Rabu, 08 Januari 2020

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (40) Wanita haid meninggalkan puasa dan shalat

بسم الله الرحمن الرحيم
A.    Penjelasan pertama.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابٌ: الحَائِضُ تَتْرُكُ الصَّوْمَ وَالصَّلاَةَ
“Bab: Wanita haid meninggalkan puasa dan shalat”
Dalam bab ini, imam Bukhari rahimahullah menjelaskan tentang hukum puasa bagi wanita yang sedang haid dengan menyebutkan satu atsar dari Abu Az-Zinad rahimahullah dan hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu yang menunjukkan bahwa wanita yang sedang haid tidak dibolehkan berpuasa.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
وَقَالَ أَبُو الزِّنَادِ: " إِنَّ السُّنَنَ وَوُجُوهَ الحَقِّ لَتَأْتِي كَثِيرًا عَلَى خِلاَفِ الرَّأْيِ، فَمَا يَجِدُ المُسْلِمُونَ بُدًّا مِنَ اتِّبَاعِهَا، مِنْ ذَلِكَ أَنَّ الحَائِضَ تَقْضِي الصِّيَامَ وَلاَ تَقْضِي الصَّلاَةَ "
“Dan Abu Az-Zinad berkata: Sesungguhnya sunnah-sunnah dan pandangan yang benar (syari’at) banyak yang datang tidak sesuai dengan akal, dan umat Islam tidak mendapatkan alasan untuk tidak mengikutinya, diantara yang demikian itu bahwasanya seorang wanita yang haid diwajibkan mengqadha’ puasanya dan tidak mengqadha’ shalatnya”.
Takhrij atsar Abu Az-Zinaad:
Diriwayatkan oleh Al-Khathib rahimahullah dalam kitabnya “Al-Faqih wal Mutafaqqih” 1/392 no.412, dengan dua sanad yang bersambung, ia berkata:
أنا أَبُو الْحَسَنِ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ زِرْقَوَيْهِ، أنا أَبُو أَحْمَدَ حَمْزَةُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَارِثِ الدِّهْقَانُ، وَأَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الشَّافِعِيُّ: قَالَا: نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِسْحَاقَ الْقَاضِي، نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، نا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الزِّنَادِ (ح) وَأَنَا أَبُو إِسْحَاقَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ عُمَرُ بْنِ أَحْمَدَ الْبَرْمَكِيُّ، أنا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَلَفِ بْنِ بَخِيتٍ الدَّقَّاقُ، نا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى الْجَوْهَرِيُّ، نا أَبُو بَكْرٍ الْأَثْرَمُ، نا عِيسَى بْنُ مِينَاءٍ الْمَدَنِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الزِّنَادِ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " إِنَّ السُّنَنَ لَا تُخَاصَمُ، وَلَا يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تَتْبَعَ بِالرَّأْيَ وَالتَّفْكِيرَ، وَلَوْ فَعَلَ النَّاسُ ذَلِكَ لَمْ يَمْضِ يَوْمٌ إِلَّا انْتَقَلُوا مِنْ دِينٍ إِلَى دِينٍ، وَلَكِنَّهُ يَنْبَغِي لِلسُّنَنِ أَنْ تُلْزَمَ وَيُتَمَسَّكَ بِهَا عَلَى مَا وَافَقَ الرَّأْيَ أَوْ خَالَفَهُ، وَلَعَمْرِي إِنَّ السُّنَنَ وَوُجُوهَ الْحَقِّ لَتَأْتِي كَثِيرًا عَلَى خِلَافِ الرَّأْيِ، وَمُجَانَبَتِهِ خِلَافًا بَعِيدًا، فَمَا يَجِدُ الْمُسْلِمُونَ بُدًّا مِنَ اتِّبَاعِهَا وَالِانْقِيَادِ لَهَا ... "
Abu Al-Hasan Muhammad bin Ahmad bin Zirqawaih memberitakan kepada kami, ia berkata: Abu Ahmad Hamzah bin Muhammad bin Al-Harits Ad-Dihqan dan Abu Bakr Muhammad bin Abdillah bin Ibrahim Asy-Syafi'iy memberitakan kepada kami, keduanya berkata: Isma'il bin Ishaq Al-Qadiy menceritakan kepada kami, ia berkata: Isma'il bin Abi Uwais menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdurrahman bin Abi Az-Zinaad meceritakan kepada kami (hadits).
