Senin, 13 Desember 2021

Bagaimana menghadirkan khusyu’ dalam shalat?

بسم الله الرحمن الرحيم

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ} [المؤمنون: 1-2]

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalat-nya. [Al-Mu'minuun: 1-2]

{وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ} [البقرة: 45]

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. [Al-Baqarah:45]

Ø  'Ammar bin Yasir radhiyallahu 'anhuma berkata; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلَّا عُشْرُ صَلَاتِهِ تُسْعُهَا ثُمْنُهَا سُبْعُهَا سُدْسُهَا خُمْسُهَا رُبْعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا»

"Sesungguhnya ada seseorang yang selesai mengerjakan shalat, namun pahala shalat yang tercatat baginya hanyalah sepersepuluh (dari) shalatnya, sepersembilan, seperdelapan, sepetujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, atau seperduanya saja." [Sunan Abi Daud: Hasan]

Beberapa tips agar bisa khusyu’ dalam shalat, diantaranya:

1.      Menyempurnakan wudhu dan meniatkan untuk membersihkan hati dan dirinya dari dosa.

‘Amru bin ‘Abasah As-Sulamiy radiyallahu 'anhu bertanya: Wahai Nabi Allah, ceritakanlah kepadaku tentang wudhu?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَا مِنْكُمْ رَجُلٌ يُقَرِّبُ وَضُوءَهُ فَيَتَمَضْمَضُ، وَيَسْتَنْشِقُ فَيَنْتَثِرُ إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا وَجْهِهِ، وَفِيهِ وَخَيَاشِيمِهِ، ثُمَّ إِذَا غَسَلَ وَجْهَهُ كَمَا أَمَرَهُ اللهُ، إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا وَجْهِهِ مِنْ أَطْرَافِ لِحْيَتِهِ مَعَ الْمَاءِ، ثُمَّ يَغْسِلُ يَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ، إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا يَدَيْهِ مِنْ أَنَامِلِهِ مَعَ الْمَاءِ، ثُمَّ يَمْسَحُ رَأْسَهُ، إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا رَأْسِهِ مِنْ أَطْرَافِ شَعْرِهِ مَعَ الْمَاءِ، ثُمَّ يَغْسِلُ قَدَمَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ، إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا رِجْلَيْهِ مِنْ أَنَامِلِهِ مَعَ الْمَاءِ، فَإِنْ هُوَ قَامَ فَصَلَّى، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَمَجَّدَهُ بِالَّذِي هُوَ لَهُ أَهْلٌ، وَفَرَّغَ قَلْبَهُ لِلَّهِ، إِلَّا انْصَرَفَ مِنْ خَطِيئَتِهِ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ» [صحيح مسلم]

“Tidaklah seseorang dari kalian mendekati air wudhu-nya kemudian berkumur-kumur dan mengisap air dari hidung kemudian mengeluarkannya kecuali keluar dosa-dosa wajahnya dan dalam pangkal hidungnya. Kemudian jika ia mencuci wajahnya sebagaimana diperintahkan oleh Allah kecuali keluar dosa-dosa wajahnya dari ujung jenggotnya bersama air. Kemudian ia mencuci kedua tangannya sampai kedua siku kecuali keluar dosa kedua tangannya dari jari-jarinya bersama air. Kemudian ia membasuh kepalanya kecuali keluar dosa-dosa kepalanya dari ujung rambutnya bersama air. Kemudian ia mencuci kedua kakinya sampai mata kaki kecuali keluar dosa-dosa kedua kakinya dari jari-jarinya bersama air. Kemudian jika ia berdiri dan salat kemudian mensyukuri Allah, memuji dan mengagungkannya dengan apa yang berhak untuk-Nya, dan ia mengosongkan hatinya untuk Allah kecuali bebas dari dosa-dosanya seperti keadaannya waktu ia dilahirkan oleh ibunya”. [Sahih Muslim]

