Rabu, 30 Agustus 2023

Ancaman bagi orang yang mencela “Sunnah”

بسم الله الرحمن الرحيم

Keberkahan mempelajari, mangamalkan dan menda'wahkan sunnah.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ} [الأنفال: 24]

"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu." [Al-Anfaal:24]

Lihat: Jadikan As-Sunnah sebagai pedoman hidup

Kelompok orang-orang yang mencela/meninggalkan As-Sunnah.

Diantaranya:

1.      Meninggalkan sunnah secara keseluruhan.

Dari Abu Rafi' radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِهِ يَأْتِيهِ الْأَمْرُ مِنْ أَمْرِي مِمَّا أَمَرْتُ بِهِ أَوْ نَهَيْتُ عَنْهُ فَيَقُولُ لَا نَدْرِي مَا وَجَدْنَا فِي كِتَابِ اللَّهِ اتَّبَعْنَاهُ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Sungguh, akan ada salah seorang dari kalian duduk di atas kursi santainya, lalu datang kepadanya perkara yang aku perintahkan atau aku larang kemudian ia berkata, "Aku tidak tahu! Apa yang kami dapatkan dalam kitabullah selalu kami ikuti." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Lihat: Sunnah Nabi adalah wahyu dari Allah

2.      Meninggalkan sebagian sunnah.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ} [البقرة: 208]

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. [Al-Baqarah: 208]

{أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (85) أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ} [البقرة: 85، 86]

Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka tidak akan diringankan azabnya dan mereka tidak akan ditolong. [Al-Baqarah: 85 – 86]

Ø  Dari 'Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah mendengar beberapa orang berselisih, kemudian bersabda:

" إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِهَذَا، ضَرَبُوا كِتَابَ اللهِ بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، وَإِنَّمَا نَزَلَ كِتَابُ اللهِ يُصَدِّقُ بَعْضُهُ بَعْضًا، فَلَا تُكَذِّبُوا بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، فَمَا عَلِمْتُمْ مِنْهُ فَقُولُوا، وَمَا جَهِلْتُمْ، فَكِلُوهُ إِلَى عَالِمِهِ " [مسند أحمد: صحيح]

"Sesungguhnya umat sebelum kalian binasa karena ini, mereka membenturkan kitab suci Allah antara sebagian ayatnya dengan sebagian yang lain, padahal sesungguhnya kitab suci Allah ini diturunkan untuk membenarkan sebagiannya dengan sebagian yang lain, maka janganlah kalian mendustakan sebagiannya dengan sebagian yang lain. Apa yang kalian ketahui darinya maka sampaikanlah, dan apa yang kalian tidak ketahui maka serahkanlah kepada orang yang mengetahuinya". [Musnad Ahmad: Sahih]

Lihat: Metode memahami hadits antara tekstual dan kontekstual

3.      Meninggalkan pemahaman sunnah yang benar (pemahaman ulama salaf).

Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:

«مَنْ كَانَ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ، أُولَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ ﷺ كَانُوا خَيْرَ هَذِهِ الْأُمَّةِ، أَبَّرَهَا قُلُوبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ ﷺ وَنَقْلِ دِينِهِ، فَتَشَبَّهُوا بِأَخْلَاقِهِمْ وَطَرَائِقِهِمْ فَهُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ ﷺ، كَانُوا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيمِ» [حلية الأولياء]

"Siapa yang mencari tuntunan maka hendaklah ia mengikuti tuntunan mereka yang sudah wafat, mereka itu adalah sahabat Muhammad , (1) mereka adalah generasi tebaik umat ini, (2) hati mereka lebih suci, (3) ilmu mereka lebih dalam, dan (4) tidak suka melampaui batas. (5) Mereka adalah generasi yang Allah pilih untuk menemani nabi-Nya dan menyampaikan agama-Nya, maka hendaklah kalian mencontoh akhlak dan metode mereka (dalam beragama), mereka adalah sahabat Muhammad , (6) mereka berada di atas petunjuk yang lurus." [Hilyatul Auliyaa']

