بسم الله الرحمن الرحيم
Kewajiban beradab kepada ulama
Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«لَيْسَ مِنّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا،
وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ» [صحيح الصغير وزيادته]
"Tidak termasuk golongan kita
orang yang tidak menghormati yang tua, menyayangi yang muda, dan mengetahui hak
ulama kami". [Shahih Al-Jami']
Lihat: Keutamaan ilmu dan ulama
Adab lebih utama daripada ilmu
Makhlad
bin Al-Husain rahimahullah
berkata:
«نَحْنُ إِلَى قَلِيلٍ
مِنَ الْأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيرٍ مِنَ الْحَدِيثِ» [المحدث الفاصل للرامهرمزي]
“Kita lebih membutuhkan sedikit adab
daripada banyak ilmu”. [Al-Muhaddits Al-Fashil karya Ar-Ramahurmuziy]
Ø Ibnu Al-Mubarak rahimahullah berkata kepada ahli
hadits:
«أَنْتُمْ إِلَى قَلِيلٍ
مِنَ الْأَدَبِ أَحْوَجُ إِلَى كَثِيرٍ مِنَ الْعِلْمِ» [معجم
ابن المقرئ]
“Kalian lebih membutuhkan sedikit adab
daripada banyak ilmu”. [Mu’jam Ibnu Al-Muqri’]
Ø Syarik rahimahullah berkata:
«قليلٌ مِن الأدَب خيرٌ مِن
كثيرٍ مِن العِلم» [الجرح والتعديل لابن أبي حاتم]
“Sedikit adab lebih baik daripada banyak
ilmu”. [Al-Jarh wa At-Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim]
Adab kepada guru ketika dalam majelis ilmu:
1.
Ikhlas ingin menuntut ilmu.
Dari Ka'b bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ طَلَبَ
العِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ العُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ
بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Barangsiapa yang menuntut ilmu dengan
niat untuk bersaing (berdebat) dengan para ulama atau membanggakannya (pamer)
di hadapan orang-orang bodoh, atau untuk memalingkan wajah orang-orang
kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke neraka". [Sunan Ibnu Majah:
Hasan]
2.
Meminta izin untuk menjadi muridnya.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{قَالَ لَهُ مُوسَى
هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا} [الكهف: 66]
Musa Berkata kepada Khidhr: "Bolehkah
Aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" [Al-Kahfi:66]
Lihat: Kisah perjalanan Nabi Musa bersama Khidhr ‘alaihimassalam
3.
Sabar menunggu gurunya keluar untuk menyampaikan ilmu.
Ibnu Abbas radliallahu
'anhu ia berkata:
فَإِنْ كَانَ لَيَبْلُغُنِي الْحَدِيثُ عَنِ الرَّجُلِ فَآتِيهِ،
وَهُوَ قَائِلٌ، فَأَتَوَسَّدُ رِدَائِي عَلَى بَابِهِ، فَتَسْفِي الرِّيحُ عَلَى
وَجْهِي التُّرَابَ، فَيَخْرُجُ، فَيَرَانِي، فَيَقُولُ: يَا ابْنَ عَمِّ رَسُولِ
اللَّهِ مَا جَاءَ بِكَ؟ أَلَا أَرْسَلْتَ إِلَيَّ فَآتِيَكَ؟ فَأَقُولُ: لَا،
أَنَا أَحَقُّ أَنْ آتِيَكَ. فَأَسْأَلُهُ عَنِ الْحَدِيثِ.
Jika aku peroleh informasi suatu hadits pada
seseorang, segera aku temui, dan ia sementara tidur siang. Maka aku
(menunggunya) menjadikan selendangku untuk bantal di depan pintu rumahnya,
namun angin berhembus sampai debu mengenai wajahku, kemudian ia keluar dan
melihatku', ia berkata: 'Wahai anak paman Rasulullah ﷺ, apa yang membuatmu datang (ke sini)? Mengapa tidak kamu utus
seseorang dan aku saja yang menemuimu?' Aku menjawab: “Tidak, aku lebih layak untuk menemuimu!”,
lalu aku menanyakannya suatu hadits.
[Sunan Ad-Darimiy: Shahih]
4.
Diam mendengarkan dengan baik saat gurunya berbicara.
