Senin, 28 April 2025

Aqidah sebagai pondasi akhlak mulia

بسم الله الرحمن الرحيم

A.    Islam adalah agama yang sempurna, meliputi segala apek kehidupan umat Manusia, secara khusus terhadap akhlak.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً} [النحل: 97]

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik". [An-Nahl: 97]

Ø  Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ " [مسند أحمد: صحيح]

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia". [Musnad Ahmad: Sahih]

Lihat: Keutamaan berakhlak mulia

B.     Iman mengantar kepada akhlak yang mulia.

1)      Beriman kepada Allah Yang memerintahkan kepada akhlak mulia dan melarang dari akhlak yang buruk.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا. الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا} [النساء: 36 - 37]

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. [An-Nisaa': 36 - 37]

Ø  Meyakini sifat Allah Yang Maha mencintai dan membenci, mengasihi dan murka.

Dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ مَعَالِيَ الْأَخْلَاقِ، وَيَكْرَهُ سَفْسَافَهَا» [المعجم الكبير للطبراني: صححه الألباني]

"Sesungguhnya Allah 'azza wajalla mencintai akhlak yang mulia dan membenci akhlak yang buruk". [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Sahih]

Ø  Dari Abdullah bin Amru -radhiallahu 'anhuma-; Nabi bersabda:

«الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَن، ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ»

"Para penyayang akan disayangi oleh Ar Rahman. Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi oleh siapa saja yang di langit." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Meyakini Allah Yang Maha mengetahui, melihat dan mendengar bahkan apa yang terbesik dalam hati.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا} [النساء: 108]

Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. [An-Nisaa':108]

2)      Beriman kepada para malaikat, yang membenci apa yang dibenci oleh manusia.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

" مَنْ أَكَلَ الْبَصَلَ وَالثُّومَ وَالْكُرَّاثَ فَلَا يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ بَنُو آدَمَ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa yang makan bawang merah, bawang putih, dan yang sejenisnya, maka jangalah ia mendekati mesjid kami, karena sesungguhnya para malaikat terganggu dari semua yang mengganggu anak cucu Adam". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Malaikat mencatat segala perbuatan manusia yang baik dan yang buruk.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ} [ق: 18]

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. [Qaaf:18]

Ø  Berakhlak seperti akhlak para malaikat.

Aisyah radiyallahu 'anha bertanya kepada Rasulullah : Ketika Abu Bakr datang engkau tidak merubah posisi dan tidak peduli, kemudian Umar datang dan engkau tidak merubah posisi dan tidak peduli, kemudian Usman datang maka engkau memperbaiki posisi dan mengatur pakaian? Rasulullah menjawab:

«أَلَا أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ» [صحيح مسلم]

“Apakah aku tidak merasa malu kepada orang yang Malaikat merasa malu kepadanya?!” [Sahih Muslim]

Lihat: Iman kepada malaikat

3)      Beriman kepada Al-Qur'an yang berisi tentang akhlak yang mulia.

Ketika Aisyah radhiyallahu 'anha ditanya tentang akhlak Rasulullah , ia menjawab:

«كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ» [مسند أحمد: صحيح]

"Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an". [Musnad Ahmad: Sahih]

4)      Beriman kepada para Nabi dan Rasul yang memiliki akhlak yang mulia sehingga berusaha meneladani mereka.

Dari Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ الْهَدْيَ الصَّالِحَ، وَالسَّمْتَ الصَّالِحَ، وَالِاقْتِصَادَ جُزْءٌ مِنْ خَمْسَةٍ وَعِشْرِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]

“Sesungguhnya perangai yang baik, penampilan yang baik, dan sifat sederhana adalah satu bagian dari 25 bagian (sifat) kenabian”. [Sunan Abi Daud: Hasan]

Ø  Anas bin Malik radiyallahu 'anhu berkata:

«كَانَ النَّبِيُّ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا» [صحيح البخاري ومسلم]

Rasulullah adalah orang yang paling baik akhlaknya. [Sahih Bukhari dan muslim]

Ø  Rasulullah memerintahkan untuk berakhlak mulia dan memenci akhlak yang buruk.

Dari Abu Dzar radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ» [سنن الترمذي: حسن]

“Bertakwalah kamu dimanapun berada, ikutkanlah keburukan dengan melakukan kebaikan yang akan menghapuskannya, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang mulia”. [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Ø  Dari Jabir radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالمُتَشَدِّقُونَ وَالمُتَفَيْهِقُونَ» [سنن الترمذي: صحيح]

“Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari kalian dan yan paling jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara, angkuh dalam berbicara, dan sombong”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Lihat: Akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

5)      Beriman kepada hari Akhirat, dimana kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan keburukan dibalas dengan keburukan.