Lihat: Kewajiban mengikuti cara beragama Sahabat Rasulullah

4.      Tidak membedakan mana sunnah shahih dan lemah.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ} [البقرة: 42]

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. [Al-Baqarah:42]

{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ} [آل عمران: 71]

Hai ahli kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya? [Ali ‘Imran:71]

Ø  Dari Samurah bin Jundab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ، فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ» [مقدمة صحيح مسلم]

"Barangsiapa yang menyampaikan satu hadits dariku dan ia mengetahui bahwa itu adalah kebohongan, maka ia adalah salah seorang pembohong". [Muqaddimah Sahih Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ» [مقدمة صحيح مسلم]

"Cukuplah seseorang itu dikatakan telah melakukan kebohongan (kesalahan) jika ia menyampaikan semua yang ia dengar". [Muqaddimah Sahih Muslim]

Lihat: Kitab Ilmu bab 38; Dosa orang yang berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

5.      Mengadakan perkara baru (bi’dah) dalam agama.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

«مَا أَتَى عَلَى النَّاسِ عَامٌ إِلَّا أَحْدَثُوا فِيهِ بِدْعَةً، وَأَمَاتُوا فِيهِ سُنَّةً، حَتَّى تَحْيَى الْبِدَعُ، وَتَمُوتَ السُّنَنُ» [المعجم الكبير للطبراني]

“Tidak datang kepada manusia satu tahun kecuali mereka melakukan bid'ah di dalamnya dan mereka mematikan sunnah, sampai bid'ah hidup (menyebar) dan sunnah pun mati (ditinggalkan)”. [Al-Mu’jam Al-Kabiir karya Ath-Thabaraniy]

Ø  Abu Idris Al-Khaulaniy (w.80H) rahimahullah berkata:

"مَا أحدثتْ أمةٌ في دينها بدعةً، إلا رُفع بها عنهم سنةٌ" [الاعتصام للشاطبي]

“Satu umat tidak mengadakan suatu bid’ah dalam agamanya kecuali diangkat dari mereka sunnah karena bid’ah tersebut”. [Al-I’tisham karya Asy-Syathibiy]

Ø  Hassan bin 'Athiyah (w.120H) rahimahullah berkata:

"مَا ابْتَدَعَ قَوْمٌ بِدْعَةً فِي دِينِهِمْ إِلَّا نَزَعَ اللَّهُ مِنْ سُنَّتِهِمْ مِثْلَهَا ثُمَّ لَا يُعِيدُهَا إِلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ" [سنن الدارمي: صحيح]

“Satu umat tidak mengadakan suatu bid’ah dalam agamanya kecuali Allah mencabut dari mereka sunnah yang sepertinya, kemudian sunnah tersebut tidak dikembalikan kepada mereka sampai hari kiamat”. [Sunan Ad-Darimiy: Sahih]

Lihat: Bahaya bid’ah

6.      Mencela para pembawa dan pembela Sunnah (sahabat, perawi dan ahli hadits).

Dari Ibnu Umar radiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"لَعَنَ اللَّهُ مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي" [المعجم الكبير للطبراني: حسنه الألباني]

"Allah melaknat orang yang mencaci sahabatku". [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Hasan]

Ø  Abu Hatim Ar-Raziy (w.195) rahimahullah berkata:

" وَعَلَامَةُ أَهْلِ الْبِدَعِ الْوَقِيعَةُ فِي أَهْلِ الْأَثَرِ، وَعَلَامَةُ الزَّنَادِقَةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ حَشْوِيَّةً يُرِيدُونَ إِبْطَالَ الْآثَارِ. وَعَلَامَةُ الْجَهْمِيَّةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ مُشَبِّهَةً، وَعَلَامَةُ الْقَدَرِيَّةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ الْأَثَرِ مُجَبِّرَةً، وَعَلَامَةُ الْمُرْجِئَةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ مُخَالِفَةً وَنُقْصَانِيَّةً، وَعَلَامَةُ الرَّافِضَةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ نَاصِبَةً ". [شرح أصول اعتقاد أهل السنة والجماعة (1/200)]

