Senin, 24 Juni 2024

Bakti Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kepada orang tuanya

بسم الله الرحمن الرحيم

Perintah berbakti kepada kedua orang tua setelah perintah tauhid

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا} [الإسراء: 23]

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. [Al-Israa’:23]

Perintah mensyukuri kedua orang tua setelah mensyukuri Allah ta'aalaa

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ} [لقمان: 14]

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. [Luqman:14]

Lihat: Kewajiban berbakti pada kedua orang tua

Bakti Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kepada orang tuanya

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا (41) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا (42) يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا (43) يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا (44) يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا (45) قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا (46) قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا (47) وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا (48) فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا (49) وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا} [مريم: 41 - 50]

Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur'an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan, seorang Nabi. (Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun? Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku! Janganlah engkau menyembah setan. Sungguh, setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Wahai ayahku! Aku sungguh khawatir engkau akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga engkau menjadi teman bagi setan.” Dia (ayahnya) berkata, “Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama.” Dia (Ibrahim) berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.” Maka ketika dia (Ibrahim) sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Yakub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi. Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia. [Maryam: 41-50]

Hikmah yang dipetik dari bakti Ibrahim ‘alaihissalam:

Diantaranya:

1.      Berbakti kepada orang tua sekalipun mereka kafir.

Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu 'anhuma berkata:

قَدِمَتْ عَلَيَّ أُمِّي وَهِيَ مُشْرِكَةٌ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ ، فَاسْتَفْتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ، قُلْتُ: وَهِيَ رَاغِبَةٌ، أَفَأَصِلُ أُمِّي؟ قَالَ: «نَعَمْ صِلِي أُمَّكِ»

Ibuku mendatangiku, dan ia seorang yang musyrik pada masa Rasulullah ﷺ. Maka aku meminta izin Rasulullah ﷺ, aku berkata: Ibuku membenci Islam, apakah aku boleh menyambung silaturahim ibuku? Rasulullah ﷺ menjawab: “Tentu, sambunglah silaturahim ibumu!”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

2.      Tidak menta’atinya dalam maksiat.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا} [لقمان: 15]

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. [Luqman:15]

Ø  Dari 'Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:

«لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ» [المعجم الكبير: صححه الألباني]

"Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Al-Khalik (Allah)". [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Shahih]

3.      Mengajaknya kepada kebaikan dan mencegahnya dari kemungkaran, terutama tentang tauhid.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيمَ (69) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ (70) قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ (71) قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ (72) أَوْ يَنْفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ} [الشعراء: 69 - 73]

Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Apakah yang kamu sembah?” Mereka menjawab, “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya.” Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah mereka mendengarmu ketika kamu berdoa (kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat atau mencelakakan kamu?” [Asy-Syu'ara': 69-73]

Ø Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:

كُنْتُ أَدْعُو أُمِّي إِلَى الْإِسْلَامِ وَهِيَ مُشْرِكَةٌ، فَدَعَوْتُهَا يَوْمًا فَأَسْمَعَتْنِي فِي رَسُولِ اللهِ مَا أَكْرَهُ، فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ وَأَنَا أَبْكِي، قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي كُنْتُ أَدْعُو أُمِّي إِلَى الْإِسْلَامِ فَتَأْبَى عَلَيَّ، فَدَعَوْتُهَا الْيَوْمَ فَأَسْمَعَتْنِي فِيكَ مَا أَكْرَهُ، فَادْعُ اللهَ أَنْ يَهْدِيَ أُمَّ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : «اللهُمَّ اهْدِ أُمَّ أَبِي هُرَيْرَةَ» فَخَرَجْتُ مُسْتَبْشِرًا بِدَعْوَةِ نَبِيِّ اللهِ ، فَلَمَّا جِئْتُ فَصِرْتُ إِلَى الْبَابِ، فَإِذَا هُوَ مُجَافٌ، فَسَمِعَتْ أُمِّي خَشْفَ قَدَمَيَّ، فَقَالَتْ: مَكَانَكَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ وَسَمِعْتُ خَضْخَضَةَ الْمَاءِ، قَالَ: فَاغْتَسَلَتْ وَلَبِسَتْ دِرْعَهَا وَعَجِلَتْ عَنْ خِمَارِهَا، فَفَتَحَتِ الْبَابَ، ثُمَّ قَالَتْ: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، قَالَ فَرَجَعْتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ ، فَأَتَيْتُهُ وَأَنَا أَبْكِي مِنَ الْفَرَحِ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَبْشِرْ قَدِ اسْتَجَابَ اللهُ دَعْوَتَكَ وَهَدَى أُمَّ أَبِي هُرَيْرَةَ، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ خَيْرًا

