Rabu, 15 Mei 2024

Hadits tentang waktu pelaksanaan shalat witir

بسم الله الرحمن الرحيم

A.    Hadits Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu 'anhuma.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا» [صحيح البخاري ومسلم]

“Jadikanlah akhir dari shalat malam kalian dengan shalat witir". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Diriwayatkan juga oleh At-Tirimidziy dalam “Al-Jami’(2/332) no. 469:

عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُوسَى، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «إِذَا طَلَعَ الفَجْرُ فَقَدْ ذَهَبَ كُلُّ صَلَاةِ اللَّيْلِ، وَالوِتْرُ، فَأَوْتِرُوا قَبْلَ طُلُوعِ الفَجْرِ» [سنن الترمذي: صحيح]

Dari Sulaiman bin Musa, dari Nafi', dari Ibnu Umar, dari Nabi , beliau bersabda: "Jika fajar telah terbit, dan telah habis waktu untuk mengerjakan shalat malam serta shalat Witir, maka kerjakanlah shalat Witir sebelum terbitnya fajar (matahari)."

Abu Isa At-Tirmidziy –rahimahullah- berkata:

" وَسُلَيْمَانُ بْنُ مُوسَى قَدْ تَفَرَّدَ بِهِ عَلَى هَذَا اللَّفْظِ، وَرُوِي عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: «لَا وِتْرَ بَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ» وَهُوَ قَوْلُ غَيْرِ وَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ العِلْمِ وَبِهِ يَقُولُ الشَّافِعِيُّ، وَأَحْمَدُ، وَإِسْحَاقُ: لَا يَرَوْنَ الوِتْرَ بَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ "

Dan Sulaiman bin Musa telah menyendiri dengan lafadz ini, dan telah diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau bersabda, "Tidak ada witir setelah shalat Subuh." ini adalah perkataan kebanyakan para ulama, sebagaimana perkataan Syafi'i, Ahmad dan Ishaq, mereka berpendapat bahwa tidak ada witir setelah shalat Subuh.

Lafadz "Jika fajar telah terbit, dan telah habis waktu untuk mengerjakan shalat malam serta shalat Witir” adalah ucapan Ibnu ‘Umar, bukan ucapan Nabi , sebagaimana dalam riwayat lain, dalam musnad Ahmad 10/438 no. 6372:

عن سُلَيْمَان بْن مُوسَى، حَدَّثَنَا نَافِعٌ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ، كَانَ يَقُولُ: مَنْ صَلَّى بِاللَّيْلِ فَلْيَجْعَلْ آخِرَ صَلَاتِهِ وِتْرًا فَإِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ أَمَرَ بِذَلِكَ، فَإِذَا كَانَ الْفَجْرُ فَقَدْ ذَهَبَتْ كُلُّ صَلَاةِ اللَّيْلِ وَالْوَتْرُ فَإِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: " أَوْتِرُوا قَبْلَ الْفَجْرِ "

Dari Sulaiman bin Musa, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Nafi'; bahwa Ibnu Umar berkata; Barangsiapa shalat malam hari, akhirilah dengan witir, karena Rasulullah memerintahkan hal itu. Dan jika fajar tiba, seluruh shalat malam dan shalat Witir pergi, karenanya Rasulullah bersabda, "Shalat Witirlah kalian sebelum fajar."

Kekeliruan ini bersumber dari Sulaiman bin Musa Al-Asydaq[1], sebagian ulama menghukuminya tsiqah dan sebagian lain menghukuminya lemah. imam Bukhari mengatakan: “Ia memiliki bebrapa hadits mungkar”. Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata:

"صدوق فقيه فى حديثه بعض لين ، وخولط قبل موته بقليل"

“Ia shaduq, dan pada haditsnya ada beberapa kelemahan, dan hafalannya kacau sebelum wafatnya beberapa waktu”.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abdulah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Anjuran menjadikah akhir shalat malam adalah witir.

3.      Bolehkah shalat sunnah setelah melakukan witir?

Abu Salamah rahimahullah berkata: Aku pernah bertanya kepada 'Aisyah tentang shalatnya Rasulullah .

