Sabtu, 03 Agustus 2019

Makna istilah “Al-Musnad” menurut ahli hadits

بسم الله الرحمن الرحيم


Kata "Musnad" adalah bentuk isim maf’ul (objek) dari fi’il (kata kerja) أَسْنَدَ asnada” yang berarti menyandarkan atau menisbatkan.

Ada tiga makna penggunaan istilah “Musnad” menurut ahli hadits:
1.       Musnad sebagai sifat suatu hadits.
2.       Musnad sebagai jenis penulisan buku hadits.
3.       Musnad bermakna sanad atau isnad.

A.    Musnad sebagai sifat suatu hadits.

Ulama berbeda pendapat dalam memahami makna istilah “musnad” sebagai sifat suatu hadits:

Pendapat pertama: Suatu hadits dikatakan “musnad” jika sanadnya bersambung (muttashil), baik hadits itu marfuu’ (dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam), atau mauquuf (dari Sahabat), atau maqthuu’ (dari Tabi’in dan selainnya).

Ibnu Ash-Shalah –rahimahullah- dalam kitabnya “Al-Muqaddimah” berkata:
ذكرَ أبو بكرٍ الخطيبُ الحافظُ - رحمهُ اللهُ - أنَّ المسندَ عِندَ أهلِ الحديثِ: هوَ الذي اتَّصلَ إسنادُهُ مِنْ راويهِ إلى مُنتهَاهُ، وأكثرُ مَا يستعملُ ذلكَ فِيْمَا جاءَ عنْ رسولِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - دونَ مَا جاءَ عنِ الصحابةِ وغيرِهِم
Abu Bakr Al-Khathib Al-Hafidz –rahimahullah- menyebutkan bahwa “Al-Musnad  menurut ahli hadits adalah hadits yang sanadnya bersambung dari perawinya sampai akhir sanad. Dan kebanyakan istilah ini dipergunakan pada hadits yang bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan sedikit dipergunaan pada hadits yang hanya bersumber dari Sahabat Nabi atau selainnya.”

Pendapat kedua: Suatu hadits dikatakan “musnad” jika disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (marfuu’), baik sanadnya muttashil (bersambung) atau mungqathi’ (terputus).

Ibnu Ash-Shalah –rahimahullah- dalam kitabnya “Al-Muqaddimah” berkata:
وذكرَ أبو عمرَ بنُ عبدِ البرِّ الحافظُ أنَّ المسندَ: ((مَا رُفِعَ إلى النَّبيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وصَحْبِهِ وسَلَّمَ خَاصَّةً. وَقَدْ يكونُ متَّصِلاً، مثلُ: ((مالكٍ، عنْ نافعٍ، عنِ ابنِ عمرَ، عنْ رسولِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم -))، وقدْ يكونُ منقطعاً، مثلُ: ((مالكٍ، عنْ الزهريِّ، عنِ ابنِ عبَّاسٍ، عنْ رسولِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم -)). فهذا مسندٌ؛ لأنَّهُ قدْ أُسْنِدَ إلى رسولِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم -، وهوَ منقطعٌ؛ لأنَّ الزُّهريَّ لَمْ يسمعْ مِنِ ابنِ عبَّاسٍ - رضي الله عنهم -.
“Dan Abu Umar Ibnu Abdil Barr Al-Hafidz menyebutkan bahwa “Al-Musnad” adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam secara terkhusus. Terkadang sanadnya bersambung seperti riwayat imam Malik, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan terkadang sanadnya terputus, seperti riwayat imam Malik, dari Az-Zuhriy, dari Ibnu ‘Abbas, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini juga termasuk musnad, karena telah disandarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sekalipun sanadnya terputus, karena Az-Zuhriy tidak menerima hadits langsung dari Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhum-.”

Pendapat ketiga: Suatu hadits dikatakan “musnad” jika sanadnya bersambung (muttashil) dan disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (marfuu’).

Ibnu Ash-Shalah –rahimahullah- dalam kitabnya “Al-Muqaddimah” berkata:
وحكى أبو عُمَرَ عنْ قومٍ أنَّ المسندَ لا يقعُ إلاَّ عَلَى مَا اتَّصلَ مرفوعاً إلى النبيِّ - صلى الله عليه وسلم -. قلتُ: وبهذا قَطَعَ الحاكمُ أبو عبدِ اللهِ الحافظُ ولَمْ يَذْكُرْ في كتابِهِ غيرَهُ.
“Dan Abu Umar menghikayatkan dari suatu kaum yang berpendapat bahwa “Al-Musnad” tidak terjadi kecuali pada hadits yang sanadnya bersambung dan disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku (Ibnu Ash-Shalah) berkata: Pendapat ini yang diputuskan oleh Al-Hakim Abu Abdillah Al-Hafidz dan beliau tidak menyebutkan dalam kitabnya pendapat yang lain”.

Dengan makna yang ketiga inilah Imam Bukhari dan Muslim –rahimahumallah- menamai kitab Ash-Shahih mereka berdua.

Imam Bukhari menamai kitab Ash-Shahihnya dengan judul:
الجامع المسند الصحيح المختصر من أمور رسول الله صلى الله عليه وسلم وسننه وأيامه
“Kumpulan hadits-hadits musnad yang shahih dan ringkas dari urusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sunnah-sunnahnya, dan kehidupan sehari-harinya”.