Dan Abu Ishaq Ibrahim bin ‘Umar bin Ahmad Al-Barmakiy memberitakan kepada kami, ia berkata: Abu Bakr Muhammad bin Abdillah bin Khalaf bin Bakhit Ad-Daqqaq menceritakan kepada kami, ia berkata: Umar bin Muhammad bin 'Isa Al-Jauhariy meceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Bakr Al-Atsram menceritakan kepada kami, ia berkata: 'Isa bin Mina' Al-Madaniy menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdurraman bin Abi Az-Zinaad menceritakan kepadaku, dari bapaknya, ia berkata: “Sesungguhnya As-Sunnah tidak dipertentangkan dan tidak pantas untuk diikutkan kepada akal dan pemikiran, dan jika orang melakukan hal itu maka tidak berlalu satu hari kecuali ia telah pindah dari satu agama ke agama yang lain, akan tetapi seharusnya As-Sunnah itu senantiasa diikuti dan menyelisihinya adalah perbedaan yang sangat jauh, maka umat Islam tidak punya alasan untuk tidak mengikuti dan tunduk padanya ..."
Penjelasan singkat atsar ini:
1.      Biografi Abu Az-Zinaad rahimahullah.
Namanya: Abdullah bin Dzakwan Al-Qurasyiy, seorang shigar tabi’iy (tabi’in muda), pernah berguru kepada Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Ia seorang yang tsiqah dan faqih, wafat tahun 130 H.
2.      Agama Islam berasaskan naql (Al-Qur’an dan hadits) bukan akal semata.
'Umar radhiyallahu 'anhu mendatangi Hajar Al-Aswad lalu menciumnya kemudian berkata:
«إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ»
"Sungguh aku mengetahui bahwa kamu hanyalah batu yang tidak bisa mendatangkan madharat (keburukan) maupun manfa'at. Namun kalau bukan karena aku telah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menciummu tentu aku tidak akan menciummu". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:
«لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلَاهُ، وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Seandainya agama (Islam) itu berdasarkan hasil pikiran, niscaya bagian bawah sepatu lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya, dan sungguh saya telah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengusap bagian atas kedua khufnya”. [Sunan Abi Daud: Shahih]
3.      Akal hanya digunakan untuk memahami dalil.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ} [الأنعام: 151]
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar (dibenarkan oleh syara')". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). [Al-An’am:151]
4.      Sifat orang beriman, tunduk pada ketatapan Allah dan Rasul-Nya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِين} [البقرة: 26]
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan Ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. [Al-Baqarah:26]
Ø  'Abdullah bin Az Zubair radhiyallahu 'anhuma menceritakan:
أَنَّ رَجُلًا مِنَ الأَنْصَارِ خَاصَمَ الزُّبَيْرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شِرَاجِ الحَرَّةِ، الَّتِي يَسْقُونَ بِهَا النَّخْلَ، فَقَالَ الأَنْصَارِيُّ: سَرِّحِ المَاءَ يَمُرُّ، فَأَبَى عَلَيْهِ؟ فَاخْتَصَمَا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلزُّبَيْرِ: «أَسْقِ يَا زُبَيْرُ، ثُمَّ أَرْسِلِ المَاءَ إِلَى جَارِكَ»، فَغَضِبَ الأَنْصَارِيُّ، فَقَالَ: أَنْ كَانَ ابْنَ عَمَّتِكَ؟ فَتَلَوَّنَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: «اسْقِ يَا زُبَيْرُ، ثُمَّ احْبِسِ المَاءَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى الجَدْرِ»، فَقَالَ الزُّبَيْرُ: " وَاللَّهِ إِنِّي لَأَحْسِبُ هَذِهِ الآيَةَ نَزَلَتْ فِي ذَلِكَ: { فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65] "
Bahwa ada seorang dari kalangan Anshar bersengketa dengan Az-Zubair di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang aliran air di daerah Al-Harrah yang mereka gunakan untuk menyirami pepohonan kurma. Berkata orang Anshar tersebut: "Bukalah air agar bisa mengalir?"
Az-Zubair menolaknya lalu keduanya bertengkar di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Az Zubair: "Wahai Zubair, berilah air dan kirimlah buat tetanggamu".
Maka orang Anshar itu marah seraya berkata; "Tentu saja kamu bela dia karena dia putra bibimu".
Maka wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerah kemudian berkata: "Wahai Zubair, berilah air kemudian bendunglah hingga air itu kembali ke dasar ladang".