Dari Abu Ad-Darda' radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي المِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ، وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ» [سنن الترمذي: صحيح]

“Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan salat”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga? Rasulullah menjawab:

«تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الخُلُقِ»

"Takwa kepada Allah dan akhlak mulia".

Dan ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka? Rasulullah menjawab:

«الفَمُ وَالفَرْجُ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]

"Mulut (ucapan yang buruk) dan kemaluan". [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Ø  Dari Abu Umamah radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ» [سنن أبي داود: حسن]

“Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat sekalipun ia benar, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang tidak berbohong sekalipun hanya bergurau, dan rumah di atas surga bagi orang yang memuliakan akhlaknya”. [Sunan Abi Daud: Hasan]

Lihat: Meraih surga dengan persaudaraan

6)      Beriman bahwa Allah telah menakdirkan yang baik dan yang buruk, tidak takut kecuali kepada Allah, dan tidak iri terhadap apa yang Allah berikan kepada hambaNya.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ} [النساء: 54]

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? [An-Nisaa': 54]

Ø  Akhlak yang baik adalah karunia dari Allah.

Dari Usamah bin Syarik radiyallahu 'anhu; Rasulullah ditanya: Apakah yang paling baik yang diberikan Allah kepada manusia?

Rasulullah menjawab:

" خُلُقٌ حَسَنٌ " [مسند أحمد: صحيح]

“Akhlak yang mulia”. [Musnad Ahmad: Sahih]

Ø  Meminta kepada Allah agar diberikan akhlak mulia dan dijauhkan dari akhlak yang buruk.

Dari Ibnu Mas'ud dan Aisyah radiyallahu 'anhuma; Rasulullah sering berdoa ...

" اللهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِيْ، فَأَحْسِنْ خُلُقِيْ "

“Ya Allah .. Engkau telah memuliakan penciptaanku, maka muliakanlah akhlakku”. [Musnad Ahmad: Sahih]

Ø  Abu Umamah radiyallahu 'anhu berkata: Aku tidak mendekat kepada Rasulullah pada saat salat wajib atau sunnah kecuali aku mendengarnya membaca kalimat do'a ini (di akhir shalat), tidak ia tambah dan tidak ia kurangi:

" اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَخَطَايَايَ كُلَّهَا، اللَّهُمَّ أَنْعِشْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَاهْدِنِي لِصَالِحِ الْأَعْمَالِ وَالْأَخْلَاقِ; فَإِنَّهُ لَا يَهْدِي لِصَالِحِهَا، وَلَا يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ "

“Ya Allah ampunilah dosa-dosa dan kesalahanku semuanya, Ya Allah angkatlah derajatku dan tutupilah kekuranganku , dan tunjukilah aku kepada amalan saleh dan akhlak yang mulia, karena sesungguhnya tidak ada yang memberi hidayah kepada amal dan akhlak yang saleh dan tidak ada yang menjauhkannya dari amal dan akhlak yang buruk kecuali Engkau”. [Al-Mu'jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Dihasankan oleh syekh Albaniy]

Lihat: Manfaat beriman kepada takdir

C.     Aqidah yang benar sebagai pondasi akhlak mulia.

Diantara dalilnya:

1.      Panggilan dengan sifat iman ketika menjelaskan tentang akhlak.

Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ} [التوبة: 119]

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur). [At-Taubah:119]

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ} [الحجرات: 12]

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Hujuraat: 12]

Ø  Dari Abu Barzah Al-Aslamiy -radhiyallahu'anhu-; Rasulullah bersabda:

«يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلْ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعُ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعْ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ»

"Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya namun keimanannya belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian mengumpat seorang muslim dan jangan pula mencari-cari kesalahannya. Sebab siapa saja yang mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan mencari-cari kesalahannya. Maka siapa saja yang Allah telah mencari-cari kesalahannya, Allah akan menampakkan kesalahannya meskipun ia ada di dalam rumahnya." [Sunan Abi Daud: Hasan]

2.      Akhlak dan iman dua hal yang tidak terpisahkan.

Dari Ibnu Umar radiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«الْحَيَاءُ وَالْإِيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ الْآخَرُ» [حلية الأولياء: صحيح]

Sifat malu dan keimanan semuanya saling berpasangan, maka jika salah satunya dihilangkan maka yang lainnya juga hilang. [Hilyah Al-Auliyaa': Sahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

«لَا يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالْإِيمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا» [سنن النسائي: صحيح]

"Tidak akan berkumpul sikap kikir dan keimanan dalam hati seorang hamba selamanya." [Sunan An-Nasa’i: Shahih]

