بسم
الله الرحمن الرحيم
Umar radhiyallahu ‘anhu
berkata: Ketika kami duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di
suatu hari, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih,
rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak
seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi shallallahu
'alaihi wasalam lalu merapatkan lututnya pada lutut Nabi shallallahu
'alaihi wasalam dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas pahanya,
kemudian ia berkata, 'Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam? '
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam menjawab: "Islam
adalah kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, dan puasa Ramadhan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu melakukannya.”
Dia berkata, 'Kamu benar.'
Umar berkata, 'Maka kami kaget terhadapnya
karena dia menanyakannya dan membenarkannya.' Dia bertanya lagi, 'Kabarkanlah
kepadaku tentang iman itu? ' Beliau menjawab: "Kamu beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan
takdir baik dan buruk." Dia berkata, 'Kamu benar.' Dia bertanya
lagi, 'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? ' Beliau menjawab: "Kamu
menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya,
maka sesungguhnya Dia melihatmu." Dia bertanya lagi, 'Kapankah
hari akhir itu? ' Beliau menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu
lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Dia bertanya,
'Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya? ' Beliau menjawab: "Apabila seorang budak melahirkan tuannya, dan
kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala
kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan."
Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian beliau berkata;
"Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?"
Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Beliau bersabda: "Itulah
Jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang agama
kalian'." [Shahih Muslim]
1.
Biografi Umar bin
Khathab radhiyallahu ‘anhu.
Lihat di sini: Keistimewaan Umar bin Khathab
2.
Hadits ini punya sebab iiraad
atau sebab riwayat.
Yahya bin Ya'mar rahimahullah (w.84H)
berkata:
كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي
الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِيُّ، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ
بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ حَاجَّيْنِ أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ فَقُلْنَا:
لَوْ لَقِينَا أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلَاءِ فِي الْقَدَرِ، فَوُفِّقَ لَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ دَاخِلًا الْمَسْجِدَ،
فَاكْتَنَفْتُهُ أَنَا وَصَاحِبِي أَحَدُنَا عَنْ يَمِينِهِ وَالْآخَرُ عَنْ
شِمَالِهِ، فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِي سَيَكِلُ الْكَلَامَ إِلَيَّ فَقُلْتُ:
أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا نَاسٌ يَقْرَءُونَ
الْقُرْآنَ وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ وَذَكَرَ مِنْ شَأْنِهِمْ وَأَنَّهُمْ
يَزْعُمُونَ أَنْ لَا قَدَرَ وَأَنَّ الْأَمْرَ أُنُفٌ! قَالَ: فَإِذَا لَقِيتَ
أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي،
وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ
مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللَّهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ.
ثُمَّ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ
بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ...
"Orang yang pertama kali membahas
takdir di Bashrah adalah Ma'bad al-Juhani, maka aku dan Humaid bin Abdurrahman
al-Himyari bertolak haji atau umrah, maka kami berkata, 'Seandainya kami
bertemu dengan salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
maka kami akan bertanya kepadanya tentang sesuatu yang mereka katakan berkaitan
dengan takdir.' Maka Abdullah bin Umar diberikan taufik (oleh Allah) untuk
kami, sedangkan dia masuk masjid. Lalu aku dan temanku menghadangnya. Salah
seorang dari kami di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah kirinya. Lalu
aku merasa bahwa temanku akan mewakilkan pembicaraan kepadaku, maka aku
berkata, 'Wahai Abu Abdurrahman, sesungguhnya nampak di hadapan kami suatu kaum
membaca Al-Qur'an dan mencari ilmu lalu mengklaim bahwa tidak ada takdir, dan
perkaranya adalah baru (tidak didahului oleh takdir dan ilmu Allah).'
Maka Abdullah bin Umar menjawab, 'Apabila
kamu bertemu orang-orang tersebut, maka kabarkanlah kepada mereka bahwa saya
berlepas diri dari mereka, dan bahwa mereka berlepas diri dariku. Dan demi Dzat
yang mana hamba Allah bersumpah dengan-Nya, kalau seandainya salah seorang dari
kalian menafkahkan emas seperti gunung Uhud, niscaya sedekahnya tidak akan
diterima hingga dia beriman kepada takdir baik dan buruk.'
Dia berkata, 'Kemudian dia mulai menceritakan
hadits seraya berkata: 'Umar bin al-Khaththab berkata: 'Dahulu kami pernah berada
di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, …
3.
