Minggu, 15 Juli 2018

Makna “Dubur Ash-Shalaah” = akhir shalat, dalam beberapa hadits

بسم الله الرحمن الرحيم


Kata دبر bisa dibaca “dubr”, huruf daal-nya di-dhammah, dan huruf baa’-nya di-sukun. Bisa juga dibaca “dubur”, huruf daal dan baa’-nya di-dhammah.

Kata “dubr” atau “dubur” memiliki beberapa makna, diantaranya:
1)      Bermakna punggung.
2)      Pantat.
3)      “Dubur” tiap sesuatu adalah setelahnya atau bagian belakangnya.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَمَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ} [الأنفال: 16]
Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur dari medan perang) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. [Al-Anfaal:16]
{فَلَمَّا رَأَى قَمِيصَهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُ مِنْ كَيْدِكُنَّ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ} [يوسف: 28]
Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di bagian belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar." [Yusuf: 28]

Bentuk jamak dari kata “dubur” adalah أدبار adbaar”. Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَارَ السُّجُودِ} [ق: 40]
Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai sembahyang. [Gaaf:40]
{وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ} [المائدة: 21]
Dan janganlah kamu lari kebelakang (melarikan diri karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. [Al-Maidah:21]
{إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ} [محمد: 25]
Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (murtad) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. [Muhammad:25]

Apabila kata دبر dibaca “dabr”, huruf daal-nya di-fathah, dan huruf baa’-nya di-sukun. Atau dibaca “dabar”, huruf daal dan baa’-nya di-fathah. Maka akan bermakna lain, yaitu shalat di akhir waktu. Dikatakan: Si fulan tidak shalat kecuali “dabariy” (di akhri waktu). “Ad-Dabariy” adalah orang yang datang belakangan setelah tidak dibutuhkan lagi.

Makna “دبر الصلاة” adalah akhir shalat, bisa bermakna sebelum salam atau setelah salam.

Dari Al-Mugirah bin Syu'bah -radiyallahu 'anhu-;
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ: «لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ، وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ»
Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca pada setiap akhir shalat wajib: “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya seluruh kerajaan, dan milik-Nya lah segala pujian, dan Ia maha kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah .. tidak ada yang bisa menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau halangi, dan tidak ada pemilik kekayaan yang bermanfaat (kecuali amal saleh), karena dari-Mu lah kekayaan itu." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa do’a ini dibaca setelah salam:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ إِذَا سَلَّمَ ...
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering membaca di akhir shalat ketika selesai salam ...” [Shahih Bukhari]

Hadits Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
" أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ " [سنن أبي داود: صحيح]
"Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'adz, janganlah engkau tinggalkan setiap akhir shalat untuk mengucapkan: Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepada-Mu serta beribadah kepada-Mu dengan baik". [Sunan Abu Dawud: Sahih]

Dalam riwayat lain:
فَلَا تَدَعْ أَنْ تَقُولَ فِي كُلِّ صَلَاةٍ ...

“Janganlah kau meninggalkan do’a ini di setiap shalat … “. [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]

Makna “Dubur” pada hadits Mu’adz diperselisihkan, ada yang mengatakan bahwa do’a tersebut dibaca sebelum salam bukan setelah salam karena do’a yang mustajab adalah sebelum salam.

Abu Umamah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya, do'a apa yang paling didengar (dikabulkan) oleh Allah?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«جَوْفَ اللَّيْلِ الآخِرِ، وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ المَكْتُوبَاتِ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Do'a di tengah akhir malam, dan di akhir shalat wajib". [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Makna “Dubur” pada hadits Abu Umamah adalah sebelum salam sebagaimana dijelaskan dalam hadits lain:

'Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: Jika kami shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kami mengucapkan: “Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada Allah dari hamba-hamba Nya, dan semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada si anu dan si anu”. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" لاَ تَقُولُوا السَّلاَمُ عَلَى اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلاَمُ، وَلَكِنْ قُولُوا: التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمْ أَصَابَ كُلَّ عَبْدٍ فِي السَّمَاءِ أَوْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنَ الدُّعَاءِ أَعْجَبَهُ إِلَيْهِ، فَيَدْعُو " [صحيح البخاري]

"Janganlah kalian mengucapkan: “Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada Allah”, karena sesungguhnya Allah, Dialah As-Salaam. Akan tetapi bacalah: “Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada engkau wahai Nabi dan juga rahmat dan berkah-Nya. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih”. Karena apabila kalian mengucapkan seperti ini, maka berarti kalian telah mengucapkan salam kepada seluruh yang ada di langit atau yang berada di antara langit dan bumi." (Dan lanjutkanlah dengan bacaan): “Aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya”. Lalu ia memilih doa yang paling ia sukai kemudian berdoa dengannya." [Sahih Bukhari]

Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Aku pernah shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Abu Bakr, dan Umar. Ketika aku duduk tasyahhud akhir, aku memulai dengan pujian kepada Allah kemudian selawat kepada Nabi, kemudian berdo'a untuk diriku. Maka Rasulullah berkata:
سَلْ تُعْطَهْ، سَلْ تُعْطَهْ [سنن الترمذي: صححه الألباني]
“Mintalah kau akan diberi, mintalah kau akan diberi”. [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Berbeda dengan dzikir di akhir shalat, maka dilakukan setelah salam sebagaimana hadits Al-Mugirah bin Syu’bah di atas dan beberapa hadits lainnya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ} [النساء: 103]
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. [An-Nisaa':103]

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ إِلَّا أَنْ يَمُوتَ» [السنن الكبرى للنسائي: صحيح]
“Barangsiapa yang membaca ayat Al-Kursi di akhir shalat fardhu, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali karena ia belum mati”. [Sunan Al-Kubra karya An-Nasa’iy: Shahih]

Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu berkata:
«أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ» [سنن أبي داود: صحيح]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepadaku untuk membaca “Al-Mu’awwidzat” (Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas) di setiap akhir shalat. [Sunan Abi Daud: Sahih]

Dari Ka’b bin Ujrah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«مُعَقِّبَاتٌ لَا يَخِيبُ قَائِلُهُنَّ – أَوْ فَاعِلُهُنَّ – دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ، ثَلَاثٌ وَثَلَاثُونَ تَسْبِيحَةً، وَثَلَاثٌ وَثَلَاثُونَ تَحْمِيدَةً، وَأَرْبَعٌ وَثَلَاثُونَ تَكْبِيرَةً» [صحيح مسلم]
“Zikir setelah shalat, tidak merugi orang yang membacanya di setiap akhir shalat wajib, 33x tasbih, 33x tahmid, dan 34x takbir”. [Sahih Muslim]

Pendapat ini ditolak karena dalam beberapa hadits disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga berdo’a setelah salam:

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ يُسَلِّمُ: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا»
Sesunggunya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sering berdo’a ketika shalat Subuh setelah salam: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima”. [Sunan Ibnu Majah]

Al-Barra’ radhiyallahu ‘anhu berkata:
كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا خَلْفَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَحْبَبْنَا أَنْ نَكُونَ عَنْ يَمِينِهِ، يُقْبِلُ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ، قَالَ: فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: «رَبِّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ – أَوْ تَجْمَعُ – عِبَادَكَ»
Dulu jika kami shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kami suka berada di sebelah kanannya karena ia menghadap kepada kami dengan wajahnya. Dan aku mendengar ia berdo’a: “Ya Tuhanku, lindungilah aku dari siksaan-Mu di hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu”. [Sahih Muslim]

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ مِنَ الصَّلَاةِ، قَالَ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ»
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika selesai salam dari shalat beliau berdo’a: “Ya Allah .. ampunilah apa yang telah aku lakukan, apa yang belum aku lakukan, apa yang aku sembunyikan, apa yang aku perlihatkan, dan apa yang telah aku lakukan berlebihan, dan apa yang Engkau lebih tahu dariku, Engkaulah yang berhak mendahulukan dan membelakangkan, dan Engkaulah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu”. [Sunan Abi Daud: Sahih]

Abu Umamah radiyallahu ‘anhu berkata:
مَا صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَا قَرِيبٌ مِنْهُ إِلَّا سَمِعْتُهُ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ: «اللهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطَايَايَ وَذُنُوبِي كُلَّهَا، اللهُمَّ أَنْعِشْنِي وَأَجِرْنِي، وَاهْدِنِي لِصَالِحِ الْأَعْمَالِ وَالْأَخْلَاقِ، فَإِنَّهُ لَا يَهْدِي لِصَالِحِهَا، وَلَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ»
Aku tidak pernah shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan aku dekat dengan beliau kecuali aku mendengarnya berdo’a di akhir setiap shalat: “Ya Allah ampunilah kesalahanku dan dosa-dosaku semuanya, Ya Allah angkatlah derajatku dan lindungilah aku, dan tunjukilah aku kepada amalan saleh dan akhlak yang mulia, karena sesungguhnya tidak ada yang memberi hidayah kepada amal dan akhlak yang saleh dan tidak ada yang menjauhkan aku dari amal dan akhlak yang buruk kecuali Engkau”. [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Hasan ligairih]