Sedangkan Imam Muslim menamai kitab Ash-Shahihnya dengan judul:
المسند الصحيح المختصر بنقل العدل عن العدل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Kumpulan hadits musnad yang shahih dan ringkas, yang dinukil dari seorang yang terpercaya dari seorang yang terpercaya sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”.

B.    Musnad sebagai jenis penulisan buku hadits.

Kitab “Musnad” adalah buku yang menyusun hadits-hadits dengan urutan rawi al-a'laa (yang menyebutkan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam). Ada yang menyusun rawi al-a'laa dengan huruf hijaiyah, ada juga yang menyusun sesuai thabaqath (pengelompokan sesuai umur, afdhaliya, daerah atau qabilah). 

Diantara ulama yang menyusun kitab al-musnad :

1)      Abu Daud Ath-Thayalisy –rahimahullah- (204 H)

Download kitabnya di sini: https://waqfeya.com/book.php?bid=1460

2)      Abu Bakr Al-Humaidy –rahimahullah- (219 H)

Download kitabnya di sini: https://waqfeya.com/book.php?bid=1186

3)      Musnad Ishak bin Rahawaih –rahimahullah- (w.238H)

Download kitabnya di sini: https://waqfeya.com/book.php?bid=12612

4)      Imam Ahmad bin Hanbal –rahimahullah- (241 H)

Download kitabnya di sini: https://www.waqfeya.com/book.php?bid=2673

5)      Abdu bin Humaid –rahimahullah- (249 H)

Download kitabnya di sini: https://waqfeya.com/book.php?bid=1351

6)      Al-Bazzaar, Abu Bakr Ahmad bin ‘Amr –rahimahullah- (292 H)

Download kitabnya di sini: https://waqfeya.com/book.php?bid=9378

7)      Abu Ya’laa Al-Mushiliy –rahimahullah- (307 H)

Download kitabnya di sini: https://www.waqfeya.com/book.php?bid=469

C.     Musnad bermakna sanad atau isnad.

Contoh penggunaan kata “musnad” yang berarti sanad atau isnad:

a)      Musnad Abdullah bin Al-Mubarak –rahimahullah- (w.181H).

Kitab ini disusun dengan urutan bab fiqhi.

Download kitabnya di sini: http://www.waqfeya.com/book.php?bid=2642

b)     Musnad Asy-Syafi’iy –rahimahullah- (w.204H).

Kitab ini adalah kumpulan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Ar-Rabii’ bin Sulaiman dari Imam Asy-Syafi’iy dalam kitab “Al-Umm” dan “Al-Mabsuuth”. Disusun dengan urutan bab fiqhi.

Download kitabnya di sini: https://waqfeya.com/book.php?bid=2736

c)      Musnad Ad-Darimiy –rahimahullah- (w.255H).

Kitab ini disusun dengan urutan bab fiqhi, olehnya itu kitab ini lebih masyhur dan dikenal dengan nama “Sunan Ad-Darimiy”.

Download kitabnya di sini: https://www.waqfeya.com/book.php?bid=516

d)     Musnad Al-Harits.

Abu Muhammad Al-Harits bin Muhammad, yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Abi Usamah –rahimahullah- (w.282H) menyusun kitabnya ini bukan dengan susunan sahabat ataupun bab fiqh, sehingga sulit untuk dipergunakan dalam mentakhrij hadits.

Oleh sebab itu Al-Haitsamiy –rahimahullah- (w.807H) menyusun kitab “Bugyatul Bahits” dengan mengumpulkan hadits hadits yang diriwayatkan oleh Al-Harits dalam musnadnya yang tidak diriwayatkan oleh imam kitab yang enam (kutubussittah), kemudian hadits-hadits tersebut disusun sesuai dengan urutan bab fiqh.

Download kitabnya di sini: http://waqfeya.com/book.php?bid=1524

e)      Musnad Asy-Syihaab.

Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Salamah Al-Qudha’iy –rahimahullah- (w.454H) menyusun satu kitab yang berjudul “Asy-Syihaab” berisi kumpulan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang syarat dengan hikmah, tanpa menyebutkan sanad.

Kemudian setelah itu, beliau menyusun kitab “Musnad Asy-Syihaab” dengan mencantukan sanad setiap hadits yang ada dalam kitab “Asy-Syihaab”.

Download kitabnya di sini: https://waqfeya.com/book.php?bid=7175

f)       Musnad Al-Firdaus.

Abu Syuja’ Syiruwaih bin Syahradar Ad-Dailamiy –rahimahullah- (w.509H) menyusun satu kitab yang berjudul “Al-Firdaus bi ma’tsuril khithab”, menyebutkan hadits-hadits dan disusun sesuai dengan huruf hijaiyah pada awal matan hadits tanpa mencantumkan sanad.

Kemudian datang Abu Manshur Syahradar bin Syiruwaih Ad-Dailamiy –rahimahullah- (w.558H) -anak dari Abu Syuja’- menyususn kitab “Musnad Al-Firdaus” dengan mengumpulkan sanad hadits yang disebutkan oleh bapaknya.

Download kitab “Al-Firdaus” di sini: https://waqfeya.com/book.php?bid=2900

Wallahu a’lam!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...