Dulu aku mengajak ibuku memeluk Islam saat ia masih musyrik, dan pada suatu hari aku mengajaknya tapi ia memperdengarkan aku tentang Rasulullah yang aku tidak sukai. Maka aku mendatangi Rasulullah dan saya menangis, aku berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya aku telah mengajak ibuku memeluk Islam tapi ia menolakku, dan hari ini aku mengajaknya namun ia memperdengarkan aku tentangmu suatu yang aku benci, maka mintalah kepada Allah agar memberi hidayah untuk ibu Abu Hurairah. Kemudian Rasulullah berdo’a: “Ya Allah berilah hidayah untuk ibu Abu Hurairah!” Kemudian aku pergi dengan perasaan gembira dengan do’a Nabi , dan ketika aku tiba, aku menuju pintu tapi pintunya tertutup dan ibuku mendengar langkah kakiku maka ia berkata: Tetap ditempatmu wahai Abu Hurairah. Dan aku mendengar siraman air. Abu Hurairah berkata: Kemudian ibuku mandi, memakai pakaian dan memasang kerudungnya, lalu membuka pintu kemudian berkata: Wahai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Abu Hurairah berkata: Maka aku kembali kepada Rasulullah , aku mendatanginya dan aku menagis karena gembira. Aku berkata: Wahai Rasulullah, terimalah berita gembira, sungguh Allah telah mengabulkan do’amu, dan Allah telah memberi hidayah untuk ibu Abu Hurairah! Maka Rasulullah memanjatkan syukur dan pujian kepada Allah dan mengucapkan suatu yang baik. [Shahih Muslim]

Lihat: Keutamaan Amar ma’ruf Nahi mungkar

4.      Lemah lembut ketika berbicara dengan orang tua.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا} [الإسراء: 23]

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [Al-Israa’:23]

Ø  Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:

«إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ» قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: «يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ، فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sesungguhnya diantara dosa-dosa besar adalah seseorang melaknat (mencaci) kedua orang tuanya”. Sahabat bertanya: Ya Rasulallah, bagaimana seseorang mencaci kedua orang tuanya? Rasulullah ﷺ menjawab: “Seseorang mencaci bapak orang lain, maka orang tersebut membalas dan mencaci orang tuannya dan mencaci ibunya”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:

«لَعَنَ اللهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ» [صحيح مسلم]

“Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya”. [Shahih Muslim]

Lihat: Adab berkomunikasi

5.      Merendah terhadap keduanya dengan penuh sayang.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ} [الإسراء: 24]

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan. [Al-Israa’:24]

6.      Selalu mendo’akan kebaikan untuk mereka.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا} [الإسراء: 24]

Dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". [Al-Israa’:24]

{رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ} [إبراهيم: 41]

“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". [Ibrahim:41]

{رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا} [نوح: 28]

Ya Tuhanku! ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahKu dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan". [Nuuh:28]

Lihat: Keutamaan berdo'a

7.      Bakti kepada orang tua diantara sebab do’a dikabulkan.

Dari Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:

«يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ، مِنْ مُرَادٍ، ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ، كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ، لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ، فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ» [صحيح مسلم]

“Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama bantuan perang dari Yaman, dari Murad, kemudian dari Qarn, ia memiliki penyakit kusta kemudian sembuh kecuali sebagian sebesar dirham, ia memiliki ibu yang ia berbakti kepadanya, kalau ia bersumpah atas nama Allah maka pasti akan dikabulkan. Maka jika engkau bisa memintanya agar ia mintakan ampunan untukmu maka lakukanlah” [Shahih Muslim]

Lihat: Kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua

8.      Berbakit kepada orang tua dibalas dengan anak yang berbakti juga.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ (101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ} [الصافات: 100 - 102]

“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". [Ash-Shaafhaat: 100-102]

{وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [البقرة: 127]

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". [Al-Baqarah:127]

Ø  Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

قَالَ إبراهيم: يَا إِسْمَاعِيلُ، إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي بِأَمْرٍ، قَالَ: فَاصْنَعْ مَا أَمَرَكَ رَبُّكَ، قَالَ: وَتُعِينُنِي؟ قَالَ: وَأُعِينُكَ، قَالَ: فَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَبْنِيَ هَا هُنَا بَيْتًا، وَأَشَارَ إِلَى أَكَمَةٍ مُرْتَفِعَةٍ عَلَى مَا حَوْلَهَا، فَعِنْدَ ذَلِكَ رَفَعَا القَوَاعِدَ مِنَ البَيْتِ، فَجَعَلَ إِسْمَاعِيلُ يَأْتِي بِالحِجَارَةِ وَإِبْرَاهِيمُ يَبْنِي، حَتَّى إِذَا ارْتَفَعَ البِنَاءُ، جَاءَ بِهَذَا الحَجَرِ فَوَضَعَهُ لَهُ فَقَامَ عَلَيْهِ، وَهُوَ يَبْنِي وَإِسْمَاعِيلُ يُنَاوِلُهُ الحِجَارَةَ، وَهُمَا يَقُولاَنِ: {رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ العَلِيمُ} [البقرة: 127]، قَالَ: فَجَعَلاَ يَبْنِيَانِ حَتَّى يَدُورَا حَوْلَ البَيْتِ وَهُمَا يَقُولاَنِ: {رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ العَلِيمُ} [البقرة: 127] [صحيح البخاري]

Ibrahim berkata, "Wahai Isma'il, Allah memerintahkanku dengan suatu perintah". Isma'il berkata, "Lakukanlah apa yang diperintahkan Rabb-mu". Ibrahim berkata lagi; Apakah kamu akan membantu aku?". Isma'il berkata, "Ya aku akan membantumu". Ibrahim berkata, "Allah memerintahkan aku agar membangun rumah di tempat ini". Ibrahim menunjuk ke suatu tempat yang agak tinggi dibanding sekelilingnya. Dari tempat itulah keduanya meninggikan pondasi Baitullah, Isma'il bekerja mengangkut batu-batu sedangkan Ibrahim yang menyusunnya (membangunnya) hingga ketika bangunan sudah tinggi, Isma'il datang membawa batu ini lalu meletakkannya untuk Ibrahim agar bisa naik di atasnya sementara Isma'il memberikan batu-batu' Keduanya bekerja sambil mengucapkan kalimat doa; ("Rabb kami, terimalah (amal) dari kami sesunggunya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui"). Keduanya terus saja membangun hingga mengelilingi Baitullah dan keduanya terus saja membaca doa; ("Rabb kami, terimalah (amal) dari kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui"). (QS. Al-Baqarah 127). [Shahih Bukhari]

Lihat: Hadits Ibnu ‘Abbas; Kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Bagaimana berbakti pada kedua orang tua - Menghormati orang yang sudah tua - Meneladani kesabaran Nabi Ibrahim ‘alaihissalam - Do’a Nabi Ibrahim –‘alaihissalam- untuk negri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...