Dalam riwayat lain:
مَا دَنَوْتُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ، أَوْ تَطَوُّعٍ إِلَّا سَمِعْتُهُ يَدْعُو بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ الدَّعَوَاتِ، لَا يَزِيدُ فِيهِنَّ وَلَا يَنْقُصُ مِنْهُنَّ: «اللهُمَّ، اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَخَطَايَايَ، اللهُمَّ أَنْعِشْنِي، وَاجْبِرْنِي، وَاهْدِنِي لِصَالِحِ الْأَعْمَالِ وَالْأَخْلَاقِ، فَإِنَّهُ لَا يَهْدِي لِصَالِحِهَا، وَلَا يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ»
Aku tidak mendekat kepada Nabi kalian –shallallahu ‘alaihi wasallam- pada saat shalat wajib atau sunnah kecuali aku mendengarnya membaca kalimat do’a ini, tidak ia tambah dan tidak ia kurangi: “Ya Allah ampunilah dosa-dosa dan kesalahanku, Ya Allah angkatlah derajatku dan tutupilah kekuranganku , dan tunjukilah aku kepada amalan saleh dan akhlak yang mulia, karena sesungguhnya tidak ada yang memberi hidayah kepada amal dan akhlak yang saleh dan tidak ada yang menjauhkannya dari amal dan akhlak yang buruk kecuali Engkau”. [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Dihasankan oleh syekh Albaniy]

Abu Ayyub Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu berkata:
مَا صَلَّيْتُ خَلْفَ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ إِلَّا سَمِعْتُهُ حِينَ يَنْصَرِفُ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطَايَايَ وَذُنُوبِي كُلَّهَا, اللَّهُمَّ انْعَشْنِي, وَاجْبُرْنِي, وَاهْدِنِي لِصَالِحِ الْأَعْمَالِ وَالْأَخْلَاقِ؛ إِنَّهُ لَا يَهْدِي لِصَالِحِهَا , وَلَا يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ»
Aku tidak pernah shalat di belakang Nabi kalian –shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam- kecuali aku mendengarnya setelah beliau selesai shalat berdo’a: “Ya Allah ampunilah kesalahanku dan dosa-dosaku semuanya, Ya Allah angkatlah derajatku dan tutupilah kekuranganku, dan tunjukilah aku kepada amalan saleh dan akhlak yang mulia, sesungguhnya tidak ada yang memberi hidayah kepada amal dan akhlak yang saleh dan tidak ada yang menjauhkannya dari amal dan akhlak yang buruk kecuali Engkau”. [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Hasan ligairih]

Sa’ad bin Abi Waqqash radiyallahu ‘anhu berkata:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ بِهِنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ «اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَعَذَابِ الْقَبْرِ»
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering meminta perlindungan dari 5 hal di setiap akhir shalat: “Ya Allah .. sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut, dan aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), dan aku berlindung kepada-Mu dari cobaan dunia dan siksaan kubur. [Sunan An-Nasa’i: Sahih]

Dalam riwayat lain:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ بِهِنَّ بَعْدَ كُلِّ صَلَاةٍ: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ».
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering meminta perlindungan dari 5 hal setiap selesai shalat ... [Shahih Ibnu Hibban]

Komentar ulama:

Ash-Shan’aniy (w.1182H) -rahimahullah- berkata: Makna “dubur Ash-Shalaah” pada hadits Sa’ad bin Abi Waqqash dan Al-Mugirah bin Syu’bah bisa berarti sebelum salam karena dubur (pantat) hewan adalah bagian dari tubuh hewan, dan pendapat ini dipilih oleh beberapa imam ahli hadits. Dan bisa juga berarti setelah salam, dan ini adalah pendapat yang lebih mendekati kebenaran. [Subulus Salam 1/558]

Al-Qasthalaniy (w.923H) -rahimahullah- dalam "Al-Mawahib Al-Ladunniyah" (3/265) dan Al-Mubarakafuriy (w.1353H) -rahimahullah- dalam "Tuhfatul Ahwadziy" (2/169) menyebutkan: Jika ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “dubur Ash-Shalaah” adalah sebelum akhir shalat yaitu ketika tasyahhu akhir, maka aku mengatakan bahwa terdapat hadits yang memerintahkan dzikir di akhir shalat dan telah disepakati bahwa itu dilakukan setelah salam, begitu pula dengan hadits ini sampai ada dalil yang menunjukkan sebaliknya. [Lihat Fathul Bariy kry Ibnu Hajar 2/335]

Wallahu a’lam!


3 komentar:

  1. assalamualaikum, ustad untuk doa setelah sholat di atas apakah perlu diawali hamdalah dan sholawat terlbih dahulu seperti pembahasan adab berdoa, atau langsung saja dibaca seperti zikir.

