بسم الله
الرحمن الرحيم
Saudah
bintu Zam’ah bin Qais bin ‘Abdi Syams Al-Quraisyiah Al-‘Amiriyah radhiyallahu 'anha.
Sebelumnya
ia menikah dengan As-Sakran bin ‘Amr, saudara dari Suhai bin ‘Amr.
Ia
dan suaminya termasuk yang terdahulu memeluk Islam, keduanya hijrah ke Habasyah
yang pertama dan yang kedua. Setelah kembali ke Makkah, suaminya wafat dan
setelah itu dinikai oleh Rasulullah ﷺ.
Ia adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah ﷺ sebulan setelah Khadijah wafat. Ada yang berpendapat bahwa Aisyah radhiallahu'anha lebih dahulu dinikahi (akad) tapi serumah dengan Nabi ﷺ setelah Saudah.
Saudah
wafat di Madinah pada akhir kekhalifaan Umar bin Khathab radhiallahu'anhu,
dan ada yang berpendapat bahwa ia wafat tahun 54 atau 55 hijriyah.
Lihat: Keistimewaan istri Rasulullah
Diantara sifat dan keutamaan Saudah:
a)
Berbadan tinggi.
Aisyah radhiallahu'anha istri Nabi ﷺ
berkata:
كَانَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ يَقُولُ
لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ: احْجُبْ نِسَاءَكَ، قَالَتْ: فَلَمْ يَفْعَلْ، " وَكَانَ
أَزْوَاجُ النَّبِيِّ ﷺ يَخْرُجْنَ لَيْلًا إِلَى لَيْلٍ قِبَلَ
المَنَاصِعِ، فَخَرَجَتْ سَوْدَةُ بِنْتُ زَمْعَةَ، وَكَانَتِ
امْرَأَةً طَوِيلَةً، فَرَآهَا عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ وَهُوَ فِي
المَجْلِسِ، فَقَالَ: عَرَفْتُكِ يَا سَوْدَةُ، حِرْصًا عَلَى أَنْ يُنْزَلَ
الحِجَابُ " قَالَتْ: «فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ آيَةَ الحِجَابِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Umar
bin Khatthab pernah berkata kepada Nabi ﷺ, "Tolong, perintahkanlah para istri
Anda untuk berhijab." Aisyah melanjutkan, "Namun beliau tidak
melakukannya, sedangkan istri-istri Nabi ﷺ juga biasa keluar pada malam hari ke
tempat untuk buang hajat. Maka istri beliau, Saudah binti Zam'ah keluar, ia adalah wanita yang berpostur tinggi, lalu
'Umar bin Khatthab melihatnya ketika ia berada di majelis, ia berkata, 'Hai
Saudah! Kami mengenalimu!' 'Sesungguhnya 'Umar menegurnya hanya karena dia
ingin semoga ayat hijab segera turun. Kata 'Aisyah, 'Memang, tidak lama
kemudian Allah 'Azza wa Jalla menurunkan ayat hijab.' [Shahih Bukhari
dan Muslim]
b)
Gemuk, lambat bergerak.
'Aisyah radhiallahu'anha berkata:
«اسْتَأْذَنَتْ سَوْدَةُ
النَّبِيَّ ﷺ لَيْلَةَ جَمْعٍ، وَكَانَتْ ثَقِيلَةً ثَبْطَةً، فَأَذِنَ لَهَا» [صحيح البخاري]
"Saudah
radhiallahu'anha meminta izin kepada Nabi ﷺ
pada malam ketika berada di Jama' (Muzdalifah) untuk berangkat terlebih dahulu
(sebelum manusia berdesakan), karena dia termasuk wanita yang lambat, maka
beliau mengizinkannya". [Shahih Bukhari]
c)
Tangannya panjang.
