بسم الله الرحمن الرحيم
Beberapa
perkara penting dan utama yang dida’wahkan para salaf, diantaranya:
Pertama:
Mengajak untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman
para salafushalih.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ
فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا} [النساء:
59]
Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisaa':59]
{إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ
وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [النور: 51]
Sesungguhnya
jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya
agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami
mendengar, dan kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. [An-Nuur:51]
Ø
Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu berkata:
"إِنَّهُ
سَيَأْتِي نَاسٌ يُجَادِلُونَكُمْ بِشُبُهَاتِ الْقُرْآنِ، فَخُذُوهُمْ
بِالسُّنَنِ، فَإِنَّ أَصْحَابَ السُّنَنِ أَعْلَمُ بِكِتَابِ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ" [سنن الدارمي: حسن لغيره]
"Akan
datang orang-orang yang akan mendebat kalian dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang
mutasyabih. Maka hadapilah dengan mereka dengan sunnah. Sesungguhnya
orang-orang yang berpegang teguh pada sunnah (ahli hadits) lebih mengetahui isi
Al-Qur'an". [Sunan Ad-Darimiy: Hasan ligairih]
Lihat:
Kewajiban mengikuti cara beragama Sahabat Rasulullah
Kedua:
Mengajak kepada tauhid dan mengikhlaskan amalan hanya untuk Allah ta’aalaa.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ
مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ}
[الأنبياء:
25]
"Dan Kami tidak
mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:
"Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku"". [Al-Anbiya: 25]
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ
أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ} [النحل: 36]
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut
itu"". [An-Nahl: 36]
Ø Ibnu 'Abbas radhiyallahu
'anhuma berkata: Ketika Nabi ﷺ mengutus Mu'adz radhiyallahu
'anhu ke negeri Yaman, Beliau berwasiat:
«إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا
تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللَّهِ، فَإِذَا عَرَفُوا اللَّهَ،
فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي
يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ، فَإِذَا فَعَلُوا، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ
فَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً مِنْ أَمْوَالِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ،
فَإِذَا أَطَاعُوا بِهَا، فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ
النَّاسِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Kamu akan mendatangi Ahlul Kitab, maka hendaklah
da'wah yang pertama kali lakukan kepada mereka adalah mengajak mereka untuk
ber'ibadah kepada Allah. Jika mereka telah mengenal Allah, maka beritahukanlah
bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Dan jika
mereka telah melaksanakannya, maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan
atas mereka shadaqah (zakat) dari harta mereka yang akan diberikan kepada
orang-orang faqir dari mereka. Jika mereka telah menaatinya, maka ambillah dari
mereka (sesuai ketentuannya) dan berhati-hatilah dari harta terbaik manusia
(jangan diambil dengan paksa)". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Keutamaan Tauhid
Ketiga:
Memperingatkan umat dan menjauhkan mereka dari segala bentuk kesyirikan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ
وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}
[لقمان: 13]
Dan (Ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". [Luqman:13]
Ø
Ma'qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku berangkat bersama Abu Bakr
menemui Rasulullah ﷺ beliau bersabda:
«يَا أَبَا بَكْرٍ، لَلشِّرْكُ فِيكُمْ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ
النَّمْلِ»، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَهَلِ الشِّرْكُ إِلَّا مَنْ جَعَلَ مَعَ
اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَلشِّرْكُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ
النَّمْلِ، أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى شَيْءٍ إِذَا قُلْتَهُ ذَهَبَ عَنْكَ قَلِيلُهُ
وَكَثِيرُهُ؟ قُلِ: " اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ
وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ "»
“Wahai Abu Bakr, syirik pada kalian lebih
halus dari langkah semut”. Abu Bakr berkata: Bukankah syirik itu hanya bagi
orang-orang yang menjadikan Tuhan selain Allah? Rasulullah menjawab: “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, syirik
itu lebih halus dari langkah semut, maukah engkau kutunjuki sesuatu yang jika
engkau membacanya, syirik akan jauh darimu sedikit ataupun banyak?” Rasulullah
menjawab: Katakan: “Ya Allah .. Aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sementara aku
mengetahuinya, dan aku meminta ampun dengan apa yang tidak aku ketahui”. [Al-Adab Al-Mufrad: Di-Sahih-kan oleh syekh Albaniy rahimahullah]
Lihat: Bahaya Syirik
Keempat: Mengajak
untuk mengikuti dalil dan meninggalkan taklid buta.