Ø  Amru bin 'Asabah radhiyallahu 'anhu berkata;

أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْإِسْلَامُ؟ قَالَ: «طِيبُ الْكَلَامِ، وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ». قُلْتُ: مَا الْإِيمَانُ؟ قَالَ: «الصَّبْرُ وَالسَّمَاحَةُ». قَالَ: قُلْتُ: أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ». قَالَ: قُلْتُ: أَيُّ الْإِيمَانِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «خُلُقٌ حَسَنٌ». [مسند أحمد: حسن لغيره]

Saya mendatangi Rasulullah dan bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?" Beliau menjawab, "Yaitu berkata-kata yang baik dan memberi makanan." Saya bertanya lagi, "Apakah iman itu?" Beliau menjawab, "Yaitu sabar dan As-Samaahah (murah hati)." Saya bertanya kembali, "Islam seperti apakah yang paling utama?" Beliau menjawab, "Yaitu seseorang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya." Aku bertanya lagi, "Iman seperti apakah yang paling utama?" Beliau menjawab, "Yaitu akhlak yang baik." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

3.      Rasulullah mengaitkan keimanan dengan akhlak.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ» [صحيح البخاري]

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaklah ia menyambung (berbuat baik kepada) kerabatnya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaklah ia berkata baik atau diam". [Sahih Bukhari]

4.      Rasulullah menafikan kesempurnaan iman seseorang jika tidak berakhlak.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya seperti ia mencintai untuk dirinya. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Syuraih radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ» قِيلَ: وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ» [صحيح البخاري]

"Demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman". Sahabat bertanya: Siapa itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: "Orang yang tidak selamat tetangganya dari kejahatannya". [Shahih Bukhari]

Ø  Anas radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah tidaklah menyampaikan khutbah kepada kami kecuali bersabda:

«لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ» [مسند أحمد: حسن]

"Tidak ada iman bagi orang yang tidak menunaikan amanah, dan tidak ada agama bagi yang tidak menepati janji. [Musnad Ahmad: Hasan]

Ø  Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah bersabda:

«لَا يُؤْمِنُ الْعَبْدُ الْإِيمَانَ كُلَّهُ، حَتَّى يَتْرُكَ الْكَذِبَ فِي الْمُزَاحَةِ، وَيَتْرُكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ صَادِقًا»

"Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia benar." [Musnad Ahmad: Dishahihkan oleh syekh Albani dalam Shahih At-Targiib no.2939]

5.      Orang yang buruk akhlaknya dikeluarkan dari golongan orang beriman yang sempurna keimanannya.

Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَيْسَ مِنّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ» [صحيح الجامع الصغير وزيادته]

"Tidak termasuk golongan kita orang yang tidak menghormati yang tua, menyayangi yang muda, dan mengetahui hak ulama". [Sahih Al-Jami']

Ø  Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi bersabda:

«لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ» [الأدب المفرد للبخاري: صحيح]

"Bukanlah seorang mukmin (sempurna imannya) yang ia kenyang sedangkan tetangganya kelaparan". [Al-Adabul Mufrad karya Imam Bukhari: Shahih]

6.      Akhlak yang buruk diharamkan bagi orang yang beriman.

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ، فَلَا يَحِلُّ لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَبْتَاعَ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ، وَلَا يَخْطُبَ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَذَرَ» [صحيح مسلم]

"Orang Mukmin adalah saudara Mukmin lainnya, maka tidak halal bagi seorang Mukmin membeli barang yang telah dibeli (dipesan) saudaranya, dan tidak halal meminang pinangan saudaranya sebelum ditinggalkan." [Shahih Muslim]

Ø  Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«لَا يَحِلُّ لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ» [صحيح مسلم]

"Tidak halal bagi seorang mukmin untuk tidak bersapaan dengan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari." [Shahih Muslim]

7.      Ukuran kesempurnaan iman dan Islam seseorang dinilai dari akhlaknya.

Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» [سنن أبي داود: صحيح]

“Orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling mulia akhlaknya”. [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Dari Jabir bin Samurah radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" إِنَّ أَحْسَنَ النَّاسِ إِسْلَامًا، أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا " [مسند أحمد: صحيح]

“Sesungguhnya orang yang paling baik keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya”. [Musnad Ahmad: Sahih]

8.      Para Nabi dan Rasul adalah manusia yang paling sempurna keimanannya sehingga paling muia akhlaknya.

9.      Akidah yang rusak membawa kepada akhlak yang buruk.

Itu sebabnya kaum Yahudi adalah kaum yang paling buruk Akhlaknya karena akidah mereka yang rusak. Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:

{وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ} [المائدة: 18]

Orang Yahudi dan Nasrani berkata, "Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." [Al-Ma'idah: 18]

{وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ} [آل عمران: 75]

Dan di antara Ahli Kitab ada yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikannya kepadamu. Tetapi ada (pula) di antara mereka yang jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya. Yang demikian itu disebabkan mereka berkata, “Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang buta huruf (orang Arab).” Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. [Ali 'Imran: 75]

{ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ وَغَرَّهُمْ فِي دِينِهِمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ} [آل عمران: 24]

Hal itu adalah karena mereka berkata, “Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.” Mereka teperdaya dalam agama mereka oleh apa yang mereka ada-adakan. [Ali 'Imran: 24]

Ø  Tanda kemunafikan adalah akhlak yang buruk. Dari Abdullah bin ‘Amr -radhiyallahu 'anhuma-; Rasulullah  bersabda:

" أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ " [صحيح البخاري ومسلم]

“Ada empat sifat, barangsiapa yang ada pada dirinya sifat tersebut maka ia adalah munafiq yang murni, dan barangsiapa yang ada padanya salah satu sifat tersebut maka padanya telah ada sifat munafiq sampai ia meninggalkannya: Jia diberi amanah ia berkhianat, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika bertengkar ia melampaui batas” [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø   Kelompok Khawarij menghalalkan darah kaum muslimin karena akidahnya yang mengkafirkan pelaku dosa besar, begitu pula Syi’ah yang mengkafirkan Ahlussunnah. Abu Qilabah Al-Bashriy (w.104 H) rahimahullah berkata:

«مَا ابْتَدَعَ قَوْمٌ بِدْعَةً قَطُّ، إِلَّا اسْتَحَلُّوا بِهَا السَّيْفَ» [مصنف عبد الرزاق الصنعاني]

"Tidaklah suatu kaum mendatangkan perkara bid'ah kecuali mereka akan menghalalkan pertumpahan darah dengan bid'ahnya itu". [Mushannaf Abdurrazaq]

10.  Beberapa ulama ketika mengarang kitab tentang akidah menutupnya dengan pembahasa akidah.

Seperti Al-Hafidz Ibnu Abi Syaibah rahimahullah (w.235H) dalam kitabnya “Al-Iman”, syekh Islam Ibnu Taimiyah (w.728H) rahimahullah dalam kitabnya “Al-‘Aqidah Al-Wasithiyah”, syekh Nu’man bin Abdul Karim Al-Watr hafidzahullah dalam kitabnya “Aqidah Al-Imam Asy-Syafi’iy”, dan yang lainnya.

D.    4 pokok akhlak.

Pertama: Sabar.

Sabar membuat seseorang menahan amarah, selalu bersikap bijak, hati-hati, lemah-lembut, dan tidak seberono. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون} [آل عمران: 200]

Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. [Ali 'Imran:200]

{مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ} [التغابن: 11]

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorg kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya (untuk bersabar). Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [At-Tagabun: 11]

Ø  Dari Shuhaib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ» [صحيح مسلم]

“Sangat menakjubkan urusan seorang Mukmin, semua urusannya terasa baik, dan itu tidak terjadi pada siapapun kecuali pada seoran Mukmin, jika ia mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu baik baginya, dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu baik baginya”. [Sahih Muslim]

Kedua: Menjaga harga diri dan kehormatan (Al-‘iffah).

Sifat ini melahirkan sifat malu, menghalangi dari perbuatan yang buruk, tercela dan tidak pantas baik berupa ucapan atau perbuatan. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا} [البقرة: 273]

(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang dengan cara mendesak. [Al-Baqarah:273]

Ø  Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Beberapa orang dari kaum Anshar meminta kepada Rasulullah lalu Rasulullah memberi mereka, kemudian mereka meminta lagi lalu Rasulullah memberi mereka, kemudian meminta lagi lalu Rasulullah memberi mereka sampai habis apa yang beliau miliki, kemudian bersabda:

«مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ» [صحيح البخاري ومسلم]

Apa yang aku miliki dari kebaikan maka pasti aku tidak akan menyembunyikannya dari kalian, dan barangsiapa yang menjaga kehormatannya maka Allah akan menjaga kehormatannya, dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allah akan mencukupinya, dan barangsiapa yang berusaha sabar maka Allah akan menyabarkannya, dan seseorang tidak diberi sesuatu yang lebih baik dan luas daripada kesabaran. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Sahl bin Sa'ad -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah bersabda:

" أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ، وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ " [حلية الأولياء: حسنه الألباني]

Jibril -'alaihissalam- mendatangiku dan berkata: "Wahai Muhammad .. kemuliaan seorang mukmin adalah shalatnya di malam hari, dan keagungannya dengan merasa cukup dari bantuan manusia". [Hilyatul auliyaa': Hasan]

Ketiga: Berani.

