Selasa, 10 September 2019

Syarah Arba’in hadits (2) Umar; Jibril bertanya tentang iman, islam, ihsan, dan kiamat

بسم الله الرحمن الرحيم
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: Ketika kami duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di suatu hari, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasalam lalu merapatkan lututnya pada lutut Nabi shallallahu 'alaihi wasalam dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas pahanya, kemudian ia berkata, 'Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam menjawab: "Islam adalah kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadhan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu melakukannya.” Dia berkata, 'Kamu benar.'
Umar berkata, 'Maka kami kaget terhadapnya karena dia menanyakannya dan membenarkannya.' Dia bertanya lagi, 'Kabarkanlah kepadaku tentang iman itu? ' Beliau menjawab: "Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk." Dia berkata, 'Kamu benar.' Dia bertanya lagi, 'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? ' Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." Dia bertanya lagi, 'Kapankah hari akhir itu? ' Beliau menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Dia bertanya, 'Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya? ' Beliau menjawab: "Apabila seorang budak melahirkan tuannya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan." Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian beliau berkata; "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?" Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Beliau bersabda: "Itulah Jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang agama kalian'."  [Shahih Muslim]

1.      Biografi Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.
2.      Hadits ini punya sebab iiraad atau sebab riwayat.
Yahya bin Ya'mar rahimahullah (w.84H) berkata:
كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِيُّ، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ حَاجَّيْنِ أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ فَقُلْنَا: لَوْ لَقِينَا أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلَاءِ فِي الْقَدَرِ، فَوُفِّقَ لَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ دَاخِلًا الْمَسْجِدَ، فَاكْتَنَفْتُهُ أَنَا وَصَاحِبِي أَحَدُنَا عَنْ يَمِينِهِ وَالْآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ، فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِي سَيَكِلُ الْكَلَامَ إِلَيَّ فَقُلْتُ: أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا نَاسٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ وَذَكَرَ مِنْ شَأْنِهِمْ وَأَنَّهُمْ يَزْعُمُونَ أَنْ لَا قَدَرَ وَأَنَّ الْأَمْرَ أُنُفٌ! قَالَ: فَإِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي، وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللَّهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ.
ثُمَّ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ...
"Orang yang pertama kali membahas takdir di Bashrah adalah Ma'bad al-Juhani, maka aku dan Humaid bin Abdurrahman al-Himyari bertolak haji atau umrah, maka kami berkata, 'Seandainya kami bertemu dengan salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka kami akan bertanya kepadanya tentang sesuatu yang mereka katakan berkaitan dengan takdir.' Maka Abdullah bin Umar diberikan taufik (oleh Allah) untuk kami, sedangkan dia masuk masjid. Lalu aku dan temanku menghadangnya. Salah seorang dari kami di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah kirinya. Lalu aku merasa bahwa temanku akan mewakilkan pembicaraan kepadaku, maka aku berkata, 'Wahai Abu Abdurrahman, sesungguhnya nampak di hadapan kami suatu kaum membaca Al-Qur'an dan mencari ilmu lalu mengklaim bahwa tidak ada takdir, dan perkaranya adalah baru (tidak didahului oleh takdir dan ilmu Allah).'
Maka Abdullah bin Umar menjawab, 'Apabila kamu bertemu orang-orang tersebut, maka kabarkanlah kepada mereka bahwa saya berlepas diri dari mereka, dan bahwa mereka berlepas diri dariku. Dan demi Dzat yang mana hamba Allah bersumpah dengan-Nya, kalau seandainya salah seorang dari kalian menafkahkan emas seperti gunung Uhud, niscaya sedekahnya tidak akan diterima hingga dia beriman kepada takdir baik dan buruk.'
Dia berkata, 'Kemudian dia mulai menceritakan hadits seraya berkata: 'Umar bin al-Khaththab berkata: 'Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, …
3.      Anjuran bertanya kepada ulama.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43]
"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui". [An-Nahl:43]
{فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا} [الفرقان: 59]
"Maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui tentang Dia". [Al-Furqaan:59]
4.      Bertemu dan belajar dari ulama adalah nikmat dari Allah.
5.      Menjaga adab bersama ulama.
Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَيْسَ مِنّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ» [صحيح الصغير وزيادته]
"Tidak termasuk golongan kita orang yang tidak menghormati yang tua, menyayangi yang muda, dan mengetahui hak ulama". [Sahih Al-Jami']
6.      Menjaga adab dalam berbicara.
Ketika Huwayyishah dan Muhayyishah radhiyallahu 'anhuma datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Muhayyishah lebih dahulu berbicara, Rasulullah bersabda:
«كَبِّرْ كَبِّرْ» [صحيح مسلم]
“Dahulukah yang lebih tua, dahulukan yang lebih tua”, maka Huwayyishah berbicara kemudian Muhayyishah. [Sahih Muslim]
7.      Memberi jawaban lebih dari pertanyaan jika dibutuhkan.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Seorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Ya Rasulullah, sesungguhnya kami sering berkendaraan laut dan kami membawa sedikit air, jika kami berwudhu dengan air itu maka kami akan kehausan. Apakah boleh kami berwudhu dengan air laut?