“Tanda ahli bid’ah adalah mencela ahli hadits, dan tanda orang munafiq adalah menamai ahlissunah sebagai hasywiyah (serampangan), mereka ingin menolak hadits, dan tanda jahmiyah adalah menamai ahlissunah dengan musyabbihah (yang menyerupakan), dan tanda qadariyah menamai ahli hadits sebagai mujabbirah, dan tanda murjiah adalah menamai ahlissunah mukhalifah (menyelisihi) dan nuqshaniyah (kurang), dan tanda sy’ah rafidha adalah menamai ahlissunah sebagai nashibah (pembenci ahli bait)”. [Syarh Ushul I’tiqad ahlissunah wal jama’ah]

Ø  Ahmad bin Sinan Al-Qathan (w.259) rahimahullah berkata:

" لَيْسَ فِي الدُّنْيَا مُبْتَدع إِلا وَهُوَ يبغض أهل الحَدِيث، فَإِذَا ابتدع الرجل نزعت حلاوة الحَدِيث من قلبه ". [الحجة في بيان المحجة]

“Tidak ada di dunia ini seorang ahli bid’ah kecuali ia membenci ahli hadits, jika seseorang melakukan bid’ah maka akan tercabut kenikmatan hadits dari hatinya”. [Al-Hujjah fi bayanil mahajjah]

Lihat: Keutamaan Sahabat Rasulullah

7.      Mencela orang mengamalkan sunnah.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ} [التوبة: 65 - 66]

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. [At-Taubah: 65 - 66]

Ancaman bagi orang-orang yang mencela/meninggalkan As-Sunnah:

Diantaranya:

1)      Menafikan keimanan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا} [الأحزاب: 36]

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata". [Al-Ahzab: 36]

{فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65]

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya". [An-Nisaa:65]

Ø  'Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu 'anhuma menceritakan:

أَنَّ رَجُلًا مِنَ الأَنْصَارِ خَاصَمَ الزُّبَيْرَ عِنْدَ النَّبِيِّ ﷺ فِي شِرَاجِ الحَرَّةِ، الَّتِي يَسْقُونَ بِهَا النَّخْلَ، فَقَالَ الأَنْصَارِيُّ: سَرِّحِ المَاءَ يَمُرُّ، فَأَبَى عَلَيْهِ؟ فَاخْتَصَمَا عِنْدَ النَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ لِلزُّبَيْرِ: «أَسْقِ يَا زُبَيْرُ، ثُمَّ أَرْسِلِ المَاءَ إِلَى جَارِكَ»، فَغَضِبَ الأَنْصَارِيُّ، فَقَالَ: أَنْ كَانَ ابْنَ عَمَّتِكَ؟ فَتَلَوَّنَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، ثُمَّ قَالَ: «اسْقِ يَا زُبَيْرُ، ثُمَّ احْبِسِ المَاءَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى الجَدْرِ»، فَقَالَ الزُّبَيْرُ: " وَاللَّهِ إِنِّي لَأَحْسِبُ هَذِهِ الآيَةَ نَزَلَتْ فِي ذَلِكَ: {فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65] "

Bahwa ada seorang dari kalangan Anshar bersengketa dengan Az-Zubair di hadapan Nabi tentang aliran air di daerah Al-Harrah yang mereka gunakan untuk menyirami pepohonan kurma. Berkata orang Anshar tersebut: "Bukalah air agar bisa mengalir?" Az-Zubair menolaknya lalu keduanya bertengkar di hadapan Nabi . Maka Rasulullah berkata kepada Az Zubair: "Wahai Zubair, berilah air dan kirimlah buat tetanggamu". Maka orang Anshar itu marah seraya berkata; "Tentu saja kamu bela dia karena dia putra bibimu". Maka wajah Rasulullah memerah kemudian berkata: "Wahai Zubair, berilah air kemudian bendunglah hingga air itu kembali ke dasar ladang". Maka Az-Zubair berkata: "Demi Allah, sungguh aku menganggap bahwa ayat ini turun tentang kasus ini, yaitu firman Allah: {Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya}. [An-Nisaa':65] [Shahih Bukhari dan Muslim]

2)      Akan ditimpa fitnah dan adzab.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63]

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. [An-Nuur:63]

Ø  Al-Musayyib radhiyallahu ‘anhu berkata:

أَنَّ أَبَاهُ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: «مَا اسْمُكَ» قَالَ: حَزْنٌ، قَالَ: «أَنْتَ سَهْلٌ» قَالَ: لاَ أُغَيِّرُ اسْمًا سَمَّانِيهِ أَبِي!