Anjuran bertanya kepada
ulama.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{فَاسْأَلُوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43]
"Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui". [An-Nahl:43]
{فَاسْأَلْ
بِهِ خَبِيرًا} [الفرقان:
59]
"Maka tanyakanlah (tentang Allah)
kepada yang lebih mengetahui tentang Dia". [Al-Furqaan:59]
4. Bertemu
dan belajar dari ulama adalah nikmat dari Allah.
5. Menjaga
adab bersama ulama.
Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَيْسَ
مِنّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ
لِعَالِمِنَا حَقَّهُ» [صحيح
الصغير وزيادته]
"Tidak termasuk golongan kita orang yang tidak
menghormati yang tua, menyayangi yang muda, dan mengetahui hak ulama".
[Sahih Al-Jami']
6.
Menjaga adab dalam
berbicara.
Ketika Huwayyishah dan Muhayyishah radhiyallahu 'anhuma datang kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Muhayyishah lebih dahulu berbicara,
Rasulullah bersabda:
«كَبِّرْ
كَبِّرْ» [صحيح مسلم]
“Dahulukah yang lebih tua, dahulukan yang lebih tua”, maka
Huwayyishah berbicara kemudian Muhayyishah. [Sahih Muslim]
Lihat: Adab berkomunikasi
7.
Memberi jawaban lebih
dari pertanyaan jika dibutuhkan.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata: Seorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
Ya Rasulullah, sesungguhnya kami sering berkendaraan laut dan kami membawa sedikit
air, jika kami berwudhu dengan air itu maka kami akan kehausan. Apakah boleh
kami berwudhu dengan air laut?
Rasulullah menjawab:
«هُوَ
الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
"Air laut itu suci dan mensucikan, bangkainya (hewan
laut) halal dimakan". [Sunan Abu Daud: Sahih]
8. Memilih
pertanyaan yang lebih penting.
9. Tawadhu
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam duduk bersama sahabatnya.
10.
Bolehkah memanggil Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dengan namanya?
Tidak boleh memanggil Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam dengan namanya. Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{لَا
تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا} [النور: 63]
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul
diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain).
[An-Nuur:63]
Adapun hadits ini, kemungkinan sebelum
turunnya ayat di atas, atau Jibril ‘alaihissalam melakukannya seperti
kebiasaan orang Baduwi untuk menutupi identitasnya.
11.
Rukun Islam adalah 5
amalan dzahir (jawarih), ketika dilakukan sudah dianggap seorang muslim.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ
الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Islam dibangun atas lima perkara: Bersaksi bahwa tiada
Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menjalankan ibadah haji, dan
berpuasa Ramadhan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Nb: Pembahasan rukun Islam akan
dijelaskan pada hadits berikutnya.
12. Rukun
Iman adalah 6 amalan hati yang harus diyakini untuk mendapatkan pahala dari
keislaman seseorang.
13. Jika
kata Islam disebutkan tersendiri maka ia mencakup makna Iman, demikian pulan
jika kata Iman disebutkan tersendiri maka ia mencakup makna Islam.
Dari Al-Bara' -radhiyallahu 'anhu-:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا أَوْ
سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا وَكَانَ يُعْجِبُهُ أَنْ تَكُونَ قِبْلَتُهُ قِبَلَ
الْبَيْت،ِ وَأَنَّهُ صَلَّى أَوْ صَلَّاهَا صَلَاةَ الْعَصْرِ، وَصَلَّى مَعَهُ
قَوْمٌ فَخَرَجَ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ صَلَّى مَعَهُ فَمَرَّ عَلَى أَهْلِ
الْمَسْجِدِ وَهُمْ رَاكِعُونَ قَال:َ أَشْهَدُ بِاللَّهِ لَقَدْ صَلَّيْتُ مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِبَلَ مَكَّةَ فَدَارُوا كَمَا
هُمْ قِبَلَ الْبَيْت،ِ وَكَانَ الَّذِي مَاتَ عَلَى الْقِبْلَةِ قَبْلَ أَنْ
تُحَوَّلَ قِبَلَ الْبَيْتِ رِجَالٌ قُتِلُوا لَمْ نَدْرِ مَا نَقُولُ فِيهِمْ،
فَأَنْزَلَ اللَّهُ: { وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ
بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ }
Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam shalat dengan menghadap ke baitul Maqdis selama enam belas atau
tujuh belas bulan. Dan beliau menyukai jika kiblatnya menghadap ke arah ka'bah.