Rasulullah menjawab:
«هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
"Air laut itu suci dan mensucikan, bangkainya (hewan laut) halal dimakan". [Sunan Abu Daud: Sahih]
8.      Memilih pertanyaan yang lebih penting.
9.      Tawadhu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam duduk bersama sahabatnya.
10.  Bolehkah memanggil Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan namanya?
Tidak boleh memanggil Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan namanya. Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا} [النور: 63]
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). [An-Nuur:63]
Adapun hadits ini, kemungkinan sebelum turunnya ayat di atas, atau Jibril ‘alaihissalam melakukannya seperti kebiasaan orang Baduwi untuk menutupi identitasnya.
11.  Rukun Islam adalah 5 amalan dzahir (jawarih), ketika dilakukan sudah dianggap seorang muslim.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Islam dibangun atas lima perkara: Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menjalankan ibadah haji, dan berpuasa Ramadhan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Nb: Pembahasan rukun Islam akan dijelaskan pada hadits berikutnya.
12.  Rukun Iman adalah 6 amalan hati yang harus diyakini untuk mendapatkan pahala dari keislaman seseorang.
13.  Jika kata Islam disebutkan tersendiri maka ia mencakup makna Iman, demikian pulan jika kata Iman disebutkan tersendiri maka ia mencakup makna Islam.
Dari Al-Bara' -radhiyallahu 'anhu-:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا وَكَانَ يُعْجِبُهُ أَنْ تَكُونَ قِبْلَتُهُ قِبَلَ الْبَيْت،ِ وَأَنَّهُ صَلَّى أَوْ صَلَّاهَا صَلَاةَ الْعَصْرِ، وَصَلَّى مَعَهُ قَوْمٌ فَخَرَجَ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ صَلَّى مَعَهُ فَمَرَّ عَلَى أَهْلِ الْمَسْجِدِ وَهُمْ رَاكِعُونَ قَال:َ أَشْهَدُ بِاللَّهِ لَقَدْ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِبَلَ مَكَّةَ فَدَارُوا كَمَا هُمْ قِبَلَ الْبَيْت،ِ وَكَانَ الَّذِي مَاتَ عَلَى الْقِبْلَةِ قَبْلَ أَنْ تُحَوَّلَ قِبَلَ الْبَيْتِ رِجَالٌ قُتِلُوا لَمْ نَدْرِ مَا نَقُولُ فِيهِمْ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: { وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ }
Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat dengan menghadap ke baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan. Dan beliau menyukai jika kiblatnya menghadap ke arah ka'bah. Kemudian beliau pun shalat Ashar bersama sekelompok para sahabat dengan menghadap ke arab kiblat. Setelah itu salah seorang dari sahabat tersebut keluar dan melewati kaum muslimin di sebuah masjid yang pada waktu itu mereka sedang ruku. Sahabat tadi berkata; AKu bersaksi kepada Allah, sungguh aku telah shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan menghadap kiblat. Mereka pun segera berputar dalam keadaan shalat menghadap ke arah kiblat. Ada beberapa orang yang telah meninggal dengan menghadap ke arah kiblat pertama yang kami tidak tahu apa yang harus kami katakan mengenai hukumnya bagi mereka tersebut. Maka Allah pun menurunkan ayat; "Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan keimanan (shalat) kalian, sesungguhnya Allah maha pengasih lagi maha penyayang kepada manusia." (Al Baqarah: 143). [Shahih Bukhari]
As-Sa'diy -rahimahullah- berkata dalam tafsirnya:
وفي هذه الآية دليل لمذهب أهل السنة والجماعة أن الإيمان تدخل فيه أعمال الجوارح
“Dalam ayat ini terdapat dalil bagi madzhab ahlissunnah wal jama’ah yang menetapkan bahwa makna iman termasuk di dalamnya segalah amalan jawarih (anggota tubuh yang nampak).” [Tafsir As-Sa’diy hal.70]
14.  Beriman kepada Allah.
Meliputi: Beriman akan keberadaan Allah subhanahu wata'aalaa, serta mentauhidkan-Nya dalam rububiyah, uluhiyah, dan asmaa’ washifaat.