Maka Az Zubair berkata: "Demi Allah, sungguh aku menganggap bahwa ayat ini turun tentang kasus ini, yaitu firman Allah: {Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya}. [An-Nisaa':65] [Shahih Bukhari dan Muslim]
5.      Bahaya mendahulukan akal dari dalil.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (12) قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ} [الأعراف: 12، 13]
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". [Al-A’raaf: 12-13]
{قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ (75) قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (76) قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (77) وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ} [ص: 75 - 78]
Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan". [Shaad: 75-78]
Ø  Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu mengatakan;
بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ، جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذِي الخُوَيْصِرَةِ التَّمِيمِيُّ، فَقَالَ: اعْدِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ: «وَيْلَكَ، وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ» قَالَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ: دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَهُ، قَالَ: " دَعْهُ، فَإِنَّ لَهُ أَصْحَابًا، يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلاَتَهُ مَعَ صَلاَتِهِ، وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang membagi (harta rampasan), tiba-tiba Adbdullah bin Dzil Khuwaishirah At-Tamimiy datang seraya menegur Nabi; 'Hendaklah engkau berbuat adil, wahai Rasulullah! '
Spontan Nabi menjawab: "Celakalah kamu, siapa lagi yang berbuat adil jika aku tak berbuat adil?"
Umar kemudian berujar; 'Biarkan aku yang memenggal lehernya! '
Nabi bersabda; "Biarkan saja dia, sebab dia mempunyai beberapa kawan yang salah seorang diantara kalian meremehkan shalatnya dibanding dengan shalatnya, dan meremehkan puasanya dibanding puasanya, mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah keluar dari busur. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَضَى فِي امْرَأَتَيْنِ مِنْ هُذَيْلٍ اقْتَتَلَتَا، فَرَمَتْ إِحْدَاهُمَا الأُخْرَى بِحَجَرٍ، فَأَصَابَ بَطْنَهَا وَهِيَ حَامِلٌ، فَقَتَلَتْ وَلَدَهَا الَّذِي فِي بَطْنِهَا، فَاخْتَصَمُوا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَضَى: أَنَّ دِيَةَ مَا فِي بَطْنِهَا غُرَّةٌ عَبْدٌ أَوْ أَمَةٌ، فَقَالَ وَلِيُّ المَرْأَةِ الَّتِي غَرِمَتْ: كَيْفَ أَغْرَمُ، يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ لاَ شَرِبَ وَلاَ أَكَلَ، وَلاَ نَطَقَ وَلاَ اسْتَهَلَّ، فَمِثْلُ ذَلِكَ يُطَلُّ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّمَا هَذَا مِنْ إِخْوَانِ الكُهَّانِ» [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memutuskan perkara antara dua wanita dari Bani Hudzail yang sedang berkelahi, salah seorang melempar lawannya dengan batu dan mengenai perutnya padahal ia sedang hamil, hingga menyebabkan kematian anak yang dikandungnya. Lalu mereka mengadukan peristiwa itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau memutuskan hukuman (bagi wanita pembunuh) untuk membayar diyat janin dengan seorang hamba sahaya laki-laki atau perempuan, lantas wali wanita yang menanggung (diyat) berkata; "Ya Rasulullah, bagaimana saya harus menanggung orang yang belum bisa makan dan minum, bahkan belum bisa berbicara ataupun menjerit sama sekali? Maka yang seperti ini tidak ada diyatnya"
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang ini seperti saudara paranormal." [Shahih Bukhari dan Muslim]
B.     Penjelasan kedua.
Hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1850 - حَدَّثَنَا [سعيد بن الحكم] ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ [بن أبي كثير]، قَالَ: حَدَّثَنِي زَيْدٌ [بن أسلم القرشي]، عَنْ عِيَاضٍ [بن عبد الله بن سعد العامري]، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ، فَذَلِكَ نُقْصَانُ دِينِهَا»
1850 - Telah menceritakan kepada kami [Sa’id bin Al-Hakam] Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far [bin Abi Katsir] berkata: Telah menceritakan kepada saya Zaid [bin Aslam Al-Qurasyiy], dari 'Iyadh [bin Abdillah bin Sa’ad Al-‘Amiriy], dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bakankah apabila (seorang wanita) sedang mengalami haid, maka dia tidak shalat dan tidak puasa?! Yang demikian itu menunjukkan kurangnya agamanya".
