Sabtu, 05 September 2020

Kitab Ilmu bab 2; Orang yang ditanya suatu ilmu sedangkan ia sedang sibuk dalam pembicaraannya

بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- dalam kitab Ash-Shahihnyaberkata:
بَابُ مَنْ سُئِلَ عِلْمًا وَهُوَ مُشْتَغِلٌ فِي حَدِيثِهِ، فَأَتَمَّ الحَدِيثَ ثُمَّ أَجَابَ السَّائِلَ
Bab: “Orang yang ditanya suatu ilmu sedangkan ia sedang sibuk dalam pembicaraannya, lalu ia menyempurnakannya kemudian menjawab si penanya”
Dalam bab ini, Imam Bukhari menjelaskan adab ulama dan penuntut ilmu. Beliau menyebutkan satu hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu melalui dua jalur sanad, beliau berkata:
59 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ [بن سليمان المدني]، (ح) وحَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ المُنْذِرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُلَيْحٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ: حَدَّثَنِي هِلاَلُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ القَوْمَ، جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ، فَقَالَ بَعْضُ القَوْمِ: سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ لَمْ يَسْمَعْ، حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ: «أَيْنَ - أُرَاهُ - السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ» قَالَ: هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ»، قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: «إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ»
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Fulaih [bin Sulaiman Al-Madaniy]. (Dan telah diriwayatkan pula hadits serupa dari jalan lain, yaitu)
Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Al Mundzir, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fulaih, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku bapakku, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Hilal bin Ali, dari Atho' bin Yasar, dari Abu Hurairah, ia berkata: Ketika Nabi berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya, "Kapan datangnya hari kiamat?"
Namun Nabi tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata, "Beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu, "
Dan ada pula sebagian yang mengatakan, "Bahwa beliau tidak mendengar perkataannya."
Hingga akhirnya Nabi menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata, "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?"
Orang itu berkata, "Saya wahai Rasulullah!".
Maka Nabi bersabda, "Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat".
Orang itu bertanya, "Bagaimana hilangnya amanat itu?"
Nabi menjawab, "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat".
Penjelasan singkat hadits ini:
1.      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
2.      Diantara adab menuntut ilmu:

a)      Tidak memutus pembicaraan guru ketika hendak bertanya, dan menunggu waktu yang tepat.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata: Jika aku peroleh informasi suatu hadits pada seseorang, segera aku temui, dan ia sementara tidur siang. Maka aku (menunggunya) menjadikan selendangku untuk bantal di depan pintu rumahnya, namun angin berhembus sampai debu mengenai wajahku, kemudian ia keluar dan melihatku', ia berkata:
يَا ابْنَ عَمِّ رَسُولِ اللَّهِ مَا جَاءَ بِكَ؟ أَلَا أَرْسَلْتَ إِلَيَّ فَآتِيَكَ؟
'Wahai anak paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, apa yang membuatmu datang (ke sini)? Mengapa tidak kamu utus seseorang dan aku saja yang menemuimu? '
Aku menjawab:
لَا، أَنَا أَحَقُّ أَنْ آتِيَكَ
“Tidak, aku lebih layak untuk menemuimu!”, lalu aku menanyakannya suatu hadits. [Sunan Ad-Darimiy: Sahih]
b)      Boleh meminta penjelasan lebih jika masih ada yang dianggap samar.
'Aisyah: radhiyallahu 'anha berkata:
أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِهَا مِنَ المَحِيضِ، فَأَمَرَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ، قَالَ: «خُذِي فِرْصَةً مِنْ مَسْكٍ، فَتَطَهَّرِي بِهَا» قَالَتْ: كَيْفَ أَتَطَهَّرُ؟ قَالَ: «تَطَهَّرِي بِهَا»، قَالَتْ: كَيْفَ؟، قَالَ: «سُبْحَانَ اللَّهِ، تَطَهَّرِي» فَاجْتَبَذْتُهَا إِلَيَّ، فَقُلْتُ: تَتَبَّعِي بِهَا أَثَرَ الدَّمِ [صحيح البخاري]
"Seorang wanita bertanya kepada Nabi tentang cara mandi dari haid. Beliau lalu memerintahkan wanita itu bagaimana cara mandi. Beliau bersabda, "Ambillah sepotong kapas yang diberi wewangian lalu bersucilah." Wanita itu bertanya, "Bagaimana aku bersucinya? Beliau menjawab, "Bersucilah dengan kapas itu!" Wanita itu berkata lagi, "Bagaimana caranya aku bersuci?" Beliau bersabda, "Bersucilah dengan menggunakan kapas itu!" Wanita itu bertanya lagi, "Bagaimana caranya?" Maka beliau berkata, "Subhaanallah. Bersucilah kamu!" Lalu aku manarik wanita itu kearahku, lalu aku katakan, "Kamu bersihkan sisa darahnya dengan kapas itu." [Shahih Bukhari]
c)       Bertanya untuk menambah ilmu.
