بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abu
Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
" سَيَأْتِيكُمْ
أَقْوَامٌ يَطْلُبُونَ الْعِلْمَ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَقُولُوا لَهُمْ:
مَرْحَبًا مَرْحَبًا بِوَصِيَّةِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، وَاقْنُوهُمْ " [سنن ابن ماجه: حسن]
"Akan
datang kepada kalian suatu kaum yang mana mereka senantiasa menuntut ilmu. Jika
kalian melihat mereka, maka ucapkanlah, 'Selamat datang, selamat datang dengan
wasiat Rasulullah ﷺ', dan cukupilah (ajarilah) mereka."
[Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Ø Shafwan bin 'Assaal Al-Muradiy radhiyallahu ‘anhu berkata: Ya Rasulullah, aku datang untuk menuntut ilmu!
Rasulullah
ﷺ
menjawab:
«مَرْحَبًا
بطالبِ الْعِلْمِ، طَالِبُ الْعِلْمِ لَتَحُفُّهُ الْمَلَائِكَةُ وَتُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا،
ثُمَّ يَرْكَبُ بَعْضُهُ بَعْضًا حَتَّى يَبْلُغُوا السَّمَاءَ الدُّنْيَا مِنْ حُبِّهِمْ
لِمَا يَطْلُبُ» [المعجم الكبير
للطبراني: حسنه الألباني]
“Selamat
datang wahai penuntut ilmu, orang yang menuntut ilmu dikelilingi oleh malaikat,
dan dinaungi dengan sayapnya kemudian mereka saling menaiki satu sama lain
sampai mencapai langit dunia karena cinta mereka kepada penuntut ilmu”.
[Al-Mu'jam Al-Kabir Ath-Thabaraniy: Hasan]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ
كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ
السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ» [صحيح مسلم]
"Tidaklah satu kaum berkumpul di salah satu "rumah Allah"
(mesjid) membaca kitabullah (Al-Qur'an) dan mempelajarinya di antara mereka
kecuali Allah menurunkan kepada mereka ketenangan dan mereka dinaungi dengan
rahmat dan malaikat mengerumungi mereka dan Allah menyebut mereka pada siapa
yang ada di sisi-Nya". [Shahih Muslim]
Keutamaan
ilmu agama
Diantaranya:
- Ilmu mengantar kepada keimanan.
Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ
أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ
لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ} [الحج: 54]
Dan agar
orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwa (Al-Qur'an) itu benar dari
Tuhanmu lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. Dan sungguh,
Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. [Al-Hajj: 54]
{وَالرَّاسِخُونَ فِي
الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ} [آل عمران: 7]
Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya, berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. [Ali 'Imran:7]
Ø Al-Aswad bin
Hilal Al-Muharibiy –rahimahullah- berkata: Mu'adz radhiyallahu ‘anhu berkata kepadaku:
«اجْلِسْ بِنَا نُؤْمِنُ
سَاعَةً»
"Duduklah dengan kami
untuk beriman sesaat", maksudnya: Kita mengikat Allah. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: Shahih]
- Ilmu mengantar kepada kebenaran.
Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{وَيَرَى الَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ الَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ هُوَ الْحَقَّ وَيَهْدِي إِلَى
صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ} [سبأ: 6]
Dan orang-orang
yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa (wahyu) yang diturunkan
kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu itulah yang benar dan memberi petunjuk (bagi
manusia) kepada jalan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji. [Saba': 6]
{يَا
أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي
أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا} [مريم: 43]
Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak
diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu
jalan yang lurus. [Maryam: 43]
- Mendapatkan kebaikan yang besar.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
Allah menganugerahkan Al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran
dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan
Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah). [Al-Baqarah:269]
Ø Dari Mu'awiyah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ» [صحيح البخاري
ومسلم]
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan maka ia
akan diberi pemahaman tentang agama”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
- Ilmu mengangkat derajat seseorang.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ} [المجادلة: 11]
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al-Mujadilah: 11]
Ø Nafi' bin
Abdul Harits -rahimahullah- pada suatu ketika bertemu dengan Khalifah Umar
-radhiyallahu 'anhu- di 'Usfan. Ketika itu, Nafi' bertugas sebagai
pejabat di kota Makkah. Umar bertanya kepada Nafi':
مَنِ
اسْتَعْمَلْتَ عَلَى أَهْلِ الْوَادِي، فَقَالَ: ابْنَ أَبْزَى، قَالَ: وَمَنِ
ابْنُ أَبْزَى؟ قَالَ: مَوْلًى مِنْ مَوَالِينَا، قَالَ: فَاسْتَخْلَفْتَ
عَلَيْهِمْ مَوْلًى؟ قَالَ: إِنَّهُ قَارِئٌ لِكِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَإِنَّهُ
عَالِمٌ بِالْفَرَائِضِ، قَالَ عُمَرُ: أَمَا إِنَّ نَبِيَّكُمْ ﷺ قَدْ قَالَ: «إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ
بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ». [صحيح مسلم]
"Siapa yang anda angkat
sebagai kepala bagi penduduk Wadhi?" Nafi' menjawab, "Ibnu Abza."
