بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 2 ayat, 1 hadits dan 2 atsar yang menunjukkan larangan mentaati ulama dan umara’ dalam
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram karena itu adalah bentuk
mempertuhankan mereka.
a. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
«يُوْشِكُ أَنْ تَنْـزِلَ عَلَيْكُمْ
حِجَارَةٌ مِنَ السَّمَاءِ، أَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم،
وَتَقُوْلُوْنَ: قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ؟!»
“Aku khawatir kalian ditimpa hujan batu
dari langit, karena aku mengatakan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda”, tetapi kalian malah mengatakan: “Abu Bakar dan Umar berkata”.
b. Imam Ahmad bin Hanbal –rahimahullah- mengatakan:
“Aku merasa heran terhadap orang-orang yang tahu tentang isnad hadits dan
keshahihannya, tetapi mereka menjadikan pendapat Sufyan sebagai acuannya,
padahal Allah ta’aalaa telah berfirman:
{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ
يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ} [النور: 63]
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintahnya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa siksa yang pedih.”
[An-Nur: 63]
Tahukah kamu apakah yang dimaksud dengan
fitnah itu? Fitnah di situ maksudnya adalah syirik, bisa jadi apabila ia
menolak sabda Nabi akan terjadi dalam hatinya kesesatan sehingga dia celaka”.
c. Diriwayatkan dari ‘Ady bin Hatim bahwa ia mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca firman Allah ta’alaa:
{اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ
أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ} [التوبة: 31]
“Mereka menjadikan orang-orang alim dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan tuhan selain Allah.” [At-Taubah: 31]
Maka saya berkata kepada beliau: “Sungguh
kami tidaklah menyembah mereka”, beliau bersabda:
«أَلَيْسَ يُحَرِّمُوْنَ مَا أَحَلَّ اللهُ
فَتُحَرِّمُوْنَهُ، وَيُحِلُّوْنَ مَا حَرَّمَ اللهُ فَتُحِلُّوْنَهُ ؟ فَقُلْتُ:
بَلَى، قَالَ: فَتِلْكَ عِبَادَتُهُمْ»
“Tidakkah mereka mengharamkan apa yang
telah dihalalkan Allah, lalu kalian pun mengharamkanya; dan tidakkah mereka itu
menghalalkan apa yang diharamkan Allah, lalu kalian menghalalkannya? Aku
menjawab: ya, maka beliau bersabda: “itulah bentuk penyembahan kepada mereka.”
(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At Tirmidziy menyatakan hasan).
Dari ayat, hadits dan atsar di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 5 poin penting:
1.
Penjelasan tentang ayat dalam surat An-Nur ayat 63.
Ayat ini mengandung
suatu peringatan supaya kita jangan sampai menyalahi Al-Qur'an dan Sunnah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ» [صحيح
مسلم]
“Abaikanlah (jangan tanyakan) apa yang aku
tidak ajarkan kepada kalian, karena sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum
kalian karena banyak bertanya dan berselisih dengan para nabi mereka”. [Sahih
Muslim]
Ø Dari Al-'Irbaad bin Sariyah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَقَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا
كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا إِلَّا هَالِكٌ» [صحيح الترغيب
والترهيب]
“Aku telah meninggalkan kalian di atas
jalan yang terang dan jelas, malamnya sama dengan siangnya, tidak ada yang
melenceng darinya kecuali ia akan celaka". [Sahih At-Targiib wa
At-Tarhiib]
Ø Syufyan bin ‘Uyainah –rahimahullah- berkata:
سَمِعْت مَالِكَ بْنَ أَنَسٍ،
وَأَتَاهُ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، مِنْ أَيْنَ أُحْرِمُ؟
قَالَ: مِنْ ذِي الْحُلَيْفَةِ مِنْ حَيْثُ أَحْرَمَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -. فَقَالَ: إنِّي أُرِيدُ أَنْ أُحْرِمَ مِنْ
الْمَسْجِدِ. فَقَالَ: لَا تَفْعَلْ. قَالَ: إنِّي أُرِيدُ أَنْ أُحْرِمَ مِنْ
الْمَسْجِدِ مِنْ عِنْدِ الْقَبْرِ. قَالَ: لَا تَفْعَلْ، فَإِنِّي أَخْشَى
عَلَيْك الْفِتْنَةَ. قَالَ: وَأَيُّ فِتْنَةٍ فِي هَذَا؟ إنَّمَا هِيَ أَمْيَالٌ
أَزِيدُهَا. قَالَ: وَأَيُّ فِتْنَةٍ أَعْظَمُ مِنْ أَنْ تَرَى أَنَّك سَبَقْت
إلَى فَضِيلَةٍ قَصَّرَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ -، إنِّي سَمِعْتُ اللَّهَ يَقُولُ: {فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ
يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ} [النور: 63] [أحكام القرآن لابن العربي
(3/ 432)]
Aku mendengar Malik bin Anas saat seseorang
mendatanginya dan bertanya: Wahai Abu Abdillah, dari mana saya harus berihram?