Hadits ini juga diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam “Ash-Shahih” pada tiga tempat dengan sanad yang sama tapi lafadznya berbeda:
1)      Pada Kitab Al-Haidh, bab: “Wanita haid meninggalkan puasa”, ia berkata:
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي زَيْدٌ هُوَ ابْنُ أَسْلَمَ، عَنْ عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ إِلَى المُصَلَّى، فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ، فَقَالَ: «يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ» فَقُلْنَ: وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ العَشِيرَ، مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ»، قُلْنَ: وَمَا نُقْصَانُ دِينِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أَلَيْسَ شَهَادَةُ المَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ» قُلْنَ: بَلَى، قَالَ: «فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا، أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ» قُلْنَ: بَلَى، قَالَ: «فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا»
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu Maryam berkata: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata: Telah mengabarkan kepadaku Zaid -yaitu Ibnu Aslam-, dari 'Iyadl bin 'Abdullah, dari Abu Sa'id Al-Khudriy ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada hari raya 'Iedul Adha atau Fitri keluar menuju tempat shalat, beliau melewati para wanita seraya bersabda: "Wahai para wanita! Hendaklah kalian bersedekahlah, sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah yang paling banyak menghuni neraka."
Kaum wanita bertanya: "Apa sebabnya wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab: "Kalian banyak melaknat dan banyak mengingkari pemberian suami. Dan aku tidak pernah melihat kaum yang akal dan agamanya kurang yang lebih mampu menundukkan akal seorang laki-laki yang kuat selain kalian."
Kaum wanita bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apa tanda dari kurangnya akal dan lemahnya agama?"
Beliau menjawab: "Bukankah persaksian seorang wanita setengah dari persaksian laki-laki?"
Kaum wanita jawab, "Benar."
Beliau berkata lagi: "Itulah kekurangan akalnya. Dan bukankah seorang wanita bila dia sedang haid dia tidak shalat dan puasa?"
Kaum wanita jawab, "Benar."
Beliau berkata: "Itulah kekurangan agamanya."
2)      Pada kitab Az-Zakat, bab: “Zakat kepada kerabat”; ia berkata:
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي زَيْدٌ هُوَ ابْنُ أَسْلَمَ، عَنْ عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَضْحًى أَوْ فِطْرٍ إِلَى المُصَلَّى، ثُمَّ انْصَرَفَ، فَوَعَظَ النَّاسَ، وَأَمَرَهُمْ بِالصَّدَقَةِ، فَقَالَ: «أَيُّهَا النَّاسُ، تَصَدَّقُوا»، فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ، فَقَالَ: «يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ، فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ» فَقُلْنَ: وَبِمَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ العَشِيرَ، مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ، أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الحَازِمِ، مِنْ إِحْدَاكُنَّ، يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ» ثُمَّ انْصَرَفَ، فَلَمَّا صَارَ إِلَى مَنْزِلِهِ، جَاءَتْ زَيْنَبُ، امْرَأَةُ ابْنِ مَسْعُودٍ، تَسْتَأْذِنُ عَلَيْهِ، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذِهِ زَيْنَبُ، فَقَالَ: «أَيُّ الزَّيَانِبِ؟» فَقِيلَ: امْرَأَةُ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: «نَعَمْ، ائْذَنُوا لَهَا» فَأُذِنَ لَهَا، قَالَتْ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، إِنَّكَ أَمَرْتَ اليَوْمَ بِالصَّدَقَةِ، وَكَانَ عِنْدِي حُلِيٌّ لِي، فَأَرَدْتُ أَنْ أَتَصَدَّقَ بِهِ، فَزَعَمَ ابْنُ مَسْعُودٍ: أَنَّهُ وَوَلَدَهُ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَلَيْهِمْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صَدَقَ ابْنُ مَسْعُودٍ، زَوْجُكِ وَوَلَدُكِ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتِ بِهِ عَلَيْهِمْ»
Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menuju lapangan tempat shalat untuk melaksanakan shalat 'Iedul Adhha atau 'Iedul Fithri. Setelah selesai Beliau memberi nasehat kepada manusia dan memerintahkan mereka untuk menunaikan zakat seraya bersabda: "Wahai sekalian manusia, bershadaqahlah".
Kemudian Beliau mendatangi jama'ah wanita lalu bersabda: "Wahai kaum wanita, bershadaqahlah. Sungguh aku melihat kalian adalah yang paling banyak akan menjadi penghuni neraka".
Mereka bertanya: "Mengapa begitu, wahai Rasulullah?"
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kalian banyak melaknat dan mengingkari pemberian (suami). Aku tidak pernah melihat kaum yang akal dan agamanya kurang yang lebih mampu menundukkan akal seorang laki-laki yang kuat selain kalian, wahai para wanita".
Kemudian Beliau mengakhiri khutbahnya lalu pergi. Sesampainya Beliau di tempat tinggalnya, datanglah Zainab, isteri Ibu Mas'ud meminta izin kepada Beliau, lalu dikatakan kepada Beliau; "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ini adalah Zainab".
Beliau bertanya: "Zainab siapa?".
Dikatakan: "Zainab isteri dari Ibnu Mas'ud".