Kemudian beliau pun shalat Ashar bersama sekelompok para sahabat dengan
menghadap ke arab kiblat. Setelah itu salah seorang dari sahabat tersebut
keluar dan melewati kaum muslimin di sebuah masjid yang pada waktu itu mereka
sedang ruku. Sahabat tadi berkata; AKu bersaksi kepada Allah, sungguh aku telah
shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan menghadap kiblat.
Mereka pun segera berputar dalam keadaan shalat menghadap ke arah kiblat. Ada
beberapa orang yang telah meninggal dengan menghadap ke arah kiblat pertama
yang kami tidak tahu apa yang harus kami katakan mengenai hukumnya bagi mereka
tersebut. Maka Allah pun menurunkan ayat; "Dan Allah tidak akan
menyia-nyiakan keimanan (shalat) kalian, sesungguhnya Allah maha pengasih lagi
maha penyayang kepada manusia." (Al Baqarah: 143). [Shahih Bukhari]
As-Sa'diy -rahimahullah- berkata dalam
tafsirnya:
وفي هذه الآية دليل لمذهب أهل السنة
والجماعة أن الإيمان تدخل فيه أعمال الجوارح
“Dalam ayat ini terdapat dalil bagi madzhab
ahlissunnah wal jama’ah yang menetapkan bahwa makna iman termasuk di dalamnya
segalah amalan jawarih (anggota tubuh yang nampak).” [Tafsir As-Sa’diy hal.70]
14.
Beriman kepada Allah.
Meliputi: Beriman akan keberadaan Allah subhanahu wata'aalaa,
serta mentauhidkan-Nya dalam rububiyah, uluhiyah, dan asmaa’ washifaat.
15.
Beriman kepada
Malaikat.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ (19) يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
لَا يَفْتُرُونَ} [الأنبياء: 19، 20]
Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya,
mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa
letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.
[Al-Anbiyaa’: 19-20]
{يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا
أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ} [التحريم: 6]
Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. [At-Tahriim:6]
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«خُلِقَتِ
الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ
آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ» [صحيح
مسلم]
"Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari
nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disebutkan pada kalian (tanah)".
[Sahih Muslim]
16.
Beriman kepada kitab
suci.
Dari Watsilah bin Al-Asqa' radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"
أُنْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ،
وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ، وَالْإِنْجِيلُ
لِثَلَاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَ الْفُرْقَانُ لِأَرْبَعٍ
وَعِشْرِينَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ " [مسند أحمد: حسن]
"Suhuf Ibrahim 'alaihissalam diturunkan pada
awal malam bulan Ramadhan, dan Taurat diturunkan pada enam hari lewat bulan
Ramadan, dan Injil pada hari ke-tigabelas lewat dari Ramadhan, dan Al-Qur'an
turun pada hari ke-duapuluh empat lewat dari Ramadhan". [Musnad Ahmad:
Hasan]
Lihat: Keistimewaan Al-Qur’an
17.
Beriman kepada para Rasul.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا
أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَى
وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا
(163) وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ
نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا} [النساء: 163، 164]
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu
kepadamu (Muhammad) sebagaimana kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan
nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada
Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan
Sulaiman. Dan kami berikan Zabur kepada Daud. Dan (Kami telah mengutus)
rasul-rasul yang sungguh telah kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu,
dan rasul-rasul yang tidak kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah
telah berbicara kepada Musa dengan langsung. [An-Nisaa': 163-164]
{كَانَ
النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ
وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ
النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ} [البقرة: 213]
Manusia itu adalah umat yang satu.
(Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi
keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
[Al-Baqarah:213]
18.
Beriman kepada hari
akhir.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{بَلِ
الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ فِي الْعَذَابِ وَالضَّلَالِ الْبَعِيد} [سبأ: 8]
Tetapi orang-orang yang tidak beriman
kepada negeri akhirat berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh.
[Saba':8]
{أَلَا
إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلَالٍ بَعِيد} [الشورى: 18]
Ketahuilah bahwa sesungguhnya
orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam
kesesatan yang jauh. [Asy-Syuura:18]
Lihat: Surga dan neraka kekal
19.
Hukum beriman terhadap
takdir.