Aisyah radhiyallahu 'anha menjawab:

«كَانَ يُصَلِّي ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي ثَمَانَ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ يُوتِرُ، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَرَكَعَ، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ بَيْنَ النِّدَاءِ وَالْإِقَامَةِ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ». [صحيح مسلم]

"Beliau melakukan shalat tiga belas rakaat, beliau shalat delapan rakaat kemudian witir, setelah itu beliau shalat dua rakaat dengan duduk. Jika beliau hendak rukuk, maka beliau berdiri dahulu lalu rukuk, setelah itu beliau shalat dua rakaat antara (azan) dan iqamat shalat Subuh." [Shahih Muslim]

Ø  Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anhu;

«أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يُصَلِّي بَعْدَ الوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ» [سنن الترمذي: صحيح]

“Bahwa Nabi melaksanakan shalat dua rakaat setelah melaksanakan shalat Witir”. [Sunan Tirmidziy: Shahih]

B.     Hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma.

Dari Jabir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ خَافَ أَنْ لَا يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ، وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ، فَإِنَّ صَلَاةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ، وَذَلِكَ أَفْضَلُ». [صحيح مسلم]

“Barangsiapa yang takut tidak bangun di akhir malam maka hendaklah ia salat witir di awal malam, dan barangsiapa yang merasa bisa bangun di akhir malam maka hendaklah ia salat witir di akhir malam karena sesungguhnya salat di akhir malam itu disaksikan (oleh Allah dan Malaikat) dan itu lebih baik". [Shahih Muslim]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Jabir bin Abdulah radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Witir di akhir malam lebih baik.

Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi bertanya kepada Abu Bakar:

«مَتَى تُوتِرُ؟»، قَالَ: أُوتِرُ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ، وَقَالَ لِعُمَرَ: «مَتَى تُوتِرُ؟»، قَالَ: آخِرَ اللَّيْلِ، فَقَالَ لِأَبِي بَكْرٍ: «أَخَذَ هَذَا بِالْحَزْمِ»، وَقَالَ لِعُمَرَ: «أَخَذَ هَذَا بِالْقُوَّةِ» [سنن أبي داود: صحيح]

“Kapankah kamu melaksanakan witir?” Abu Bakr radhiyallahu 'anhu menjawab; Saya melakukan witir dipermulaan malam! Dan beliau bertanya kepada Umar: "Kapankah kamu melaksanakan witir?” Umar radhiyallahu 'anhu menjawab: Saya melakukan witir pada akhir malam! Kemudian beliau berkata kepada Abu Bakar; "Orang ini telah melakukan dengan keteguhan hati (aman)". Dan kepada Umar beliau mengatakan: "Sedangkan orang ini telah melakukan dengan kemantapan (terberat)" [Sunan Abi Daud: Shahih]

3.      Shalat di akhir malam disaksikan oleh Allah dan para malaikat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ»

“Tuhan kita tabaraka wata'ala turun setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berkata: "Siapa yang berdo'a kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberikan, siapa yang memohon ampun pada-Ku akan Kuampuni!" [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«تَجْتَمِعُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ، وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ»

“Para malaikat (yang menyertai hamba) di malam hari dan malaikat (yang menyertai hamba) di siang hari berkumpul pada waktu shalat subuh."

Abu Hurairah berkata: Bacalah jika kalian mau:

{وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا} [الإسراء: 78] [صحيح البخاري ومسلم]

"Dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)". [Al-Israa':78] [Shahih Bukhari dan Muslim]

C.     Hadits Kharijah bin Hudzafah radhiyallahu 'anhu.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya (2/92) no.6857, dan Abu Daud dalam Sunannya (2/61) no.1418:

عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَاشِدٍ الزَّوْفِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُرَّةَ الزَّوْفِيِّ ، عَنْ خَارِجَةَ بْنِ حُذَافَةَ الْعَدَوِيِّ، قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ صَلَاةَ الْغَدَاةِ، فَقَالَ: «لَقَدْ أَمَدَّكُمُ اللَّهُ اللَّيْلَةَ بِصَلَاةٍ هِيَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ حُمُرِ النّعَمِ» قَالَ: قُلْنَا: وَمَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «الْوَتْرُ فِيمَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ»

Dari Yazid bin Abi Habib, dari Abdillah bin Rasyid Az-Zaufiy, dari Abdillah bin Murrah Az-Zaufiy, dari Kharijah bin Hudzafah Al-‘Adawiy, ia berkata: Rasulullah keluar menemui kami untuk shalat subuh, lalu beliau bersabda: “Allah telah menambahkan untuk kalian pada malam ini satu shalat yang lebih baik bagi kalian dari pada onta merah”. Kami bertanya: Shalat apa itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Shalat witir yang dilakukan antara setelah shalat Isya sampai terbit fajar”.

Ini adalah lafadz Ibnu Abi Syaibah.

