بسم الله الرحمن الرحيم
Aqidah Islam yang murni adalah pondasi yang
mengokohkan seorang mu'min.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا
كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي
السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ
اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ
كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا
لَهَا مِنْ قَرَارٍ} [إبراهيم: 24 - 26]
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (tauhid) seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada
setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk
seperti pohon yang buruk, yang Telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan
bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. [Ibrahim: 24-26]
Ø Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ يُخْبِرُنِي عَنْ شَجَرَةٍ مَثَلُهَا مَثَلُ الْمُؤْمِنِ،
أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ، تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ
بِإِذْنِ رَبِّهَا؟» قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ: هِيَ
النَّخْلَةُ، فَمَنَعَنِي مَكَانُ أَبِي، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «هِيَ
النَّخْلَةُ». [صحيح
ابن حبان]
"Siapa yang bisa
memberitahukan kepadaku tentang pohon yang perumpamaannya sama seperti seorang
mu'min, akarnya kuat dan cabangnya menculang ke langit, ia memberi buahnya
setiapa saat dengan izin Rabnya? Abdullah berkata: Saya ingin mengatakan bahwa
itu adalah pohon kurma, akan tetapi kedudukan bapakku mencegahku. Maka Rasulullah
ﷺ bersabda: "Itu adalah pohon kurma". [Shahih Ibnu Hibban]
Ø Dari Al-'Irbaad bin Sariyah radhiyallahu 'anhu;
Rasululah ﷺ bersabda:
«إِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا
كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ
الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ،
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ،
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Sesungguhnya siapa yang hidup dari kalian
setelah aku meninggal maka ia akan menyaksikan perselisihan yang besar, maka
hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khalifah-khalifah yang mendapat
hidayah dan petunjuk, berpegang teguhlah dengannya, gigitlah dengan gigi graham
kalian (amalkan dengan kuat), dan jauhilah urusan yang baru, karena
sesungguhnya semua yang baru dalam agama itu adalah bid'ah, dan semua bid'ah
itu adalah kesesatan". [Sunan Abi Daud: Sahih]
Lihat: Urgensi Ilmu Aqidah
Perhatian penuh terhadap Aqidah sebagai sumber
kebahagiaan hidup.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ
إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ} [الأنفال: 24]
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang
memberi kehidupan kepada kamu." [Al-Anfaal:24]
Ø Dari Tsauban radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ عَلَى
الْحَقِّ مَنْصُوْرَةً، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ،
حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى»
“Akan tetap ada segolongan dari umatku yang
tetap tegak membela kebenaran, dan mereka selalu mendapat pertolongan Allah
taala, mereka tak tergoyahkan oleh orang-orang yang menelantarkan mereka dan
memusuhi mereka, sampai datang keputusan Allah subhanahu wata'aalaa".
[Shahih Al-Burqaniy]
Ø Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بني إسرائيل حَذْوَ
النَّعْلِ بِالنَّعْلِ، حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ
عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ، وَإِنَّ بني إسرائيل
تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى
ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً»
"Akan datang pada umatku apa
yang menimpa Bani Israil sama persis selangkah demi selangkah, sampai kalau ada
dari mereka yang berzina dengan ibunya terang-terangan, maka akan ada dari
umatku yang melakukan hal itu. Dan sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi
tujuhpuluh dua golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuhpuluh tiga
golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan".
Sahabat bertanya: Siapakah mereka ya
Rasulullah?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:
«مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي» [سنن الترمذي: حسنه
الألباني]
"Mereka adalah orang yang berjalan sesuai sunnahku dan sunnah sahabatku". [Sunan Tirmidzi: Hasan]
Allah ta'aalaa yang memberi taufiq dengan akidah yang
kokoh.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ
أُنِيبُ} [هود: 88]
Dan tidak ada taufik bagiku melainkan
dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya
kepada-Nya-lah aku kembali. [Huud: 88]
{وَلَوْلَا أَن ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدتَّ
تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا} [الإسراء: 74]
Dan kalau Kami tidak memperkuat
(hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka.
