Rabu, 02 September 2020

Kitab Ilmu bab 1; Keutamaan ilmu

 
A.    Pembahasan pertama.
Imam Bukhari -rahimahullah- dalam kitab Shahih-nya berkata:
" بَابُ فَضْلِ العِلْمِ "
“Bab: Keutamaan ilmu”
Dalam bab ini, imam Bukhari tidak menyebutkan satupun hadits tentang keutamaan ilmu. Beliau hanya menyebutkan 2 ayat yang mewakili kemuliaan dan keutamaan ilmu.
Ulama menyebutkan beberapa alasan, diantaranya:
a)       Imam Bukhari merasa cukup dengan dua ayat yang ia sebutkan.
b)      Beliau mengosongkan untuk sementara dengan niat akan ia cantumkan hadits yang cocok, namun beliu tidak sempat melakukannya.
c)       Sengaja beliau tidak mencantumkan hadits tentang keutamaan ilmu karena tidak ada hadits yang sesuai dengan standar kualitas hadits shahih menurutnya dalam masalah ini.
B.     Pembahasan kedua.
Ayat pertama, Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: {يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا العِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ} [المجادلة: 11]
Firman Allah ta’aalaa: {Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan}. [Al-Mujadilah:11]
Hikmah yang bisa dipetik dari ayat ini, diantaranya:
1.      Orang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ} [الزمر: 9]
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. [Az-Zumar:9]
{أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ} [الرعد: 19]
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar, sama dengan orang yang buta (tidak tahu)? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. [Ar-Ra'ad:19]
2.      Allah subhanahu wata’aalaa mengangkat derajat orang yang berilmu di dunia dan di akhirat.
a)      Ditinggikan kedudukan dan kemuliaannya.
Sebagaimana Malaikat diperintahkan sujud kepada Adam karena kelebihan ilmu yan dimilikinya.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31) قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ} [البقرة: 31، 32]
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". [Al-Baqarah: 31-32]
Ø  Nabi Yusuf diangkat menjadi pembesar Mesir karena ilmunya.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ (54) قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ} [يوسف: 54، 55]
Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami". Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". [Yusuf: 54-55]
Ø  Nabi Musa bepergian jauh untuk menemui Nabi Khidir karena ilmu yang tidak ia miliki.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65) قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا} [الكهف: 65، 66]
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" [Al-Kahf: 65-66]
Ø  Nabi Daud dan Sulaiman dimuliakan karena ilmunya
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا وَقَالَا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ} [النمل: 15]
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman". [An-Naml: 15]
Ø  Seorang mantan budak diangkat menjadi pemimpin karena ilmunya.
Nafi' bin Abdul Harits -rahimahullah-, pada suatu ketika bertemu dengan Khalifah Umar -radhiyallahu ‘anhu- di 'Usfan. Ketika itu, Nafi' bertugas sebagai pejabat di kota Makkah. Umar bertanya kepada Nafi', "Siapa yang anda angkat sebagai kepala bagi penduduk Wadhi?"
Nafi' menjawab, "Ibnu Abza."
Umar bertanya lagi, "Siapakah itu Ibnu Abza?"
Nafi' menjawab, "Salah seorang Maula (budak yang telah dimerdekakan) di antara beberapa Maula kami."
Umar bertanya, "Kenapa Maula yang diangkat?"
Nafi' menjawab, "Karena ia adalah seorang yang pintar tentang kitabullah dan pandai tentang ilmu fara`idh (ilmu tentang pembagian harta warisan)."
Umar berkata, "Benar, Nabi kalian telah bersabda:
«إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ». [صحيح مسلم]
'Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur'an) dan menghinakan yang lain.'" [Shahih Muslim]
Ø  Orang berilmu lebih berhak menjadi Imam
Dari Abu Mas'ud Al-Asnhariy -radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ، فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَاءَةِ سَوَاءً، فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ، فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً، فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً، فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا، وَلَا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ، وَلَا يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ»
"Yang berhak menjadi imam atas suatu kaum adalah yang paling menguasai bacaan kitabullah (Alquran), jika dalam bacaan kapasitasnya sama, maka yang paling tahu terhadap sunnah, jika dalam as sunnah (hadis) kapasitasnya sama, maka yang paling dahulu hijrah, jika dalam hijrah sama, maka yang pertama-tama masuk Islam, dan jangan seseorang mengimami seseorang di daerah wewenangnya, dan jangan duduk di rumah seseorang di ruang tamunya, kecuali telah mendapatkan izin darinya."