Beliau berkata: "Oh ya, persilakanlah dia".
Maka dia diizinkan kemudian berkata: "Wahai Nabi Allah, sungguh anda hari ini sudah memerintahkan shadaqah (zakat) sedangkan aku memiliki emas yang aku berkendak menzakatkannya namun Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa dia dan anaknya lebih berhak terhadap apa yang akan aku sedekahkan ini dibandingkan mereka (mustahiq).
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ibnu Mas'ud benar, suamimu dan anak-anakmu lebih barhak kamu berikan shadaqah dari pada mereka".
3)      Kitab Asy-Syahadat, bab: “Persaksian wanita”; ia berkata:
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي زَيْدٌ، عَنْ عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «أَلَيْسَ شَهَادَةُ المَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ؟»، قُلْنَ: بَلَى، قَالَ: «فَذَلِكَ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا»
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Maryam, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata, telah menceritakan kepadaku Zaid, dari 'Iyadh bin 'Abdullah, dari Abu Sa'id Al Khudriy radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bukankah persaksian seorang wanita sama dengan setengah persaksian seorang laki-laki?"
Para wanita menjawab: "Benar".
Beliau melanjutkan: "Itulah tanda setengah akalnya".
Penjelasan singkat hadits ini:
1.      Biografi Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu.
Namanya: Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khazraniy Al-Anshariy.
Beliau tidak ikut perang Uhud karena masih kecli kemudian ia ikut berpernag bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam setelah itu sebanyak dua belas peperangan.
Beliau adalah diantara sahabat Nabi yang paling muda dan berilmu, dan salah satu dari sahabat Nabi yang banyak meriwayatkan hadits.
Beliau wafat tahun 63, atau 64, atau 65 hijriyah, dan ada yang mengatakn tahun 74 hijriyah.
2.      Anjuran bersedekah khususnya di hari ‘ied.
3.      Selamatkan diri dari neraka dengan bersedekah.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (42) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (43) وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ} [المدثر: 42 - 44]
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin”. [Al-Muddatstsir: 42-44]
Ø  Dari Adiy bin Hatim radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Jauhilah neraka walau hanya bersedekah dengan sepotong kurma, kalau tidak dapat maka dengan perkataan yang baik". [Sahih Bukhari dan Muslim]
4.      Penghuni neraka lebih banyak dari kalangan wanita.
Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«اطَّلَعْتُ فِي الجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الفُقَرَاءَ، وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ» [صحيح البخاري]
“Aku menengok ke surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum fakir, dan aku menengok ke neraka maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita”. [Sahih Bukhari]
5.      Larangan suka melaknat.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَيْسَ المُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيءِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Orang beriman (yang sempurna imannya) tidak suka mencela, tidak suka melaknat, tidak berlaku jelek, dan tidak berkata buruk". [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Ø  Abdul Malik bin Marwan -rahimahullah- memanggil pelayannya, lalu ia merasa pelayannya lamban maka ia melaknatnya. Di pagi harinya Ummu Ad-Darda' berkata padanya: Aku mendengarmu melaknat pelayanmu sewaktu engkau memanggilnya, Aku mendengar Abu Ad-Darda' radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« لاَ يَكُونُ اللَّعَّانُونَ شُفَعَاءَ وَلاَ شُهَدَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ »
“Orang yang suka melaknat tidak akan menjadi pemberi syafa'at dan saksi di hari kiamat.” [Sahih Muslim]
6.      Bahaya mengingkari kebaikan orang lain khususnya suami.
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ» قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: " يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Karena mereka sering mengingkari".
Ditanyakan: "Apakah mereka mengingkari Allah?"
Beliau bersabda: "Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: 'aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ [سنن أبي داود: صحيح]
"Seseorang tidak dianggap mensyukuri Allah jika tidak mensyukuri pemberian orang lain". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
Ø  Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا اللَّهَ لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Siapa yang memberimu suatu kebaikan maka balaslah kebaikannya, dan jika kamu tidak mendapatkan sesuatu yang bisa kau berikan maka berdo'alah kepada Allah untuknya sampai kau merasa sudah membalas kebaikannya”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
7.      Dahsyatnya fitnah wanita.
Allah menciptakan manusia dengan memiliki hawa nafsu. Dan nafsu yang paling berat adalah nafsu terhadap wanita. Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآب} [آل عمران: 14]
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)". [Ali 'Imran:14]
Wanita disebutkan pada urutan pertama dari syahwat lainnya menunjukkan cobaannya yang lebih berat dan sebagai pemicu dari syahwat-syahwat lainnya.