Membawa seseorang untuk menjaga harga dirinya dan kehormatannya, membela yang hak, membantu orang lain, dan selalu jujur. Allah subhanahu wata'ala berfriman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ} [المائدة: 54]

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. [Al-Maidah:54]

Ø  Ubadah bin Ash Shamit radhiyallahu 'anhu mengatakan:

«بَايَعْنَا رَسُولَ اللَّهِ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي المَنْشَطِ وَالمَكْرَهِ، وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ الأَمْرَ أَهْلَهُ، وَأَنْ نَقُومَ أَوْ نَقُولَ بِالحَقِّ حَيْثُمَا كُنَّا، لاَ نَخَافُ فِي اللَّهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Kami berbaiat kepada Rasulullah untuk mendengar dan taat, baik ketika giat (semangat) maupun malas, dan untuk tidak menggulingkan kekuasaan dari orang yang berwenang terhadapnya, dan mendirikan serta mengucapkan kebenaran dimana saja kami berada, kami tidak khawatir di jalan Allah terhadap celaan orang yag mencela”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Keempat: Adil.

Senantiasa bersikap moderat, pertengahan diantara dua sifat yang tercela yaitu sikap berlebihan dan sikap tidak peduli. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ} [المائدة: 8]

Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. [Al-Ma'idah: 8]

Ø  Dari An-Nu'man bin Basyiir radhiallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«اتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Maka bertakwalah kalian kepada Allah, dan berlaku adillah di antara anak-anak kalian". [Shahih Bukhari dan Muslim]

E.     Rukun akhlak ada tiga:

1)      Berbagi kebaikan untuk orang lain.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [الحشر: 9]

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung. [Al-Hasyr:9]

2)      Menahan keburukan kepada orang lain.

Abu Dzar radhiallahu'anhu berkata;

سَأَلْتُ النَّبِيَّ أَيُّ العَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «إِيمَانٌ بِاللَّهِ، وَجِهَادٌ فِي سَبِيلِهِ»، قُلْتُ: فَأَيُّ الرِّقَابِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «أَعْلاَهَا ثَمَنًا، وَأَنْفَسُهَا عِنْدَ أَهْلِهَا»، قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ؟ قَالَ: «تُعِينُ ضَايِعًا، أَوْ تَصْنَعُ لِأَخْرَقَ»،: قَالَ: فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ؟ قَالَ: «تَدَعُ النَّاسَ مِنَ الشَّرِّ، فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ تَصَدَّقُ بِهَا عَلَى نَفْسِكَ» [صحيح البخاري ومسلم]

Aku bertanya kepada Nabi amal apakah yang paling utama?". Beliau menjawab, "Iman kepada Allah dan jihad di jalan-Nya". Kemudian aku bertanya lagi, "Pembebasan budak manakah yang paling utama?". Beliau menjawab, "Yang paling tinggi harganya dan yang paling berharga hati tuannya". Aku katakan, "Bagaimana kalau aku tidak dapat mengerjakannya?". Beliau berkata, "Kamu membantu orang yang telantar atau orang bodoh yang tak mempunyai keterampilan". Aku katakan lagi:: "Bagaimana kalau aku tidak dapat mengerjakannya?". Beliau berkata, "Kamu hindari manusia dari keburukan karena yang demikian berarti shadaqah yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri". [Shahih Bukhari dan Muslim]

3)      Bersabar terhadap gangguan dari orang lain.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا} [الفرقان: 20]

Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain, maukah kamu bersabar? Dan adalah Tuhanmu Maha Melihat. [Al-Furqaan: 20]

Ø  Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«ثَلَاثَةٌ يُحِبُّهُمُ اللَّهُ: ...، وَالرَّجُلُ يَكُونُ لَهُ الْجَارُ يُؤْذِيهِ جِوَارُهُ، فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ حَتَّى يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أَوْ ظَعْنٌ» [مسند أحمد: صحيح]

"Ada tiga orang yang dicintai oleh Allah: , dan seorang lelaki yang mempunyai tetangga yang menyakitinya namun dia bersabar atas perbuatan tetangganya sehingga keduanya dipisahkan oleh kematian, atau bepergian." [Musnad Ahmad: Shahih]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Mungkinkah seorang mu’min berdusta? Urgensi adab dalam tatanan masyarakat - Hidup berkah dengan akhlak mulia - Akhlak ulama dan penuntut ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...