Jumat, 27 September 2019

Keutamaan Amar ma’ruf Nahi mungkar

بسم الله الرحمن الرحيم
Perintah amar ma’ruf nahi mungkar:
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ} [لقمان: 17]
(Luqman berkata:) Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). [Luqman:17]
Abu Umaiyah Asy-Sya'baniy -rahimahullah- berkata; Aku menemui Abu Tsa'labah Al-Khusyaniy -radhiyallahu ‘anhu- lalu aku berkata padanya; "Apa yang kamu perbuat dengan ayat ini?" 
Ia bertanya; "Ayat yang mana?"
Aku menjelaskan; Firman Allah ta'ala:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ} [المائدة: 105]
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. [Al-Ma`idah: 105]
Abu Tsa'labah berkata; "Ingatlah, demi Allah, kamu bertanya dengan orang yang tahu, aku pernah menanyakannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau menjawab:
«بَلْ ائْتَمِرُوا بِالمَعْرُوفِ وَتَنَاهَوْا عَنِ المُنْكَرِ، حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا، وَهَوًى مُتَّبَعًا، وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً، وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ، فَعَلَيْكَ بِخَاصَّةِ نَفْسِكَ وَدَعِ العَوَامَّ، فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامًا الصَّبْرُ فِيهِنَّ مِثْلُ القَبْضِ عَلَى الجَمْرِ، لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكُمْ»
"Akan tetapi, perintahkanlah kebaikan dan cegahlah kemungkaran hingga kamu melihat kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, kehiduoan dunia lebih diprioritaskan dan kekaguman setiap orang dengan pendapatnya, engkau harus (berpegangan) terhadap mata hatimu dan tinggalkan orang-orang awam, karena dibalik kalian akan ada suatu masa dimana kesabaran saat itu laksana memegang bara api, orang yang beramal saat itu sama seperti pahala limapuluh orang yang melakukan seperti amalan kalian."
Dalam riwayat lain:
Dikatakan; "Wahai Rasulullah, pahala limapuluh orang dari kami atau dari mereka?"
Beliau menjawab:
«بَلْ أَجْرُ خَمْسِينَ رَجُلًا مِنْكُمْ»
"Bahkan pahala limapuluh orang dari kalian." [Sunan Tirmidziy, ia berkata; Hadits ini hasan gharib]

Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِيَّاكُمْ وَالجُلُوسَ عَلَى الطُّرُقَاتِ»
“Janganlah kalian duduk di pinggir jalan”.
Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah kami tidak bisa meninggalkannya, itu tempat kami duduk dan berbincang?
Rasulullah bersabda:
«فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلَّا المَجَالِسَ، فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهَا»
“Jika kalian tidak mau kecuali duduk di situ maka berikanlah jalanan itu haknya.
Para sahabat bertanya: Apa hak jalanan itu?
Rasulullah menjawab:
«غَضُّ البَصَرِ، وَكَفُّ الأَذَى، وَرَدُّ السَّلاَمِ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ، وَنَهْيٌ عَنِ المُنْكَرِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Tundukkan pandangan (dari yang haram), tidak menyakiti orang yang lewat, menjawab salam, memerintahkan yang baik, dan mencegah yang mungkar”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Keutamaan amar ma’ruf nahi mungkar:
1.      Tanda keimanan.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ} [التوبة: 71]
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. [At-Taubah:71]
{التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ} [التوبة: 112]
Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. [At-Taubah: 112]
Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa dari kalian yang melihat kemungkaran maka perbaikilah dengan tanganmu, kalau kamu tidak mampu maka dengan lidahmu, kalau kamu tidak bisa maka dengan hatimu, dan itu adalah selemah-lemahnya iman”. [Sahih Muslim]
Lihat: 10 Buah Keimanan
2.      Sifat orang shalih.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ } [آل عمران: 114]
Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. [Ali ‘Imran: 114]
3.      Menjadi orang beruntung.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [آل عمران: 104]
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. [Ali ‘Imran: 104]
4.      Menjadi yang terbaik
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ} [آل عمران: 110]
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar". [Ali Imran:110]
{لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا} [النساء: 114]
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar. [An-Nisaa':114]
5.      Sebab keselamatan.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَلَوْلَا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الْأَرْضِ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ} [هود: 116]
Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka. [Huud: 116]
{فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ} [الأعراف: 165]
Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. [Al-A’raaf: 165]
Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَثَلُ القَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالوَاقِعِ فِيهَا، كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا، فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ المَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ، فَقَالُوا: لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا، فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا، وَنَجَوْا جَمِيعًا " [صحيح البخاري]
"Perumpamaan orang yang menegakkan hukum Allah dan orang yang diam terhadapnya seperti sekelompok orang yang berlayar dengan sebuah kapal lalu sebagian dari mereka ada yang mendapat tempat di atas dan sebagian lagi di bagian bawah perahu. Lalu orang yang berada di bawah perahu bila mereka mencari air untuk minum mereka harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas seraya berkata; "Seandainya boleh kami lubangi saja perahu ini untuk mendapatkan bagian kami sehingga kami tidak mengganggu orang yang berada di atas kami". Bila orang yang berada di atas membiarkan saja apa yang diinginkan orang-orang yang di bawah itu maka mereka akan binasa semuanya. Namun bila mereka mencegah dengan tangan mereka maka mereka akan selamat semuanya". [Shahih Bukhari]
6.      Menghapuskan dosa
Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ، يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ، وَالصَّلَاةُ، وَالصَّدَقَةُ، وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Cobaan (kelalaian) seseorang karena keluarga, harta, dirinya, anak, dan tetangganya dihapuskan dengan puasa, shalat, sedekah, amar ma'ruf, dan nahi mungkar". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Amalan Penghapus Dosa
7.      Pahala sedekah.
Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَجِدْ؟ قَالَ: «فَيَعْمَلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَوْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيُعِينُ ذَا الحَاجَةِ المَلْهُوفَ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيَأْمُرُ بِالخَيْرِ» أَوْ قَالَ: «بِالْمَعْرُوفِ» قَالَ: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ فَإِنَّهُ لَهُ صَدَقَةٌ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Wajib bagi setiap muslim untuk bersedekah."
Para sahabat bertanya; "Bagaimana jika ia tidak mendapatkannya? '
Beliau bersabda:: 'Berusaha dengan tangannya, sehingga ia bisa memberi manfaat untuk dirinya dan bersedekah.'
Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? '
Beliau bersabda: 'Menolong orang yang sangat memerlukan bantuan.'
Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? '
Beliau bersabda: 'Menyuruh untuk melakukan kebaikan atau bersabda; menyuruh melakukan yang ma'ruf'
Dia berkata; 'Bagaimana jika ia tidak dapat melakukannya? '
Beliau bersabda: 'Menahan diri dari kejahatan, karena itu adalah sedekah baginya.' [Shahih Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Dzar -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ
“Dan memerintahkan kepada yang ma'ruf (kebaikan) adalah sedekah, dan melarang dari yang munkar (keburukan) adalah sedekah”. [Shahih Muslim]
8.      Gelar syuhada’ jika terbunuh.
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، وَرَجُلٌ قَالَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَهُ»
“Tuannya para syuhada adalah Hamzah bin Abdil Muthalib, dan seorang yang berbicara kepada imam (pemimpin) yang dzalim lalu ia memerintahkannya kepada yang ma’ruf dan melarangnya dari kemungkaran, dan imam tersebut membunuhnya”. [Silsilah Ash-Shahihah no.374]
9.      Balasan surga.
Al-Baraa' bin 'Azib -radhiyallahu 'anhu- berkata:
جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عَلِّمْنِي عَمَلًا يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ، فَقَالَ: «لَئِنْ كُنْتَ أَقْصَرْتَ الْخُطْبَةَ، لَقَدْ أَعْرَضْتَ الْمَسْأَلَةَ، أَعْتِقِ النَّسَمَةَ، وَفُكَّ الرَّقَبَةَ». فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوَلَيْسَتَا بِوَاحِدَةٍ؟ قَالَ: «لَا، إِنَّ عِتْقَ النَّسَمَةِ أَنْ تَفَرَّدَ بِعِتْقِهَا، وَفَكَّ الرَّقَبَةِ أَنْ تُعِينَ فِي عِتْقِهَا، وَالْمِنْحَةُ الْوَكُوفُ، وَالْفَيْءُ عَلَى ذِي الرَّحِمِ الظَّالِمِ، فَإِنْ لَمْ تُطِقْ ذَلِكَ، فَأَطْعِمِ الْجَائِعَ، وَاسْقِ الظَّمْآنَ، وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ، وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ، فَإِنْ لَمْ تُطِقْ ذَلِكَ، فَكُفَّ لِسَانَكَ إِلَّا مِنَ الْخَيْرِ» [مسند أحمد: صحيح]
Seorang Arab Baduwi mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam asulullah bersabda: "Jika kamu meringkas materi khutbah, maka sungguh, kamu telah memaparkan masalah. Karena itu, bebaskanlah satu jiwa dan merdekakan-lah satu budak."
Laki-laki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, bukankah hal itu satu?"
Beliau menjawab: "Tidak, An-Nasamah (membebaskan satu jiwa) berarti kamu sendiri yang membebaskanya. Sedangkan Fakku Ar-Raqabah (memerdekakan budak) adalah kamu menolong budak tersebut dalam memerdekakan dirinya. Dan memberi tanah untuk dicocok tanami, atau kambing agar di peras susunya, atau memberi harta Fai` (harta yang dirampas dari musuh tanpa melalui peperangan) kepada kerabat yang zalim. Jika kamu tidak mampu melakukannya, maka berilah makan orang yang lapar dan berikanlah minum kepada orang yang kehausan, menyuruh kepada kebaikan serta mencegah kemungkaran. Dan jika kamu tidak mampu juga, maka tahanlah lisanmu, kecuali untuk mengatakan kebaikan." [Musnad Ahmad: Shahih]
Lihat: Amalan menuju surga dalam Al-Qur'an
Bahaya meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar:
a)      Hukuman diturunkan secara merata.
Qais -rahimahullah- berkata: "Setelah mengucapkan pujian dan mengagungkan-Nya, Abu Bakr -radhiyallahu ‘anhu- berkata, "Wahai manusia sekalian, kalian telah membaca ayat ini, namun kalian tidak meletakkannya sebagaimana mestinya:
{عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ} [المائدة: 105]
'(.. jagalah dirimu; tidaklah orang yang sesat itu akan memberi madharat kepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk..) ' [Al Maidah: 105]
Abu Bakr berkata; "Kami mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ، أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ»
"Sesungguhnya orang yang melihat kezaliman kemudian tidak mencegahnya, maka sangat dikhawatirkan Allah akan menimpakan siksa kepada mereka secara merata."
Dalam riwayat lain:
«مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي، ثُمَّ يَقْدِرُونَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوا، ثُمَّ لَا يُغَيِّرُوا، إِلَّا يُوشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ»
"Tidaklah kemaksiatan yang dilakukan pada suatu kaum, kemudian mereka mampu mencegahnya tetapi tidak mau mencegah, melainkan Allah akan meratakan siksa kepada mereka." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Lihat: Akibat Maksiat
b)     Do’a tidak dikabulkan
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ المُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Demi Yang jiwaku di tangan-Nya, kalian akan memerintahkan kepada kebaikan, dan melarang dari kemungkaran, atau Allah akan menurunkan hukuman dari-Nya atas kalian, kemudian kalian berdo'a maka tidak dikabulkan untuk kalian". [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Lihat: Mengapa do'a kita tidak dikabulkan?
Ali bin Abi Thalib (40H) radiyallahu 'anhu:
إِنَّ أَوَّلَ مَا تُغْلَبُونَ عَلَيْهِ مِنَ الْجِهَادِ الْجِهَادُ بِأَيْدِيكُمْ ، ثُمَّ الْجِهَادُ بِأَلْسِنَتِكُمْ ، ثُمَّ الْجِهَادُ بِقُلُوبِكُمْ ، فَأَيُّ قَلْبٍ لَمْ يَعْرِفَ الْمَعْرُوفَ وَلاَ يُنْكِرُ الْمُنْكَرَ نُكِّسَ فَجُعِلَ أَعْلاَهُ أَسْفَلَهُ. [مصنف ابن أبي شيبة]
“Sesungguhnya yang pertama kali kalian dikalahkan dalam urusan jihad adalah jihad dengan tangan kalian, kemudian jihad dengan lidah kalian, kemudian jihad dengan hati kalian. Maka hati siapa saja yang tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran maka ia akan dibalikkan lalu dijadikan bagian atasnya berada di bawah”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]
Wallahu a’lam!