At-Tirmidziy rahimahullah berkata:

«حَدِيثُ خَارِجَةَ بْنِ حُذَافَةَ حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، وَقَدْ وَهِمَ بَعْضُ المُحَدِّثِينَ فِي هَذَا الحَدِيثِ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَاشِدٍ الزُّرَقِيُّ، وَهُوَ وَهَمٌ» [سنن الترمذي 2/314]

“Hadits Kharijah bin Hudzafah adalah hadits yang garib (aneh), kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits riwayat Yazid bin Abi Habib. Dna sebagian ahli hadits telah keliru dalam hadits ini dengan mengatakan bahwa salah satu perwainya adalah Abdullah bin Abi Rasyid Az-Zuraqiy, dan ini adalah kekeliruan”.

Al-Hakim rahimahullah berkata:

"هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ، رُوَاتُهُ مَدَنِيُّونَ ومِصْرِيُّونَ، وَلَمْ يَتْرُكَاهُ إِلَّا لِمَا قَدَّمْتُ ذِكْرَهُ مِنْ تَفَرُّدِ التَابِعِيِّ عَنِ الصَّحَابِيِّ" [المستدرك (1/ 448)]

“Hadits ini sanadnya shahih, Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya, para perawinya berasal dari Madinah dan Mesir, dan Bukhari dan Muslim tidak meninggalkan hadits mereka, kecuali apa yang telah aku sebutkan tentang menyendirinya seorang tabi’in meriwayatkan dari sahabat”. [Al-Mustadrak 1/448]

Adz-Dzahabiy rahimahullah sepakat dengan Al-Hakim. [At-Talkhish]

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata:

"فِي إِسْنَادِهِ ضَعْفٌ" [فتح الباري 2/487]

“Pada sanadnya ada kelemahan”. [Fathul Bariy: 2/487]

Sanad hadits ini lemah karena Abdullah bin Rasyid Az-Zaufiy[2] seorang yang “mastur” dan tidak diketahui meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abi Murrah Az-Zaufiy.

Namun hadits ini memiliki beberapa penguat, diantaranya:

a)      Hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma.

Diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam “Al-Musnad” (11/516) no.6919:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَوَاءٍ أَبُو الْخَطَّابِ السَّدُوسِيُّ، قَالَ: سَأَلْتُ الْمُثَنَّى بْنَ الصَّبَّاحِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ زَادَكُمْ صَلَاةً، فَحَافِظُوا عَلَيْهَا، وَهِيَ الْوَتْرُ»

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sawa` Abu Al Khaththab As Sadusi berkata; aku bertanya kepada Al Mutsanna bin Ash Shabah dari 'Amru bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata; bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menambah shalat untuk kalian maka jagalah ia, yaitu shalat Witir."

'Amru bin Syu'aib berpendapat, bahwa shalat Witir yang ditinggalkan hendaklah dikerjakan meskipun telah lewat satu bulan.

b)      Hadits Abu Bashrah radhiyallahu 'anhu.

Diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam “Al-Musnad” (39/271) no.23851:

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ الْمُبَارَكِ، أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنِي ابْنُ هُبَيْرَةَ، عَنْ أَبِي تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيِّ، أَنَّ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ، خَطَبَ النَّاسَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ: إِنَّ أَبَا بَصْرَةَ حَدَّثَنِي أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ زَادَكُمْ صَلَاةً، وَهِيَ الْوِتْرُ، فَصَلُّوهَا فِيمَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ إِلَى صَلَاةِ الْفَجْرِ» قَالَ أَبُو تَمِيمٍ: فَأَخَذَ بِيَدِي أَبُو ذَرٍّ فَسَارَ فِي الْمَسْجِدِ إِلَى أَبِي بَصْرَةَ، فَقَالَ لَهُ: أَنْتَ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: مَا قَالَ عَمْرٌو؟ قَالَ أَبُو بَصْرَةَ: أَنَا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ.

Telah bercerita kepada kami 'Ali bin Ishaq telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Al Mubarak telah memberitakan kepada kami Sa'id bin Yazid telah bercerita kepadaku Ibnu Hubairah dari Abu Tamim Al-Jaisyaniy bahwa 'Amru bin Al-'Ash berkhutbah di hari Jumat, ia berkata; Abu Bashrah Al-Ghifariy bercerita kepadaku bahwa Nabi bersabda, "Sesungguhnya Nabi menambahkan satu shalat untuk kalian, yaitu shalat Witir, lakukanlah antara shalat Isya hingga shalat fajar"

Berkata Abu Tamim: Abu Dzar meraih tanganku lalu ia berjalan di masjid menemui Abu Bashrah Al-Ghifariy, Abu Dzar berkata, Kau mendengar dari Rasulullah seperti itu? Berkata 'Amru: Abu Bashrah Al-Ghifariy berkata, Aku mendengarnya dari Rasulullah .