Kata Al-Asyaj dalam periwayatannya: Kata keIslaman diganti dengan usia. [Sahih Muslim]
Ø  Orang berilmu lebih berhak berada di belakang imam ketika shalat
Abu Mas'ud -radhiyallahu ‘anhu- berkata: "Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengusap pundak kami dalam shalat seraya bersabda:
«اسْتَوُوا، وَلَا تَخْتَلِفُوا، فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ، لِيَلِنِي مِنْكُمْ أُولُو الْأَحْلَامِ وَالنُّهَى ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ» [صحيح مسلم]
'Luruskanlah, dan jangan berselisih sehingga hati kalian bisa berselisih. Hendaklah yang tepat di belakangku orang yang dewasa yang memiliki kecerdasan dan orang yang sudah berakal di antara kalian, kemudian orang yang sesudah mereka kemudian orang yang sesudah mereka'." [Sahih Muslim]
b)      Dan ditinggikan tempatnya di surga.
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ: اقْرَأْ، وَارْتَقِ، وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا " [سنن أبي داود: صحيح]
Dikatakan kepada ahli Qur'an: Bacalah dan naiklah (ke derajat surga), baca dengan perlahan sebagaimana engkau membacanya di dunia, karena sesungguhnya tempatmu di surga ada pada akhir ayat yang engkau baca”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
3.      Ahli ilmu yang mengamalkan ilmunya lebih mulia dari ahli ibadah
Dari Abu Umamah -radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Keutamaan seorang ulama dibandingkan dengan seorang ahli ibadah seperti keutamaanku dibandingkan dengan orang yang paling rendah dari kalian". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
4.      Bahkan hewan terlatih lebih mulia dari yang tidak
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَمَا عَلَّمْتُمْ مِنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللَّهُ} [المائدة: 4]
Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; Kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu*. [Al-Maidah:4]
*Maksudnya: Binatang buas itu dilatih menurut kepandaian yang diperolehnya dari pengalaman; pikiran manusia dan ilham dari Allah tentang melatih binatang buas dan cara berburu.
C.     Pembahasan ketiga.
Ayat kedua, Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَقَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: {وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا} [طه: 114]
Dan firman Allah ‘azza wajalla: {Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan"} [Thaaha:114]
Hikmah yang bisa dipetik dari ayat ini, diantaranya:
1)      Ayat ini sangat jelas menunjukkan akan keutamaan ilmu karena Allah tidak memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk meminta tambahan kecuali ilmu.
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan apa yang Allah perintahkan kepadanya sebagaimana dalam riwayat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering membaca do'a ini ...
" اللَّهُمَّ انْفَعَنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعَنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْمًا "
"Ya Allah .. berikanlah aku manfaat dari ilmu yang telah Engkau ajarkan padaku, dan ajarkanlah aku ilmu yang bermanfaat untukku, dan tambahkanlah aku ilmu." [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Ø  Ummu Salamah radhiyallahu 'anha berkata: Ketika salam dalam shalat subuh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan:
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا»
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima." [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Ø  Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a:
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ»
"Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu ilmu yang bermanfaat, dan aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat". [Sahih Ibnu Hibban]
2)      Jangan merasa puas dengan ilmu yang dimiliki.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ} [يوسف: 76]
Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. [Yusuf: 76]
Ø  Dari Anas dan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhum; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْهُومَانِ لَا يَشْبَعَانِ : طَالِبُ عِلْمٍ، وَطَالِبُ دُنْيَا» [صحيح الجامع الصغير]
"Dua gorongan yang rakus tidak pernah puas: Penuntut ilmu (tidak puas dengan ilmu), dan pencari dunia (tidak puas dengan dunia)". [Sahih Al-Jami' Ashagiir]
3)      Ilmu dan pemahaman adalah anugrah dari Allah semata.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ} [العلق: 1 - 5]
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam*, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. [Al-'Alaq: 1-5]
D.    Pembahasan keempat.
Ada begitu banyak keutamaan ilmu yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, diantaranya:
1)      Menuntut ilmu adalah kewajiban
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ» [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
2)      Allah menginginkan kebaikan untuknya
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ} [البقرة: 269]
Allah menganugerahkan Al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). [Al-Baqarah:269]
Ø  Dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ " [صحيح البخاري ومسلم]
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan maka ia akan diberi pemahaman tentang agama”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
3)      Pahala jariyah
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ، وَعِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ، وَوَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ " [سنن الترمذي: صحيح]
“Jika seorang manusia meninggal maka terputuslah amalannya kecuali tiga: Sedekah jariah, ilmu yang ia ajarkan (diamalkan setelah ia meninggal), dan anak saleh yang berdo'a untuknya”. [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...