بسم الله الرحمن الرحيم
Suatu hari, syekh Musthafa
Al-‘Adawiy hafidzahullah menyampaikan suatu hadits dalam sebuah kajian
tafsir di Mesjid At-Tauhiid Mansourah, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim -rahimahumallah- dalam kitab Sahihnya dari Abi Dzar radhiyallahu
‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada
Abi Dzar ketika matahari tenggelam:
«أَتَدْرِي أَيْنَ
تَذْهَبُ؟»
“Apakah engkau tahu
ke mana perginya matahari?”
Abu Dzar menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui!"
Beliau bersabda:
" فَإِنَّهَا
تَذْهَبُ حَتَّى تَسْجُدَ تَحْتَ العَرْشِ، فَتَسْتَأْذِنَ فَيُؤْذَنُ لَهَا وَيُوشِكُ
أَنْ تَسْجُدَ، فَلاَ يُقْبَلَ مِنْهَا، وَتَسْتَأْذِنَ فَلاَ يُؤْذَنَ لَهَا يُقَالُ
لَهَا: ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَطْلُعُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَذَلِكَ قَوْلُهُ
تَعَالَى: {وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ العَزِيزِ العَلِيمِ}
[يس: 38] "
“Sesungguhnya
ia pergi sampai ia sujud di bawah ‘Arsy, kemudian ia meminta izin (untuk
terbit) maka ia diberi izin, dan sudah dekat waktunya ia sujud namun tidak
diterima sujudnya, dan ia meminta izin namun tidak diberi izin, dikatakan
kepadanya: Kembalilah dari arah engkau datang. Maka ia pun terbit dari tempat
tenggelamnya (barat). Maka demikianlah firman Allah ta’aalaa: {Dan matahari
berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui}". [Yaasiin:38]”
Tiba-tiba seorang pemuda yang hadir menyahut: “Bukankah
matahari tidak bergerak, sebagaimana dinyatakan oleh ilmu pengetahuan saat ini?”
Syekh Musthafa hafidzahullah menjawab: “Sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih utama kita benarkan dari
pada pernyataan ilmu pengetahuan moderen!”
Setelah pengajian dan kembali ke rumah, saya
berusaha mencari jawaban yang lebih lengkap untuk syubhat ini, saya cari dalam
beberapa buku syarah haidts dan juga bertanya kepada beberapa kawan orang
Mesir.
Dan saya punya kisah unik dengan hadits ini.
Waktu masuk ujian lisan tamhidi tahun dua
progarm s2 di Al-Azhar mata kuliah Syubhat hadits (sekitar tahun 2007-2008), saya
tidak tahu kalau pengujinya adalah Prof. DR. Abdul Muhdi bin Abdil Hadi bersama
Prof. DR. Sa’ad Al-Jawesy –rahimahumallah-.
Dan ternyata Prof. DR. Abdul Muhdiy punya kitab tentang syubhat hadits yang
belum pernah saya baca sedangkan semua peserta ujian sudah pernah membaca buku
tersebut dan sedang membacanya untuk persiapan ujian.
Saya jadi khawatir kalau pertanyaan akan muncul
dari kitab tersebut, tapi saya sudah tawakkal dan memberanikan masuk paling
awal dari perseta lainnya.
Dugaan saya ternyata benar, Prof. DR. Abdul
Muhdi memberikan pertanyaan dari buku karangan beliau.
Untungnya petanyaan pertama yang beliau ajukan
adalah syubhat tentang hadits “lalat jika jatuh dalam minuman”. Dan Alhamdulillah
saya bisa menjawab, karena hadits ini masyhur dan pernah dibahas waktu kuiah di
program s1.
Tapi ternyata DR. Abdul Muhdi punya jawaban lain
selain yang saya jawab.
Saya mulai khawatir, untuk pertanyaan
berikutnya.
Maka sebelum beliau memberikan pertanyaan berikutnya, saya memberanikan
diri untuk bertanya kepada beliau. Saya tanyakan tentang syubhat hadits
“perputaran matahari” ini, dan alhamdulillah kedua Doktor penguji mau
memberikan jawaban.
Kemudian saya mengatakan kepada mereka, bahwa saya punya jawaban lain
dan saya pun menjelaskan kepada mereka sebagaimana yang telah saya pelajari
sebelumnya.