Umar bertanya lagi, "Siapakah itu Ibnu Abza?" Nafi' menjawab,
"Salah seorang Maula (budak yang telah dimerdekakan) di antara beberapa
Maula kami." Umar bertanya, "Kenapa Maula yang diangkat?" Nafi'
menjawab, "Karena ia adalah seorang yang pintar tentang kitabullah dan
pandai tentang ilmu fara`idh (ilmu tentang pembagian harta warisan)." Umar
berkata, "Benar, Nabi kalian ﷺ telah bersabda: 'Sesungguhnya
Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur'an) dan menghinakan
yang lain.'" [Shahih Muslim]
- Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap
muslim.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى
كُلِّ مُسْلِمٍ» [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]
“Menuntut ilmu adalah wajib
bagi setiap muslim”. [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
- Menuntut ilmu adalah jihad di jalan Allah.
Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا
كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا
فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ}
[التوبة: 122]
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [At-Taubah: 122]
{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ
الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ
الْمَصِيرُ } [التوبة: 73] [التحريم: 9]
Hai nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang
kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka.
Tempat mereka ialah jahannam, dan itu adalah tempat kembali yang
seburuk-buruknya. [At-Taubah:73][At-Tahriim:9]
- Memudahkan jalan menuju surga.
Dari Abu
Ad-Dardaa' radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ
الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ،
وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ، وَمَنْ فِي الْأَرْضِ،
وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ، كَفَضْلِ
الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ
الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا، وَلَا دِرْهَمًا
وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ» [سنن أبى داود:
صححه الألباني]
“Barangsiapa
yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya
jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat merendahkan sayapnya karena
meridhai seorang yang menuntut ilmu. Sesungguhnya seorang ulama dimintakan
ampunan untuknya oleh penghuni langit dan bumi dan ikan di lautan. Sesungguhnya
keutamaan seorang ulama terhadap seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan
malam purnama dibandingkan dengan bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah
pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar atau
dirham tapi mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya berarti
ia telah mengambil sesuatu yang sangat besar”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Lihat: Kitab Ilmu bab 1; Keutamaan ilmu
Motifasi
ulama salaf untuk menuntut ilmu
Umar
bin Khathab radhiyallahu ‘anhu
berkata:
«تَفَقَّهُوا
قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا»
"Hendaklah
kalian belajar sebelum kalian dijadikan pemimpin". [Sunan
Ad-Darimiy]
Ø Imam Bukhari –rahimahullah- menambahkan dan
berkata:
«وَبَعْدَ أَنْ تُسَوَّدُوا وَقَدْ تَعَلَّمَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ ﷺ
فِي كِبَرِ سِنِّهِمْ»
“Demikian pula setelah dijadikan pemimpin,
karena beberpa sahabat Nabi ﷺ menuntut ilmu di masa tua mereka".
