskan: "Mereka itu berasal dari kalian dan berbicara dengan bahasa kalian". Aku katakan; "Apa yang baginda perintahkan kepadaku bila aku menemui (zaman) keburukan itu?". Beliau menjawab: "Kamu tetap berpegang (bergabung) kepada jama'atul miuslimin dan pemimpin mereka". Aku kembali berkata; "Jika saat itu tidak ada jama'atul muslimin dan juga tidak ada pemimpin (Islam)?". Beliau menjawab: "Kamu tinggalkan seluruh firqah (kelompok/golongan) sekalipun kamu harus memakan akar pohon hingga maut menjemputmu dan kamu tetap berada di dalam keadaan itu (berpegang kepada kebenaran) ". [Shahih Bukhari dan Muslim]

14.   Hadits ini menunjukkan tiga keistimewaan Umar bin Khathab:

a)      Kedalaman ilmu dan pemahamannya.
b)      Sebagai pintu yang menutup cobaan besar yang akan menimpa umat Islam.
Kematiannya setelah ditikam oleh Abu Lu’lu’ah Al-Majusiy saat beliau mengimami shalat, menandakan pintu cobaan tersebut telah dirusak, maka berbagai cobaan bagi umat Islam pun mulai bermunculan sampai hari kiamat.
c)       Semangat dalam menuntut ilmu, mau bertanya sekalipun kepada orang yang lebih rendah darinya.

Wallahu ta’aalaa a’lam!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...