بسم الله الرحمن الرحيم
Nabi Ibrahim –‘alaihissalam-
adalah salah satu dari lima Rasul Ulul ‘Azmi, bapaknya para Nabi dan Rasul,
imam ahli Tauhid, khalil (kekasih) Ar-Rahman.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ إِبْرَاهِيمَ
كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (120)
شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (121)
وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ
الصَّالِحِينَ (122) ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ
إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ} [النحل: 120-123]
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam
yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali
bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). (lagi) yang
mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada
jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan
sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim
seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan. [An-Nahl: 120-123]
{إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ
أَوَّاهٌ مُنِيبٌ} [هود: 75]
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar
seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. [Huud: 75]
{وَاتَّخَذَ اللَّهُ
إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا} [النساء: 125]
Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayangan-Nya. [An-Nisaa’: 125]
Nabi Ibrahim –‘alaihissalam-
mendapatkan keutamaan yang begitu banyak dikarenakan kesabarannya menghadapi
segala cobaan dan rintangan yang ia hadapi.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَإِذِ ابْتَلَى
إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ
لِلنَّاسِ إِمَامًا} [البقرة: 124]
Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan
larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku
akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". [Al-Baqarah: 124]
{وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى} [النجم: 37]
Dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. [An-Najm: 37]
Kepemimpinan dan kedudukan mulia tidak akan didapatkan kecuali dengan
bersabar atas segala rintangan dan cobaan.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَجَعَلْنَا
مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُون}
[السجدة: 24]
Dan
kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat
kami. [As-Sajdah:24]
Oleh sebeb itu, manusia yang paling besar cobaannya adalah para Nabi dan
Rasul, karena mereka adalah pemimpin dan panutan.
Sa'ad
bin Abi Waqqash radhiyallahu
'anhu bertanya: Ya Rasulullah .. siapakah orang yang paling berat cobaannya?
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"
الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الصَّالِحُونَ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ، فَالْأَمْثَلُ مِنَ
النَّاسِ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ
صَلابَةٌ زِيدَ فِي بَلائِهِ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ خُفِّفَ عَنْهُ،
وَمَا يَزَالُ الْبَلاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَمْشِيَ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ
لَيْسَ عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ " [مسند أحمد: حسن]
"Para Nabi, lalu
orang-orang shaleh, kemudian orang yang paling mulia dan yang paling mulia dari
manusia. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya, jika agamanya kuat
maka akan ditambah ujiannya, dan jika agamanya lemah maka akan diringankan
ujiannya. Tidaklah ujian itu berhenti pada seorang hamba sampai dia berjalan di
muka bumi tanpa mempunyai dosa." [Musnad Ahmad: Shahih]
Nabi Ibrahim –‘alaihissalam-
bersabar dengan berbagai bentuk ujian.
Diuji
dengan:
1.
Kaumnya yang menyembah berhala dan tidak mau beriman dengan mentauhidkan
Allah.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ
قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ
اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ
أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ} [الممتحنة: 4]
Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu
sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan
kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah saja. [Al-Mumtahanah: 4]
2.
Ayahnya yang membela kemusyrikan dan mengusir dirinya.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قَالَ
أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَاإِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ
لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا (46) قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ
سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا} [مريم: 46-47]
Berkata
bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu
tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat
waktu yang lama". Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan
kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia
sangat baik kepadaku. [Maryam:
46-47]
3.
Dimasukkan ke dalam luapan api yang besar.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قَالُوا
حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (68) قُلْنَا
يَانَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ} [الأنبياء: 68-69]
Mereka
berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu
benar-benar hendak bertindak". Kami berfirman: "Hai api menjadi
dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim". [Al-Anbiyaa’: 68-69]
4.
Diuji dengan keterlambatan mendapatkan keturunan.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَامْرَأَتُهُ
قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ
يَعْقُوبَ (71) قَالَتْ يَاوَيْلَتَا أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي
شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ} [هود: 71-72]
Dan
isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan
kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir
puteranya) Ya'qub. Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku
akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini
suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar
suatu yang sangat aneh".
[Huud: 71-72]
{الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ
رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ} [إبراهيم: 39]
Segala
puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan
Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. [Ibrahim: 39]
5.
Diuji dengan perintah menyembelih anak kesayangan yang telah ia nanti
begitu lama.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ
بِغُلَامٍ حَلِيمٍ (101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي
أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ
مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ} [الصافات:
100 - 102]
“Ya
Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh.” Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". [Ash-Shaafhaat: 100-102]
6.
Diuji dengan meninggalkan anak dan istrinya di tempat yang tidak
berpenghuni dan tidak ada sumber kehidupan.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{رَبَّنَا
إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ
الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ
تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ} [إبراهيم: 37]
Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. [Ibrahim: 37]
Ø
Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu
‘anhuma- berkata:
لَيْسَ
بِمَكَّةَ يَوْمَئِذٍ أَحَدٌ، وَلَيْسَ بِهَا مَاءٌ، فَوَضَعَهُمَا هُنَالِكَ،
وَوَضَعَ عِنْدَهُمَا جِرَابًا فِيهِ تَمْرٌ، وَسِقَاءً فِيهِ مَاءٌ، ثُمَّ قَفَّى
إِبْرَاهِيمُ مُنْطَلِقًا، فَتَبِعَتْهُ أُمُّ إِسْمَاعِيلَ فَقَالَتْ: يَا
إِبْرَاهِيمُ، أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بِهَذَا الوَادِي، الَّذِي لَيْسَ
فِيهِ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ؟ فَقَالَتْ لَهُ ذَلِكَ مِرَارًا، وَجَعَلَ لاَ
يَلْتَفِتُ إِلَيْهَا، فَقَالَتْ لَهُ: آللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ
نَعَمْ، قَالَتْ: إِذَنْ لاَ يُضَيِّعُنَا، ثُمَّ رَجَعَتْ، فَانْطَلَقَ
إِبْرَاهِيمُ حَتَّى إِذَا كَانَ عِنْدَ الثَّنِيَّةِ حَيْثُ لاَ يَرَوْنَهُ،
اسْتَقْبَلَ بِوَجْهِهِ البَيْتَ، ثُمَّ دَعَا بِهَؤُلاَءِ الكَلِمَاتِ، وَرَفَعَ
يَدَيْهِ فَقَالَ: رَبِّ {إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي
زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ المُحَرَّمِ} [إبراهيم: 37]- حَتَّى بَلَغَ - {يَشْكُرُونَ} [إبراهيم: 37] "
"Waktu
itu di Makkah tidak ada seorangpun yang tinggal di sana dan tidak ada pula air.