    Mohon juga penjelasan ustad kami masih bingung terkait adab berdoa (baca sholawat dan hamdalah terlebih dahulu). Apakah doa permohonan seperti perlindungan saat singgah di suatu tempat (kalau tidak salah H.R. Bukhari), masuk wc, pergi ke mesjid dan semacamnya yg maknanya berisi permohonan, bukan zikir seperti doa buka puasa juga harus diawali hamdalah dan sholawat?
    Mohon penjelasannya ustad.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh
      Do'a dan dzikir khusus untuk waktu dan tempat tertentu tidak diawali dengan hamdalah atau shalawat, akan tetapi dibaca sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
      Adapun do'a dan dzikir yg sifatnya umum maka dianjurkan untuk mengawalinya dengan hamdalah dan shalawat.
      Wallahu a'lam, wa baarakallahu fiik!

      Hapus
  2. A. Makna دبر الصلاة artinya Penghujung Shalat

    Syekh Bin Baaz (Ulama Salafy) Berkata Tentang arti Dubur Shalah
    دبر الصلاة يطلق على آخرها قبل السلام ، ويطلق على ما بعد السلام مباشرة ، وقد جاءت الأحاديث الصحيحة بذلك وأكثرها يدل على أن المراد آخرها قبل السلام فيما يتعلق بالدعاء كحديث ابن مسعود رضي الله عنه لما علمه الرسول صلى الله عليه وسلم التشهد ، ثم قال : (ثم ليتخير أعجبه إليه فيدعو ) . وفي لفظ :( ثم ليتخير بعد من المسألة ما شاء ) متفق على صحته ومن ذلك حديث معاذ أن النبي صلى الله عليه وسلم قال له : لا تدعن دبر كل صلاة أن تقول : اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك ) أخرجه أبو داود والترمذي والنسائي باسناد صحيح
    Duburush-shalaah maknanya adalah di akhir shalat sebelum salam. dan disandarkan setelah Salam secara langsung dan sungguh telah datang hadis shahih dengan yang demikian itu dan kebanyakan menunjuk atas Akhir Shalat sebelum Salam tentang Doa seperti hadis Ibnu Mas'ud Radhiallahu 'anhu Ketika Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wasallam, mengajarinya tashahhud kemudian beliau bersabda (Kemudian hendaknya ia memilih dari doa yang paling ia senangi, lalu ia berdoa.) dalam Hadis lain (Kemudian dia boleh memilih doa apa pun yang dia kehendaki) Sepakat atas keshahihannya Di antaranya adalah hadits Muadz bahwa Nabi shallau 'alaihi wasallam, bersabda kepadanya:(Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta beribadah kepadaMu dengan baik) hadis riwayat Abu daud, Tirmidzi, dan nasa'i dengan Sanad Shahih.(Bin Baz, Majmu fatawa, jilid 11, Hal. 194-195)
    Dari Pemahaman di Atas dapat disimpulkan bahwa doa setelah Shalat tidak Disyariatkan dan Dubur Shalah maksudnya Sebelum Salam

    Tanggapan
    Ada beberapa dalil dan pendapat Ulama mengenai makna Dubur Shalah adalah Setelah Shalat bukan Sebelum Salam seperti yang dikatakan Syekh bin Baz
    1). Imam Bukhari(w 256 H) dalam Kitab Shahihnya
    باب الدعاء بعد الصلاة
    Bab Doa Setelah melaksanakan Shalat (Imam Bukhari, Shahih Bukhari, hal.1579)
    Dan
    باب الذکر بعد الصلاة
    Bab Dzikir Setelah Shalat (Imam Bukhari, Shahih Bukhari, hal. 206)
    Dan Hadis yang di tulis oleh Imam Bukhari dalam Bab Doa Setelah Shalat dan Bab Doa Dzikir Selesai Shalat adalah Memakai Kata دبر الصلاة (Dubur Shalah)
    حدثنا محمد بن يوسف قال : حدثنا سفيان عن عبد الملك بن عمير عن وزاد كاتب المغيرة بن شعبة قال : « أملى علي المغيرة بن شعبة - في كتاب إلى معاوية ـ أن النبي ﷺ كَانَ يَقُوْلُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُْوبَةٍ ( حِيْنَ يُسَلِّمُ ) لاَ إِلٰهَ إِلاَّ

    اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ ( وَهُوَ حَيٌّ لاَيَمُوْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ ) وَهُوَ عَلٰى كُلَّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ثَلاَثً مَرَّاتٍ اللّٰهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
    “Adalah dia yang membaca tiap-tiap usai shalat wajib (ketika salam): “Tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Kepunyaan-Nya kerajaan ini. Dan bagi-Nya segala puji. (Dia yang menghidupkan dan mematikan. Dia hidup tidak mati, di tangan-Nya kebaikan). Dan Dia kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (tiga kali). “Ya Allah tidak ada yang dapat menghalangi sesuatu yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi sesuatu yang Engkau halangi. Dan tidak lah berguna orang yang bersungguh-sungguh, dari pada-Mu lah kesungguhan.” (HR Bukhari no.6330, 844)

    BalasHapus

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...