Sabtu, 21 Juni 2025

Kitab I’tisham, bab (17) Firman Allah ta’aalaa {Kamu tidak memiliki wewenang apa-apa terhadap urusan mereka}

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بابُ قوْلِه اللَِّه تعَاَلىَ: {ليْسَ لكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ} [آل عمران: 128]

Bab firman Allah ta’aalaa: {Kamu tidak memiliki wewenang apa-apa terhadap urusan mereka} [Ali Imran: 128]

Dalam bab ini Imam Bukhari menjelaskan bahwa orang yang tidak berpegang tuguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah berhak mendapatkan laknat Rasulullah . Atau menjelaskan tentang boleh tidaknya Nabi ﷺ berijtihad.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

٦٩١٤ - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ [بن موسى]: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ [بن المبارك]: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ الزُهري، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ: أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ، وَرَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ، قَالَ: "اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ". فِي الْأَخِيرَةِ، ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا". فَأَنْزَلَ اللَّهُ عز وجل: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أو يعذِّبهم فإنهم ظالمون﴾.

 Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad [bin Musa], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Abdullah [bin Al-Mubarak], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhriy, dari Salim, dari Ibn Umar ia mendengar Nabi berdoa ketika salat fajar dan ketika mengangkat kepalanya dari rukuk: 'ALLAAHUMMA RABBANAA WALAKAL HAMDU (Ya Allah Rabb kami, bagi-Mu segala puji)', itu beliau ucapkan pada rukuk terakhir. Kemudian beliau berdoa: 'ALLAAHUMMA IL 'AN FULAANAN WAFULAANAN (Ya Allah, laknatlah si Fulan dan si Fulan).' Lantas Allah menurunkan ayat: '{Sama sekali engkau tidak mempunyai wewenang terhadap urusan mereka itu, Allah mengampuni mereka atau menyiksa mereka, sebab mereka adalah orang-orang yang zalim}' [Ali 'Imran: 128]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Anjuran qunut ketika musibah menimpa kaum muslimin.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ أَتَاهُ رِعْلٌ وَذَكْوَانُ وَعُصَيَّةُ وَبَنُو لِحْيَانَ، فَزَعَمُوا أَنَّهُمْ قَدْ أَسْلَمُوا، وَاسْتَمَدُّوهُ عَلَى قَوْمِهِمْ، فَأَمَدَّهُمُ النَّبِيُّ ﷺ بِسَبْعِينَ مِنَ الْأَنْصَارِ، قَالَ أَنَسٌ: كُنَّا نُسَمِّيهِمُ الْقُرَّاءَ، يَحْطِبُونَ بِالنَّهَارِ وَيُصَلُّونَ بِاللَّيْلِ، فَانْطَلَقُوا بِهِمْ، حَتَّى بَلَغُوا بِئْرَ مَعُونَةَ غَدَرُوا بِهِمْ وَقَتَلُوهُمْ، فَقَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَبَنِي لِحْيَانَ. [صحيح البخاري ومسلم]

Bahwa Nabi didatangi oleh (utusan) suku Ri'l, Dzakwan dan Banu Lahyan yang mengaku memeluk Islam lalu mereka meminta Beliau agar membimbing (keIslaman) mereka. Nabi pun membimbing keIslaman mereka dengan mengutus tujuh puluh orang kalangan Anshar yang mereka kami sebut Al-Qurra', yaitu orang-orang yang bekerja keras di siang hari dan mendirikan shalat di malam hari. Maka berangkatlah mereka bersama utusan para suku itu, hingga ketika sampai di Bi'ru Ma'unah para suku itu mengkhiyanati dan membunuh para qurra' tersebut. Kemudian Beliau melakukan qunut selama satu bulan untuk mendoakan kebinasaan suku Ri'la, Dzakwan dan Banu Lahyan. [Shahih Bukhari dan Muslim]

3. Qunut setelah membaca do’a i’tidal pada raka’at terakhir.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma:

«أَنَّهُ: سَمِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ مِنَ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِنَ الْفَجْرِ يَقُولُ: اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا وَفُلَانًا. بَعْدَمَا يَقُولُ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ. فَأَنْزَلَ اللهُ: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أو يعذِّبهم فإنهم ظالمون﴾» [صحيح البخاري]

Bahwasanya ia mendengar saat Rasulullah mengangkat kepalanya dari rukuk di rakaat terakhir shalat Subuh, beliau mengucapkan: "Ya Allah, laknatlah Fulan, Fulan dan Fulan" yaitu setelah beliau mengucapkan: "Sami'allahu liman hamidah, rabbanaa walakalhamdu." Setelah itu Allah menurunkan ayat: '{Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim} ' [Ali Imran: 128] [Shahih Bukhari]

4.      Nabi qunut pada hadits ini setelah perang Uhud.

Dari Anas radhiyallahu 'anhu;

أن رسول الله ﷺ كُسِرَتْ رَبَاعِيَتُهُ يَوْمَ أُحُدٍ، وَشُجَّ فِي رَأْسِهِ، فَجَعَلَ يَسْلُتُ الدَّمَ عَنْهُ وَيَقُولُ: "كَيْفَ يفلح قوم شجوا نبيهم وشجوا رَبَاعِيَتَهُ، وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى اللَّهِ؟"، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تعالى: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ﴾ [آل عمران: ١٢٨].