Malik menjawab: Dari Dzil Hulaifah di mana Rasulullah ﷺ berihram. Maka orang itu berkata:
Saya ingin berihram dari Mesjid Nabawiy. Malik berkata: Jangan engkau lakukan.
Orang itu berkata lagi: Saya ingin berihram dari Mesjid di sisi kuburan Nabi.
Malik berkata: Jangan engkau lakukan, karena aku khawatir padamu terkena
fitnah. Orang itu bertanya: Fitnah apa yang akan menimpaku dalam hal ini? Ini
hanya beberapa mil yang aku tambahkan. Malik menjawab: Fitnah apa yang lebih
besar daripada engkau merasa bahwa engkau telah lebih dahulu melakukan kebaikan
yang diabaikan oleh Rasulullah ﷺ. Sungguh Aku mendengar Allah berfirman: “Maka hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa siksa yang
pedih.” [An-Nur: 63] [Ahkam Al-Qur’an karya Ibnu Al-‘Arabiy]
2.
Penjelasan tentang ayat dalam surat At-Taubah ayat 31.
Ayat dalam
{أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ
الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ} [الشورى: 21]
Apakah mereka mempunyai
sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan (menetapkan hukum) untuk
mereka agama yang tidak diizinkan Allah? [Asy-Syuuraa:21]
Ø Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ
وَكَرِهَ، إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلَا
سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Kewajiban seorang muslim adalah patuh dan
taat pada perintah yang ia sukai maupun yang ia tidak sukai, kecuali jika
diperintahkan kepada maksiat, jika ia diperintahkan melakukan maksiat maka
tidak ada kepatuhan dan ketaatan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«لاَ طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي المَعْرُوفِ» [صحيح
البخاري ومسلم]
Tidak ada ketaatan dalam maksiat,
sesungguhnya ketaatan hanya pada yang ma'ruf (yang baik). [Sahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Dari 'Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ» [المعجم
الكبير: صححه الألباني]
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam
kemaksiatan kepada Al-Khalik (Allah)". [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Sahih]
Kecuali orang yang terpaksa; Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ
إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ
مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ
عَذَابٌ عَظِيمٌ} [النحل: 106]
Barangsiapa yang kafir kepada Allah
sesudah dia beriman (Dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa
kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (Dia tidak berdosa), akan
tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah
menimpanya dan baginya azab yang besar. [An-Nahl:106]
{فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ
فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [البقرة: 173]
[الأنعام: 145] [النحل: 115]
Tapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(melakukan yang haram) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah:173] [Al-An'aam:145] [An-Nahl:115]
{وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا
اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ
عِلْمٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ} [الأنعام: 119]
Padahal Sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa
kamu melakukannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar
hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui
batas. [Al-An'aam:119]
Ø Dari Abi Dzar Al-Gifariy radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ قَدْ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ،
وَالنِّسْيَانَ، وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Sesungguhnya Allah memaafkan
dari umatku sesuatu yang dilakukan karena salah (tidak sengaja), lupa, dan
sesuatu yang dipaksakan kepadanya". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Ø Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ، وَالنِّسْيَانَ،
وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Sesungguhnya Allah
menggugurkan (catatan dosa) dari umatku sesuatu yang dilakukan karena salah
(tidak sengaja), lupa, dan suatu yang dipaksakan kepadanya". [Sunan Ibnu
Majah: Sahih]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (39) Ibnu ‘Abbas; Allah memaafkan 3 perkara
3.
Perlu diperhatikan arti ibadah yang sebelumnya telah
diingkari oleh ‘Ady bin Hatim.
4.
Pemberian contoh kasus yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas
dengan menyebut nama Abu Bakar dan Umar, dan yang dikemukakan oleh Ahmad bin
Hanbal dengan menyebut nama Sufyan.
Abdullah bin Tsabit -radhiallahu
'anhu- berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَصْبَحَ فِيكُمْ مُوسَى ثُمَّ
اتَّبَعْتُمُوهُ، وَتَرَكْتُمُونِي لَضَلَلْتُمْ، إِنَّكُمْ حَظِّي مِنَ
الْأُمَمِ، وَأَنَا حَظُّكُمْ مِنَ النَّبِيِّينَ» [مسند أحمد: حسن
لغيره]
"Sungguh Demi Dzat yang jiwaku berada
di tangan-Nya, kalaulah di antara kalian terdapat Musa, lalu kalian
mengikutinya dan meninggalkanku, sungguh kalian sesat. Sungguh kalian adalah
umat yang diperuntukkan bagiku, dan aku adalah nabi yang diperuntukkan bagi
kalian'. [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Ø Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata;
«تَمَتَّعَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» فَقَالَ عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ: نَهَى أَبُو
بَكْرٍ وَعُمَرُ عَنِ الْمُتْعَةِ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: مَا يَقُولُ
عُرَيَّةُ؟ قَالَ: يَقُولُ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ عَنِ الْمُتْعَةِ.
فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: أُرَاهُمْ سَيَهْلِكُونَ أَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيَقُولُ: نَهَى أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ؟! [مسند أحمد: حسن لغيره]
“Nabi ﷺ pernah haji tamattu'”. Lalu
Urwah bin Az-Zubair mengatakan; Abu Bakar dan Umar telah melarang haji tamattu'.
Maka Ibnu Abbas berkata; Apa yang dikatakan Urayyah? Ia menjawab; Ia berkata;
Abu Bakar dan Umar telah melarang haji tamattu'. Ibnu Abbas berkata; Tampaknya
mereka akan binasa. Aku katakan, Nabi ﷺ
bersabda, ia justru berkata; Abu Bakar dan Umar melarang?! [Musnad Ahmad: Hasan
ligairih]
Ø Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal –rahimahullah-
berkata:
نَظَرْتُ فِي الْمُصْحَفِ فَوَجَدْتُ
فِيهِ طَاعَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ثَلَاثَةٍ
وَثَلَاثِينَ مَوْضِعًا، ثُمَّ جَعَلَ يَتْلُو: {فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ
يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ} [النور: 63] وَجَعَلَ يُكَرِّرُهَا، وَيَقُولُ:
وَمَا الْفِتْنَةُ الشِّرْكُ، لَعَلَّهُ أَنْ يَقَعَ فِي قَلْبِهِ شَيْءٌ مِنَ
الزَّيْغِ فَيَزِيغَ فَيُهْلِكَهُ، وَجَعَلَ يَتْلُو هَذِهِ الْآيَةَ: {فَلَا
وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ} [النساء: 65]، «مَنْ رَدَّ حَدِيثَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَهُوَ عَلَى شَفَا هَلَكَةٍ» [الإبانة الكبرى لابن بطة (1/260)]
Aku perhatikan dalam mushaf lalu aku dapati
di dalamnya bahwa ta’at kepada Rasulullah ﷺ disebutkan pada tiga puluh tiga
tempat, kemudian ia membaca: “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintahnya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa siksa yang pedih.”
[An-Nur: 63] dan ia mengulang-ulanginya, dan berkata: Dan tiadalah fitnah itu
selain kesyirikan, bisa jadi terbesik dalam hatinya sesuatu kecondongan pada
kesesatan maka ia sesat kemudian membinasakannya. Dan ia juga membaca: "Maka
demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan". [An-Nisaa:65]
Siapa yang menolak hadits Nabi ﷺ maka ia berada di tepi jurang kebinasaan. [Al-Ibanah Al-Kubra
karya Ibnu Bathah]
5.
Hal tersebut telah berkembang sedemikian rupa, sehingga
banyak terjadi pada kebanyakan manusia penyembahan terhadap orang-orang shaleh,
yang dianggapnya sebagai amal yang paling utama, dan dipercayainya sebagai wali
[yang dapat mendatangkan suatu manfa’at atau bencana], serta penyembahan
terhadap orang-orang alim melalui ilmu pengetahuan dan fiqh [dengan diikuti apa
saja yang dikatakan, baik sesuai dengan firman Allah dan sabda Rasul-Nya atau
tidak].
Kemudian
hal ini berkembang lebih parah lagi, dengan adanya penyembahan terhadap
orang-orang yang tidak shaleh, dan terhadap orang-orang bodoh yang tidak
berilmu [dengan diikuti pendapat-pendapatnya, bahkan bid’ah dan syirik yang
mereka lakukan juga diikuti].
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ
العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ
يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا
بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu
dengan sekali cabut dari seorang hamba, akan tetapi Allah mengangkat ilmu
dengan mewafatkan para ulama. Sampai waktunya tidak ada lagi ulama, orang-orang
akan mengambil pemimpin yang bodoh. Lalu mereka ditanyai dan mereka memberi
fatwa tampa dasar ilmu, maka mereka menjadi sesat dan menyesatkan". [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Ø Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda:
«سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا
الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ
وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ»، قِيلَ: وَمَا
الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: «الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ»
“Akan datang tahun-tahun penuh dengan
kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur
didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati,
dan Ruwaibidlah turut bicara."
Lalu beliau ditanya, "Apakah
Ruwaibidlah itu?"
Beliau menjawab: "Orang-orang bodoh
yang mengurusi urusan perkara umum." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Ø Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«اصْبِرُوا، فَإِنَّهُ لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي
بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ، حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ»
"Bersabarlah, sebab tidaklah
kalian menjalani suatu zaman, melainkan sesudahnya lebih buruk daripadanya,
sampai kalian menjumpai Rabb kalian".
[Shahih Bukhari]
Wallahu a’lam!
Lihat juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...