Selasa, 09 Juli 2019

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (13) "Kita tidak bisa menulis dan menghitung"

بسم الله الرحمن الرحيم


Bab ketigabelas kitab “Ash-Shaum” dari Sahih Bukhariy adalah: 
بَابُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ نَكْتُبُ وَلاَ نَحْسُبُ
Bab: Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam "Kita tidak bisa menulis dan juga tidak menghitung".

Pada bab ini Imam Bukhari -rahimahullah- ingin menekankan ulang bahwa penentuan awal dan akhir bulan hijriah adalah dengan melihat wujud hilal, bukan dengan perhitungan (hisab) sesuai peredaran bintang di langit.

Judul bab ini diambil dari potongan hadits yang akan disebutkan oleh Imam Bukhari dalam bab ini. Beliau berkata:
١٩١٣ - حَدَّثَنَا آدَمُ [بن أبي إياس]، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا الأَسْوَدُ بْنُ قَيْسٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَمْرٍو، أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ قَالَ: «إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ، لاَ نَكْتُبُ وَلاَ نَحْسُبُ، الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا» يَعْنِي مَرَّةً تِسْعَةً وَعِشْرِينَ، وَمَرَّةً ثَلاَثِينَ
Telah menceritakan kepada kami: Adam [bin Abi Iyas], telah menceritakan kepada kami: Syu'bah, telah menceritakan kepada kami: Al-Aswad bin Qais, telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Amru; bahwa dia mendengar Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kita ini adalah ummat yang ummiy, yang tidak biasa menulis dan juga tidak menghitung, satu bulan itu jumlah harinya segini dan segini", yaitu sekali berjumlah dua puluh sembilan dan sekali berikutnya tiga puluh hari.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Abdullah bin Umar -radhiyallahu 'anhuma-. Biografi singkatnya bisa dilihat pada bab sebelumya (bab 1 dan bab 11).

Diantara keistimewaannya, ia adalah sahabat Nabi yang cerdas:

Dari Abdullah bin Umar -radhiallahu 'anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَخْبِرُونِي بِشَجَرَةٍ مَثَلُهَا مَثَلُ المُسْلِمِ، تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا، وَلاَ تَحُتُّ وَرَقَهَا»
"Beritahukanlah kepadaku suatu pohon yang perumpamaannya mirip seorang muslim, berbuah setiap saat dengan izin pemiliknya dan daunnya pun tidak pernah berguguran."
Abdullah bin Umar berkata: Hatiku mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon kurma, namun aku tidak berani mengatakannya apalagi di sana ada Abu Bakr dan Umar, ketika keduanya tidak angkat bicara, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«هِيَ النَّخْلَةُ»
"Pohon itu adalah pohon kurma."
Ketika aku keluar bersama ayahku, aku berkata; "Wahai ayahku, tadi dalam hatiku mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon kurma." Ayahku berkata; "Kenapa kamu tidak menjawabnya! Sekiranya kamu menjawabnya, maka hal itu lebih aku sukai daripada ini dan ini."
Abdullah berkata; "Sebenarnya tidak ada yang mencegahku untuk menjawabnya melainkan aku melihatmu dan Abu Bakr tidak juga angkat bicara, maka aku tidak suka (mendahuli kalian berdua)." [Shahih Bukhari dan Muslim]

2.      Umat ummiy yang dimaksud adalah: 

a)      Kaum Arab.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ} [الجمعة : 2]
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf (Arab) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. [Al-Jumu'ah: 2]

b)      Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ} [الأعراف : 158]
Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk". [Al-A'raaf: 158]

3.      Kenapa orang yang tidak pandai menulis dan berhitung dikatakan "ummiy" asal katanya "ummun" yang artinya ibu.

a.       Karena kaum ibu orang Arab kebanyakan tidak pandai menulis dan berhitung.

b.      "Ummun" yang dimaksud adalah Ummul Qura yaitu Mekah tempat tinggal orang Arab yang mayoritas buta huruf.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُّصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنذِرَ أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا ۚ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۖ وَهُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ} [الأنعام : 92]
Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya. [Al-An'aam: 92]

4.      Sebagian orang Arab ada yang pandai menulis dan berhitung, tapi sangat sedikit.

Diantara sahabat Nabi yang pandai menulis: Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Abu Sufyan dan anaknya Mu'awiyah -radhiyallahu 'anhum-.

5.      Hadits ini menekankan bahwa penentuan puasa dan berbuka adalah dengan penampakan bulan bukan dengan perhitungan hisab.

> Karena dalam hadits ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menafikan baca-tulis dan perhitungan dari umatnya padahal di masa itu ada beberapa sahabat yang pandai perhitungan bintang
> Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- tidak memerintahkan untuk bertanya kepada ahli hisab jika pandangan hilal terhalang oleh awan atau semisalnya.
> Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- juga tidak pernah memerintahkan sahabatnya untuk mempelajari hisab untuk menentukan waktu puasa.
> Dan beliau pernah diperlihatkan oleh Allah kondisi umatnya di masa mendatang, dan tidak menutup kemungkinan beliau tahu bahwa nanti banyak dari umatnya yang tahu tentang perhitungan bintang.