'Aisyah radhiallahu'anha berkata:
أَنَّ بَعْضَ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ ﷺ،
قُلْنَ لِلنَّبِيِّ ﷺ: أَيُّنَا أَسْرَعُ بِكَ لُحُوقًا؟ قَالَ: «أَطْوَلُكُنَّ
يَدًا»، فَأَخَذُوا قَصَبَةً يَذْرَعُونَهَا، فَكَانَتْ سَوْدَةُ أَطْوَلَهُنَّ
يَدًا، فَعَلِمْنَا بَعْدُ أَنَّمَا كَانَتْ طُولَ يَدِهَا الصَّدَقَةُ، وَكَانَتْ
[زينب] أَسْرَعَنَا لُحُوقًا بِهِ وَكَانَتْ تُحِبُّ الصَّدَقَةَ [صحيح البخاري]
Sebagian
istri-istri Nabi ﷺ berkata kepada Nabi ﷺ, "Siapakan diantara kami yang segera
menyusul Anda (setelah kematian)?" Beliau bersabda, "Siapa yang
paling panjang lengannya diantara kalian." Maka mereka segera mengambil
tongkat untuk mengukur panjang lengan mereka. Ternyata Saudah radhiallahu'anha
yang paling panjang tangannya diantara mereka. Setelah itu kami mengetahui
bahwa yang dimaksud dengan panjang lengan adalah yang paling gemar bersedekah,
dan ternyata [Zainab radhiallahu'anha] yang lebih dahulu menyusul
kematian beliau, dan dia juga paling gemar bershedeqah". [Shahih Bukhari]
d)
Saudah satu kubu dengan Aisyah.
'Aisyah radliallahu 'anha berkata;
"أَنَّ نِسَاءَ
رَسُولِ اللَّهِ ﷺ كُنَّ حِزْبَيْنِ، فَحِزْبٌ فِيهِ عَائِشَةُ وَحَفْصَةُ
وَصَفِيَّةُ وَسَوْدَةُ، وَالحِزْبُ الآخَرُ أُمُّ سَلَمَةَ وَسَائِرُ نِسَاءِ
رَسُولِ اللَّهِ ﷺ" [صحيح البخاري]
“Istri-istri
Rasulullah ﷺ terbagi menjadi dua kubu, satu kubu bersama Aisyah, Hafsah,
Shafiyah, dan Saudah. Dan kubu yang lainnya bersama Ummu Salamah, dan istri
Rasulullah ﷺ yang lainnya”. [Shahih Bukhari]
e)
Semangat menjalankan perintah
Rasulullah ﷺ.
'Aisyah radliallahu 'anha berkata;
«كَانَ عُتْبَةُ بْنُ
أَبِي وَقَّاصٍ عَهِدَ إِلَى أَخِيهِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ أَنَّ ابْنَ
وَلِيدَةِ زَمْعَةَ مِنِّي فَاقْبِضْهُ قَالَتْ فَلَمَّا كَانَ عَامَ الْفَتْحِ
أَخَذَهُ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ وَقَالَ ابْنُ أَخِي قَدْ عَهِدَ إِلَيَّ فِيهِ
فَقَامَ عَبْدُ بْنُ زَمْعَةَ فَقَالَ أَخِي وَابْنُ وَلِيدَةِ أَبِي وُلِدَ عَلَى
فِرَاشِهِ فَتَسَاوَقَا إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ سَعْدٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ
ابْنُ أَخِي كَانَ قَدْ عَهِدَ إِلَيَّ فِيهِ فَقَالَ عَبْدُ بْنُ زَمْعَةَ أَخِي
وَابْنُ وَلِيدَةِ أَبِي وُلِدَ عَلَى فِرَاشِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ هُوَ
لَكَ يَا عَبْدُ بْنَ زَمْعَةَ ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ الْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ
وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ ثُمَّ قَالَ لِسَوْدَةَ بِنْتِ زَمْعَةَ زَوْجِ
النَّبِيِّ ﷺ احْتَجِبِي مِنْهُ لِمَا رَأَى مِنْ شَبَهِهِ بِعُتْبَةَ فَمَا
رَآهَا حَتَّى لَقِيَ اللَّهَ»
'Utbah
bin Abi Waqash berpesan kepada saudaranya Sa'ad bin Abi Waqash yang isinya
'Anak laki-laki dari hamba sahaya Zam'ah adalah anakku (dari perzinahan) maka
ambillah. 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; Ketika tahun Pembebasan
Makkah, Sa'ad bin Abi Waqash mengambilnya, seraya berkata; Itu anak laki-laki
saudaraku, yang ia berpesan kepadaku untuk mengambil anak ini. Maka 'Abd bin
Zam'ah berdiri lalu berkata: Oh tidak, ia adalah saudaraku dan anak laki-laki
hamba sahaya ayahku, ia dilahirkan di tempat tidurnya (hubungan yang sah). Lalu
keduanya mengadukan masalah ini kepada Nabi ﷺ. Sa'ad berkata: "Wahai Rasulullah,
ini adalah anak saudaraku, dan saudaraku telah berpesan kepadaku untuk
mengambilnya. Lalu 'Abd bin Zam'ah berkata: "Ia adalah saudaraku dan anak
laki-laki dari hamba sahaya ayahku dilahirkan pada tempat tidurnya".