Bapakku mendatangi Rasulullah , kemudian Rasulullah bertanya: Siapa namamu? Bapakku menjawab: "Hazn" (kesedihan). Rasulullah berkata: Namamu adalah "Sahl" (kemudahan)! Bapakku menjawab: Aku tidak mau mengganti nama yang diberikan oleh bapakku.

Sa'id bin Al-Musayyib berkata:

«فَمَا زَالَتِ الحُزُونَةُ فِينَا بَعْدُ»

“Oleh sebab itu kesedihan terus melanda keluarga kami”. [Shahih Bukhari]

Ø  Salamah bin Al-Akwa' radhiyallahu 'anhu berkata:

أَنَّ رَجُلًا أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ بِشِمَالِهِ، فَقَالَ: «كُلْ بِيَمِينِكَ»، قَالَ: لَا أَسْتَطِيعُ، قَالَ: «لَا اسْتَطَعْتَ»، مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ، قَالَ: فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ

Seseorang makan dengan tangan kiri di sisi Rasulullah , maka Rasulullah berkata kepadanya: "Makanlah dengan tangan kanan". Orang itu menjawab: Aku tidak bisa. Maka Rasulullah berdo'a atasnya: "Kamu tidak akan bisa". Tidak ada yang menghalangi orang tersebut makan dengan tangan kanan kecuali rasa sombong, maka iapun tidak mampu mengangkat tangannya ke mulut. [Sahih Muslim]

Ø  Syufyan bin ‘Uyainahrahimahullah- berkata:

سَمِعْت مَالِكَ بْنَ أَنَسٍ، وَأَتَاهُ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، مِنْ أَيْنَ أُحْرِمُ؟ قَالَ: مِنْ ذِي الْحُلَيْفَةِ مِنْ حَيْثُ أَحْرَمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ. فَقَالَ: إنِّي أُرِيدُ أَنْ أُحْرِمَ مِنْ الْمَسْجِدِ. فَقَالَ: لَا تَفْعَلْ. قَالَ: إنِّي أُرِيدُ أَنْ أُحْرِمَ مِنْ الْمَسْجِدِ مِنْ عِنْدِ الْقَبْرِ. قَالَ: لَا تَفْعَلْ، فَإِنِّي أَخْشَى عَلَيْك الْفِتْنَةَ. قَالَ: وَأَيُّ فِتْنَةٍ فِي هَذَا؟ إنَّمَا هِيَ أَمْيَالٌ أَزِيدُهَا. قَالَ: وَأَيُّ فِتْنَةٍ أَعْظَمُ مِنْ أَنْ تَرَى أَنَّك سَبَقْت إلَى فَضِيلَةٍ قَصَّرَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، إنِّي سَمِعْتُ اللَّهَ يَقُولُ: {فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63] [أحكام القرآن لابن العربي (3/ 432)]

Aku mendengar Malik bin Anas saat seseorang mendatanginya dan bertanya: Wahai Abu Abdillah, dari mana saya harus berihram? Malik menjawab: Dari Dzil Hulaifah di mana Rasulullah berihram. Maka orang itu berkata: Saya ingin berihram dari Mesjid Nabawiy. Malik berkata: Jangan engkau lakukan. Orang itu berkata lagi: Saya ingin berihram dari Mesjid di sisi kuburan Nabi. Malik berkata: Jangan engkau lakukan, karena aku khawatir padamu terkena fitnah. Orang itu bertanya: Fitnah apa yang akan menimpaku dalam hal ini? Ini hanya beberapa mil yang aku tambahkan. Malik menjawab: Fitnah apa yang lebih besar daripada engkau merasa bahwa engkau telah lebih dahulu melakukan kebaikan yang diabaikan oleh Rasulullah . Sungguh Aku mendengar Allah berfirman: “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa siksa yang pedih.” [An-Nur: 63] [Ahkam Al-Qur’an karya Ibnu Al-‘Arabiy]