15.  Beriman kepada Malaikat.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ (19) يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ} [الأنبياء: 19، 20]
Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. [Al-Anbiyaa’: 19-20]
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ} [التحريم: 6]
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [At-Tahriim:6]
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ» [صحيح مسلم]
"Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disebutkan pada kalian (tanah)". [Sahih Muslim]
16.  Beriman kepada kitab suci.
Dari Watsilah bin Al-Asqa' radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" أُنْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ، وَالْإِنْجِيلُ لِثَلَاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَ الْفُرْقَانُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ " [مسند أحمد: حسن]
"Suhuf Ibrahim 'alaihissalam diturunkan pada awal malam bulan Ramadhan, dan Taurat diturunkan pada enam hari lewat bulan Ramadan, dan Injil pada hari ke-tigabelas lewat dari Ramadhan, dan Al-Qur'an turun pada hari ke-duapuluh empat lewat dari Ramadhan". [Musnad Ahmad: Hasan]
17.  Beriman kepada para Rasul.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا (163) وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا} [النساء: 163، 164]
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu (Muhammad) sebagaimana kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan kami berikan Zabur kepada Daud. Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. [An-Nisaa': 163-164]
{كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ} [البقرة: 213]
Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. [Al-Baqarah:213]
18.  Beriman kepada hari akhir.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{بَلِ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ فِي الْعَذَابِ وَالضَّلَالِ الْبَعِيد} [سبأ: 8]
Tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh. [Saba':8]
{أَلَا إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلَالٍ بَعِيد} [الشورى: 18]
Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. [Asy-Syuura:18]
19.  Hukum beriman terhadap takdir.
Dari Abdullah bin Ash-Shamith radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ "
"Sesungguhnya yang paling pertama Allah ciptakan adalah Al-Qalam (pena) kemudian Allah berkata kepadanya: Tulislah! Ia bertanya: Apa yang harus saya tulis? Allah berfirman: Tulislah takdir segala sesuatu sampai hari kiamat datang".
Abdullah berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda:
" مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي "
"Barangsiapa yang meninggal tanpa keyakinan ini maka ia bukan golonganku". [Sunan Abu Daud: Sahih]
Ibnu Ad-Dailamiy –rahimahullah- berkata: "Aku mendatangi Ubay bin Ka'b, lalu aku katakan kepadanya, "Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatiku tentang perkara takdir, maka ceritakanlah kepadaku tentang sesuatu semoga Allah menghilangkan keresahan itu dari dalam hatiku."
Ubay -radhiyallahu 'anhu- menjawab:
" لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ عَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ، وَلَوْ رَحِمَهُمْ كَانَتْ رَحْمَتُهُ خَيْرًا لَهُمْ مِنْ أَعْمَالِهِمْ، وَلَوْ أَنْفَقْتَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا قَبِلَهُ اللَّهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ، وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ، وَلَوْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا لَدَخَلْتَ النَّارَ "
"Jika Allah menyiksa semua makluk yang ada di langimaka itu bukanlah suatu kezhaliman yang Dia lakukan atas mereka, dan sekiranya Dia memberikan rahmat kepada mereka, sesungguhnya rahmat-Nya adalah lebih baik dari amalan yang telah mereka lakukan. Jika engkau bersedekah dengan emas sebesar gunung uhud di jalan Allah, maka Allah tidak akan menerimanya hingga engkau beriman dengan takdir. Dan engkau mengetahui bahwa apa saja yang ditakdirkan menjadi bagianmu tidak akan meleset darimu, dan apa yang tidak ditakdirkan untuk menjadi bagianmu tidak akan engkau dapatkan. Jika engkau meninggal bukan di atas keyakinan yang demikian ini, maka engkau akan masuk neraka."
