A.
Pembahasan
pertama.
Imam
Bukhari -rahimahullah- dalam kitab Shahih-nya berkata:
" بَابُ فَضْلِ العِلْمِ "
“Bab: Keutamaan ilmu”
Dalam bab ini, imam Bukhari tidak menyebutkan satupun
hadits tentang keutamaan ilmu. Beliau hanya menyebutkan 2 ayat yang mewakili
kemuliaan dan keutamaan ilmu.
Ulama menyebutkan beberapa alasan, diantaranya:
a)
Imam Bukhari merasa cukup dengan dua ayat yang
ia sebutkan.
b)
Beliau mengosongkan untuk sementara dengan niat
akan ia cantumkan hadits yang cocok, namun beliu tidak sempat melakukannya.
c)
Sengaja beliau tidak mencantumkan hadits tentang
keutamaan ilmu karena tidak ada hadits yang sesuai dengan standar kualitas
hadits shahih menurutnya dalam masalah ini.
B.
Pembahasan kedua.
Ayat pertama, Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: {يَرْفَعِ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا العِلْمَ دَرَجَاتٍ
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ} [المجادلة: 11]
Firman
Allah ta’aalaa: {Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan}. [Al-Mujadilah:11]
Hikmah yang bisa dipetik dari ayat ini, diantaranya:
1.
Orang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ} [الزمر: 9]
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. [Az-Zumar:9]
{أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ}
[الرعد: 19]
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar, sama dengan orang yang buta (tidak
tahu)? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. [Ar-Ra'ad:19]
2.
Allah subhanahu wata’aalaa mengangkat
derajat orang yang berilmu di dunia dan di akhirat.
a) Ditinggikan kedudukan dan
kemuliaannya.
Sebagaimana
Malaikat diperintahkan sujud kepada Adam karena kelebihan ilmu yan dimilikinya.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ
كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ
هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31) قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا
إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ} [البقرة: 31، 32]
Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". [Al-Baqarah: 31-32]
Ø Nabi Yusuf diangkat
menjadi pembesar Mesir karena ilmunya.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَقَالَ الْمَلِكُ
ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ
الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ (54) قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ
الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ} [يوسف: 54، 55]
Dan
raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang
yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia,
dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang
berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami". Berkata Yusuf:
"Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang
yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". [Yusuf: 54-55]
Ø Nabi Musa bepergian
jauh untuk menemui Nabi Khidir karena ilmu yang tidak ia miliki.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ
عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا
عِلْمًا (65) قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا
عُلِّمْتَ رُشْدًا} [الكهف: 65، 66]
Lalu
mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami
berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya
ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu
supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?"
[Al-Kahf: 65-66]
Ø Nabi Daud dan
Sulaiman dimuliakan karena ilmunya
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ
وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا وَقَالَا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى
كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ} [النمل:
15]
Dan
sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya
mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan
hamba-hambanya yang beriman". [An-Naml: 15]
Ø Seorang mantan budak
diangkat menjadi pemimpin karena ilmunya.
Nafi'
bin Abdul Harits -rahimahullah-, pada suatu ketika bertemu dengan
Khalifah Umar -radhiyallahu ‘anhu- di 'Usfan. Ketika itu, Nafi'
bertugas sebagai pejabat di kota Makkah. Umar bertanya kepada Nafi',
"Siapa yang anda angkat sebagai kepala bagi penduduk Wadhi?"
Nafi'
menjawab, "Ibnu Abza."
Umar
bertanya lagi, "Siapakah itu Ibnu Abza?"
Nafi'
menjawab, "Salah seorang Maula (budak yang telah dimerdekakan) di antara
beberapa Maula kami."
Umar
bertanya, "Kenapa Maula yang diangkat?"
Nafi'
menjawab, "Karena ia adalah seorang yang pintar tentang kitabullah dan
pandai tentang ilmu fara`idh (ilmu tentang pembagian harta warisan)."
Umar
berkata, "Benar, Nabi kalian ﷺ telah bersabda:
«إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ
بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ». [صحيح مسلم]
'Sesungguhnya
Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur'an) dan menghinakan
yang lain.'" [Shahih Muslim]
Ø Orang berilmu lebih berhak menjadi Imam
Dari Abu Mas'ud Al-Asnhariy -radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ
لِكِتَابِ اللهِ، فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَاءَةِ سَوَاءً، فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ،
فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً، فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإِنْ كَانُوا فِي
الْهِجْرَةِ سَوَاءً، فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا، وَلَا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ
فِي سُلْطَانِهِ، وَلَا يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ»
"Yang berhak menjadi imam atas suatu kaum
adalah yang paling menguasai bacaan kitabullah (Alquran), jika dalam bacaan
kapasitasnya sama, maka yang paling tahu terhadap sunnah, jika dalam as sunnah
(hadis) kapasitasnya sama, maka yang paling dahulu hijrah, jika dalam hijrah
sama, maka yang pertama-tama masuk Islam, dan jangan seseorang mengimami
seseorang di daerah wewenangnya, dan jangan duduk di rumah seseorang di ruang
tamunya, kecuali telah mendapatkan izin darinya."
