Minggu, 04 November 2018

Sifat istri shalihah

بسم الله الرحمن الرحيم


Keutamaan istri shalihah:

1.      Kebaikan setelah takwa

Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا اسْتَفَادَ الْمُؤْمِنُ بَعْدَ تَقْوَى اللَّهِ خَيْرًا لَهُ مِنْ زَوْجَةٍ صَالِحَةٍ، إِنْ أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِنْ أَقْسَمَ عَلَيْهَا أَبَرَّتْهُ، وَإِنْ غَابَ عَنْهَا نَصَحَتْهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ» [سنن ابن ماجه: حسن]
"Tidak ada yang bermanfaat bagi seorang mukmin setelah takwa kepada Allah lebih baik dari istri solehah; jika ia menyuruhnya maka ia mentaatinya, jika ia melihatnya akan membuatnya bahagia, jika ia bersumpa atas sesuatu maka ia menjalankannya, dan jika ia jauh darinya maka ia menjaga dirinya dan harta suaminya." [Sunan Ibnu Majah: Hadits Hasan]

2.      Menyempurnakan separuh agama suaminya

Dari Anas bin Malik radhiyallahul 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ رَزَقَهُ اللَّهُ امْرَأَةً صَالِحَةً، فَقَدْ أَعَانَهُ عَلَى شَطْرِ دِينِهِ، فَلْيَتَّقِ اللَّهَ فِي الشَّطْرِ الثَّانِي» [المستدرك للحاكم: حسنه الألباني]
"Barangsiapa yang dianugrahi oleh Allah seorang istri yang shalehah maka Allah telah membantunya menyempurnakan separuh agamanya, maka bertakwalah ia kepada Allah akan separuhnya lagi". [Mustadrak Al-Hakim: Hasan]

3.      Perhiasan dunia

Dari Abdullah bin 'Amr radiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
"Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita solehah." [Sahih Muslim]

4.      Sebab kebahagiaan

Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ ، وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: الْجَارُ السُّوءُ، وَالْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضِّيقُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوءُ» [صحيح ابن حبان]
"Empat perkara yang membawa kebahagian yaitu: Isteri Shalehah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik dan kenderaan yang menyenangkan. Dan empat perkara yang membawa kesengsaraan yaitu: Tetangga yang buruk sifatnya, isteri yang buruk akhlaknya, tempat tinggal yang sempit, dan kenderaan yang buruk”.  [Sahih Ibnu Hibban]

Diantara sifat istri shalihah:

1)      Bertanggung jawaban atas urusan rumah tangganya

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، ...، وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. ... . Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut". [Sahih Bukhari dan Muslim]

2)      Saling membantu dalam ketaatan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فَإِنْ أَبَتْ، نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى، نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun di malam hari kemudian shalat dan ia membangunkan istrinya, jika istrinya tidak mau bangun ia percikkan air di wajahnya. Allah merahmati seorang wanita yang bangun di malam hari kemudian shalat dan ia membangunkan suaminya, jika suaminya tidak mau bangun ia percikkan air di wajahnya”. [Sunan Abu Daud: Sahih]

3)      Taat kepada suami dalam hal yang ma’ruf

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" لَا يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ، وَلَوْ صَلَحَ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ كَانَ مِنْ قَدَمِهِ إِلَى مَفْرِقِ رَأْسِهِ قُرْحَةٌ تَنْبَجِسُ بِالْقَيْحِ وَالصَّدِيدِ، ثُمَّ اسْتَقْبَلَتْهُ تَلْحَسُهُ مَا أَدَّتْ حَقَّهُ " [مسند أحمد: صحيح لغيره]
"Tidak dibenarkan bagi seorang manusia untuk sujud kepada manusia, seandainya dibenarkan bagi seorang manusia sujud kepada manusia maka aku perintahkan perempuan sujud kepada suaminya karena kebesaran hak suami kepadanya. Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seorang suami memiliki luka dari ujung kaki hingga ujung kepala yang mengalirkan nanah atau darah kemudian sang istri menciumnya hingga menjilatinya, maka hal itu belum memenuhi seluruh haknya kepadanya". [Musnad Ahmad: Sahih]

Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama putrinya dan berkata: Wahai Rasulullah, putriku ini menolak untuk menikah!
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya:
«أَطِيعِي أَبَاكِ»
“Taati perintah bapakmu!”
Permpuan itu menjawab: Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan menikah sampai engkau memberitahukan kepadaku apa hak suami terhadap istrinya!
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«حَقُّ الزَّوْجِ عَلَى زَوْجَتِهِ، أَنْ لَوْ كَانَتْ قَرْحَةٌ فَلَحَسَتْهَا مَا أَدَّتْ حَقَّهُ»
“Hak suami terhadap istrinya, bahwa andai suaminya memiliki luka kemudian istrinya menjilatinya maka ia belum memenuhi hak suaminya”
Perempuan itu berkata: Demi Dzan yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan menikah selama-lamanya!
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَنْكِحُوهُنَّ إِلَّا بِإِذْنِ أَهْلِهِنَّ» [صحيح ابن حبان]
“Jangan kalian menikahkan mereka (para wanita) kecuali atas izin mereka”. [Shahih Ibnu Hibban]

Dari Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ " [مسند أحمد: حسن]
"Jika seorang wanita telah mendirikan shalat lima waktu, berpuasa wajib sebulan, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, dikatakan kepadanya: Masuklah surga dari pintu manapun yang engkau inginkan". [Musnad Ahmad: Hasan]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ، فَأَبَتْ أَنْ تَجِيءَ، لَعَنَتْهَا المَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Jika seorang suami mengajak istrinya ke ranjang (untuk berhubungan intim), kemudian ia tidak mau datang, maka para malaikat melaknatnya sampai subuh”. [Shahih Bukhari]

4)      Menyenangkan jika dilihat oleh suaminya

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasululllah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya: Wanita manakah yang terbaik?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
«الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ» [سنن النسائي: صحيح]
"Wanita yang menyenangkan suaminya jika melihatnya, mentaatinya jika memerintahnya, dan tidak menyalahinya pada diri dan hartanya dengan suatu yang dibenci suaminya". [Sunan An-Nasa'iy: Sahih]

5)      Penuh kasih sayang

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ الْوَدُودُ، الْوَلُودُ، الْعَؤُودُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِي إِذَا آذَتْ أَوْ أُوذِيَتْ، جَاءَتْ حَتَّى تَأْخُذَ بِيَدِ زَوْجِهَا، ثُمَّ تَقُولُ وَاللهِ لَا أَذُوقُ غُمْضًا حَتَّى تَرْضَى» [السنن الكبرى للنسائي: حسن]
"Maukah kalian kuberi tahu tentang perempuan kalian dari ahli surga: Yang penuh kasih sayang, banyak melahirkan, yang senantiasa kembali kepada suaminya, yang jika ia menyakiti atau disakiti maka ia datang kemudian memegang tangan suaminya kemudian berkata: Demi Allah, aku tidak akan merasakan tidur sampai engkau ridha". [Sunan An-Nasaiy Al-Kubraa: Hasan]

6)      Membuatkan makanan untuk suami

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari Fatimah mengeluhkan tanganya yang lecet karena penggilingan (membuat tepung roti untuk makan keluarga), lalu ia mendengar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendapatkan budak maka ia bergegas menemui Rasulullah namun ia tidak mendapati Rasulullah dan mendapati Aisyah maka ia memberitahukan maksudnya kepada Aisyah.
Ketika Rasulullah datang, Aisyah menyampaikan kedatangan Fatimah dan maksud kedatangannya. Maka Rasulullah mendatangi kami saat kami sudah di pembaringan. Lalu aku berniat bangkit menemui Rasulullah, tapi Rasulullah berkata: "Tetaplah di tempat kalian!”
Kemudian Rasulullah duduk di antara kami sampai aku merasakan dinginnya kaki Rasulullah di dadaku, dan berkata:
أَلَا أُعَلِّمُكُمَا خَيْرًا مِمَّا سَأَلْتُمَانِي إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا تُكَبِّرَا أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ وَتُسَبِّحَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتَحْمَدَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِم [صحيح البخاري ومسلم]
"Maukah kalian kuberitahukan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?! Jika kalian hendak tidur bacalah takbir 34 kali, tasbih 33 kali, dan tahmid 33 kali, itu lebih baik dari seorang pembantu". [Bukhari dan Muslim]