Allah subhanahu
wata'aalaa berfirman:
{بَلْ
قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ
مُهْتَدُونَ. وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ
إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا
عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ. قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُمْ بِأَهْدَى مِمَّا
وَجَدْتُمْ عَلَيْهِ آبَاءَكُمْ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ
كَافِرُونَ} [الزخرف: 22 -
24]
Bahkan
mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut
suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan
(mengikuti) jejak mereka". Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum
kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang
yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati
bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut
jejak-jejak mereka". (Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan
mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata)
memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?"
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus
untuk menyampaikannya".
[Az-Zukhruf: 22 - 24]
Ø
Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma berkata;
«تَمَتَّعَ النَّبِيُّ ﷺ» فَقَالَ عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ: نَهَى
أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ عَنِ الْمُتْعَةِ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: مَا يَقُولُ
عُرَيَّةُ؟ قَالَ: يَقُولُ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ عَنِ الْمُتْعَةِ.
فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: أُرَاهُمْ سَيَهْلِكُونَ أَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ، وَيَقُولُ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ؟! [مسند
أحمد: حسن لغيره]
"Nabi ﷺ pernah haji
tamattu'". Lalu Urwah bin Az-Zubair mengatakan; Abu Bakar dan Umar telah
melarang haji tamattu'. Maka Ibnu Abbas berkata; Apa yang dikatakan Urayyah? Ia
menjawab; Ia berkata; Abu Bakar dan Umar telah melarang haji tamattu'. Ibnu
Abbas berkata; Tampaknya mereka akan binasa. Aku katakan, Nabi ﷺ bersabda, ia
justru berkata; Abu Bakar dan Umar melarang?! [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Kelima: Menjauhi
perkara bid’ah dan pemikiran yang menyimpang.
Dari Al-'Irbad
bin Sariyah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«إِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي
فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا
بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Sesungguhnya siapa yang hidup dari kalian setelah aku meninggal maka ia
akan menyaksikan perselisihan yang besar, maka hendaklah kalian mengikuti
sunnahku dan sunnah khalifah-khalifah yang mendapat hidayah dan petunjuk,
berpegang teguhlah dengannya, gigitlah dengan gigi graham kalian (amalkan
dengan kuat), dan jauhilah urusan yang baru, karena sesungguhnya semua yang
baru dalam agama itu adalah bid'ah, dan semua bid'ah itu adalah kesesatan".
[Sunan Abi Daud: Sahih]
Ø
Jabir bin Abdillah radhiyallahu
'anhuma berkata: Rasulullah ﷺ ketika khutbah mengatakan:
«فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ
كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا
وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ» [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya
ucapan terbaik adalah kitabullah (Al-Qur’an), dan tuntunan terbaik adalah
tuntunan Muhammad, dan seburuk-buruk urusan adalah yang diada-adakan (dalam
ibadah), dan semua bi'ah adalah kesesatan. [Sahih Muslim]
Ø Dalam riwayat lain ada tambahan:
«وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي
النَّارِ» [سنن النسائي: صححه الألباني]
“Dan
semua kesesatan (pelakunya) dalam neraka”. [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
Ø
Utsman bin Hadlr Al-Azdiy rahimahullah berkata:
دَخَلْتُ
عَلَى ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، فَقُلْتُ: أَوْصِنِي. فَقَالَ: «نَعَمْ،
عَلَيْكَ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالِاسْتِقَامَةِ، اتَّبِعْ وَلَا تَبْتَدِعْ» [سنن الدارمي]
"Aku
pernah datang menemui Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma, kemudian aku
berkata kepadanya: 'Berikanlah wasiat untukku.' Ia menjawab, Ya, akan aku
berikan wasiat untukmu. Bertakwalah kepada Allah dan bersikaplah istiqomah di
jalan-Nya. Ikutilah sunnah dan jangan membuat bid'ah". [Sunan Ad-Darimiy]
Ø Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
«الْقَصْدُ فِي السُّنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الِاجْتِهَادِ فِي
الْبِدْعَةِ» [سنن الدارمي]
"Sederhana (beribadah) di atas sunnah lebih baik dari semangat (banyak
beribadah) di atas bid'ah". [Sunan Ad-Darimiy]
Ø Abu Ad-Darda' radhiyallahu 'anhu berkata:
«اقْتِصَادٌ فِي السُّنَّةِ خَيْرٌ مِنَ اجْتِهَادٍ فِي بِدْعَةٍ» [شرح
أصول اعتقاد أهل السنة والجماعة]
"
Sederhana (beribadah) di
atas sunnah lebih baik dari semangat (banyak beribadah) di atas bid'ah".