Lihat: Keutamaan berwudhu

2.      Datang lebih awal di mesjid untuk shalat berjama’ah.

Dari Abu Ad-Darda' radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمُ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ، فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]

"Tidaklah tiga orang dalam satu kampung atau perdalaman yang tidak mendirikan salat kecuali mereka telah dikalahkan oleh setan, maka hendaklah kalian berjama'ah karena sesungguhnya serigala hanya menerkam kambing yang menyendiri". [Sunan Abu Daud: Hasan]

3.      Tidak tergesa-gesa ketika menuju mesjid atau ketika memulai shalat.

Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu berkata: "Ketika kami shalat bersama Nabi , beliau mendengar suara gaduh orang-orang. Maka setelah selesai, beliau bertanya:

«مَا شَأْنُكُمْ؟»

"Ada apa dengan kalian?"

Mereka menjawab: "Kami tergesa-gesa mendatangi shalat."

Beliau pun bersabda:

«فَلاَ تَفْعَلُوا إِذَا أَتَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Janganlah kalian berbuat seperti itu. Jika kalian mendatangi shalat maka datanglah dengan tenang, apa yang kalian dapatkan dari shalat maka ikutilah, dan apa yang kalian tertinggal maka sempurnakanlah." [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ، فَلاَ تَأْتُوهَا تَسْعَوْنَ، وَأْتُوهَا تَمْشُونَ، عَلَيْكُمُ السَّكِينَةُ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا، وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Jika iqamah untuk shalat telah dikumandangkan, maka janganlah kalian mendatanginya dengan berjalan cepat atau berlari, datangilah dengan berjalan biasa, hendaklah kalian tenang. Maka apa yang kalian dapati maka shalatlah, dan apa yang kalian lewatkan maka sempurnakanlah (shalat kalian)". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain:

«وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالوَقَارِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“dan hendaklah kalian tenang dan tunduk (tidak banyak menoleh)”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu, bahwa dia pernah mendapati Nabi sedang rukuk, maka dia pun ikut rukuk sebelum sampai ke dalam barisan shaf.

Kemudian dia menceritakan kejadian tersebut kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda:

«زَادَكَ اللَّهُ حِرْصًا وَلاَ تَعُدْ» [صحيح البخاري]

"Semoga Allah menambah semangat kepadamu, namun jangan diulang kembali." [Shahih Bukhari]

4.      Mengosongkan pikiran dari segala yang bisa mengganggu kekhusyu’an.

Seperti:

a)      Makanan yang sudah dihidangkan.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«إِذَا وُضِعَ عَشَاءُ أَحَدِكُمْ وَأُقِيمَتِ الصَّلاَةُ، فَابْدَءُوا بِالعَشَاءِ وَلاَ يَعْجَلْ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Jika makan malam seseorang dari kalian sudah dihidangkan kemudian iqamah untuk shalat dikumandangkan, maka mulailah dengan makan malam, dan jangan terburu-buru sampai ia selesai dari makannya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abu Ad-Dardaa' -radhiyallahu 'anhu- berkata:

«مِنْ فِقْهِ المَرْءِ إِقْبَالُهُ عَلَى حَاجَتِهِ حَتَّى يُقْبِلَ عَلَى صَلاَتِهِ وَقَلْبُهُ فَارِغٌ»

"Diantara tanda kuatnya fiqhi (pemahaman agama) seseorg adalah mendahulukan keperluannya yang mendesak agar ia mendirikan shalatnya dengan hati (pikiran) yang kosong (khusyu')" [Shahih Bukhari 1/135: Mu'allaq]

b)      Menahan untuk buang hajar.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ، وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ» [صحيح مسلم]

"Tidak sepurnah shalat ketika telah hadir hidangan makanan, dan tidak pula ketika ia menahan buang hajat". [Sahih Muslim]

c)       Sedang marah.

Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata:

«صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيِ الْعَشِيِّ، إِمَّا الظُّهْرَ، وَإِمَّا الْعَصْرَ، فَسَلَّمَ فِي رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ أَتَى جِذْعًا فِي قِبْلَةِ الْمَسْجِدِ، فَاسْتَنَدَ إِلَيْهَا مُغْضَبًا»

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengimami kami shalat pada salah satu dua shalat petang, mungkin shalat Dzuhur ataupun Ashar. Lalu beliau mengucapkan salam pada dua rakaat, kemudian beliau pergi ke sebatang pohon kurma di arah kiblat masjid, lalu beliau bersandar ke pohon itu dalam keadaan marah. [Shahih Muslim]

5.      Membersihkan mulut dari sisa makanan dengan siwak atau berkumur sebelum shalat.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكَلَ كَتِفَ شَاةٍ، فَمَضْمَضَ، وَغَسَلَ يَدَيْهِ، وَصَلَّى [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]

“Sesungguhnyya Rasulullah setelah makan paha kambing, beliau berkumur-kumur dan mencuci kedua tangannya, kemudian beliau shalat”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah bersabda:

«لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلاَةٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Seandainya bukan karena aku akan menyulitkan bagi umatku atau bagi orang-orang maka akan aku perintahkan mereka bersiwak setiap hendak shalat". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Zaid bin Khalid Al-Juhaniy radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah bersabda:

«لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي، لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ»

"Kalau saja aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku benar-benar perintahkan kepada mereka untuk bersiwak di setiap kali shalat." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Lihat: Keutamaan siwak dan gosok gigi

6.      Berdo’a ketika keluar rumah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Jika seseorang keluar rumah dan membaca ...

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

"Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada kemampuan dan kekuatan kecuali dari Allah"

Dikatakan kepadanya saat itu: "Engkau telah diberi hidayah, kecukupan, dan perlindungan". Maka setan menyingkir untuknya, dan setan lain berkata: Bagaimana mungkin engkau menggoda orang yang telah diberi hidayah, kecukupan, dan perlindungan?". [Sunan Abi Daud: Sahih]

7.      Berdo’a ketika berjalan menuju mesjid.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

فَأَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ فَخَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ، وَهُوَ يَقُولُ: «اللهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا، وَفِي لِسَانِي نُورًا، وَاجْعَلْ فِي سَمْعِي نُورًا، وَاجْعَلْ فِي بَصَرِي نُورًا، وَاجْعَلْ مِنْ خَلْفِي نُورًا، وَمِنْ أَمَامِي نُورًا، وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُورًا، وَمِنْ تَحْتِي نُورًا، اللهُمَّ أَعْطِنِي نُورًا» [صحيح مسلم]

“Kemudian sang muadzin mengumandangkan azan, maka beliau pun keluar untuk menunaikan shalat Subuh seraya berdoa: (Ya Allah berilah cahaya dalam hatiku, cahaya di lisanku, berilah cahaya dalam pendengaranku, berilah cahaya dalam penglihatanku, berilah aku cahaya dari belakangku, dari arah depanku, dan berikanlah cahaya dari atasku, dan arah bawahku. Ya Allah berilah aku cahaya)."

8.      Membaca do’a masuk mesjid.

Dari Abdullah bin Amru bin Al-'Ash radhiyallahu ‘anhuma; Nabi bahwasanya beliau apabila masuk ke masjid mengucapkan:

«أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ»

“Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung dan kepada Wajah-Nya yang Maha Mulia dan kepada kekuasaan-Nya yang Qadim, dari gangguan syetan yang terkutuk"

Dia bertanya: Apakah itu saja?