Ø  Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
"Aku tidak meninggalkan fitnah (cobaan) setelah aku meninggal lebih berbahaya bagi laki-laki dari cobaan wanita." [Sahih Bukhari]
Ø  Dari Abu Sa'id Al-Khudry radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ
"Sesungguhnya dunia ini adalah kenikmatan yang menggiurkan, dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu khalifah (penghuni) di dalamnya, kemudian meperhatikan bagaimana kalian menjalaninya. Maka hati-hatilah dengan dunia, dan hati-hatilah dengan wanita, karena sesungguhnya cobaan pertama yang menimpa kaum Bani Israil adalah cobaan wanita." [Sahih Muslim]
8.      Wanita memiliki sifat lemah akal dan agama.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا [صحيح البخاري ومسلم]
“Terimalah nasehatku untuk berlaku baik terhadap kaum wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling di atas, maka jika kamu ingin meluruskannya dengan paksa maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu membiarkannya maka ia akan selamanya bengkok, maka saling menasehatilah kalian untuk berlaku baik terhadap kaum wanita”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
9.      Persaksian wanita dua orang banding satu laki-laki.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى} [البقرة: 282]
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. [Al-Baqarah: 282]
Ø  Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الِاسْتِغْفَارَ، فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ»
"Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyakkanlah istighfar. Karena, aku melihat kaum wanitalah yang paling banyak menjadi penghuni Neraka."
Seorang wanita yang pintar di antara mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa kaum wanita yang paling banyak menjadi penghuni Neraka?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، وَمَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذِي لُبٍّ مِنْكُنَّ»
"Kalian banyak mengutuk dan mengingkari (pemberian nikmat dari) suami. Aku tidak melihat mereka yang kekurangan akal dan agama yang lebih menguasai pemilik akal (lelaki), daripada golongan kamu."
Wanita itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah! Apakah maksud kekurangan akal dan agama itu?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
" أَمَّا نُقْصَانُ الْعَقْلِ: فَشَهَادَةُ امْرَأَتَيْنِ تَعْدِلُ شَهَادَةَ رَجُلٍ فَهَذَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ، وَتَمْكُثُ اللَّيَالِيَ مَا تُصَلِّي، وَتُفْطِرُ فِي رَمَضَانَ فَهَذَا نُقْصَانُ الدِّينِ "
"Maksud kekurangan akal ialah persaksian dua orang wanita sama dengan persaksian seorang lelaki. Inilah yang dikatakan kekurangan akal. Begitu juga kaum wanita tidak mengerjakan shalat pada malam-malam yang dilaluinya kemudian berbuka pada bulan Ramadhan (karena haid). Maka inilah yang dikatakan kekurangan agama." [Shahih Muslim]
10.  Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh wanita yang sedang haid.
Diantaranya:
a)      Shalat.
Dari Fathimah binti Abi Hubaisy bahwasanya dia terkena darah penyakit, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya:
«إِذَا كَانَ دَمُ الْحَيْضَةِ فَإِنَّهُ أَسْوَدُ يُعْرَفُ، فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِي عَنِ الصَّلَاةِ، فَإِذَا كَانَ الْآخَرُ فَتَوَضَّئِي وَصَلِّي فَإِنَّمَا هُوَ عِرْقٌ» [سنن أبي داود: حسن]
"Apabila itu darah haid, maka ia berwarna hitam sebagaimana yang diketahui (oleh wanita). Apabila darah itu ternyata demikian, maka tinggalkanlah shalat. Namun apabila darah itu lain, maka berwudhulah dan kerjakanlah shalat, karena itu hanyalah darah penyakit". [Sunan Abi Daud: Hasan]
b)      Puasa.
c)       Thawaf.
Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- berkata kepada Aisyah -radhiyallahu 'anha- yang sedang haid ketika menunaikan ibadah haji:
افْعَلِي مَا يَفْعَلُ الحَاجُّ، غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِي [صحيح البخاري ومسلم]
“Lakukanlah semua yang dilakukan oleh jama'ah haji lainnya, tapi jangan engkau tawaf di ka'bah sampai suci dari haid”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
d)      Berhubungan suami istri.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu bahwa apabila para wanita Yahudi haid, mereka tidak memberinya makan dan tidak mempergaulinya (tidak membiarkannya tinggal) di rumah. Para sahabat pun bertanya kepada Nabi shallallahu'alaihiwasallam. Lantas Allah menurunkan ayat:
{وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِين} [البقرة: 222]
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri (dgn tidak menyetubuhi) dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci (dari haid). apabila mereka Telah suci (mandi wajib), Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. [Al-Baqarah:222]
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اصْنَعُوا كُلَّ شَيْءٍ إِلَّا النِّكَاحَ»
"Lakukanlah segala sesuatu kecuali senggama". [Sahih Muslim]
11.  Wanita haid wajib mengqadha’ puasanya yang tertinggal.
Mu’adzah -rahimahullah- berkata:
سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ: مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ. فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ قُلْتُ: لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ، وَلَكِنِّي أَسْأَلُ. قَالَتْ: «كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ، فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ» [صحيح مسلم]
"Saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata; 'Kenapa wanita haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat?’
