بسم الله الرحمن الرحيم
Jabir radhiyallahu 'anhu
berkata;
خَرَجْنَا فِي سَفَرٍ فَأَصَابَ
رَجُلًا مِنَّا حَجَرٌ فَشَجَّهُ فِي رَأْسِهِ، ثُمَّ احْتَلَمَ فَسَأَلَ
أَصْحَابَهُ فَقَالَ: هَلْ تَجِدُونَ لِي رُخْصَةً فِي التَّيَمُّمِ؟ فَقَالُوا:
مَا نَجِدُ لَكَ رُخْصَةً وَأَنْتَ تَقْدِرُ عَلَى الْمَاءِ فَاغْتَسَلَ فَمَاتَ،
فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى النَّبِيِّ ﷺ أُخْبِرَ بِذَلِكَ فَقَالَ: «قَتَلُوهُ
قَتَلَهُمُ اللَّهُ أَلَا سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ
الْعِيِّ السُّؤَالُ»
Kami pernah keluar dalam sebuah perjalanan,
lalu salah seorang di antara kami terkena batu pada kepalanya yang membuatnya
terluka serius. Kemudian dia bermimpi junub, maka dia bertanya kepada para
sahabatnya; Apakah ada keringanan untukku agar saya bertayammum saja? Mereka menjawab; Kami tidak mendapatkan keringanan
untukmu sementara kamu mampu untuk menggunakan air! Maka orang tersebut mandi
dan langsung meninggal. Ketika kami sampai kepada Nabi ﷺ, beliau diberitahukan tentang kejadian tersebut, maka beliau
bersabda: "Mereka telah membunuhnya, semoga Allah membunuh
mereka (do'a kecaman)! Tidakkah mereka bertanya apabila mereka tidak mengetahui, karena obat
dari kebodohan adalah bertanya!" [Sunan Abi Daud: Hasan]
Ø Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
أَصَابَ رَجُلًا جُرْحٌ فِي عَهْدِ
رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، ثُمَّ احْتَلَمَ فَأُمِرَ بِالِاغْتِسَالِ فَاغْتَسَلَ
فَمَاتَ، فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: «قَتَلُوهُ قَتَلَهُمُ
اللَّهُ أَلَمْ يَكُنْ شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالَ» [سنن
أبي داود: حسن]
Ada seseorang terluka pada masa Rasulullah ﷺ, kemudian dia bermimpi junub, lalu dia
diperintahkan untuk mandi, maka dia mandi dan meninggal. Kejadian ini kemudian
sampai kepada Rasulullah ﷺ, maka beliau
bersabda, "Mereka telah membunuhnya semoga Allah membunuh mereka! Bukankah
obat dari kebodohan adalah bertanya!" [Sunan Abi Daud: Hasan]
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Selektif dalam memilih orang yang ditempati bertanya.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ
لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43] [الأنبياء: 7]
Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [An-Nahl:43,
Al-Anbiyaa':7]
{فَاسْأَلْ
بِهِ خَبِيرًا} [الفرقان: 59]
Maka tanyakanlah kepada yang lebih
mengetahui. [Al-Furqaan:59]
Ø Dari Abu Sa'id Sa’d bin Malik bin Sinan Al-Khudriy radhiyallahu
'anhu; Nabiyullah ﷺ bersabda:
"كَانَ فِيمنْ كَانَ قَبْلكُمْ رَجُلٌ
قَتَلَ تِسْعةً وتِسْعين نفْساً، فسأَل عَنْ أَعلَم أَهْلِ الأَرْضِ فدُلَّ عَلَى
راهِبٍ، فَأَتَاهُ فقال: إِنَّهُ قَتَل تِسعةً وتسعِينَ نَفْساً، فَهلْ لَهُ مِنْ
توْبَةٍ؟ فقالَ: لا فقتلَهُ فكمَّلَ بِهِ مِائةً ثمَّ سألَ عَنْ أَعْلَمِ أهلِ
الأرضِ، فدُلَّ على رجلٍ عالمٍ فقال: إنهَ قَتل مائةَ نفسٍ فهلْ لَهُ مِنْ
تَوْبةٍ؟ فقالَ: نَعَمْ ومنْ يحُولُ بيْنَهُ وبيْنَ التوْبة؟ انْطَلِقْ إِلَى
أَرْضِ كَذَا وكَذَا، فإِنَّ بِهَا أُنَاساً يعْبُدُونَ الله تَعَالَى فاعْبُدِ
الله مَعْهُمْ، ولاَ تَرْجعْ إِلى أَرْضِكَ فإِنَّهَا أَرْضُ سُوءٍ" [صحيح
البخاري ومسلم]
"Pada jaman dahulu ada seorang
laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian orang
tersebut mencari orang alim yang paling banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepada
seorang rahib (ahli ibadah) dan ia pun langsung mendatanginya. Kepada rahib
tersebut ia berterus terang bahwasanya ia telah membunuh sembilan puluh
sembilan orang dan apakah taubatnya itu akan diterima? Ternyata rahib itu
malahan menjawab; 'Tidak. Taubatmu tidak akan diterima.' Akhirnya laki-laki itu
langsung membunuh sang rahib hingga genaplah kini seratus orang yang telah
dibunuhnya. Kemudian laki-laki itu mencari orang lain lagi yang paling banyak
ilmunya. Lalu ditunjukan kepadanya seorang alim yang mempunyai ilmu yang
banyak. Kepada orang alim tersebut, laki-laki itu berkata; 'Saya telah membunuh
seratus orang dan apakah taubat saya akan diterima?' Orang alim itu menjawab;
'Ya. Tidak ada penghalang antara taubatmu dan dirimu. Pergilah ke daerah ini
dan itu, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah -Subhanahu
Wa Ta'ala-. Setelah itu, beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan
janganlah kamu kembali ke daerahmu, karena daerahmu itu termasuk lingkungan
yang buruk.' [Muttafaqun ‘alaihi]
Lihat: Adab bertanya dan jenis pertanyaan
2.