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَلَا سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
"Tidakkah mereka bertanya jika tidak tahu? Sesungguhnya obat kebodohan itu adalah bertanya". [Sunan Abi Daud: Hasan]
d)      Bersabar jika pertanyaannya tidak ditanggapi.
3.      Diantara adab seorang ulama:
1)      Boleh tidak menghiraukan orang yang memutus pembicaraan, sebagai pelajaran.
Namun jika ada sesuatu yang mendesak maka sebaiknya segera dijawab:
Abu Rifa'ah radhiyallahu 'anhu berkata:
" انْتَهَيْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ، قَالَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ رَجُلٌ غَرِيبٌ، جَاءَ يَسْأَلُ عَنْ دِينِهِ، لَا يَدْرِي مَا دِينُهُ، قَالَ: فَأَقْبَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتَرَكَ خُطْبَتَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَيَّ، فَأُتِيَ بِكُرْسِيٍّ، حَسِبْتُ قَوَائِمَهُ حَدِيدًا، قَالَ: فَقَعَدَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَعَلَ يُعَلِّمُنِي مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ، ثُمَّ أَتَى خُطْبَتَهُ، فَأَتَمَّ آخِرَهَا " [صحيح مسلم]
"Aku tiba di tempat Rasulullah saat beliau sedang berkhutbah. Lalu aku berkata kepada beliau, "Wahai Rasulullah, ada orang asing yang sengaja datang kepada Anda untuk bertanya tentang agama, ia tidak tahu apa agamanya." Maka Rasulullah pun mendatangiku dan memutuskan khutbahnya. Ketika beliau sampai di dekatku, diberikanlah sebuah kursi -aku memperkirakan kaki-kakinya terbuat dari besi- untuk beliau duduki. Selanjutnya Rasulullah duduk di kursi tersebut dan mengajarkan kepadaku perihal agama yang telah diajarkan Allah kepada beliau. Setelah itu, beliau meneruskan khutbahnya hingga selesai." [Shahih Muslim]
Ø  Samurah bin Jundub radhiyallahu 'anhu berkata:
أَتَى نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْرَابِيٌّ وَهُوَ يَخْطُبُ، فَقَطَعَ عَلَيْهِ خُطْبَتَهُ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ تَقُولُ فِي الضَّبِّ؟ قَالَ: «أُمَّةٌ مُسِخَتْ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، فَلَا أَدْرِي أَيَّ الدَّوَابِّ مُسِخَتْ؟» [مسند أحمد: صحيح]
"Seorang Arab Badui mendatangi Nabiyullah ketika beliau sedang berkhutbah. Ia memotong khutbah beliau lalu berkata, "Apa pendapat Anda tentang dhabb (biawak gurun)? ' Beliau bersabda, "Ia adalah perubahan wujud dari kutukan kepada Bani Israil, aku tidak tahu binatang apa saja yang dijelmakan karena kutukan tersebut." [Musnad Ahmad: Shahih]
2)      Memberi udzur kepada orang yang melakukan kekeliruan.
As-Sa'ib bin Yazid rahimahullah berkata: "Ketika aku berdiri di dalam masjid tiba-tiba ada seseorang melempar aku dengan kerikil, dan ternyata setelah aku perhatikan orang itu adalah 'Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu. Dia berkata: "Pergi dan bawalah dua orang ini kepadaku."
Maka aku datang dengan membawa dua orang yang dimaksud, Umar lalu bertanya: "Siapa kalian berdua?" Atau "Dari mana asalnya kalian berdua?”