Dari Abdullah bin Ash-Shamith radiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ
الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ
مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ "
"Sesungguhnya yang paling pertama
Allah ciptakan adalah Al-Qalam (pena) kemudian Allah berkata kepadanya:
Tulislah! Ia bertanya: Apa yang harus saya tulis? Allah berfirman: Tulislah
takdir segala sesuatu sampai hari kiamat datang".
Abdullah berkata: Aku mendengar Rasulullah
bersabda:
"
مَنْ مَاتَ
عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي "
"Barangsiapa yang meninggal tanpa
keyakinan ini maka ia bukan golonganku". [Sunan Abu Daud: Sahih]
Ibnu Ad-Dailamiy –rahimahullah- berkata:
"Aku mendatangi Ubay bin Ka'b, lalu aku katakan kepadanya,
"Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatiku tentang perkara takdir, maka
ceritakanlah kepadaku tentang sesuatu semoga Allah menghilangkan keresahan itu
dari dalam hatiku."
Ubay -radhiyallahu 'anhu- menjawab:
"
لَوْ أَنَّ
اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ عَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ
ظَالِمٍ لَهُمْ، وَلَوْ رَحِمَهُمْ كَانَتْ رَحْمَتُهُ خَيْرًا لَهُمْ مِنْ
أَعْمَالِهِمْ، وَلَوْ أَنْفَقْتَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا
قَبِلَهُ اللَّهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ، وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا
أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ
لِيُصِيبَكَ، وَلَوْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا لَدَخَلْتَ النَّارَ "
"Jika Allah menyiksa semua makluk yang
ada di langimaka itu bukanlah suatu kezhaliman yang Dia lakukan atas mereka,
dan sekiranya Dia memberikan rahmat kepada mereka, sesungguhnya rahmat-Nya
adalah lebih baik dari amalan yang telah mereka lakukan. Jika engkau bersedekah
dengan emas sebesar gunung uhud di jalan Allah, maka Allah tidak akan
menerimanya hingga engkau beriman dengan takdir. Dan engkau mengetahui bahwa
apa saja yang ditakdirkan menjadi bagianmu tidak akan meleset darimu, dan apa
yang tidak ditakdirkan untuk menjadi bagianmu tidak akan engkau dapatkan. Jika
engkau meninggal bukan di atas keyakinan yang demikian ini, maka engkau akan
masuk neraka."
Abu Ad-Dailami berkata, "Kemudian aku
mendatangi Abdullah bin Mas'ud, lalu ia mengatakan seperti itu pula. Aku lalu
mendatangi Hudzaifah Ibnul Yaman, lalu ia mengatakan seperti itu pula. Kemudian
aku mendatangi Zaid bin Tsabit, lalu ia menceritakan kepadaku sebuah hadits Nabi
-shallallahu 'alaihi wasallam- seperti itu pula." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Dari Ibnu Umar -radhiyallahu
'anhuma-, Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسُ هَذِهِ
الْأُمَّة،ِ إِنْ مَرِضُوا فَلَا تَعُودُوهُمْ، وَإِنْ مَاتُوا فَلَا تَشْهَدُوهُمْ
"Kaum Qadariyah adalah majusinya umat
ini, jika sakit maka jangan kalian jenguk mereka, dan jika mati maka jangan
kalian iringi jenazahnya." [Sunan Abi Daud: Hasan]
20.
Larangan terlalu dalam membahas
masalah takdir.
Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-
berkata: Suatu hari Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa salam- mendatangi
kami yang sedang berselisih dalam masalah takdir, lalu Rasulullah marah sampai
mukanya merah seolah-olah dikeluarkan dari pipinya biji delima seraya bersabda:
أَبِهَذَا أُمِرْتُمْ أَمْ بِهَذَا
أُرْسِلْتُ إِلَيْكُمْ؟ إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حِينَ تَنَازَعُوا
فِي هَذَا الْأَمْرِ، عَزَمْتُ عَلَيْكُمْ أَلَّا تَتَنَازَعُوا فِيهِ
"Apakah yang seperti ini kalian
diperintahkan, atau yang seperti ini aku diutus kepada kalian? Sesungguhnya orang-orang
sebelum kalian hancur ketika mereka berselisih dalam masalah ini (takdir). Aku
tegaskan pada kalain, untuk tidak berselisih dalam masalah takdir." [Sunan
At-Tirmidzi: Hasan]
Dalam sebuah hadits, Rasulullah -shallallahu
'alaihi wa salam- bersabda:
" إذا ذكر أصحابي فأمسكوا، وإذا ذكر
النجوم فأمسكوا، وإذا ذكر القدر فأمسكوا ".