Aisyah menjawab; ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah (kaum Khawarij)?’
Aku menjawab; ‘Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.'
Dia menjawab; ‘Kami dahulu mengalami haid, kami diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan mengqadha' shalat'. [Shahih Muslim]
12.  Hikmah diperintahkannya wanita mengqadha’ puasa dan tidak pada shalat.
Diantaranya:
a)      Sebagai ujian keimanan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا} [الأحزاب: 36]
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. [Al-Ahzab:36]
b)      Sebagai keringanan, karena shalat berulang lima kali dalam sehari sedangkan puasa hanya sebulan dalam satu tahun.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ} [البقرة: 185]
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. [Al-Baqarah:185]
13.  Antusias sahabiah mengamalkan anjuran dari Nabi.
14.  Kerabat lebih berhak untuk diberi sedekah.
Zaenab -radhiyallahu 'anha- istri Ibnu Mas'ud dan seorang wanita anshar bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Apakah boleh bersedekah kepada suami (yang miskin) dan anak yatim yang tinggal di rumahnya?
Rasulullah menjawab:
«نَعَمْ، لَهَا أَجْرَانِ، أَجْرُ القَرَابَةِ وَأَجْرُ الصَّدَقَةِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Iya, mereka mendapatkan dua pahala: Pahala (silaturahmi kepada) kerabat, dan pahala sedekah". [Sahih Bukhari dan Muslim]
15.  Khutbah ‘ied, sekali saja atau dua kali?
Ulama berselisih dalam masalah ini:
Pendapat pertama: Khutbah ‘ied dua kali.
Dalilnya:
a.       Hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah rahimahullah dalam Sunan-nya (1/409) no.1289:
عن أَبي بَحْرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُسْلِمٍ الْخَوْلَانِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: «خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى، فَخَطَبَ قَائِمًا ثُمَّ قَعَدَ قَعْدَةً ثُمَّ قَامَ»
Dari Abu Bahr berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Muslim Al-Khaulaniy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Az-Zubair, dari Jabir ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar pada hari raya iedul fitri atau Adha, beliau lalu berkhutbah dengan berdiri, kemudian duduk sejenak, kemudian berdiri lagi. "
Hadits ini sangat lemah karena dua perawinya lemah yaitu: (1) Abu Bahr, Abdurrahman bin ‘Utsman Al-Bashriy[1], dan (2) Isma’il bin Muslim Al-Khaulaniy, Abu Ishaq Al-Makkiy[2].
b.      Hadits Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu.
Diriwayatkan oleh Al-Bazzar rahimahullah dalam Musnad-nya (3/321) no.1116, ia berkata:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ شَبِيبٍ، قَالَ: نا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، قَالَ: وَجَدْتُ فِي كِتَابِ أَبِي قَالَ: حَدَّثَنِي مُهَاجِرُ بْنُ مِسْمَارٍ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الْعِيدَ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ، وَكَانَ يَخْطُبُ خُطْبَتَيْنِ قَائِمًا يَفْصِلُ بَيْنَهُمَا بِجِلْسَةٍ
Abdullah bin Syabib menceritakan kepada kami, ia berkata: Ahmad bin Muhammad bin ‘Abdil ‘Aziz memberitakan kepada kami, ia berkata: Aku mendapatkan dalam buku bapakku, ia berkata: Muhajir bin Mismar menceritakan kepadaku, dari ‘Amir bin Sa’d, dari bapaknya; “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat ‘ied tanpa adzan dan iqamah, dan beliau berkhutbah dengan dua kali khutbah delam keadaan berdiri dipisahkan antara keduanya dengan duduk sejenak”.
Hadits ini sangat lemah karena cacat pada tiga perawinya yaitu: (1) Abdullah bin Syabib[3] banyak melakukan kekeliruan (waahin), (2) Ahmad bin Muhammad bin Abdil ‘Aziz tidak diketahui kondisinya (majhul hal), dan (3) Muhammad bin Abdil ‘Aziz bin ‘Umar[4] haditsnya mungkar.