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Kharijah bin Hudzafah Al-Qurasyiy Al-‘Adawiy.

Ia salah seorang prajurit Islam, dan dikatakan bahwa ia sebanding dengan seribu prajurit penungang kuda. Ia dibunuh oleh seorang Khawarij karena menyangka bahwa ia adalah ‘Amr bin ‘Ashr -radhiyallahu ‘anhu- tahun 40 hijriyah di Mesir.

2.      Hadits ini menunjukkan bahwa shalat witir tidak wajib.

3.      Makna “humur an-na’am

Al-Hafidz Ibnu Hajar –rahimahullah- berkata:

"حمر النعم" بِفتْحَتَيْنِ أَي الْإِبِل، وحمرها أفضلهَا، وَالنعَم الْإِبِل خَاصَّة، وَإِذا قيل الْأَنْعَام دخلت مَعهَا الْبَقر وَالْغنم، وَقيل بل النعم للثَّلَاثَة، ... وَجَاء بِكَسْر أَوله جمع نعْمَة [فتح الباري لابن حجر (1/ 196)]

“Humur An-Na’am” kata An-Na’am dua huruf awalnya difathah bermakna onta, sedangkan yang berwarna merah adalah onta yang terbaik. Kata An-Na’am dimaksudkan secara khusus adalah onta, dan jika dikatakan Al-An’am maka termasuk pula sapi dan kambing. Ada yang mengatakan bahwa An-Na’am dimaksudkan tiga jenis hewan tersebut, … disebutkan pula dengan dikasrah huruf awalnya (An-Ni’am) bentuk jamak dari kata Ni’mah. [Fathul Bari 1/196]

4.      Waktu pelaksanaan shalat witir mulai setelah shalat isya sempai terbit fajar.

5.      Hikmah disyari’atkannya amalan Sunnah.

Dari Tamim Ad-Dariy radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

"أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ، فَإِنْ كَانَ أَكْمَلَهَا كُتِبَتْ لَهُ كَامِلَةً، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ أَكْمَلَهَا قَالَ لِلْمَلَائِكَةِ: انْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ، فَأَكْمِلُوا بِهَا مَا ضَيَّعَ مِنْ فَرِيضَتِهِ، ثُمَّ الزَّكَاةُ، ثُمَّ تُؤْخَذُ الْأَعْمَالُ عَلَى حَسَبِ ذَلِكَ " [مسند أحمد: صحيح]

"Yang pertama kali dihisab dari amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika dia melengkapinya, maka akan ditulis secara lengkap. Jika dia tidak melengkapinya, (Allah 'Azza wa Jalla) berfirman kepada para malaikat: 'Lihatlah, apakah kalian mendapatkan amalan sunnah dari hamba-Ku? Lengkapilah kewajiban yang kurang dipenuhinya dengan shalat sunnahnya!' Lalu zakatnya juga dihitung seperti ini, lantas semua amalnya juga." [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلَاةُ، يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلَائِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ: انْظُرُوا فِي صَلَاةِ عَبْدِي أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا؟ فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً، وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا، قَالَ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ، قَالَ: أَتِمُّوا لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ تُؤْخَذُ الْأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ " [سنن أبي داود: صححه الألباني]

Sesungguhnya yang paling pertama manusia dihisab di hari kiamat dari amalannya adalah shalat. Tuhan kita (Allah) jalla wa 'azza berfirman kepada para malaikat dan Ia lebih mengetahui: Periksa amalan salat hamba-Ku, apakah sempurna atau kurang? Jika sempurna maka catat untuknya dengan sempurna, dan jika kurang darinya sesuatu maka periksa apakah hamba-Ku punya amalan sunnah? Jika ia punya amalan sunnah maka sempurnakan bagi hamba-Ku amalan wajibnya dari amalan sunnahnya. Kemudian amalan-amalan lain dihisab seperti itu juga. [Sunan Abu Daud: Shahih]

D.    Hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu.

Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

«أَوْتِرُوا قَبْلَ أَنْ تُصْبِحُوا» [صحيح مسلم]