Abu Ad-Dailami berkata, "Kemudian aku mendatangi Abdullah bin Mas'ud, lalu ia mengatakan seperti itu pula. Aku lalu mendatangi Hudzaifah Ibnul Yaman, lalu ia mengatakan seperti itu pula. Kemudian aku mendatangi Zaid bin Tsabit, lalu ia menceritakan kepadaku sebuah hadits Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- seperti itu pula." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Dari Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma-, Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسُ هَذِهِ الْأُمَّة،ِ إِنْ مَرِضُوا فَلَا تَعُودُوهُمْ، وَإِنْ مَاتُوا فَلَا تَشْهَدُوهُمْ
"Kaum Qadariyah adalah majusinya umat ini, jika sakit maka jangan kalian jenguk mereka, dan jika mati maka jangan kalian iringi jenazahnya." [Sunan Abi Daud: Hasan]
20.  Larangan terlalu dalam membahas masalah takdir.
Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- berkata: Suatu hari Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa salam- mendatangi kami yang sedang berselisih dalam masalah takdir, lalu Rasulullah marah sampai mukanya merah seolah-olah dikeluarkan dari pipinya biji delima seraya bersabda:
أَبِهَذَا أُمِرْتُمْ أَمْ بِهَذَا أُرْسِلْتُ إِلَيْكُمْ؟ إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حِينَ تَنَازَعُوا فِي هَذَا الْأَمْرِ، عَزَمْتُ عَلَيْكُمْ أَلَّا تَتَنَازَعُوا فِيهِ
"Apakah yang seperti ini kalian diperintahkan, atau yang seperti ini aku diutus kepada kalian? Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian hancur ketika mereka berselisih dalam masalah ini (takdir). Aku tegaskan pada kalain, untuk tidak berselisih dalam masalah takdir." [Sunan At-Tirmidzi: Hasan]
Dalam sebuah hadits, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa salam- bersabda:
" إذا ذكر أصحابي فأمسكوا، وإذا ذكر النجوم فأمسكوا، وإذا ذكر القدر فأمسكوا ".
"Jika para sababatku disebutkan maka diamlah (jangan kalian menghinanya), dan jika perbintangan disebutkan maka diamlah, dan jika takdir disebutkan maka diamlah (jangan berdebat)." [Ash-Shahihah no.34]
21.  Kewajiban ridha terhadap takdir.
Anas -radhiyallahu 'anhu- berkata: Nabi -shallallahu 'alaihi wa salam- bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُم،ْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
"Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barangsiapa yang ridla maka baginya keridlaan Allah, namun barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan Allah." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
22.  Ihsan adalah puncak keislaman dan keimanan seseorang, senantiasa merasa diawasi dan bersama dengan Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ } [الحديد: 4]
Dan Dia (Allah) bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. [Al-Hadiid:4]
{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ} [المجادلة: 7]
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. [Al-Mujaadilah:7]
{يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا} [النساء: 108]
Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redhai. Dan adalah Allah Maha meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. [An-Nisaa’:108]
23.  Tidak ada yang mengetahui waktu datangnya hari kiamat selain Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا } [الأحزاب: 63]
Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya. [Al-Ahzaab:63]
24.  Kenapa datangnya hari kiamat dirahasiakan?
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى} [طه: 15، 16]
Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. [Thahaa:15]
25.  Allah memberikan tanda datangnya hari kiamat.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ} [محمد: 18]
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, Karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah datang? [Muhammad:18]
26.  Diantara tanda datangnya hari kiamat:
a)      Ketika seorang budak melahirkan tuannya.
Ada beberapa pendapat ulama tentang maksud tanda ini:
1.       Ini terjadi ketika banyak budak karena peperangan, kemudian melahirkan anak dari tuannya.
2.       Budak wanita melahirkan anak yang kemudian menjadi rajanya.
3.       Banyaknya penjualan budak yang memiliki anak dari tuannya, sehingga di hari kemudian anak tersebut membeli budak yang tenyakan adalah ibu kandungnya.
4.       Banyaknya pelaku durhaka kepada orang tuannya sehingga memperbudak mereka.
b)      Ketika orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan.
27.  Diantara mu’jizat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; Mengetahui hal gaib.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ} [آل عمران: 179]
Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. [Ali 'Imran:179]
{عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ} [الجن: 26، 27]
(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. [Al-Jin: 26-27]
28.  Boleh bertanya sekalipun sudah tahu jawabannya untuk mengajarkan kepada orang lain.
29.  Orang yang menjadi sebab sesuatu perbuatan sama hukumnya dengan orang yang langsung melakukannya.
Dari Abu Mas'ud Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang menunjuki seseorang pada suatu kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti pahala yang melakukannya (atas petunjuknya)". [Sahih Muslim]
30.  Malaikat mampu berubah wujud mejadi manusia.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا} [مريم: 17]
Lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril ‘alaihissalam) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. [Maryam: 17]
Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma- berkata:
كَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَأْتِي النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صُورَةِ دِحْيَةَ [مسند أحمد: صحيح]
Jibril ‘alaihissalam terkadang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam bentuk Dihyah (Al-Kalbiy seorang sahabat). [Musnad Ahmad: Shahih]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...