Lantas Rasulullah ﷺ berkata: "Dia itu milikmu wahai 'Abd bin Zam'ah. Kemudian
Nabi ﷺ bersabda: "Anak itu milik pemilik kasur (suami) sedangkan
lelaki pezina baginya adalah batu (dirajam)". Kemudian Beliau berkata
kepada Saudah binti Zam'ah isteri Nabi ﷺ: "Berhijablah engkau daripadanya
wahai Saudah, yang demikian karena ada kemiripannya dengan 'Utbah". Maka
anak laki-laki dari hamba sahaya Zam'ah itu tidak pernah melihat Saudah
selama-lamanya hingga Saudah berjumpa dengan Allah. [Shahih Bukhari dan Muslim]
f)
Melayani Rasulullah ﷺ
setiap saat.
Abdullah
bin Mas'ud berkata:
رَأَى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ امْرَأَةً
فَأَعْجَبَتْهُ، فَأَتَى سَوْدَةَ وَهِيَ تَصْنَعُ طِيبًا، وَعِنْدَهَا نِسَاءٌ
فَأَخْلَيْنَهُ فَقَضَى حَاجَتَهُ، ثُمَّ قَالَ: «أَيُّمَا رَجُلٍ رَأَى امْرَأَةً
تُعْجِبُهُ فَلْيَقُمْ إِلَى أَهْلِهِ، فَإِنَّ مَعَهَا مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا» [سنن الدارمي: إسناده حسن]
Rasulullah
ﷺ pernah melihat seorang wanita yang membuat beliau terpesona,
kemudian beliau langsung mendatangi Saudah, sementara dirinya sedang membuat
minyak wangi, dan ia bersama beberapa orang wanita, kemudian mereka
meninggalkan beliau bersamanya hingga beliau dapat memenuhi hajatnya. Kemudian
beliau bersabda, "Siapapun laki-laki yang melihat seorang wanita yang
membuatnya terpesona, hendaknya ia segera mendatangi istrinya, sesungguhnya
istrinya memiliki apa yang di miliki oleh wanita tersebut." [Sunan Ad-Darimiy:
Sanadnya hasan]
g)
Berpikiran tajam.
'Aisyah radliallahu 'anha berkata;
"مَا رَأَيْتُ
امْرَأَةً أَحَبَّ إِلَيَّ أَنْ أَكُونَ فِي مِسْلَاخِهَا مِنْ سَوْدَةَ بِنْتِ
زَمْعَةَ، مِنِ امْرَأَةٍ فِيهَا حِدَّةٌ" [صحيح
مسلم]
“Tidak
ada seorang wanita yang lebih saya sukai sebagai contoh teladan selain Saudah
binti Zam'ah, yaitu seorang yang berpikiran tajam”. [Shahih Muslim]
h)
Menghadiahkan harinya untuk Aisyah.
Ibnu
Abbas radhiyallahu
‘anhuma berkata:
"
خَشِيَتْ سَوْدَةُ أَنْ يُطَلِّقَهَا النَّبِيُّ ﷺ، فَقَالَتْ: لَا تُطَلِّقْنِي
وَأَمْسِكْنِي، وَاجْعَلْ يَوْمِي لِعَائِشَةَ، فَفَعَلَ " فَنَزَلَتْ: {وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ
بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلَا
جُنَاحَعَلَيْهِمَا أَنْ يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا وَالصُّلْحُ خَيْرٌ} [النساء: 128] فَمَا
اصْطَلَحَا عَلَيْهِ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ جَائِزٌ. [سنن الترمذي:
صحيح]
"Saudah
khawatir dicerai Nabi ﷺ, lalu ia berkata, "Janganlah Anda mencaraikanku, aku
memohon supaya Anda mempertahanku, biarlah jatah (hari) ku aku berikan untuk
Aisyah." Nabi ﷺ pun melakukannya, lalu turunlah ayat; {Apabila seorang istri
takut suaminya akan berbuat nusyuz (tidak mau menggaulinya) atau berlaku kasar
terhadapnya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang
sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)} [An-Nisa`:
128] perdamaian yang dilakukan keduanya boleh. [Sunan At-Tirmidziy: Shahih]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Sepuluh sahabat terbaik dijamin masuk surga - 105 Biografi Sahabat - Keistimewaan Ahlul bait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...