Bahwa gigi geraham Rasulullah pecah ketika perang Uhud, dan kepala beliau juga terluka hingga mengalirkan darah, beliau lalu bersabda: "Bagaimana bisa suatu kaum akan beruntung, sedangkan mereka melukai Nabinya dan mematahkan gigi gerahamnya. Sedangkan ia mengajak mereka untuk beriman kepada Allah! Maka Allah ‘azza wa jalla menurunkan ayat: '{Kamu tidak memiliki wewenang apa-apa terhadap urusan mereka ... }' [Ali Imran: 128] [Shahih Muslim]

5.      Orang yang dilaknat dalam hadits ini adalah kaum musyrikin.

Dalam riwayat lain, Ibnu ‘Umar berkata:

«كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَدْعُو عَلَى: صَفْوَانَ بْنِ أُمَيَّةَ، وَسُهَيْلِ بْنِ عَمْرٍو، وَالْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ فَنَزَلَتْ: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ﴾ إِلَى قَوْلِهِ: ﴿فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ﴾»

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendoakan (kejelekkan) kepada Shafwan bin Umayyah, Suhail bin 'Amru dan Al-Harits bin Hisyam, lalu turunlah ayat: '{Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu} -hingga firmanNya- {Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim}' (Qs. Ali Imran: 128). [Shahih Bukhari]

Diantara mereka yang bertaubat dan beriman: Shafwan bin Umayyah, Suhail bin 'Amru, Al-Harits bin Hisyam, Khalid bin Walid dan selainnya radhiyallahu ‘anhum. 

Allah subhanahu wata'ala berfriman:

﴿قُلُوبِهِمۡۗ وَيَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَىٰ مَن يَشَآءُۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ﴾ [التوبة: 15]

Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [At-Taubah: 15]

6. Boleh melaknat orang kafir secara umum.

Allah subhanahu wata'ala berfriman:

﴿إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَمَاتُواْ وَهُمۡ كُفَّارٌ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ لَعۡنَةُ ٱللَّهِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلنَّاسِ أَجۡمَعِينَ . خَٰلِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنۡهُمُ ٱلۡعَذَابُ وَلَا هُمۡ يُنظَرُونَ﴾ [البقرة: 161-162]

Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. [Al-Baqarah: 161-162]

﴿وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلۡكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ هِيَ حَسۡبُهُمۡۚ وَلَعَنَهُمُ ٱللَّهُۖ وَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّقِيمٞ﴾ [التوبة: 68]

Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. [At-Taubah: 68]

 7. Tidak boleh melaknat orang kafir secara person tertentu.

Karena dalam hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ditegur oleh Allah subhanahu wata’aalaa. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

«كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ عَلَى أَحَدٍ، أَوْ يَدْعُوَ لِأَحَدٍ، قَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ، فَرُبَّمَا قَالَ، إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ: اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ، وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ، وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ، وَاجْعَلْهَا سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ، يَجْهَرُ بِذَلِكَ، وَكَانَ يَقُولُ فِي بَعْضِ صَلَاتِهِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ: اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا، لِأَحْيَاءٍ مِنَ الْعَرَبِ، حَتَّى أَنْزَلَ اللهُ: ﴿لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ﴾ الْآيَةَ». [صحيح البخاري]

Bahwa Rasulullah jika ingin mendoakan kecelakaan kepada seseorang atau berdoa keselamatan kepada seseorang beliau selalu qunut setelah rukuk." Terkadang beliau ketika selesai mengucapkan: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH" beliau berdoa: "Wahai Rabb kami bagi-Mu segala pujian, Ya Allah selamatkanlah Al-Walid bin Al-Walid, Salamah bin Hisyam, dan 'Ayyasy bin Abu Rabi'ah. Ya Allah keraskanlah hukuman-Mu atas Mudhar, dan timpakanlah kepada mereka tahun-tahun paceklik sebagaimana tahun-tahun pada masa Yusuf." Beliau mengeraskan bacaan tersebut, beliau juga membaca pada sebagian shalat yang lainnya, beliau membaca pada shalat Subuh: "Ya Allah, laknatlah si Fulan dan si Fulan dari penduduk Arab." Sampai akhirnya Allah ‘Azza Wa Jalla mewahyukan kepada beliau: {Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim} (Ali Imran: 128)." [Shahih Bukhari]

8. Urusan azab dan rahmat Allah tidak diwakilkan kepada siapapun walau ia seorang Rasul paling mulia.  

Allah subhanahu wata'ala berfriman:

﴿وَلِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۚ يَغۡفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ﴾ [آل عمران: 129]

Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Ali 'Imran: 129]

Ø Dari Jundab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bercerita:

«أن رجلا قال: والله! لا يغفر الله لفلان. وإن الله تعالى قال: من ذا الذي يتألى عليّ أن لا أغفر لفلان؟ فإني قد غفرت لفلان، وأحبطت عملك» أو كما قال.

"Pada suatu ketika ada seseorang yang berkata; 'Demi Allah, sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni si Fulan.' Sementara Allah berfirman: 'Siapa yang bersumpah dengan kesombongannya atas nama-Ku bahwasanya Aku tidak akan mengampuni si fulan? Ketahuilah, sesungguhnya Aku telah mengampuni si Fulan dan telah memutuskan amal perbuatanmu". Kurang lebih begitulah sabda Rasulullah . [Shahih Muslim]

8. Rasulullah berhak berijtihad; Terkadang Allah diamkan sebagai pembenaran dan terkadang diluruskan.  

Allah subhanahu wata'ala berfriman:

﴿يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَآ أَحَلَّ ٱللَّهُ لَكَۖ تَبۡتَغِي مَرۡضَاتَ أَزۡوَٰجِكَۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ﴾ [التحريم: 1]

Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [At-Tahrim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab I’tisham, bab (16) Perintah Nabi ﷺ untuk mengikuti apa yang telah disepakati oleh ahli ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...