Hati-hati dalam menjawab pertanyaan.
Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhuberkata:
Rasulullah ﷺbersabda:
«إِنَّ أَكْثَرَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ مَا
يُخْرِجُ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ» قِيلَ: وَمَا بَرَكَاتُ
الأَرْضِ؟ قَالَ: «زَهْرَةُ الدُّنْيَا» فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: هَلْ يَأْتِي
الخَيْرُ بِالشَّرِّ؟ فَصَمَتَ النَّبِيُّ ﷺ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ يُنْزَلُ عَلَيْهِ، ثُمَّ جَعَلَ يَمْسَحُ
عَنْ جَبِينِهِ، فَقَالَ: «أَيْنَ السَّائِلُ؟» قَالَ: أَنَا - قَالَ أَبُو
سَعِيدٍ: لَقَدْ حَمِدْنَاهُ حِينَ طَلَعَ ذَلِكَ - قَالَ: «لاَ يَأْتِي الخَيْرُ
إِلَّا بِالخَيْرِ»
"Sesungguhnya sesuatu yang paling aku
takutkan menimpa kalian adalah sesuatu yang Allah keluarkan untuk kalian dari
berkahnya bumi." Beliau ditanya, 'Apa maksud dari berkahnya bumi?' Beliau
menjawab, 'Yaitu perhiasan dunia.' Maka seseorang bertanya kepada beliau,
'Wahai Rasulullah, apakah mungkin kebaikan akan mendatangkan keburukan?'
Rasulullah ﷺ diam beberapa saat, hingga kami merasa (wahyu) diturunkan
kepada beliau, kemudian beliau mengusap keningnya lalu bersabda, 'Di manakah
orang yang bertanya tadi?' Laki-laki itu berkata, 'Saya.' Abu Sa'id berkata,
'Kami memujinya ketika dia tiba-tiba muncul.' Beliau bersabda, 'Sesungguhnya
kebaikan itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan”. [Shahih Bukhari]
3.
Jangan berbicara tanpa ilmu.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا} [الإسراء:
36]
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.
[Al-Israa':36]
Lihat: Kitab Ilmu bab 10; Berilmu sebelum berucap dan beramal
4.
Siapa yang menyebabkan suatu kerusakan maka ia termasuk
pelakunya.
Dari Abdullah
bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ
العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ
يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا
بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabut dari
seorang hamba, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama.
Sampai waktunya tidak ada lagi ulama, orang-orang akan mengambil pemimpin yang
bodoh. Lalu mereka ditanyai dan mereka memberi fatwa tampa dasar ilmu, maka
mereka menjadi sesat dan menyesatkan". [Shahih Bukhari dan Muslim]
5.
Menuntut ilmu dengan bertanya.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu
berkata:
"نُهِينَا أَنْ
نَسْأَلَ رَسُولَ اللهِ ﷺ عَنْ شَيْءٍ، فَكَانَ يُعْجِبُنَا أَنْ يَجِيءَ
الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ الْعَاقِلُ، فَيَسْأَلَهُ، وَنَحْنُ نَسْمَعُ"
"Kami dilarang untuk (banyak) bertanya
kepada Rasulullah ﷺ tentang sesuatu, dan
kami senang jika datang seorang laki-laki dari penduduk gurun yang berakal
(cerdas), lalu dia bertanya, sedangkan kami mendengarnya.” [Shahih Muslim]
6.