[Shahih Bukhari]
Ø Abu Muslim Al-Khaulaniy (w.62H) rahimahullah berkata:
"مَثَلُ
الْعُلَمَاءِ فِي الْأَرْضِ كَمَثَلِ النُّجُومِ فِي السَّمَاءِ، إِذَا بَدَتْ
لَهُمُ اهْتَدَوْا، وَإِذَا خَفِيتْ عَلَيْهِمْ تَحَيَّرُوا " [المدخل إلى السنن الكبرى للبيهقي]
“Perumpamaan ulama di muka bumi seperti
bintang-bintang di langit, jika terlihat oleh manusia maka mereka akan mendapat
petunjuk, dan jika tidak nampak maka mereka akan kebingungan”. [Al-Madkhal ila
As-Sunan Al-Kubra karya Al-Baihaqiy]
Ø Sufyan Ats-Tsauriy (w.161H) rahimahullah berkata:
«مَا أَعْلَمُ عَمَلًا أَفْضَلَ
مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ وَحِفْظِهِ لِمَنْ أَرَادَ اللَّهَ تَعَالَى بِهِ خَيْرًا» [سنن الدارمي: صحيح]
"Aku tidak mengetahui suatu amalan
yang lebih utama daripada mencari ilmu dan menjaganya, bagi siapa yang Allah
kehendaki.” [Sunan Ad-Darimiy: Shahih]
Ø Ibnu Mahdiy rahimahullah berkata:
«الرَّجُلُ إِلَى
الْعِلْمِ أَحْوَجُ مِنْهُ إِلَى الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ» [حلية الأولياء وطبقات الأصفياء]
“Seseorang lebih membutuhkan ilmu daripada
makanan dan minuman”. [Hilyatul Auliyah karya Abu Nu’aim]
Ø Imam Syafi'iy (w.204H) -rahimahullah- berkata:
"مَن أرادَ الدُنيا فعَلَيهِ بالعِلم، ومَن أرادَ الآخرةَ
فعَلَيهِ بالعِلم" [مناقب الشافعي للبيهقي (2/ 139)]
"Siapa yang menginginkan
kenikmatan dunia maka hendaklah ia memiliki ilmu, dan siapa yang menginginkan
kenikmatan akhirat maka handaklah ia memiliki ilmu". [Manaqib Asy-Syafi'iy
karya Al-Baihaqiy 2/139]
Lihat: Cela kebodohan dalam Al-Qur'an
Ilmu yang
bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{مَثَلُ
الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ
يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ
اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ} [الجمعة: 5]
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya
Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya (tidak mengamalkan isinya) adalah
seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya
perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang zalim. [Al-Jumu’ah:5]
Ø Dari Jundub
bin Abdillah Al-Azdiy radiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَثَلُ الْعَالِمِ الَّذِي يُعَلِّمُ
النَّاسَ الْخَيْرَ ويَنْسَى نَفْسَهُ كَمَثَلِ السِّرَاجِ يُضِيءُ لِلنَّاسِ
ويَحْرِقُ نَفْسَهُ» [المعجم الكبير للطبراني: صححه الألباني]
“Perumpamaan
orang berilmu yang mengajarkan kebaikan pada manusia dan melupakan dirinya,
seperti lampu yang menerangi untuk orang lain tapi membakar dirinya sendiri”.