[Syar Ushul I'tiqad Ahli Sunnah]
Lihat: 25 bahaya bid'ah
Keenam:
Mengejar ilmu yang bermanfaat.
Allah subhanahu waa ta'aalaa berfirman:
{وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا} [طه: 114]
Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan." [Thaaha: 114]
Ø
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى
كُلِّ مُسْلِمٍ» [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]
“Menuntut ilmu adalah wajib
bagi setiap muslim”. [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Ø
Umar radhiyallahu 'anhu berkata:
«تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا»
"Hendaklah kalian belajar
sebelum kalian dijadikan pemimpin". [Sunan Ad-Darimiy: Shahih]
Lihat: Keutamaan ilmu, ulama, dan penuntut ilmu
Ketujuh:
Tashfiyah (membersihkan penyimpangan dari segala aspek) dan tarbiah (mendidik
dengan kebaikan).
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ} [آل
عمران: 110]
"Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah
dari yang munkar". [Ali Imran:110]
Ø Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ» [صحيح
مسلم]
“Barangsiapa dari kalian yang melihat
kemungkaran maka perbaikilah dengan tanganmu, kalau kamu tidak mampu maka
dengan lidahmu, kalau kamu tidak bisa maka dengan hatimu, dan itu adalah
selemah-lemahnya iman”. [Sahih Muslim]
Lihat: Keutamaan Amar ma’ruf nahi mungkar
Kedelapan: Perbaikan
akhlak dan karakter.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي
الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ
وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا
فَخُورًا} [النساء: 36]
Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. [An-Nisaa': 36]
Ø
Dari Abu Hurairah radiyallahu
'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ
صَالِحَ الْأَخْلَاقِ " [مسند أحمد: صحيح]
“Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”. [Musnad Ahmad: Sahih]
Lihat: Keutamaan akhlak mulia
Kesembilan: Memperingatkan
umat dan menjauhkan mereka dari hadits lemah dan palsu.
Dari Salamah
bin Al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
«مَنْ يَقُلْ
عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ» [صحيح البخاري]
“Barangsiapa
yang mengatakan sesuatu atas namaku apa yang tidak pernah aku katakana, maka
siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”. [Sahih Bukhari]
Ø
Dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«إِيَّاكُمْ وَكَثْرَةَ
الْحَدِيثِ عَنِّي فَمَنْ قَالَ عَلَيَّ فَلْيَقُلْ حَقًّا أَوْ صِدْقًا وَمَنْ تَقَوَّلَ
عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ» [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]
“Janganlah
kalian banyak meriwayatkan hadits dariku, barangsiapa yang berkata tentang aku
maka katakanlah yang benar atau jujur, dan barangsiapa yang mengada-adakan
perkataan tentang aku apa yang tidak aku katakan maka siapkanlah tempat
duduknya dari api neraka”. [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Ø
Dari Samurah bin Jundab radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ حَدَّثَ
عَنِّي بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ، فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ» [مقدمة صحيح مسلم]
“Barangsiapa
yang menyampaikan satu hadits dariku dan ia mengetahui bahwa itu adalah kebohongan,
maka ia adalah salah seorang pembohong”. [Muqaddimah Sahih Muslim]
Lihat:
Hadits larangan berdusta atas nama Nabi
Kesepuluh:
Menjauhkan dari kelompok dan madzhab yang memecah belah.
Allah subhanahu waa ta'aalaa berfirman:
{وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ
أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ
عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ} [آل عمران: 103]
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. [Ali 'Imran:103]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، أَنْ تَعْبُدُوهُ،
وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلَا
تَفَرَّقُوا» [صحيح مسلم]
“Sesungguhnya Allah meridhai
kalian tiga hal: Kalian menyembahnya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
pun, dan kalian berpeganglah kepada tali (agama) Allah dan janganlah
bercerai berai”. [Sahih Muslim]
Lihat: Bahaya perselisihan dan perpecahan
Kesebelas:
Berusaha menerapkan kehidupan sosial yang Islami.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ
حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ} [المائدة: 50]
Apakah
hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? [Al-Maidah:50]
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى
الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا} [النساء:
61]
Apabila
dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah
telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang
munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. [An-Nisaa': 61]
Lihat:
Berhukum dengan selain hukumAllah
Wallahu a’lam!
Referensi:
المختصر الحثيث في بيان أصول منهج السلف
أصحاب الحديث، تأليف: عيسى مال الله فرج
Lihat
juga: Karakteristik manhaj salaf - 7 Pondasi utama aqidah Ahlissunah wal Jama’ah - Sebab kokohnya aqidah salaf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...