Keutamaan menuntut ilmu.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ
أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ} [البقرة:
269]
Allah menganugerahkan Al-hikmah
(kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah
dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). [Al-Baqarah:269]
Ø Dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
" [صحيح البخاري ومسلم]
"Barangsiapa yang dikehendaki
oleh Allah suatu kebaikan maka ia akan diberi pemahaman tentang agama".
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Kitab Ilmu bab 1; Keutamaan ilmu
7.
Cela kebodohan.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ}
[الأنعام: 35]
Sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang jahil. [Al-An'aam:35]
{إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ
الْجَاهِلِينَ} [هود: 46]
“Sesungguhnya Aku
memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang
jahil." [Huud:46]
Lihat: Cela kebodohan dalam Al-Qur'an
8.
Keilmuan masing-masing dari sahabat Nabi ﷺ berbeda-beda.
Abu Sa'id Al-Khudriy -radhiyallahu
'anhu- berkata: Nabi ﷺ menyampaikan
khuthbahnya:
«إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ
الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ»، فَبَكَى أَبُو
بَكْرٍ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقُلْتُ فِي نَفْسِي مَا يُبْكِي
هَذَا الشَّيْخَ؟ إِنْ يَكُنِ اللَّهُ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ
مَا عِنْدَهُ، فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ، فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ هُوَ العَبْدَ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ أَعْلَمَنَا
"Sesungguhnya Allah telah
menawarkan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di
sisi-Nya. Kemudian hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah."
Maka tiba-tiba Abu Bakr Ash-Shidiq -radhiyallahu 'anhu- menangis. Aku
berpikir dalam hati, apa yang membuat orang tua ini menangis, hanya karena
Allah menawarkan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang
ada di sisi-Nya lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah?"
Dan ternyata Rasulullah ﷺ adalah
yang dimaksud hamba tersebut. Dan Abu Bakr adalah orang yang paling memahami
isyarat itu. [Shahih Bukhari]
Ø Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
"إِنَّ النَّاسَ يَقُولُونَ أَكْثَرَ
أَبُو هُرَيْرَةَ، وَلَوْلاَ آيَتَانِ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا حَدَّثْتُ
حَدِيثًا، ثُمَّ يَتْلُو {إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ
الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ
أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ (159) إِلَّا
الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ
وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ} [البقرة: 159، 160] إِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ المُهَاجِرِينَ كَانَ يَشْغَلُهُمُ الصَّفْقُ
بِالأَسْوَاقِ، وَإِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ الأَنْصَارِ كَانَ يَشْغَلُهُمُ
العَمَلُ فِي أَمْوَالِهِمْ، وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَلْزَمُ رَسُولَ
اللَّهِ ﷺ بِشِبَعِ بَطْنِهِ، وَيَحْضُرُ مَا لاَ يَحْضُرُونَ، وَيَحْفَظُ مَا
لاَ يَحْفَظُونَ" [صحيح البخاري]
"Sungguh orang-orang berkata:
Abu Hurairah terlalu banyak (menyampaikan hadits). Padahal seandainya bukan
karena dua ayat yang ada dalam kitab Allah (Al-Qur'an) maka aku tidak akan
menyampaikan satu hadits pun".
Kemudian Abu Hurairah membaca: {Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan
apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan
petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu
dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati.
Kecuali mereka yang telah Taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan
(kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang
Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang} [Al-Baqarah: 159-160] "Sesungguhnya
saudara kami dari kaum Muhajirin telah disibukkan dengan perdagangan, dan
sesungguhnya saudara kami dari kaum Anshar telah disibukkan dengan pekerjaan
pada harta mereka, dan sesungguhnya Abu Hurairah senantiasa bersama Rasulullah ﷺ (merasa cukup) sebatas kekenyangan
perutnya, hadir saat mereka tidak hadir, dan menghafal saat mereka tidak
menghafal". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَرْحَمُ
أُمَّتِي بِأُمَّتِي أَبُو بَكْرٍ، وَأَشَدُّهُمْ فِي أَمْرِ اللَّهِ عُمَرُ، وَأَصْدَقُهُمْ
حَيَاءً عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ، وَأَعْلَمُهُمْ بِالحَلَالِ وَالحَرَامِ مُعَاذُ
بْنُ جَبَلٍ، وَأَفْرَضُهُمْ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ، وَأَقْرَؤُهُمْ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِينٌ وَأَمِينُ هَذِهِ الأُمَّةِ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Diantara ummatku yang paling belas kasih
terhadap ummatku (yang lain) adalah Abu Bakr, sedangkan yang paling tegas
terhadap perintah Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang
paling mengetahui halal haram adalah Mu'adz bin Jabal, dan yang paling
mengetahui tentang fara'idh (ilmu tentang pembagian harta waris) adalah
Zaid bin Tsabit, serta yang paling bagus bacaannya adalah Ubay bin Ka'ab, dan
setiap ummat memiliki orang kepercayaan, sedangkan orang kepercayaan ummat ini
adalah Abu 'Ubaidah bin Jarrah." [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Lihat: Keutamaan Sahabat Rasul
9.