Ø  Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbalrahimahullah- berkata:

نَظَرْتُ فِي الْمُصْحَفِ فَوَجَدْتُ فِيهِ طَاعَةَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فِي ثَلَاثَةٍ وَثَلَاثِينَ مَوْضِعًا، ثُمَّ جَعَلَ يَتْلُو: {فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63] وَجَعَلَ يُكَرِّرُهَا، وَيَقُولُ: وَمَا الْفِتْنَةُ الشِّرْكُ، لَعَلَّهُ أَنْ يَقَعَ فِي قَلْبِهِ شَيْءٌ مِنَ الزَّيْغِ فَيَزِيغَ فَيُهْلِكَهُ، وَجَعَلَ يَتْلُو هَذِهِ الْآيَةَ: {فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ} [النساء: 65]، «مَنْ رَدَّ حَدِيثَ النَّبِيِّ ﷺ، فَهُوَ عَلَى شَفَا هَلَكَةٍ» [الإبانة الكبرى لابن بطة (1/260)]

Aku perhatikan dalam mushaf lalu aku dapati di dalamnya bahwa ta’at kepada Rasulullah disebutkan pada tiga puluh tiga tempat, kemudian ia membaca: “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa siksa yang pedih.” [An-Nur: 63] dan ia mengulang-ulanginya, dan berkata: Dan tiadalah fitnah itu selain kesyirikan, bisa jadi terbesik dalam hatinya sesuatu kecondongan pada kesesatan maka ia sesat kemudian membinasakannya. Dan ia juga membaca: "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan". [An-Nisaa:65] Siapa yang menolak hadits Nabi maka ia berada di tepi jurang kebinasaan. [Al-Ibanah Al-Kubra karya Ibnu Bathah]

3)      Menyebabkan perselisihan dan perpecahan.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون} [الأنعام: 153]

Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. [Al-An'aam:153]

Ø  Abu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah memegang bahu kami sebelum salat dan berkata:

«اسْتَوُوا، وَلَا تَخْتَلِفُوا، فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ» [صحيح مسلم]

"Luruskan shaf kalian, dan jangan berselisih maka hati kalianpun berselisih".

Abu Mas'ud berkata: Kalian hari ini lebih besar perselisihannya. [Shahih Muslim]

Lihat: Bahaya perselisihan dan perpecahan

4)      Menyebabkan kekalahan melawan musuh.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ} [آل عمران: 152]

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu (di perang Uhud), ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa'at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai (kemenangan). di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari (mengalahkan) mereka untuk menguji kamu, dan Sesunguhnya Allah telah mema'afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman. [Ali 'Imran:152]

Ø  Al-Bara' bin 'Azib radhiallahu'anhuma bercerita:

جَعَلَ النَّبِيُّ ﷺ عَلَى الرَّجَّالَةِ يَوْمَ أُحُدٍ، وَكَانُوا خَمْسِينَ رَجُلًا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ جُبَيْرٍ، فَقَالَ: «إِنْ رَأَيْتُمُونَا تَخْطَفُنَا الطَّيْرُ فَلاَ تَبْرَحُوا مَكَانَكُمْ، هَذَا حَتَّى أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ، وَإِنْ رَأَيْتُمُونَا هَزَمْنَا القَوْمَ وَأَوْطَأْنَاهُمْ، فَلاَ تَبْرَحُوا حَتَّى أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ»، فَهَزَمُوهُمْ، قَالَ: فَأَنَا وَاللَّهِ رَأَيْتُ النِّسَاءَ يَشْتَدِدْنَ، قَدْ بَدَتْ خَلاَخِلُهُنَّ وَأَسْوُقُهُنَّ، رَافِعَاتٍ ثِيَابَهُنَّ، فَقَالَ أَصْحَابُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جُبَيْرٍ: الغَنِيمَةَ أَيْ قَوْمِ الغَنِيمَةَ، ظَهَرَ أَصْحَابُكُمْ فَمَا تَنْتَظِرُونَ؟ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جُبَيْرٍ: أَنَسِيتُمْ مَا قَالَ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ؟ قَالُوا: وَاللَّهِ لَنَأْتِيَنَّ النَّاسَ، فَلَنُصِيبَنَّ مِنَ الغَنِيمَةِ، فَلَمَّا أَتَوْهُمْ صُرِفَتْ وُجُوهُهُمْ، فَأَقْبَلُوا مُنْهَزِمِينَ [صحيح البخاري]