Aku menjawab: Ya! Rasulullah bersabda:

فَإِذَا قَالَ ذَلِكَ، قَالَ الشَّيْطَانُ: حُفِظَ مِنِّي سَائِرَ الْيَوْمِ

“Jika ia membaca itu, maka syetan akan berkata kepadanya; Dia terjaga dariku sehari ini penuh”. [Sunan Abi Daud: Sahih]

Lihat: Adab pergi ke mesjid

9.      Shalat sunnah sebagai persiapan untuk masuk shalat fardhu.

Lihat: Syarah hadits tentang shalat Sunnah sebelum dan setelah shalat fardhu

10.  Meyakini bahwa dalam shalat ia berdiri di hadapan Allah dan bermunajat denganNya.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi beri'tikaf dan berkhutbah kepada manusia, beliau katakan:

" أَمَا إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَامَ فِي الصَّلَاةِ، فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ، فَلْيَعْلَمْ أَحَدُكُمْ مَا يُنَاجِي رَبَّهُ، وَلَا يَجْهَرْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ بِالْقِرَاءَةِ فِي الصَّلَاةِ " [مسند أحمد: صحيح]

"Ketahuilah, jika salah seorang dari kalian melakukan shalat, sungguh ia sedang berkomunikasi dengan Rabb-nya. Maka, hendaklah salah seorang dari kalian mengetahui apa yang ia panjatkan kepada Allah dan janganlah sebagian kalian mengeraskan bacaannya di atas bacaan sebagian yang lain dalam shalat." [Musnad Ahmad: Sahih]

Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَامَ فِي صَلاَتِهِ فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ، أَوْ إِنَّ رَبَّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ القِبْلَةِ، فَلاَ يَبْزُقَنَّ أَحَدُكُمْ قِبَلَ قِبْلَتِهِ، وَلَكِنْ عَنْ يَسَارِهِ أَوْ تَحْتَ قَدَمَيْهِ» [صحيح البخاري]

"Sesungguhnya seorang dari kalian jika berdiri dalam shalat-nya maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (berbicara dengan nada rendah) dengan Tuhannya, atau sesungguhnya Tuhannya berada antara ia dengan kiblat, maka janganlah seorang dari kalian meludah ke arah kiblatnya, akan tetapi ke arah kirinya atau ke bawah kedua kakinya". [Sahih Bukhari]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ» [صحيح مسلم]

"Saat yang paling dekat antara hamba dan Tuhannya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah berdo'a di saat itu". [Sahih Muslim]

Ø  Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang ihsan, beliau menjawab:

«أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ»

"Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." [Shahih Bukhari dan Muslim]

11.  Merasa seolah-oleh ini adalah shalat terakhirnya.

Abu Ayyub radhiyallahu 'anhu berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi seraya berkata, "Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku (ilmu) yang singkat dan padat."

Beliau bersabda:

«إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ، وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ، وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ» [سنن ابن ماجه: حسن]

"Apabila kamu (hendak) mendirikan shalat maka shalatlah seperti shalatnya orang yang hendak berpisah. Janganlah kamu mengatakan suatu perkataan yang akan kamu sesali. Dan kumpulkan rasa keputus-asaan dari apa yang di miliki orang lain." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

12.  Mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam gerakan shalatnya.

Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي» [صحيح البخاري]

"Dan shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat". [Sahih Bukhari]

13.  Menjauhkan tempat shalat dari segala yang bisa mengganggu kekhusyu’an.

Diantaranya:

a)      Gambar, corak atau benda di sekitar tempat shalat.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwa kain tipis milik 'Aisyah digunakan untuk gorden, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda:

«أَمِيطِي عَنَّا قِرَامَكِ هَذَا فَإِنَّهُ لَا تَزَالُ تَصَاوِيرُهُ تَعْرِضُ فِي صَلَاتِي»

"Singkirkanlah kain ini dari kita, karena gambar-gambarnya selalu menggangguku dalam shalatku." [Shahih Bukhari]

Ø  Al-Aslamiyyah radhiyallahu 'anha berkata; Aku bertanya kepada Utsman; Apa yang Rasulullah katakan kepadamu ketika beliau memanggilmu?