Ibrahim menempatkan keduanya (Istri dan ankanya Isma’il) di sana dan
meninggalkan semacam karung berisi kurma dan kantung/geriba berisi air.
Kemudian Ibrahim pergi untuk meninggalkan keduanya. Maka Ibu Isma'il
mengikutinya seraya berkata, "Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana? Apakah
kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan
tidak ada sesuatu apapun ini". Ibu Isma'il terus saja mengulang-ulang pertanyaannya
berkali-kali hingga akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi kepadanya. Akhirnya ibu
Isma'il bertanya, "Apakah Allah yang memerintahkan kamu atas semuanya
ini?". Ibrahim menjawab, "Ya". Ibu Isma'il berkata, "Kalau
begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami". Kemudian ibu Isma'il kembali
dan Ibrahim melanjutkan perjalanannya hingga ketika sampai pada sebuah bukit
dan orang-orang tidak melihatnya lagi, Ibrahim menghadap ke arah Ka'bah lalu
berdoa untuk mereka dengan beberapa kalimat doa dengan mengangkat kedua belah
tangannya, katanya, "Rabbi, ("Sesungguhnya aku telah menempatkan
sebagian dari keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di
dekat rumah-Mu yang disucikan") hingga sampai kepada (semoga mereka
menjadi hamba-hamba yang bersyukur) (QS. Ibrahim ayat 37) [Shahih Bukhari]
7.
Diuji dengan membangun Ka’bah di tempat yang tandus dan sunyi.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَإِذْ
يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا
تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [البقرة: 127]
Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama
Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan
kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". [Al-Baqarah:127]
Ø
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma berkata:
قَالَ إبراهيم:
يَا إِسْمَاعِيلُ، إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي بِأَمْرٍ، قَالَ: فَاصْنَعْ مَا
أَمَرَكَ رَبُّكَ، قَالَ: وَتُعِينُنِي؟ قَالَ: وَأُعِينُكَ، قَالَ: فَإِنَّ
اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَبْنِيَ هَا هُنَا بَيْتًا، وَأَشَارَ إِلَى أَكَمَةٍ
مُرْتَفِعَةٍ عَلَى مَا حَوْلَهَا، فَعِنْدَ ذَلِكَ رَفَعَا القَوَاعِدَ مِنَ
البَيْتِ، فَجَعَلَ إِسْمَاعِيلُ يَأْتِي بِالحِجَارَةِ وَإِبْرَاهِيمُ يَبْنِي،
حَتَّى إِذَا ارْتَفَعَ البِنَاءُ، جَاءَ بِهَذَا الحَجَرِ فَوَضَعَهُ لَهُ
فَقَامَ عَلَيْهِ، وَهُوَ يَبْنِي وَإِسْمَاعِيلُ يُنَاوِلُهُ الحِجَارَةَ،
وَهُمَا يَقُولاَنِ: {رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ
العَلِيمُ} [البقرة: 127]، قَالَ:
فَجَعَلاَ يَبْنِيَانِ حَتَّى يَدُورَا حَوْلَ البَيْتِ وَهُمَا يَقُولاَنِ:
{رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ العَلِيمُ} [البقرة: 127] [صحيح البخاري]
Ibrahim
berkata, "Wahai Isma'il, Allah memerintahkanku dengan suatu
perintah". Isma'il berkata, "Lakukanlah apa yang diperintahkan
Rabb-mu". Ibrahim berkata lagi; Apakah kamu akan membantu aku?".
Isma'il berkata, "Ya aku akan membantumu". Ibrahim berkata,
"Allah memerintahkan aku agar membangun rumah di tempat ini". Ibrahim
menunjuk ke suatu tempat yang agak tinggi dibanding sekelilingnya. Dari tempat
itulah keduanya meninggikan pondasi Baitullah, Isma'il bekerja mengangkut
batu-batu sedangkan Ibrahim yang menyusunnya (membangunnya) hingga ketika
bangunan sudah tinggi, Isma'il datang membawa batu ini lalu meletakkannya untuk
Ibrahim agar bisa naik di atasnya sementara Isma'il memberikan batu-batu'
Keduanya bekerja sambil mengucapkan kalimat doa; ("Rabb kami, terimalah
(amal) dari kami sesunggunya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui").
Keduanya terus saja membangun hingga mengelilingi Baitullah dan keduanya terus
saja membaca doa; ("Rabb kami, terimalah (amal) dari kami sesungguhnya
Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui"). (QS. Al-Baqarah 127).
[Shahih Bukhari]
Hendaknya kita
menjadikan ulil ‘azami dari para Rasul sebagai teladan dalam bersabar
menghadapi segala kesulitan.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ
أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ} [الأحقاف: 35]
Maka bersabarlah kamu seperti
orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar.
[Al-Ahqaf: 35]
{إِنَّمَا يُوَفَّى
الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ } [الزمر: 10]
Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. [Az-Zumar:10]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...