Nabi menunjuk 'Abdullah bin Jubair sebagai komandan pasukan pejalan kaki (pemanah) pada perang Uhud yang berjumlah lima puluh orang. Beliau berpesan, "Jika kalian melihat kami disambar burung, maka janganlah kalian meninggalkan tempat kalian ini hingga aku mengirim utusan untuk memberi tahu. Dan jika kalian melihat kami mengalahkan musuh dan menginjak-injak mereka, maka janganlah kalian meninggalkan tempat kalian hingga aku mengirim utusan." Akhirnya kaum muslimin dapat mengalahkan musuh mereka. Al Baro' berkata, "Adapun aku, sungguh demi Allah, aku melihat para wanita (musuh) berlarian sehingga nampak perhiasan gelang di kaki-kaki mereka dan betis-betis mereka karena mereka mengangkat pakaian mereka." Maka para anak buah 'Abdullah bin Jubair berkata, "Itu ghonimah (rampasan perang), maksudnya para wanita itu sebagai ghonimah. Para sahabat kalian telah mengalahkan mereka, jadi, apa yang kalian tunggu?" Maka 'Abdullah bin Jubair berkata, "Apakah kalian lupa apa pesan Rasulullah kepada kalian?" Mereka menjawab, "Sungguh kita harus mendatangi mereka agar kita mendapatkan ghonimah." Ketika mereka mendatangi pasukan yang di bawah, wajah-wajah mereka dipalingkan (dari tujuan utama) hingga mereka menjadi berlarian kocar-kacir. [Shahih Bukhari]

5)      Jauh dari petunjuk.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [البقرة: 137]

Maka jika mereka beriman seperti apa yang kamu (Rasulullah dan sahabatnya) telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-Baqarah:137]

{وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا} [النساء: 115]

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [An-Nisaa':115]

6)      Kebinasaan di dunia dan akhirat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ» [صحيح مسلم]

“Abaikanlah (jangan tanyakan) apa yang aku tidak ajarkan kepada kalian, karena sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian karena banyak bertanya dan berselisih dengan para nabi mereka”. [Sahih Muslim]

Ø  Dari Al-'Irbaad bin Sariyah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَقَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا إِلَّا هَالِكٌ» [صحيح الترغيب والترهيب]

"Aku telah meninggalkan kalian di atas jalan yang terang dan jelas, malamnya sama dengan siangnya, tidak ada yang melenceng darinya kecuali ia akan celaka". [Sahih At-Targiib wa At-Tarhiib]

Ø  Abdullah bin Tsabit -radhiallahu 'anhu- berkata; Nabi bersabda:

«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَصْبَحَ فِيكُمْ مُوسَى ثُمَّ اتَّبَعْتُمُوهُ، وَتَرَكْتُمُونِي لَضَلَلْتُمْ، إِنَّكُمْ حَظِّي مِنَ الْأُمَمِ، وَأَنَا حَظُّكُمْ مِنَ النَّبِيِّينَ» [مسند أحمد: حسن لغيره]

"Sungguh Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalaulah di antara kalian terdapat Musa, lalu kalian mengikutinya dan meninggalkanku, sungguh kalian sesat. Sungguh kalian adalah umat yang diperuntukkan bagiku, dan aku adalah nabi yang diperuntukkan bagi kalian'. [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Ø  Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata;