Orang yang junub wajib mandi.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ
الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا
صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ
اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ
وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [المائدة:
6]
Dan jika kamu junub Maka mandilah, dan
jika kamu sakit (tidak boleh kena air) atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh (menyetubuhi) perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah: 6]
10.
Cara mandi junub.
Aisyah radhiyallahu 'anha
berkata: Asma' bertanya tentang cara mandi junub, maka Rasulullah ﷺ menjawab:
«تَأْخُذُ مَاءً فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ أَوْ تُبْلِغُ
الطُّهُورَ، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ
رَأْسِهَا، ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ»
"Kalian mengambil air
kemudian bersuci dengan sebaik-baiknya, kemudian menyirami kepala dengan
menggosoknya secara kuat sampai menembus kulit kepala, setelah itu sirami
seluruh tubuh dengan air".
[Shahih Muslim]
11.
Tayammum bagi yang tidak bisa menggunakan air ketika mandi atau berwudhu.
Amru bin Al-'Ash radhiyallahu
'anhu berkata;
احْتَلَمْتُ فِي لَيْلَةٍ بَارِدَةٍ
فِي غَزْوَةِ ذَاتِ السُّلَاسِلِ فَأَشْفَقْتُ إِنِ اغْتَسَلْتُ أَنْ أَهْلِكَ
فَتَيَمَّمْتُ، ثُمَّ صَلَّيْتُ بِأَصْحَابِي الصُّبْحَ فَذَكَرُوا ذَلِكَ
لِلنَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: «يَا عَمْرُو صَلَّيْتَ بِأَصْحَابِكَ وَأَنْتَ جُنُبٌ؟»
فَأَخْبَرْتُهُ بِالَّذِي مَنَعَنِي مِنَ الِاغْتِسَالِ وَقُلْتُ إِنِّي سَمِعْتُ
اللَّهَ يَقُولُ: {وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ
رَحِيمًا} [النساء: 29] فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَلَمْ
يَقُلْ شَيْئًا [سنن أبي داود: صحيح]
Saya pernah bermimpi basah pada suatu malam
yang sangat dingin sekali ketika perang Dzatus Salasil, sehingga saya takut
akan binasa jika saya mandi. Lalu saya pun bertayammum kemudian shalat Subuh dengan
para sahabatku. Lalu hal itu mereka laporkan kepada Nabi ﷺ, maka beliau bersabda: "Wahai Amru, engkau shalat bersama
para sahabatmu dalam keadaan junub?" Maka saya katakan kapada beliau
tentang apa yang menghalangiku untuk mandi dan saya katakan; Sesungguhnya saya
pernah mendengar Allah berfirman: {'Dan janganlah kalian membunuh diri-diri
kalian, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepada kalian'} [An-Nisa'; 29]
Maka Rasulullah ﷺ tertawa dan tidak
mengatakan apa-apa. [Sunan Abi Daud Shahih]
12.
Cara berwudhu atau mandi bagi orang yang ada lukanya.
Jika lukanya terbuka maka wajib dicuci
dengan air.
Jika lukanya tidak bisa terkena air maka ia
mencuci bagian yang bisa terkena air, setelah itu ia bertayammum.
Jika lukanya tertutup perban, maka ia
mencuci bagian yang bisa terkena air, sedangkan bagian yang tetutup perban ia
basuh dengan tangan yang telah dibasahi.
Jika perbanya tidak bisa dibasuh, maka ia
bertayammum setelah mencuci bagian yang bisa terkena air.
13.
Keringanan syari’at Islam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
" إِنَّ الدِّينَ
يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ " [صحيح
البخاري]
"Sesungguhnya agama Islam itu
mudah (jika mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah dengan baik), dan seseorang tidak
mempersulit urusan agama (dengan sesuatu yang tidak disyari'atkan) kecuali ia
akan terkalahkan olehnya". [Shahih Bukhari]
Lihat: Keringanan syari'at Islam
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kisah taubat pembunuh 100 orang - Hadits Abu Kabsyah; Dunia itu untuk empat orang - Hadits Hudzaifah; Umar bertanya tentang fitnah yang dahsyat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...