Usamah bin Syarik radhiyallahu
'anhu berkata:
أَتَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ وَأَصْحَابَهُ كَأَنَّمَا عَلَى
رُءُوسِهِمُ الطَّيْرُ، فَسَلَّمْتُ ثُمَّ قَعَدْتُ، فَجَاءَ الْأَعْرَابُ مِنْ
هَا هُنَا وَهَا هُنَا، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ:
«تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ
دَوَاءً، غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ الْهَرَمُ» [سنن
أبي داود: صحيح]
"Aku pernah mendatangi Nabi ﷺ dan para sahabatnya, dan seolah-olah di
atas kepala mereka terdapat burung. Aku kemudian mengucapkan salam dan duduk,
lalu ada seorang Arab Badui datang dari arah ini dan ini, mereka lalu berkata,
"Wahai Rasulullah, apakah boleh kami berobat?" Beliau menjawab,
"Berobatlah, sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla tidak menciptakan penyakit
melainkan menciptakan juga obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu pikun."
[Sunan Abi Daud: Shahih]
5.
Mencatat ilmu yang diterima dari gurunya.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata:
«مَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ أَحَدٌ أَكْثَرَ
حَدِيثًا عَنْهُ مِنِّي، إِلَّا مَا كَانَ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو،
فَإِنَّهُ كَانَ يَكْتُبُ وَلاَ أَكْتُبُ» [صحيح البخاري]
"Tidaklah ada seorangpun dari
sahabat Nabi ﷺ yang lebih banyak haditsnya dibandingkan aku, kecuali
'Abdullah bin 'Amru. Sebab ia bisa menulis sedang saya tidak."
[Shahih Bukhari]
Lihat: Kitab Ilmu bab 39; Penulisan ilmu
6.
Tidak bertanya kecuali diberi izin dan tidak memotong
pembicaraannya, kecuali diizinkan.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata:
بَيْنَمَا النَّبِيُّ ﷺ فِي
مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ القَوْمَ، جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟
فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ
يُحَدِّثُ، فَقَالَ بَعْضُ القَوْمِ: سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ.
وَقَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ لَمْ يَسْمَعْ، حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ:
«أَيْنَ - أُرَاهُ - السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ» قَالَ: هَا أَنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ، قَالَ: «فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ»، قَالَ:
كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: «إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ
فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ»
Ketika Nabi ﷺ berada dalam suatu majelis
membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya,
"Kapan datangnya hari kiamat?" Namun Nabi ﷺ tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum
ada yang berkata, "Beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak
menyukai apa yang dikatakannya itu, " Dan ada pula sebagian yang
mengatakan, "Bahwa beliau tidak mendengar perkataannya." Hingga
akhirnya Nabi ﷺ menyelesaikan pembicaraannya,
seraya berkata, "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?"
Orang itu berkata, "Saya wahai Rasulullah!". Maka Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah
terjadinya kiamat". Orang itu bertanya, "Bagaimana hilangnya amanat
itu?" Nabi ﷺ menjawab, "Jika urusan
diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat".
[Shahih Bukhari]
Lihat: Adab bertanya dan jenis pertanyaan
7.
Memperhatikan kondisi guru saat bertanya.
Abu Musa radhiyallahu 'anhu
berkata;
سُئِلَ النَّبِيُّ ﷺ
عَنْ أَشْيَاءَ كَرِهَهَا، فَلَمَّا أُكْثِرَ عَلَيْهِ غَضِبَ، ثُمَّ قَالَ
لِلنَّاسِ: «سَلُونِي عَمَّا شِئْتُمْ» قَالَ رَجُلٌ: مَنْ أَبِي؟ قَالَ: «أَبُوكَ
حُذَافَةُ» فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ: مَنْ أَبِي يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ:
«أَبُوكَ سَالِمٌ مَوْلَى شَيْبَةَ» فَلَمَّا رَأَى عُمَرُ مَا فِي وَجْهِهِ
قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا نَتُوبُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ!
Nabi ﷺ
pernah ditanya tentang sesuatu yang Beliau tidak suka, ketika terus ditanya,
beliau marah lalu berkata kepada orang-orang: "Bertanyalah kepadaku sesuka
kalian". Maka seseorang bertanya, "Siapakah bapakku?" Beliau ﷺ menjawab, "Bapakmu adalah Hudzafah". Yang lain
bertanya, "Siapakah bapakku wahai Rasulullah ﷺ?