"Jika para sababatku disebutkan maka
diamlah (jangan kalian menghinanya), dan jika perbintangan disebutkan maka
diamlah, dan jika takdir disebutkan maka diamlah (jangan berdebat)."
[Ash-Shahihah no.34]
21.
Kewajiban ridha
terhadap takdir.
Anas -radhiyallahu 'anhu- berkata:
Nabi -shallallahu 'alaihi wa salam- bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ
الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُم،ْ فَمَنْ رَضِيَ
فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
"Sesungguhnya besarnya balasan
tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia
akan menguji mereka, barangsiapa yang ridla maka baginya keridlaan Allah, namun
barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan Allah." [Sunan Tirmidziy:
Hasan]
22.
Ihsan adalah puncak
keislaman dan keimanan seseorang, senantiasa merasa diawasi dan bersama dengan
Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
بَصِيرٌ } [الحديد: 4]
Dan Dia (Allah) bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan. [Al-Hadiid:4]
{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ
إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ
أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ
اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ} [المجادلة: 7]
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang
kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka
di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada
hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.
[Al-Mujaadilah:7]
{يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ
مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا
يَعْمَلُونَ مُحِيطًا} [النساء: 108]
Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari
Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka
menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redhai. Dan adalah Allah Maha meliputi
(ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. [An-Nisaa’:108]
Lihat: Bersama Allah
23.
Tidak ada yang
mengetahui waktu datangnya hari kiamat selain Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ
قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ
قَرِيبًا } [الأحزاب: 63]
Manusia bertanya kepadamu tentang hari
berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit
itu hanya di sisi Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari
berbangkit itu sudah dekat waktunya. [Al-Ahzaab:63]
Lihat: Kiamat sudah dekat
24. Kenapa
datangnya hari kiamat dirahasiakan?
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكَادُ
أُخْفِيهَا لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى} [طه: 15، 16]
Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku
merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang
ia usahakan. [Thahaa:15]
25.
Allah memberikan tanda
datangnya hari kiamat.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{فَهَلْ
يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ
أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ} [محمد: 18]
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu
melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba,
Karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi
mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah datang? [Muhammad:18]
26. Diantara
tanda datangnya hari kiamat:
a) Ketika seorang budak melahirkan tuannya.
Ada beberapa pendapat ulama tentang maksud
tanda ini:
1.
Ini terjadi ketika banyak
budak karena peperangan, kemudian melahirkan anak dari tuannya.
2.
Budak wanita melahirkan
anak yang kemudian menjadi rajanya.
3.
Banyaknya penjualan budak
yang memiliki anak dari tuannya, sehingga di hari kemudian anak tersebut
membeli budak yang tenyakan adalah ibu kandungnya.
4.
Banyaknya pelaku durhaka
kepada orang tuannya sehingga memperbudak mereka.
b) Ketika orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala
kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan.
27.
Diantara mu’jizat Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam; Mengetahui hal gaib.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَمَا
كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ
رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ} [آل
عمران: 179]
Dan Allah sekali-kali tidak akan
memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa
yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. [Ali 'Imran:179]
{عَالِمُ
الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ
رَسُولٍ} [الجن:
26، 27]
(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang
ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. [Al-Jin: 26-27]
Lihat: Mu’jizat Nabi Muhammad
28. Boleh
bertanya sekalipun sudah tahu jawabannya untuk mengajarkan kepada orang lain.
29. Orang
yang menjadi sebab sesuatu perbuatan sama hukumnya dengan orang yang langsung
melakukannya.
Dari Abu Mas'ud Al-Anshariy radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ
دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang menunjuki seseorang pada suatu
kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti pahala yang melakukannya (atas
petunjuknya)". [Sahih Muslim]
30.
Malaikat mampu berubah
wujud mejadi manusia.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا
فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا} [مريم: 17]
Lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril
‘alaihissalam) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia
yang sempurna. [Maryam: 17]
Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma-
berkata:
كَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ
يَأْتِي النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صُورَةِ دِحْيَةَ [مسند أحمد: صحيح]
Jibril ‘alaihissalam terkadang
mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam bentuk Dihyah
(Al-Kalbiy seorang sahabat). [Musnad Ahmad: Shahih]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Arba'in hadits (1) Umar; Amal dan Niat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...