«تَمَتَّعَ النَّبِيُّ ﷺ» فَقَالَ عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ عَنِ الْمُتْعَةِ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: مَا يَقُولُ عُرَيَّةُ؟ قَالَ: يَقُولُ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ عَنِ الْمُتْعَةِ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: أُرَاهُمْ سَيَهْلِكُونَ أَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ، وَيَقُولُ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ؟! [مسند أحمد: حسن لغيره]

“Nabi pernah haji tamattu'”. Lalu Urwah bin Az-Zubair mengatakan; Abu Bakar dan Umar telah melarang haji tamattu'. Maka Ibnu Abbas berkata; Apa yang dikatakan Urayyah? Ia menjawab; Ia berkata; Abu Bakar dan Umar telah melarang haji tamattu'. Ibnu Abbas berkata; Tampaknya mereka akan binasa. Aku katakan, Nabi bersabda, ia justru berkata; Abu Bakar dan Umar melarang?! [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Lihat: Hadits tentang sebab kebinasaan

7)      Terhapus amalannya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (8) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ} [محمد: 8، 9]

Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. [Muhammad: 8 - 9]

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (1) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ} [الحجرات: 1، 2]

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.  [Al-Hujurat: 1-2]

8)      Terhalang masuk surga.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى»، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: «مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى»

"Semua umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau" Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, siapa yang tidak mau? Beliau menjawab: "Barangsiapa yang mentaatiku maka ia akan masuk surga, dan barangsiapa yang mendurhakaiku maka ia telah tidak mau". [Sahih Bukhari]

9)      Berhak mendapatkan perlakuan keras dan djiauhi.

Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda:

«لَا تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا» قَالَ: فَقَالَ بِلَالُ بْنُ عَبْدِ اللهِ: وَاللهِ لَنَمْنَعُهُنَّ، قَالَ: فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ عَبْدُ اللهِ: فَسَبَّهُ سَبًّا سَيِّئًا مَا سَمِعْتُهُ سَبَّهُ مِثْلَهُ قَطُّ وَقَالَ: " أُخْبِرُكَ عَنْ رَسُولِ اللهِ ﷺ وَتَقُولُ: وَاللهِ لَنَمْنَعُهُنَّ "

"Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian ke masjid apabila mereka meminta izin kepadanya." Perawi berkata, " Bilal bin Abdullah berkata, 'Demi Allah, sungguh kami akan melarang mereka.'" Perawi berkata, "Maka Abdullah menghadapnya, lalu mencelanya dengan celaan yang jelek yang aku tidak pernah mendengarnya mencelanya seperti itu sama sekali, seraya dia berkata, 'Aku mengabarkan kepadamu dari Rasulullah , tetapi kamu malah (menentang) dengan berkata, 'Demi Allah, kami akan menghalangi mereka.'" [Shahih Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain:

فَقَالَ ابْنٌ لَهُ: يُقَالُ لَهُ وَاقِدٌ: إِذَنْ يَتَّخِذْنَهُ دَغَلًا. قَالَ: فَضَرَبَ فِي صَدْرِهِ وَقَالَ: "أُحَدِّثُكَ عَنْ رَسُولِ اللهِ ، وَتَقُولُ: لَا"

Lalu putra Ibnu Umar yang bernama Waqid berkata kepadanya, 'Kalau dibolehkan, siapa tahu dijadikan kesempatan melakukan kejahatan.'" Lalu Ibn Umar memukul dada puteranya atas pembangkangannya. Dan dia berkata, 'Aku menceritakan kepadamu hadits dari Rasulullah , namun kamu malahan mengatakan tidak.'" [Shahih Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain:

"فَمَا كَلَّمَهُ عَبْدُ اللهِ حَتَّى مَاتَ" [مسند أحمد: صحيح الإسناد]

“Maka Abdullah tidak mau berbicara dengannya sampai ia meninggal”. [Musnad Ahmad: Sanadnya shahih]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Berkah mengamalkan sunnah Rasulullah dan bahaya menyelisihinya - Syarah Riyadhushalihin Bab (16) Perintah menjaga As-Sunnah dan adab-adabnya - Bagaimana menghukumi hadits

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...