[Al-Mu’jam Al-Kabiir: Sahih]
Ø
Sufyan bin
‘Uyainah -rahimahullah- (w.198H) berkata:
" لَيْسَ الْعَالِمُ
الَّذِي يَعْرِفُ الْخَيْرَ مِنَ الشَّرِّ، إِنَّمَا الْعَالِمُ الَّذِي يَعْرِفُ
الْخَيْرَ، فَيَتَّبِعُهُ وَيَعْرِفُ الشَّرَّ فَيَجْتَنِبُهُ " [الزهد لأحمد بن حنبل]
“Bukanlah seorang alim yang mengetahui yang
baik dari yang buruk, akan tetapi alim itu adalah yang mengetahui kebaikan lalu
ia mengikutinya, dan mengetahui keburukan lalu ia menjauhinya”. [Az-Zuhd karya
Ahmad bin Hambal]
Ø Ibrahim
bin Ahmad Al-Khawwash -rahimahullah-
(w.291H) berkata:
«لَيْسَ الْعِلْمُ بِكَثْرَةِ
الرِّوَايَةِ، إِنَّمَا الْعَالِمُ مَنِ اتَّبَعَ الْعِلْمَ وَاسْتَعْمَلَهُ،
وَاقْتَدَى بِالسُّنَنِ، وَإِنْ كَانَ قَلِيلَ الْعِلْمِ»
“Ilmu itu
bukanlah dari banyaknya periwayatan, akan tetapi orang yang berilmu adalah
orang yang mengikuti ilmu dan mengamalkannya, mengikuti Sunnah, sekalipun ilmu
yang dimilikinya sedikit”. [Syu’abul Iman karya Al-Baihaqiy]
Ø Al-Khatiib Al-Bagdadiy -rahimahullah- (463H)
rahimahullah berkata:
"إِنَّ الْعِلْمَ
شَجَرَةٌ وَالْعَمَلَ ثَمَرَةٌ، وَلَيْسَ يُعَدُّ عَالِمًا مَنْ لَمْ يَكُنْ بِعِلْمِهِ
عَامِلًا" [اقتضاء العلم العمل]
“Sesungguhnya ilmu itu ibarat pohon sedangkan amalan adalah buah. Dan seorang tidak dianggap berilmu selama ia tidak mengamalkan ilmunya”. [Iqtidhaa' Al-'Ilmi Al-'Amal]
Lihat: Mengamalkan ilmu yang dimiliki
Peran ilmu agama
dalam pembangunan bangsa
a)
Ilmu
yang bermanfaat menanamkan sikap positif pada seorang muslim.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ} [فاطر: 28]
Di antara hamba-hamba Allah yang takut
kepada-Nya, hanyalah para ulama. [Fatir: 28]
Ø Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, Nabi ﷺ bersabda:
«وَاللَّهِ، إِنِّي لَأَعْلَمُكُمْ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ،
وَأَخْشَاكُمْ لَهُ» [مسند أحمد: صحيح]
“Demi Allah, aku adalah orang yang paling tahu tentang Allah 'azzawajalla
di antara kalian dan paling takut terhadapNya." [Musnad Ahmad: Shahih]
Ø Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah ﷺ bersabda:
«يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ
لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا» [صحيح البخاري]
"Wahai umat Muhammad! Demi
Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui maka kalian akan
sedikit tertawa dan kalian akan banyak menangis". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Al-Hasan
Al-Bashriy rahimahullah berkata:
«كَانَ الرَّجُلُ إِذَا طَلَبَ الْعِلْمَ لَمْ يَلْبَثْ أَنْ يُرَى
ذَلِكَ فِي تَخَشُّعِهِ وَبَصَرِهِ، وَلِسَانِهِ وَيَدِهِ وَصَلَاتِهِ وَزُهْدِهِ،
وَإِنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُصِيبُ الْبَابَ مِنْ أَبْوَابِ الْعِلْمِ فَيَعْمَلُ
بِهِ فَيَكُونُ خَيْرًا لَهُ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا لَوْ كَانَتْ لَهُ
فَجَعَلَهَا فِي الْآخِرَةِ» [جامع بيان العلم وفضله]
“Seorang apabila menuntut ilmu maka tidak lama akan nampak hal
itu pada rasa tunduknya, pandangannya, ucapannya, tangannya, shalatnya,
zuhudnya. Dan jika seseorang mendapatkan satu dari pintu-pintu ilmu kemudian ia
amalkan, maka itu lebih baik baginya daripada mendapatkan dunia dan segala
isinya, seandainya itu adalah miliknya maka ia akan jadikan untuk akhiranya”.
[Jami’ Bayanul ‘Ilmi wa fadhlihi]
Ø
Ibnu Rajab Al-Hanbaliy rahimahullah berkata:
"أنَّ العلمَ بتفاصيلِ أمرِ اللَّهِ ونهْيه، والتصديقَ
الجازمَ بذلك، ومما يترتبُ عليه من الوعدِ والوعيدِ والثوابِ والعقابِ، مع تيقنِ
مراقبة اللَّهِ واطِّلاعهِ، ومشاهدَتِهِ، ومقتِهِ لعاصِيهِ وحضورِ الكرامِ
الكاتبينَ، كلُّ هذا يوجبُ الخشيةَ، وفعلَ المأمورِ وتركَ المحظورِ" [تفسير ابن رجب
الحنبلي]
“Sesungguhnya ilmu tentang rincian perintah Allah dan
larangannya, serta segala yang berkaitan dengan janji, ancaman, pahala, dan
hukuman, senantiasa yakin akan pengawasan Allah dan pandanganNya, menyaksikan
dan murkaNya kepada pendosa, dan kehadiran para malaikat yang mencatat; Semua
ini melahirkan rasa tunduk, melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan”.