Keduanya menjawab: "Kami berasal dari Tha'if"
'Umar bin Al Khaththab -radhiyallahu 'anhu- pun berkata:
«لَوْ كُنْتُمَا مِنْ أَهْلِ البَلَدِ لَأَوْجَعْتُكُمَا، تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُمَا فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» [صحيح البخاري]
"Sekiranya kalian dari penduduk sini maka aku akan hukum kalian berdua! Sebab kalian telah meninggikan suara di Masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." [Sahih Bukhari]
3)      Memaafkan orang yang melakukan kesalahan.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Seorang A'raby kencing berdiri dalam mesjid, maka para sahabat ingin memukulnya, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada mereka:
«دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ، أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ، وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ» [صحيح البخاري]
“Biarkan ia menyelesaikan kencingnya, kemudian kalia sirami kencingnya denga seember air, sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan ummat, bukan untuk menyusahkannya.” [Sahih Bukhari]
Ø  Dalam riwayat lain, Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memanggilnya seraya berkata kepadanya:
«إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لَا تَصْلُحُ لِشَيْءٍ مِنْ هَذَا الْبَوْلِ، وَلَا الْقَذَرِ إِنَّمَا هِيَ لِذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ»
"Sesungguhnya masjid ini tidak layak dari kencing ini dan tidak pula kotoran tersebut. Ia hanya untuk berdzikir kepada Allah, shalat, dan membaca al-Qur'an"
Lalu beliau memerintahkan seorang laki-laki dari para sahabat (mengambil air), lalu dia membawa air satu ember dan mengguyurnya." [Sahih Muslim]
4)      Boleh menangguhkan jawaban jika ada yang mengharuskan.
Anas radhiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ يُعْجِبُنَا أَنْ يَجِيءَ الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ فَيَسْأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى قِيَامُ السَّاعَةِ؟ وَأُقِيمَتِ الصَّلَاةُ، فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ، فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ قَالَ: «أَيْنَ السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ؟» قَالَ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: «وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟» قَالَ: مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَبِيرِ عَمَلٍ صَلَاةٍ، وَلَا صِيَامٍ، إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ» قَالَ أَنَسٌ: «فَمَا رَأَيْتُ الْمُسْلِمِينَ فَرِحُوا بَعْدَ الْإِسْلَامِ بِشَيْءٍ مَا فَرِحُوا بِهِ» [مسند أحمد: صحيح]
"Sesuatu yang membuat kami ta 'ajjub adalah apabila ada seseorang dari penduduk desa terpencil datang dan bertanya kepada Rasulullah . Kemudian datanglah seorang Arab Badui dan bertanya, "Wahai Rasulullah, kapankah datangnya hari kiamat?" sedangkan waktu itu Iqamah sudah dikumandangkan, maka beliau melaksanakan shalat. Setelah selesai shalat, beliau bertanya, "Mana tadi yang bertanya tentang hari kiamat?" orang tersebut berkata, "Saya ya Rasulullah, " kemudian beliau bertanya kepadanya, "Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?" ia menjawab, "Aku tidak mempunyai persiapan yang banyak, tidak shalat dan tidak juga puasa, tetapi aku mencintai Allah dan rasul-Nya." Maka Rasulullah bersabda, "Seseorang di hari kiamat akan bersama orang yang dicintainya." Anas berkata, "Aku tidak pernah melihat seseorang yang bergembira setelah masuk Islam melebihi gembiranya orang tersebut." [Musnad Ahmad: Shahih]
Namun jika ada yang mendesak maka boleh segera menjawab.
Anas radhiyallahu 'anhu berkata;
" أُقِيمَتْ صَلَاةُ الْعِشَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ: لِي حَاجَةٌ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنَاجِيهِ حَتَّى نَامَ الْقَوْمُ - أَوْ بَعْضُ الْقَوْمِ - ثُمَّ صَلَّوْا " [صحيح البخاري ومسلم]
‘Ketika shalat Isya hendak di tegakkan, seorang sahabat berkata; 'Aku mempunyai keperluan.' Maka Nabi berbincang dengannya hingga para sahabat tertidur, atau sebagian sahabat tertidur. Kemudian mereka shalat (tanpa berwudhu).’ [Shahih Bukhari dan Muslim]
4.      Tidak ada yang mengetahui pasti kapan datangnya hari kiamat.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا } [الأحزاب: 63]
Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya. [Al-Ahzaab:63]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Ketika Jibril –‘alaihissalam- bertanya kapan datangnya hari kiamat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
" مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، وَسَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا رَأَيْتَ الْمَرْأَةَ تَلِدُ رَبَّهَا، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا، وَإِذَا رَأَيْتَ الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الصُّمَّ الْبُكْمَ مُلُوكَ الْأَرْضِ، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا، وَإِذَا رَأَيْتَ رِعَاءَ الْبَهْمِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا فِي خَمْسٍ مِنَ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللهُ "، ثُمَّ قَرَأَ: {إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللهِ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} [لقمان: 34] [صحيح البخاري ومسلم]
'Tidaklah orang yang ditanya tentangnya lebih mengetahui jawaban-Nya daripada orang yang bertanya, akan tetapi aku akan menceritakan kepadamu tentang tanda-tandanya; yaitu bila kamu melihat hamba wanita melahirkan tuan-Nya. Itulah salah satu tanda-tandanya. (Kedua) bila kamu melihat orang yang tanpa alas kaki telanjang, tuli, bisu menjadi pemimpin (manusia) di bumi. Itulah salah satu tanda-tandanya. (Ketiga) apabila kamu melihat penggembala kambing saling berlomba tinggi-tinggian dalam (mendirikan) bangunan. Itulah salah satu tanda-tandanya dalam lima tanda-tanda dari kegaiban, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, " kemudian beliau membaca: '(Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakan-Nya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal) " (Qs. Luqman: 34). [Shahih Bukhari dan Muslim]