6.      Kekeliruan pendapat yang memakai hisab untuk menentukan awal bulan hijriah:

a)      Menyalahi perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ»
“Puasalah kalian ketika melihat hilal Ramadhan, dan berbukalah (hari 'ied) ketika melihat hilal Syawwal, dan jika pandang kalian terhalangi maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban 30 malam”. [Shaih Bukhari]

b)      Melanggar larangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma; Bahwasanya Raslullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bulan Ramadhan, kemudian bersabda:
«لاَ تَصُومُوا حَتَّى تَرَوُا الْهِلَالَ، وَلاَ تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ»
“Janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihat hilal, dan janganlah kalian berbuka (hari ‘ied) sampai kalian melihat hilal (bulan Syawal), dan jika awan menghalagi pengliahatan kalian kalian, maka perkirakanlah untuknya”. [Shahih Bukhari]

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَصُومُوا قَبْلَ رَمَضَانَ، صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ حَالَتْ دُونَهُ غَيَايَةٌ، فَأَكْمِلُوا ثَلَاثِينَ يَوْمًا»
“Jangan kalian berpuasa sebelum Ramadhan, berpuasalah ketika melihatnya (hilal Ramadhan) dan berbukalah (idul fitri) ketika melihatnya (hilal Syawal), jika terhalang darinya awan maka sempurnakanlah (bulan Sya’ban) tiga puluh hari”. [Sunan Tirmidziy: Shahih]

c)       Menyalahi amalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan khalifah yang empat; Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Ali radhiyallahu ‘anhum.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ، ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا ثُمَّ صَامَ»
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berhati-hati di bulan Sya’ban (dalam melihat hilal) dimana beliau tidak berhati-hati seperti itu di bulan yang lain, kemudian beliau berpuasa ketika melihat (hilal) Ramadhan, dan jia terhalang darinya (melihat hilal) maka ia menggenapkan (bulan Sya’ban) tiga pulu hari kemudian beliau berpuasa”. [Sunan Abi Daud: Shahih]

Al-'Irbaad bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu berkata: Suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat bersama kami, kemudian ia memalingkan wajahnya kepada kami dan menasehati kami dengan nasehat yang sangat mengenaair mata menetes dan hati bergetar mendengarnya. Kemudian seseorang bertanay: Ya Rasulullah, sepertinya ini adalah nasehat perpisahan, maka apa yang engkau wasiatkan kepada kami?
Rasululah bersabda:
«أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk selalu bertakwa kepada Allah serta patuh dan taat (kepada pemerintah) sekalipun ia seorang hamba dari kaum Habasyiy, karena sesungguhnya siapa yang hidup dari kalian setelah aku meninggal maka ia akan menyaksikan perselisihan yang besar, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khalifah-khalifah yang mendapat hidayah dan petunjuk, berpegang teguhlah dengannya, gigitlah dengan gigi graham kalian (amalkan dengan kuat), dan jauhilah urusan yang baru, karena sesungguhnya semua yang baru dalam agama itu adalah bid'ah, dan semua bid'ah itu adalah kesesatan". [Sunan Abi Daud: Sahih]

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/Bahaya-bidah.html

d)      Menyalahi ijma’ ulama.

Ijma’ ini dinukill oleh Syekh Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Al-Mundzir, Ibnu ‘Abidin, Ibnu Rusydi, dan selainnya -rahimahumullah-.

7.      Kenapa Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- mengaitkan hukum puasa dengan penampakan bulan bukan dengan hisab?

a)      Agar tidak membebani umatnya.
b)      Lebih akurat.
c)       Lebih umum dilakukan.

8.      Islam adalah agama yang mudah.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ} [الحج : 78]
Dan Dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. [Al-Hajj: 78]

● Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ
"Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, mendekatlah (kepada yang benar) dan berilah kabar gembira dan minta tolonglah dengan Al-Ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-rauhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah (berangkat di waktu malam) ". [Shahih Bukhari]

 Aisyah -radhiyallahu 'anha- berkata; "Pada suatu hari Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam pernah bersabda: 
لِتَعْلَمَ يَهُودُ أَنَّ فِي دِينِنَا فُسْحَةً إِنِّي أُرْسِلْتُ بِحَنِيفِيَّةٍ سَمْحَةٍ
"Hendaknya orang Yahudi mengetahui bahwa di dalam agama kita terdapat kelapangan, sesungguhnya saya diutus dengan agama yang lurus yang penuh toleran (kemudahan)." [Musnad Ahmad: Hasan]

9.      Hadits ini tidak menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang anti ilmu pengetahuan.

Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhuma- berkata; 
كَانَ نَاسٌ مِنْ الْأَسْرَى يَوْمَ بَدْرٍ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ فِدَاءٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِدَاءَهُمْ أَنْ يُعَلِّمُوا أَوْلَادَ الْأَنْصَارِ الْكِتَابَةَ
"Apabila seorang tawanan pada perang Badar tidak bisa menebus dirinya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjadikan tebusan mereka untuk mengajarkan kepada anak-anak Anshar menulis." [Musnad Ahmad: Hasan]

10.  Sifat "ummiyah" Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- adalah mu'jizat.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ} [العنكبوت : 48]
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). [Al-'Ankabuut: 48]

11.  Bilangan bulan hijriyah terkadang 29 hari, dan terkadang 30 hari.

12.  Anjuran memberikan penjelasan dengan isyarat atau praktek.

Wallahu a’lam! 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...