[Tafsir Ibnu Rajab Al-Hambaliy]
b) Ilmu agama
membimbing dalam kebaikan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam
kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia:
"Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada
Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah
bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang
sabar". [Al-Qashash: 79-80]
Ø
Dari Abu Kabsyah
Al-Anmaariy radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّمَا الدُّنْيَا
لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ، عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ
رَبَّهُ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَفْضَلِ
المَنَازِلِ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ
النِّيَّةِ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ
فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا،
فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَلَا يَصِلُ
فِيهِ رَحِمَهُ، وَلَا يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَخْبَثِ المَنَازِلِ،
وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ
لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ» [ سنن الترمذي: صحيح]
"Sesungguhnya dunia itu
untuk empat orang; Pertama, seorang hamba yang dikarunia Allah harta dan
ilmu, dengan ilmu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta ia menyambung
silaturrahim dan ia mengetahui Allah memiliki hak padanya dan ini adalah
tingkatan yang paling baik, Kedua, selanjutnya hamba yang diberi Allah
ilmu tapi tidak diberi harta, niatnya tulus, ia berkata: Andai saja aku
memiliki harta niscaya aku akan melakukan seperti amalan si Fulan, maka ia
mendapatkan apa yang ia niatkan, pahala mereka berdua sama, Ketiga,
selanjutnya hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak diberi ilmu, ia
melangkah serampangan tanpa ilmu menggunakan hartanya, ia tidak takut kepada
Rabbinya dengan harta itu dan tidak menyambung silaturrahimnya serta tidak
mengetahui hak Allah padanya, ini adalah tingkatan terburuk, Keempat,
selanjutnya orang yang tidak diberi Allah harta atau pun ilmu, ia bekata: Andai
aku punya harta tentu aku akan melakukan seperti yang dilakukan si Fulan yang
serampangan meneglola hartanya, dan niatnya benar, dosa keduanya sama."
[Sunan Tirmidziy: Shahih]
c) Ilmu agama
menjauhkan dari keburukan dan kerusakan.
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ
انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ،
حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا
فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya Allah tidak
mengangkat ilmu dengan sekali cabut dari seorang hamba, akan tetapi Allah
mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sampai waktunya tidak ada lagi
ulama, orang-orang akan mengambil pemimpin yang bodoh. Lalu mereka ditanyai dan
mereka memberi fatwa tanpa dasar ilmu, maka mereka menjadi sesat dan
menyesatkan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: Suatu hari
kami dalam perjalanan jauh, dan seorang laki-laki dari kami ditimpa batu yang
melukainya di bagian kepala. Di malam harinya ia bermimpi (junub) lalu bertanya
kepada sahabatnya: Apakah kalian mendapatkan rukhsah (keringanan) bagiku
untuk bertayammum? Mereka menjawab: Kami tidak mendapatkan rukhsah bagimu di
saat engkau mampu mempergunakan air. Maka ia mandi dan akhirnya mati. Setelah
kami kembali bertemu dengan Rasulullah ﷺ dan diceritakan
kepadanya tentang kajadian tersebut, maka Rasulullah bersabda:
«قَتَلُوهُ قَتَلَهُمُ اللَّهُ أَلَا
سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
“Mereka telah membunuhnya,
semoga Allah membunuh mereka, tidakkah mereka bertanya jika mereka tidak tahu?