5.      Melalaikan amanat adalah salah satu tanda akan dekatnya kedatangan hari kiamat.
6.      Pentingnya manjaga amanah.
a)      Perintah menjaga amanah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا} [النساء : 58]
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. [An-Nisaa’: 58]
b)      Larangan mengkhianati amanah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ} [الأنفال : 27]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. [Al-Anfaal: 27]
c)       Orang beriman senantiasa menjaga amanah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) ... وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8)} [المؤمنون : 1 و8]
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, ... Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. [Al-Mu’minun: 1 dan 8]
Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menkhutbahi kami kecuali beliau mengatakan:
" لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ " [مسند أحمد: حسن]
"Tidak sempurna imannya orang yang tidak menjaga amanahnya". [Musnad Ahmad: Hasan]
d)      Sifat orang munafiq menyalahi amanah.
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ " [صحيح البخاري ومسلم]
“Ada empat sifat, barangsiapa yang ada pada dirinya sifat tersebut maka ia adalah munafiq yang murni, dan barangsiapa yang ada padanya salah satu sifat tersebut maka padanya telah ada sifat munafiq sampai ia meninggalkannya: Jia diberi amanah ia berkhianat, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika bertengkar ia melampaui batas” [Sahih Bukhari dan Muslim]
e)      Lepas dari sifat berkeluh kesah
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (21) إِلَّا الْمُصَلِّينَ (22) ... وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (32)} [المعارج : 19-22 و32]
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, ... Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. [Al-Ma’arij: 19-22 dan 32]
f)        Yang tidak menjalankan amanah tidak akan mencium bau harum surga
Dari Ma'qil bin Yasar radhiallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللَّهُ رَعِيَّةً، فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيحَةٍ، إِلَّا لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الجَنَّةِ» [صحيح البخاري]
"Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan baik, selain tak bakalan mendapat bau surga." [Sahih Bukhari]
7.      Menyerahkan urusan kepada yang bukan ahlinya adalah bentuk pelalaian amanah.
Dari Abu Umayyah Al-Jumahiy radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ ثَلَاثًا: إِحْدَاهُنَّ أَنْ يُلْتَمَسَ الْعِلْمُ عِنْدَ الْأَصَاغِرِ " [الزهد والرقائق لابن المبارك]
"Diantara tanda datangnya hari kiamat ada tiga: Salah satunya adalah ketika ilmu agama diambil dari orang-orang yang masih muda (ilmunya sedikit)". [Az-Zuhd karya Ibnu Al-Mubarak]
Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabut dari seorang hamba, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sampai waktunya tidak ada lagi ulama, orang-orang akan mengambil pemimpin yang bodoh. Lalu mereka ditanyai dan mereka memberi fatwa tampa dasar ilmu, maka mereka menjadi sesat dan menyesatkan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ»
"Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh kedustaan, pendusta dipercaya, dan orang jujur didustakan, penghianat diberi amanah, dan orang amanah dikhianati, dan Ar-Ruwaibidhah turut berbicara"
Ditanyakan: Apa itu ar-rawaibidhah?
Beliau menjawab:
«الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Orang bodoh (hina) berkomentar dalam urusan umum (yang bukan keahlihannya)". [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Dalam riwayat lain:
«السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ» [مسند أحمد: حسن]
"Orang bodoh yang berbicara tentang urusan umum". [Musnad Ahmad: Hasan]
8.      Memberikan tugas dan jabatan kepada yang kuat (ahli dibidangnya) dan amanah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ} [القصص: 26]
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". [Al-Qashash: 26]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...