Lihat: “Silsilah Adh-Dha’ifah” karya syekh Albaniy rahimahullah 12/637.
c.       Hadits Ubaidillah bin ‘Abdillah bin ‘Utbah bin Mas’ud rahimahullah.
Diriwayatkan oleh Imam Asy-Syafi’iy rahimahullah dalam kitab “Al-Umm” (1/273), ia berkata:
أَخْبَرَنَا إبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ إبْرَاهِيمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ قَالَ: " السُّنَّةُ فِي التَّكْبِيرِ يَوْمَ الْأَضْحَى وَالْفِطْرِ عَلَى الْمِنْبَرِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ أَنْ يَبْتَدِئَ الْإِمَامُ قَبْلَ أَنْ يَخْطُبَ، وَهُوَ قَائِمٌ عَلَى الْمِنْبَرِ بِتِسْعِ تَكْبِيرَاتٍ تَتْرَى لَا يَفْصِلُ بَيْنَهَا بِكَلَامٍ ثُمَّ يَخْطُبُ ثُمَّ يَجْلِسُ جِلْسَةً ثُمَّ يَقُومُ فِي الْخُطْبَةِ الثَّانِيَةِ فَيَفْتَتِحُهَا بِسَبْعِ تَكْبِيرَاتٍ تَتْرَى لَا يَفْصِلُ بَيْنَهَا بِكَلَامٍ ثُمَّ يَخْطُبُ ".
Dengan lafadz yang lain:
" السّنة أَن يخْطب فِي الْعِيدَيْنِ خطبتين، يفصل بَينهمَا بجلوس "
“Sunnah (yang dilakukan Nabi), berkhutbah pada dua hari raya dengan dua khutbah dipisahkan antara keduanya dengan duduk sejenak”.
Imam An-Nawawiy rahimahullah berkata:
ضَعِيف غير مُتَّصِل. وَلم يثبت فِي تَكْرِير الْخطْبَة شَيْء، وَالْمُعْتَمد فِيهِ الْقيَاس عَلَى الْجُمُعَة.
“Hadits ini lemah dan sanadnya tidak bersambung (mursal), tidak ada satupun hadits yang shahih tentang pengulangan khutbah ‘ied, yang dijadikan landasan dalam masalah ini adalah kias kepada khutbah Jum’at”. [Khulasatul Ahkam 2/838 no.2961]
d.      Kias kepada khutbah Jum’at.
Pendapat kedua: Khutbah ‘ied hanya sekali.
Dengan dalil bahwa yang dinukil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits shahih beliau hanya khutbah sekali, seperti dalam hadits ini.
16.  Boleh mengkhususkan nasehat untuk kaum wanita.
Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata:
قَالَتِ النِّسَاءُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: غَلَبَنَا عَلَيْكَ الرِّجَالُ، فَاجْعَلْ لَنَا يَوْمًا مِنْ نَفْسِكَ، فَوَعَدَهُنَّ يَوْمًا لَقِيَهُنَّ فِيهِ، فَوَعَظَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ [صحيح البخاري]
Kaum wanita berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Kami dikalahkan oleh kaum lelaki dalam menuntut ilmu darimu, maka jadikanlah untuk kami satu sesuai pilihanmu!"
Maka Rasulullah memilih suatu hari untuk bertemu dengan mereka pada hari itu, lalu Rasulullah menasehati mereka dan memerintahkan mereka. [Sahih Bukhari]
Wallahu a’lam!



[1] Lihat biografi " Abu Bahr " dalam kitab: Ats-Tsiqat karya Al-‘Ijliy 2/82, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.206 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 2/335, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 5/264, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 5/483, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/97, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 17/271, Al-Kasyif karya Adz-Dzahabiy 1/636, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.346.
[2] Lihat biografi " Isma’il bin Muslim " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy hal.20 , Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.151 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/91, Al-Jarh wa At-Ta'diil 2/198, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 1/120, Al-Kaamil 1/282, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/120, Tahdziib Al-Kamaal 3/198, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 1/409, Taqriib At-Tahdziib hal.144.
[3] Lihat biografi " Abdullah bin Syabib " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 5/82, Al-Majruhiin 2/47, Al-Kaamil 4/262, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/126, Miizaan Al-I'tidaal 4/118, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 4/499.
[4] Lihat biografi " Muhammad bin Abdil ‘Aziz " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.122 , Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.232 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 4/104, Al-Jarh wa At-Ta'diil 8/7, Al-Majruhiin 2/263, Al-Kaamil 7/478, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy 3/129, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.146 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/77, Miizaan Al-I'tidaal 3/628, Lisaan Al-Miizaan 7/305.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...