"Bapakmu Salim, sahaya Syaibah" Ketika Umar melihat apa yang ada pada
wajah beliau, dia berkata, "Wahai Rasulullah, kami bertobat kepada Allah 'Azza
wa Jalla". [Shahih Bukhari]
Ø Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu bertanya
kepada Rasulullah ﷺ:
أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: «الصَّلاَةُ عَلَى
وَقْتِهَا»، قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الوَالِدَيْنِ» قَالَ: ثُمَّ
أَيٌّ؟ قَالَ: «الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ، وَلَوِ
اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
Amalan apakah yang paling dicintai oleh
Allah? Rasulullah menjawab: "Shalat tepat pada waktunya !" Ibnu
Mas'ud berkata: Kemudian apa? Rasulullah ﷺ menjawab:
"Berbakti kepada kedua orang tua!" Ibnu Mas'ud berkata: Kemudian apa?
Rasulullah ﷺ
menjawab: "Jihad di jalan Allah!" Ibnu Mas'ud berkata: Rasulullah ﷺ
menyampaikannya kepadaku, dan seandainya aku terus bertanya maka beliau akan
terus menjawabnya! [Shahih Bukhari dan Muslim]
8.
Tidak meninggalkan majelis kecuali setelah meminta izin.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
وَإِذَا كَانُوا مَعَهُ عَلَى أَمْرٍ جَامِعٍ لَمْ يَذْهَبُوا حَتَّى
يَسْتَأْذِنُوهُ} [النور: 62]
(Yang disebut) orang mukmin hanyalah orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad), dan apabila mereka berada
bersama-sama dengan dia (Muhammad) dalam suatu urusan bersama, mereka tidak
meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. [An-Nur: 62]
Ø Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- berkata:
لَقِيَنِي رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَأَنَا جُنُبٌ، فَأَخَذَ بِيَدِي، فَمَشَيْتُ مَعَهُ حَتَّى قَعَدَ،
فَانْسَلَلْتُ، فَأَتَيْتُ الرَّحْلَ، فَاغْتَسَلْتُ ثُمَّ جِئْتُ وَهُوَ قَاعِدٌ،
فَقَالَ: «أَيْنَ كُنْتَ يَا أَبَا هِرٍّ»، فَقُلْتُ لَهُ، فَقَالَ: «سُبْحَانَ
اللَّهِ يَا أَبَا هِرٍّ إِنَّ المُؤْمِنَ لاَ يَنْجُسُ»
Rasulullah ﷺ mendapatiku sementara aku dalam keadaan
junub, lalu beliau memegang tanganku maka aku berjalan bersamanya sampai beliau
duduk, kemudian aku pergi secara diam-diam mendatangi rumah lalu mandi dan
menemui Rasulullah yang masih duduk. Lalu Rasulullah bertanya padaku: Dari mana
saja engkau wahai Abu Hurairah? Lalu aku menceritakan keadaanku. Maka
Rasulullah berkata: "Subhanallah, wahai Abu Hurairah .. sesungguhnya orang
mukmin itu tidak bernajis". [Shahih Bukhari dan Muslim]
9.
Duduk paling depan dekat dari guru.
Dari Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu
'anhu; Suatu hari Rasulullah ﷺ duduk di mesjid bersama para sahabat, kemudian lewat tiga
orang. Yang pertama duduk di tempat yang kosong, yang kedua duduk di
belakang, dan yang ketiga pergi meninggalkan majlis. Kemudian Rasulullah
bersabda:
«أَلاَ أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ؟ أَمَّا أَحَدُهُمْ
فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَاسْتَحْيَا
فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ
عَنْهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Maukah kalian kuberitahukan
tentang tiga orang tadi? Adapun yang pertama ia mendekat kepada Allah maka
Allah mendekat kepada-Nya, adapun yang kedua ia malu maka Allah pun malu
kepadanya, sedangkan yang ketiga ia berpaling maka Allah berpaling
darinya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Kitab Ilmu bab 8; Orang yang duduk di belakang dalam majelis
10.
Tidak mempertentangkan pendapat orang lain dengan pendapat
gurunya.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma
berkata;
«تَمَتَّعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ» فَقَالَ عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ عَنِ
الْمُتْعَةِ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: مَا يَقُولُ عُرَيَّةُ؟ قَالَ: يَقُولُ:
نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ عَنِ الْمُتْعَةِ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: أُرَاهُمْ
سَيَهْلِكُونَ أَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
وَيَقُولُ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ؟! [مسند أحمد: حسن
لغيره]
"Nabi ﷺ
pernah haji tamattu'". Lalu Urwah bin Az-Zubair mengatakan; Abu Bakar dan
Umar telah melarang haji tamattu'. Maka Ibnu Abbas berkata; Apa yang dikatakan
Urayyah? Ia menjawab; Ia berkata; Abu Bakar dan Umar telah melarang haji
tamattu'. Ibnu Abbas berkata; Tampaknya mereka akan binasa. Aku katakan, Nabi ﷺ bersabda, ia justru berkata; Abu Bakar dan Umar melarang?!
[Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
11.
Bersabar dengan sikap kasar dan kekurangan gurunya.
Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu
'anhuma berkata: "Mu'adz bin Jabal pernah shalat bersama Nabi ﷺ,
dia lalu kembali pulang dan mengimami kaumnya shalat 'Isya dengan membaca surah Al Baqarah.
Kemudian ada seorang laki-laki keluar dan pergi, Mu'adz seakan menyebut orang
tersebut dengan keburukan. Kejadian ini kemudian sampai kepada Nabi ﷺ,
maka beliau pun bersabda:
«فَتَّانٌ، فَتَّانٌ، فَتَّانٌ»
"Apa engkau akan membuat
fitnah? Apa engkau akan membuat fitnah? Apa engkau akan membuat membuat fitnah?"
Beliau ucapkan hingga tiga kali. [Shahih
Bukhari dan Muslim]
12.
Merendah di hadapan gurunya.
Mujahid rahimahullah berkata:
«لاَ يَتَعَلَّمُ
العِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلاَ مُسْتَكْبِرٌ» [صحيح البخاري]
“Tidak akan menuntut ilmu orang yang pemalu
dan tidak juga orang yang sombong”. [Shahih Bukhari]
Ø
Abdullah bin Al-Mu'taz
-rahimahullah- berkata:
«الْمُتَوَاضِعُ فِي طِلابِ الْعِلْمِ أَكْثَرُهُمْ عِلْمًا، كَمَا
أَنَّ الْمَكَانَ الْمُنْخَفِضَ أَكْثَرُ الْبِقَاعِ مَاءً»
"Orang tawadhu' di antara penuntut
ilmu adalah orang yang paling banyak ilmunyaa, sebagaimana tempat yang rendah
lebih banyak menampung air". [Al-Jaami' liakhlaqirrawi]
Adab kepada guru ketika di luar
majelis ilmu:
1)
Melayani guru tanpa berlebihan.
Ibnu
'Abbas berkata: Pernah Nabi ﷺ masuk ke dalam WC, lalu aku letakkan bejana
berisi air.
Beliau
lantas bertanya:
مَنْ وَضَعَ هَذَا
؟
"Siapa
yang meletakkan ini?"
Aku
lalu memberitahukannya, maka beliau pun bersabda:
اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ
فِي الدِّينِ [صحيح البخاري]
"Ya
Allah pandaikanlah dia dalam agama." [Sahih Bukhari]
Lihat: Kitab Ilmu bab 17; Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam “Ya Allah, ajarkanlah dia Al-Kitab"
2)
Menjaga kehormatan guru, tidak menceritakan kekurangannya.
Ibnu ‘Asakir rahimahullah berkata:
"لُحُومُ
الْعُلَمَاءِ مَسْمُومَةٌ"
“Daging ulama beracun”. [Al-Jaddul Hatsits]
Maksudnya: Orang yang memakan dagingnya
dengan mengibah mereka akan binasa.
3)
Menyandarkan ilmu kepada gurunya.
Beberapa ulama berkata:
" مِن
بركة العلم أن يُنسب إلى قائله "
“Diantara
keberkahan ilmu adalah menyandarkannya kepada orang yang mengatakannya”.
4)
Menyebarkan ilmu gurunya.
Imam Syafi’iy rahimahullah
berkata:
" اللَّيْثُ أَفْقَهُ مِنْ مَالِكٍ إِلا أَنَّ أَصْحَابَهُ لَمْ
يَقُومُوا بِهِ "
“Al-Laits lebih faqih daripada imam Malik,
hanya saja murid-muridnya tidak menyebarkan ilmunya”.
Ø Dalam riwayat lain;
" ضَيَّعَهُ
أَصْحَابُهُ " [المرحمة الغيثية بالترجمة الليثية
لابن حجر العسقلاني]
“Ia disia-siakan oleh murid-muridnya”.
[Al-Marhamah Al-Gaitsiyah karya Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniy]
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Kitab Ilmu bab 43, 44, 45, dan 46; Adab ulama dan penuntut ilmu - Akhlak ulama dan penuntut ilmu - Bagaimana menuntut ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...