Kata Al-Asyaj dalam periwayatannya: Kata
keIslaman diganti dengan usia. [Sahih Muslim]
Ø Orang berilmu lebih berhak berada di belakang imam ketika shalat
Abu Mas'ud -radhiyallahu ‘anhu- berkata: "Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengusap pundak kami dalam shalat seraya bersabda:
«اسْتَوُوا، وَلَا تَخْتَلِفُوا،
فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ، لِيَلِنِي مِنْكُمْ أُولُو الْأَحْلَامِ وَالنُّهَى ثُمَّ
الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ» [صحيح مسلم]
'Luruskanlah, dan jangan berselisih sehingga
hati kalian bisa berselisih. Hendaklah yang tepat di belakangku orang yang
dewasa yang memiliki kecerdasan dan orang yang sudah berakal di antara kalian,
kemudian orang yang sesudah mereka kemudian orang yang sesudah mereka'."
[Sahih Muslim]
b) Dan ditinggikan tempatnya di surga.
Dari
Abdullah bin 'Amr radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" يُقَالُ لِصَاحِبِ
الْقُرْآنِ: اقْرَأْ، وَارْتَقِ، وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي
الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا " [سنن أبي داود: صحيح]
“Dikatakan
kepada ahli Qur'an: Bacalah dan naiklah (ke derajat surga), baca dengan
perlahan sebagaimana engkau membacanya di dunia, karena sesungguhnya tempatmu
di surga ada pada akhir ayat yang engkau baca”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Lihat:
Takhriij hadits “Seorang faqiih (yang berilmu) lebih berat bagi iblis dari seribu ahli ibadah” - Takhriij hadits “Tidur orang berilmu lebih baik dari pada ibadah orang bodoh"
3.
Ahli ilmu yang mengamalkan ilmunya lebih mulia dari ahli ibadah
Dari Abu Umamah -radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ
كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Keutamaan seorang ulama
dibandingkan dengan seorang ahli ibadah seperti keutamaanku dibandingkan dengan
orang yang paling rendah dari kalian". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
4.
Bahkan hewan terlatih lebih mulia dari yang tidak
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ
وَمَا عَلَّمْتُمْ مِنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ
اللَّهُ} [المائدة: 4]
Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang
baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar
dengan melatih nya untuk berburu; Kamu mengajarnya menurut apa yang telah
diajarkan Allah kepadamu*. [Al-Maidah:4]
*Maksudnya: Binatang buas itu dilatih menurut
kepandaian yang diperolehnya dari pengalaman; pikiran manusia dan ilham dari
Allah tentang melatih binatang buas dan cara berburu.
C. Pembahasan ketiga.
Ayat
kedua, Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَقَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: {وَقُلْ
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا} [طه: 114]
Dan firman Allah ‘azza wajalla: {Dan
katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan"}
[Thaaha:114]
Hikmah yang bisa dipetik dari ayat ini, diantaranya:
1)
Ayat ini sangat jelas menunjukkan akan keutamaan ilmu
karena Allah tidak memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk meminta tambahan kecuali
ilmu.
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
melakukan apa yang Allah perintahkan kepadanya sebagaimana dalam riwayat Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam sering membaca do'a ini ...
" اللَّهُمَّ انْفَعَنِيْ بِمَا
عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعَنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْمًا "
"Ya Allah .. berikanlah aku manfaat dari ilmu yang
telah Engkau ajarkan padaku, dan ajarkanlah aku ilmu yang bermanfaat untukku,
dan tambahkanlah aku ilmu." [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Ø Ummu Salamah radhiyallahu 'anha berkata: Ketika
salam dalam shalat subuh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan:
«اللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا»
"Ya Allah, aku
memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang
diterima." [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Ø Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata: Aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a:
«اللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ»
"Ya Allah,
sesungguhnya aku meminta kepadaMu ilmu yang bermanfaat, dan aku berlindung
kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat". [Sahih Ibnu Hibban]
2) Jangan merasa
puas dengan ilmu yang dimiliki.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَفَوْقَ
كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ} [يوسف: 76]
Dan
di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.
[Yusuf: 76]
Ø Dari Anas dan Ibnu
Abbas radhiyallahu 'anhum; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«مَنْهُومَانِ
لَا يَشْبَعَانِ : طَالِبُ عِلْمٍ، وَطَالِبُ دُنْيَا» [صحيح الجامع الصغير]
"Dua gorongan
yang rakus tidak pernah puas: Penuntut ilmu (tidak puas dengan ilmu), dan
pencari dunia (tidak puas dengan dunia)". [Sahih Al-Jami' Ashagiir]
3) Ilmu dan
pemahaman adalah anugrah dari Allah semata.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
(3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ} [العلق: 1 - 5]
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam*,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. [Al-'Alaq: 1-5]
D.
Pembahasan
keempat.
Ada
begitu banyak keutamaan ilmu yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits,
diantaranya:
1) Menuntut ilmu
adalah kewajiban
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى
كُلِّ مُسْلِمٍ» [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]
“Menuntut ilmu adalah wajib
bagi setiap muslim”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
2) Allah
menginginkan kebaikan untuknya
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ
وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا
أُولُو الْأَلْبَابِ} [البقرة: 269]
Allah menganugerahkan Al-hikmah (kefahaman yang
dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia
yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah). [Al-Baqarah:269]
Ø
Dari Mu'awiyah bin Abi
Sufyan radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ " [صحيح البخاري
ومسلم]
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan maka ia
akan diberi pemahaman tentang agama”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
3) Pahala
jariyah
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ
انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ، وَعِلْمٌ يُنْتَفَعُ
بِهِ، وَوَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ " [سنن الترمذي: صحيح]
“Jika seorang manusia
meninggal maka terputuslah amalannya kecuali tiga: Sedekah jariah, ilmu yang ia
ajarkan (diamalkan setelah ia meninggal), dan anak saleh yang berdo'a
untuknya”. [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...