7)      Mencuci pakaian suami

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
«كُنْتُ أَغْسِلُ الجَنَابَةَ مِنْ ثَوْبِ النَّبِيِّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، فَيَخْرُجُ إِلَى الصَّلاَةِ، وَإِنَّ بُقَعَ المَاءِ فِي ثَوْبِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Aku mencuci kain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari air mani, kemudian beliau keluar untuk shalat, sementara bekas cuciannya masih nampak basah”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

8)      Menyiapkan perlengkapan mandi untuk suami

Maimunah radhiallahu 'anha berkata:
«وَضَعْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غُسْلًا، فَسَتَرْتُهُ بِثَوْبٍ، وَصَبَّ عَلَى يَدَيْهِ، فَغَسَلَهُمَا، ثُمَّ صَبَّ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ، فَغَسَلَ فَرْجَهُ، فَضَرَبَ بِيَدِهِ الأَرْضَ، فَمَسَحَهَا، ثُمَّ غَسَلَهَا، فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ، وَغَسَلَ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ، ثُمَّ صَبَّ عَلَى رَأْسِهِ وَأَفَاضَ عَلَى جَسَدِهِ، ثُمَّ تَنَحَّى، فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ، فَنَاوَلْتُهُ ثَوْبًا فَلَمْ يَأْخُذْهُ، فَانْطَلَقَ وَهُوَ يَنْفُضُ يَدَيْهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Aku menyiapkan air untuk mandi untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu aku tutupi Beliau dengan kain. Maka Beliau menuangkan air ke tangannya lalu mencuci keduanya. Kemudian menuangkan air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya lalu mencuci kemaluannya, lalu tangannya dipukulkannya ke tanah kemudian mengusapnya lalu mencucinya. Kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung. Kemudian membasuh mukanya dan kedua lengannya lalu mengguyur kepalanya lalu menyiram seluruh badannya dan diakhiri dengan mencuci kedu telapak kaikinya. Lalu aku sodorkan kain (sebagai pengering) tapi Beliau tidak mengambilnya, lalu Beliau pergi dengan mengeringkan air dari badannya dengan tangannya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

9)      Menyisiri rambut suami dan memakaikannya parfum.

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
«كُنْتُ أُرَجِّلُ رَأْسَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا حَائِضٌ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Aku pernah menyisir rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sementara saat itu aku sedang haid”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Dalam riwayat lain:
«كُنْتُ أُطَيِّبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِحْرَامِهِ حِينَ يُحْرِمُ، وَلِحِلِّهِ قَبْلَ أَنْ يَطُوفَ بِالْبَيْتِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Aku pernah memakaikan wewangian kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk ihramnya saat beliau berihram, dan untuk tahallul-nya (melepaskan ihram) sebelum tawaf mengelilingi Ka’bah di Baitullah”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

10)  Menghargai pemberian suaminya

Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menuju lapangan tempat shalat untuk melaksanakan shalat 'Iedul Adhha atau 'Iedul Fithri. Setelah selesai Beliau memberi nasehat kepada manusia dan memerintahkan mereka untuk menunaikan zakat seraya bersabda:
«أَيُّهَا النَّاسُ، تَصَدَّقُوا»
"Wahai sekalian manusia, bershadaqahlah".
Kemudian Beliau mendatangi jama'ah wanita lalu bersabda:
«يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ، فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ»
"Wahai kaum wanita, bershadaqahlah. Sungguh aku melihat kalian adalah yang paling banyak akan menjadi penghuni neraka".
Mereka bertanya: "Mengapa begitu, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
«تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ العَشِيرَ، مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ، أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الحَازِمِ، مِنْ إِحْدَاكُنَّ، يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ»
"Kalian banyak melaknat dan mengingkari pemberian (suami). Tidaklah aku melihat orang yang lebih kurang akal dan agamanya melebihi seorang dari kalian, wahai para wanita". [Sahih Bukhari]

Wallahu a'lam!

اللهم رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
[Al-Furqan:74]

Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...