Setelah itu kami berbincan-bincang tentang perkembangan pemikirian
liberal yang ada di Indonesia. Dan Alhamdulillah saya lulus ujian lisan tahun
tersebut dan berhak melanjutkan tahap berikutnya yaitu penulisan tesis.
Diantara jawaban yang disebutkan oleh ulama tentang syubhat hadits ini:
1.
Hadits
ini adalah masalah gaib yang wajib diimani, akal manusia tidak akan mampu
menjangkau seluruh rahasia alam yang diciptakan oleh Allah ‘azza wajalla
walau dengan teknologi manusian secanggih apa pun.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{عَالِمُ
الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ
رَسُولٍ} [الجن: 26، 27]
(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul
yang diridhai-Nya. [Al-Jin:
26-27]
2.
Matahari
bergerak dari satu tempat ke tempat lain sesuai dengan pandangan manusia,
walaupun secara hakikatnya tidak demikian sebagaimana kita mengatakan bahwa “matahari terbit dan
terbenam”.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا
رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ}
[الأنعام: 78]
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia
berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala
matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. [Al-An’am:78]
{أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى
غَسَقِ اللَّيْلِ} [الإسراء: 78]
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir
sampai gelap malam. [Al-Israa’:78]
{وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَتْ تَزَاوَرُ
عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَتْ تَقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ
وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِنْهُ} [الكهف: 17]
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit,
condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi
mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua
itu.
[Al-Kahfi:17]
{حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا
تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ} [الكهف: 86]
Hingga ketika dia
telah sampai di tempat matahari terbenam, dia melihatnya (matahari) terbenam di
dalam laut yang berlumpur hitam. [Al-Kahf: 86]
{حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا
تَطْلُعُ عَلَى قَوْمٍ لَمْ نَجْعَلْ لَهُمْ مِنْ دُونِهَا سِتْرًا} [الكهف: 90]
Hingga ketika dia
sampai di tempat terbit matahari (sebelah timur) didapatinya (matahari)
bersinar di atas suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka
dari (cahaya matahari) itu. [Al-Kahf: 90]
{وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ
وَقَبْلَ غُرُوبِهَا} [طه: 130] [ق:
39]
Dan bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam. [Thaha: 130]
{قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي
بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ} [البقرة: 258]
Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah
menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat". [Al-Baqarah:258]
Matahari sujud, Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{أَلَمْ
تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ
وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ}
[الحج: 18]
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada
di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan,
binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia. [Al-Hajj:18]
{إِذْ
قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ} [يوسف:
4]
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku,
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat
semuanya sujud kepadaku." [Yusuf: 4]
3. Teori matahari tidak bergerak
hanya sebatas teori yang tidak pasti, sebagaimana ilmu-ilmu alam lainnya.
Betapa banyak teori ilmiyah yang ditemukan
kemarin dan sekarang sudah dibantah dengan teori lain yang bertentangan. Maka
tidak mustahil jika matahari bergerak secara hakiki sebagaimana yang disebutkan
dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa
matahari dan bulan beredar. Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَسَخَّرَ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى} [الرعد: 2] [لقمان: 29] [فاطر: 13] [الزمر:
5]
Dan
(Allah) menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar (berjalan) hingga
waktu yang ditentukan. [Ar-Ra’ad: 2]
{وَسَخَّرَ
لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ} [إبراهيم:
33]
Dan Dia telah menundukkan
(pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya).
[Ibrahim: 33]
{وَهُوَ
الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ} [الأنبياء: 33]
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan
siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam
garis edarnya. [Al-Anbiyaa’:33]
{لَا
الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ
وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ} [يس: 40]
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak
dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. [Yaasiin: 40]
{الشَّمْسُ
وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ} [الرحمن: 5]
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. [Ar-Rahman: 5]
4. Kebenaran Al-Qur’an dan hadits
shahih adalah mutlak, sedangkan teori ilmiyah tidak demikian.
Maka tidak pantas kita menolak apa yang disampaikan dalam Al-Qur’an dan
hadits shahih dengan dalil penemuan ilmiyah. Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{ذَلِكَ
الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ} [البقرة:
2]
Kitab (Al-Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa.
[Al-Baqarah:2]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kisah, Semua malaikat berdo'a kecuali Jibril - Ancaman bagi orang yang mencela “Sunnah” - “Simpan sampah dalam rumah mencegah rezki?!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...