Usman menjawab: Beliau bersabda;

«إِنِّي نَسِيتُ أَنْ آمُرَكَ أَنْ تُخَمِّرَ الْقَرْنَيْنِ فَإِنَّهُ لَيْسَ يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ فِي الْبَيْتِ شَيْءٌ يَشْغَلُ الْمُصَلِّيَ» [سنن أبي داود: صحيح]

“Aku lupa untuk memerintahkanmu agar menutupi dua tanduk (kambing), sesungguhnya tidak selayaknya di Ka'bah terdapat sesuatu yang menyibukkan orang yang melakukan shalat”. [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Umar bin Khathab -radhiyallahu 'anhu- memerintahkan untuk membangun mesjid dan berkata:

«أَكِنَّ النَّاسَ مِنَ المَطَرِ، وَإِيَّاكَ أَنْ تُحَمِّرَ أَوْ تُصَفِّرَ فَتَفْتِنَ النَّاسَ»

“Teduhilah orang yang beribadah dari hujan, dan janganlah engkau mewarnainya dengan warnah merah atau kuning yang bisa melalaikan orang (dari ibadah dengan khusyu’)”. [Shahih Bukhari: Mu'allaq]

b)      Corak pada pakaian.

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Nabi shalat memakai kain yang bergambar. Lalu beliau melihat kepada gambar tersebut. Selesai shalat beliau berkata:

«اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلَاتِي»

"Pergilah dengan membawa kain ini kepada Abu Jahm dan gantilah dengan pakaian polos dari Abu Jahm. Sungguh kain ini tadi telah mengganggu shalatku." [Shahih Bukhari]

c)       Kebisingan.

Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنِّي لَأَقُومُ إِلَى الصَّلاَةِ وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ أُطَوِّلَ فِيهَا، فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ، فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلاَتِي كَرَاهِيَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّهِ» [صحيح البخاريٍ]

"Aku pernah ingin memanjangkan shalat, namun aku mendengar tangisan bayi. Maka aku pendekkan shalatku karena khawatir akan memberatkan ibunya." [Sahih Bukhari]

Ø  Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

«لِيَلِنِي مِنْكُمْ، أُولُو الْأَحْلَامِ وَالنُّهَى، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثَلَاثًا، وَإِيَّاكُمْ وَهَيْشَاتِ الْأَسْوَاقِ» [صحيح مسلم]

'Hendaklah yang berada tepat di belakang shalatku orang yang dewasa yang memiliki kecerdasan dan orang yang sudah berakal di antara kalian, kemudian orang yang sesudah mereka tiga kali, dan hendaklah kalian menjauhi kebisingan dan perselisihan pasar'." [Shahih Muslim]

d)      Bau yang tidak sedap.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

" مَنْ أَكَلَ الْبَصَلَ وَالثُّومَ وَالْكُرَّاثَ فَلَا يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ بَنُو آدَمَ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa yang makan bawang merah, bawang putih, dan yang sejenisnya, maka jangalah ia mendekati mesjid kami, karena sesungguhnya para malaikat terganggu dari semua yang mengganggu anak cucu Adam". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُمَّالَ أَنْفُسِهِمْ، وَكَانَ يَكُونُ لَهُمْ أَرْوَاحٌ، فَقِيلَ لَهُمْ: «لَوِ اغْتَسَلْتُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]

Dulu sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah pekerja dengan tubuh mereka sendiri, dan mereka memiliki bau badan, maka Rasulullah berkata kepada mereka: "Seandainya kalian mandi?" [Sahih Bukhari dan Muslim]

e)      Cuaca tidak terlalu panas atau terlalu dingin.

Dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«إِذَا اشْتَدَّ الحَرُّ فَأَبْرِدُوا عَنِ الصَّلاَةِ، فَإِنَّ شِدَّةَ الحَرِّ مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ» [صحيح البخاري]

"Jika udara sangat panas menyengat maka tundalah shalat, karena panas yang sangat menyengat itu berasal dari hembusan api neraka jahanam." [Shahih Bukhari]

14.  Memakai sutrah (pembatas) ketika shalat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«يَقْطَعُ الصَّلَاةَ الْمَرْأَةُ وَالْحِمَارُ وَالْكَلْبُ، وَيَقِي ذَلِكَ مِثْلُ مُؤْخِرَةِ الرَّحْلِ» [صحيح مسلم]

“Yang memutuskan shalat (kekhusyu’an) ialah wanita, keledai, dan anjing. Untuk menjaga shalatmu (dengan meletakkan sutrah berupa) seperti kayu yang diletakkan di atas punggung unta." [Sahih Muslim]

15.  Mengetahui makna bacaan shalat.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ} [الحشر: 21]

Kalau sekiranya kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. [Al-Hasyr:21]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]

"Berdo'alah kepada Allah dengan penuh keyakinan akan dijawab, dan ketahuilah sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do'a dari hati yang lalai (tidak khusyu' dalam berdo'a). [Sunan Tirmidzi: Hasan]

16.  Menfariasikan bacaan-bacaan shalat.

Berusaha membaca seluruh do'a-do'a dan dzikir dalam shalat yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Lihat: Macam-macam shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

17.  Minta perlindungan dari syetan Khanzab pengganggu dalam shalat.

 Utsman bin Abu Al-'Ash radhiyallahu 'anhu datang kepada Nabi lalu bertanya; "Ya, Rasulullah! Aku sering diganggu setan dalam shalat, sehingga bacaanku menjadi kacau karenanya. Bagaimana itu?"

Maka bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

«ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ، وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا»

'Ya, yang demikian itu memang gangguan setan yang dinamakan Khanzab. Karena itu bila engkau diganggunya, maka segeralah mohon perlindungan kepada Allah dari godaannya, sesudah itu meludah ke sebelah kirimu tiga kali! '

Kata Usman; 'Setelah kulakukan yang demikian, maka dengan izin Allah godaan seperti itu hilang.' [Shahih Muslim]

Lihat: Hadits Abu Sa'id, 'Abdurrahman, dan Ibnu Ja'far; Sujud Sahwi ketika ragu dalam shalat

18.  Tidak melirik kesana-kemari dan memandang ke langit.

'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang menoleh dalam shalat." Maka Beliau bersabda:

«هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ الْعَبْدِ»

"Itu adalah sambaran yang sangat cepat yang dilakukan oleh setan terhadap shalatnya hamba." [Shahih Bukhari]

Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi bersabda:

«مَا بَالُ أَقْوَامٍ يَرْفَعُونَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ فِي صَلاَتِهِمْ»، فَاشْتَدَّ قَوْلُهُ فِي ذَلِكَ، حَتَّى قَالَ: «لَيَنْتَهُنَّ عَنْ ذَلِكَ أَوْ لَتُخْطَفَنَّ أَبْصَارُهُمْ» [صحيح البخاري]

"Kenapa orang-orang mengarahkan pandangan mereka ke langit ketika mereka sedang shalat? Suara beliau semakin tinggi hingga beliau bersabda, "Hendaklah mereka menghentikannya atau Allah benar-benar akan menyambar penglihatan mereka." [Shahih Bukhari]

Ø  Jabir bin Samurah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah bersabda:

«لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ يَرْفَعُونَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ فِي الصَّلَاةِ، أَوْ لَا تَرْجِعُ إِلَيْهِمْ» [صحيح مسلم]

"Hendaklah suatu kaum menghentikan untuk mengangkat pandangan mereka ke langit dalam shalat atau (kalau tidak), niscaya pandangan tersebut tidak kembali kepada mereka (buta)." [Shahih Muslim]