"Shalat witirlah kalian sebelum masuk waktu Subuh." [Shahih Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain;

«مَنْ أَدْرَكَهُ الصُّبْحُ وَلَمْ يُوتِرْ، فَلَا وِتْرَ لَهُ» [صحيح ابن خزيمة]

“Siapa yang mendapati waktu subuh dan ia belum witir, maka tidak ada lagi witir untuknya”. [Shahih Ibnu Khuzaimah]

Ø  Dalam riwayat lain;

«مَنْ نَامَ عَنِ الْوِتْرِ أَوْ نَسِيَهُ، فَلْيُصَلِّ إِذَا أَصْبَحَ، أَوْ ذَكَرَهُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Barangsiapa kehilangan shalat witir karena tidur atau lupa, hendaklah ia kerjakan ketika bangun (Subuh) atau teringat." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Anjuran mengqadha’ shalat bagi orang yang ketiduran atau lupa.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" مَنْ نَسِيَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا، لاَ كَفَّارَةَ لَهَا إِلَّا ذَلِكَ {وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي} [طه: 14] " [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa yang lupa suatu shalat maka hendaklah ia mendirikannya ketika ia ingat, tidak ada kaffarah (pengganti) untuknya kecuali itu" {Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku} [Thaahaa:14] [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayt lain:

«مَنْ نَسِيَ صَلَاةً، أَوْ نَامَ عَنْهَا، فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا» [صحيح مسلم]

"Barangsiapa yang lupa suatu shalat, atau ketiduran darinya, maka penggantinya adalah mendirikannya ketika ia mengingatnya". [Sahih Muslim]

Ø  Abu Juhaifah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah ketika bepergian jauh dan mereka ketiduran (dari shalat subuh) sampai matahari terbit, beliau bersabda:

«إِنَّكُمْ كُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَرَدَّ اللَّهُ إِلَيْكُمْ أَرْوَاحَكُمْ، فَمَنْ نَامَ عَنْ صَلَاةٍ فَلْيُصَلِّهَا إِذَا اسْتَيْقَظَ، وَمَنْ نَسِيَ صَلَاةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَ» [مسند أبي يعلى الموصلي: صحيح]

"Sesungguhnya kalian tadi adalah orang mati, kemudian Allah mengembalikan kepada kalian ruh-ruh kalian, maka barangsiapa yang ketiduran dari suatu shalat maka hendaklah ia mendirikannya ketika ia bangun, dan barangsiapa yang lupa suatu shalat maka hendaklah ia mendirikannya ketika ia ingat". [Musnad Abi Ya'laa: Sahih]

Ø  'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

«كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا لَمْ يُصَلِّ مِنَ اللَّيْلِ، مَنَعَهُ مِنْ ذَلِكَ النَّوْمُ، أَوْ غَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ، صَلَّى مِنَ النَّهَارِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً»

“Nabi jika tidak sempat shalat malam karena ketiduran atau terserang kantuk, beliau shalat disiang hari sebanyak dua belas rakaat”.

Abu Isa At-Tirmidziy berkata:

«هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ»

“Ini adalah hadits hasan shahih”. [Sunan Tirmidziy]

E.     Hadits Aisyah radhiyallahu 'anha.

'Aisyah radhiallahu'anha berkata:

«مِنْ كُلِّ اللَّيْلِ قَدْ أَوْتَرَ رَسُولُ اللهِ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ، وَأَوْسَطِهِ، وَآخِرِهِ، فَانْتَهَى وِتْرُهُ إِلَى السَّحَرِ» [صحيح مسلم]

"Pada setiap waktu malam Rasulullah melaksanakan witir, kadang di awal malam, kadang pertengahannya, dan kadang di akhir malam, dan witirnya berakhir hingga tiba waktu sahur." [Shahih Muslim]

Nb: Hadits ini telah dijelaskan pada Syarah hadits tentang shalat witir

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Hadits Ibnu Umar dan Abu Hurairah tentang shalat malam - Keutamaan salat malam - Bagaimana menghadirkan khusyu’ dalam shalat?


[1] Lihat biografi " Sulaiman bin Musa Al-Asydaq " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 4/141, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/25, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 12/92, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 2/225, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.225.

[2] Lihat biografi " Abdullah bin Rasyid Az-Zaufiy " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 5/52, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 5/369, Tahdziib Al-Kamaal 14/483, Miizaan Al-I'tidaal 2/420, Taqriib At-Tahdziib hal.302.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...