1 komentar:

  1. Alhamdulillah saya menemukan blog pak ustad yang penuh dalil-dalil sahih yang memuas kan dahaga akan ilmu syariat yang lurus dan benar.maaf ustad pertanyaan saya melenceng dari topik.....saya ingin menanyakan masalah yang saya masih bingung mana yang benar

    1)masalah budak wanita/milkul yamin apakah yang benar tidak perlu menikah dulu untuk di setubuhi atau mesti menikah dulu?saya mencari di seantero internet saya belum menemukan dalil-dalil yang tegas mana yang benar baik dari tafsir,hadist,perbuatan sahabat dst....

    2)mengenai Ghanimah ketika muslim menahlukan suatu kota harta rampasan baik manusia dan benda apakah hanya di ambil dari yang terlibat perang(seperti jendral perang,kantor militer dll)atau merampas semua harta penduduk yang tidak ikut perang juga...saya agak gak masuk akal jika yang tak ikut perang di rampas juga....setahu saya waktu perang zaman Khulafaur rasyidin penduduk yang tak perang tak di rampas harta nya

    Perlu pak ustad ketahui saya pemilik dan penulis blog Bincangislam.wordpress.com butuh masukan ilmu dari ustad untuk menjawab musuh-musuh islam....saya harap pak ustad membahas dua topik di atas dengan dalil-dalil sahih,tafsir,perbuatan sahabat,tabiin dll

    syukran

    BalasHapus

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...