Sesungguhnya obat kebodohan itu adalah dengan bertanya”. [Sunan Abi Daud:
Hasan]
Lihat: Keutamaan ilmu dan ulama
Pilar-pilar
untuk membangun satu bangsa
Pilar-pilar ini tidak akan terwujud tanpa adanya
ilmu agama, diantaranya:
1) Keamanan.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ (3)
الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ} [قريش:
3-4]
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan
Pemilik rumah ini (Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. [Quraisy: 3-4]
Ø Dari 'Ubaidillah bin Mihshan Al-Khathmiy radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
"مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي
سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ
لَهُ الدُّنْيَا"
"Barangsiapa di antara kalian di pagi
hari merasa aman di tengah-tengah keluarganya, sehat jasmaninya, memiliki
kebutuhan pokok untuk sehari-harinya, maka seakan-akan dunia telah dikumpulkan
untuknya." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi ﷺ
bersabda:
«يُقْبَضُ العِلْمُ،
وَيَظْهَرُ الجَهْلُ وَالفِتَنُ، وَيَكْثُرُ الهَرْجُ»، قِيلَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ، وَمَا الهَرْجُ؟ فَقَالَ: «هَكَذَا بِيَدِهِ فَحَرَّفَهَا، كَأَنَّهُ
يُرِيدُ القَتْلَ»
"Ilmu akan diangkat dan akan tersebar
kebodohan dan fitnah merajalela serta banyak timbul kekacauan". Ditanyakan
kepada beliau ﷺ: "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan
kekacauan?" Maka Rasul ﷺ menjawab, "Begini". Nabi ﷺ
memberi isyarat dengan tangannya lalu memiringkannya. Seakan yang dimaksudnya
adalah pembunuhan. [Shahih Bukhari]
Lihat: Hadits 'Ubaidillah bin Mihshan; Nikmat aman, sehat, dan sejahtra
2) Keadilan.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا
مُصْلِحُونَ} [هود: 117]
Dan Tuhanmu tidak
akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, selama penduduknya orang-orang
yang berbuat kebaikan (adil). [Huud: 117]
Ø Syekh Islam Ibnu
Taimiyah berkata:
"قِيلَ: إنَّ اللَّهَ يُقِيمُ الدَّوْلَةَ الْعَادِلَةَ
وَإِنْ كَانَتْ كَافِرَةً؛ وَلَا يُقِيمُ الظَّالِمَةَ وَإِنْ كَانَتْ مُسْلِمَةً".
[مجموع
الفتاوى]
“Dikatakan: Bahwasanya Allah menegakkan satu negara yang adil
sekalipun kafir, dan tidak menegakkan negara yang dzalim sekalipun muslim”.
[Majmu’ Al-Fatawa]
3) Kejujuran (amanah).
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ} [القصص: 26]
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". [Al-Qashash: 26]
{قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ} [يوسف: 55]
Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan
negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi
berpengetahuan". [Yusuf: 55]
Ø 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah ﷺ bersabda:
«عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ،
وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ
وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيقًا، وَإِيَّاكُمْ
وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ
يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ
حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا»
"Kalian harus berlaku jujur,
karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan
membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara
kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan
hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan
kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta
dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi
Allah." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Hadits Abu Hurairah; Jika amanah sudah dilalaikan
4) Keahlian dalam setiap pekerjaan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ
السَّاعَةَ» [صحيح البخاري]
“Jika urusan disandarkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah
datangnya hari kiamat (kehancuran)". [Shahih Bukhari]
Ø Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Nabi ﷺ bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ» [مسند أبي يعلى الموصلي: حسنه الألباني]
“Sesungguhnya
Allah mencintai jika seseorang diantara kalian melakukan suatu amalan maka ia
melakukannya dengan baik (sempurna)" [Musnad Abi Ya'la Al-Maushiliy: Hasan
ligairih]
5) Kebersamaan dan saling tolong menolong.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى
الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [المائدة: 2]
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya. [Al-Maidah: 2]
Ø Dari Abi Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ
بَعْضًا» وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya seorang mukmin
dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang saling menguatkan satu sama
lain." Kemudian beliau menganyam jari jemarinya." [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Hakikat kemerdekaan bagi seorang pemuda - Obat kebodohan adalah bertanya - Adab penuntut ilmu terhadap gurunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...