19.  Tidak banyak gerak.

Syu'bah -maula Ibnu Abbas- rahimahullah berkata

صَلَّيْتُ إِلَى جَنْبِ ابْنِ عَبَّاسٍ فَفَقَعْتُ أَصَابِعِي، فَلَمَّا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ قَالَ: «لَا أُمَّ لَكَ، تُقَعْقِعُ أَصَابِعَكَ وَأَنْتَ فِي الصَّلَاةِ»

Aku shalat di samping Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhuma-, lalu aku membunyikan jariku. Maka ketika selesai shalat, ia menegurku: “Tidak ada ibu bagimu, engkau membunyikan jarimu sementara engkau sedang shalat?” [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: Hasan]

20.  Apabila menjadi imam maka tidak memanjangkan bacaan sehingga mengganggu konsentrasi makmum.

Jabir -radhiyallahu 'anhu- berkata: Mu'adz bin Jabal Al-Anshariy -radhiyallahu 'anhu- shalat Isya' mengimami para sahabatnya, lalu dia memanjangkan bacaannya atas mereka, maka seorang laki-laki dari kalangan kami berpaling, lalu shalat sendirian. Lalu Mu'adz diberitahu tentangnya, maka dia berkata, 'Dia seorang yang munafik.'

Ketika hal tersebut sampai pada laki-laki tersebut maka dia mengunjungi Rasulullah , lalu mengabarkan kepadanya sesuatu yang dikatakan Mu'adz. Maka Nabi bersabda kepadanya:

«أَتُرِيدُ أَنْ تَكُونَ فَتَّانًا يَا مُعَاذ؟ ُ إِذَا أَمَمْتَ النَّاسَ فَاقْرَأْ بِـ {الشَّمْسِ وَضُحَاهَا} وَ{سَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى}، وَ{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ} {وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى}»

'Apakah kamu ingin menjadi pemfitnah (yang membuat orang lain lari dari agama) wahai Mu'adz? Apabila kamu mengimami manusia, maka bacalah surat Asy-Syams wa dhuhaha, serta Sabbihisma Rabbika al-A'la, dan Iqra' Bismi Rabbika, serta Wal-Laili idza Yaghsya'." [Shahih Muslim]

21.  Perbanyak dzikir.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ} [الحديد: 16]

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. [Al-Hadiid:16]

{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ} [الرعد: 28]

Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. [Ar-Ra'd: 28]

{وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ} [الزخرف: 36]

"Barangsiapa yang berpaling dari mengingat Tuhan yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya". [Az-Zukhruf:36]

22.  Meninggalkan maksiat.

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ، صُقِلَ قَلْبُهُ، فَإِنْ زَادَ، زَادَتْ، فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [المطففين: 14]»

Sesungguhnya seorang mu'min jika melakukan suatu dosa akan menjadi titik hitam dalam hatinya. Namun jika ia bertaubat, lalu meninggalkannya, dan minta ampunan maka hatinya menjadi bersih. Akan tetapi jika ia menambah dosanya, maka titik hitam itupun akan bertambah. Itulah yang dinamakan "Ar-Raan" sebagaimana yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya: "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan (maksiat) itu menutupi hati mereka". [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

Ø  Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah bersabda:

«أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْب»

“Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka seluruh tubuhnya juga akan baik, dan jika ia rusak maka seluruh tubuhnya juga akan rusak, sesungguhnya ia adalah HATI". [Sahih Bukhari dan Muslim]

23.  Berdo’a agar diberi kekhusyu’an dalam shalat.

Zaid bin Arqam radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah sering membaca do'a ini …

«اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا»

"Ya Allah .. sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu', jiwa yang tidak puas, dan do'a yang tidak terkabulkan." [Sahih Muslim]

Lihat: Sifat Khusyu’; Tunduk penuh ketaatan hanya kepada Allah

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Keutamaan shalat dalam As-Sunnah - Keistimewaan mesjid dalam Islam - Keistimewaan agama Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...