[Al-Israa': 74]
Sebab-sebag kokohnya aqidah salaf:
1. Berpegang
teguh kepada Al-Qur'an dan hadits shahih dengan mengimani semua yang ada di
dalamnya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا} [الحجرات: 15]
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu". [Al-Hujurat: 15]
Ø Az-Zuhriy –rahimahullah- berkata:
«مِنَ اللَّهِ
الرِّسَالَةُ، وَعَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
البَلاَغُ، وَعَلَيْنَا التَّسْلِيمُ» [صحيح البخاري معلقا]
“Dari Allah datangnya risalah, dan tugas
Rasulullah untuk menyampaikannya, dan kewajiban kita menerimanya”. [Shahih
Bukhar: Mu’allaq]
Ø Rabi’ah bin Abi Abdirrahman –rahimahullah- ditanya
tentang firman Allah:
{الرَّحْمَنُ عَلَى
الْعَرْشِ اسْتَوَى} [طه: 5] كَيْفَ اسْتَوَى؟ قَالَ:
«الِاسْتِوَاءُ غَيْرُ مَجْهُوَلٍ وَالْكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُولٍ، وَمِنَ اللَّهِ
الرِّسَالَةُ وَعَلَى الرَّسُولِ الْبَلَاغُ، وَعَلَيْنَا التَّصْدِيقُ» [شرح أصول اعتقاد أهل السنة والجماعة لللالكائي: إسناده صحيح]
{Ar-Rahman beristiwa’ di atas ‘Arsy}
[Thahaa: 5] Bagaimana cara beristiwa’? Ia menjawab: “Istiwa’ diketahui
maknanya, sedangkan caranya tidak bisa dijangkau oleh akal, dan dari Allah
datangnya risalah, tugas Rasul untuk menyampaikannya, dan kewajiban kita
membenarkannya”. [Syarh Ushul I’tiqad ahlissunnah wal jama’ah karya
Al-Lalakaiy: Sanadnya shahih]
2. Meyakini
bahwa semua yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadits shahih adalah kebenaran
mutlak yang telah sempurna.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ} [المائدة: 3]
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu. [Al-Maidah:3]
{وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ (41) لَا
يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ
حَكِيمٍ حَمِيدٍ} [فصلت: 41، 42]
Dan sesungguhnya Al-Quran itu adalah
Kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya kebatilan baik dari depan maupun
dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha
Terpuji. [Fushilat: 41-42]
Ø Dari Abdullah bin 'Amru bin 'Ash radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" إِنَّهُ لَمْ
يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ
عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ، وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ "
[صحيح مسلم]
"Sesungguhnya tidak ada Nabi sebelum
saya diutus kecuali wajib baginya untuk menuntun umatnya kepada kebaikan yang
telah ia ketahui untuk mereka, dan mengingatkan bahaya (yang mengancam) yang
telah ia ketahui untuk mereka. [Shahih Muslim]
Ø Abdullah bin 'Amru radhiyallahu 'anhuma berkata: "Aku menulis
segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah
ﷺ agar aku bisa menghafalnya. Kemudian orang-orang Quraisy
melarangku dan mereka berkata, 'Apakah engkau akan menulis segala sesuatu yang
engkau dengar, sementara Rasulullah ﷺ
adalah seorang manusia yang berbicara dalam keadaan marah dan senang? ' Aku pun
tidak menulis lagi, kemudian hal itu aku ceritakan kepada Rasulullah ﷺ.
Beliau lalu berisyarat dengan meletakkan
jarinya pada mulut, lalu bersabda,
«اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلَّا
حَقٌّ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Tulislah, demi jiwaku yang ada di
tangan-Nya, tidaklah keluar darinya (mulut) kecuali kebenaran." [Sunan Abi
Daud: Shahih]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنِّي لَا أَقُولُ إِلَّا حَقًّا»
"Sesungguhnya aku tidak mengatakan
sesuatu kecuali kebenaran". [Sunan Tirmidziy: Shahih]
3. Segala
perselisihan dikembalikan kepada Al-Qur'an dan hadits.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ
إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا} [النساء: 59]
Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisaa':59]
4. Fitrah
yang selamat dari bisikan syaithan.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{فَأَقِمْ وَجْهَكَ
لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا
تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ} [الروم: 30]
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia
menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [Ar-Rum: 30]
Ø Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Nabi -shallallahu'alaihi
wasallam- bersabda:
«كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ»
"Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu
menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari ‘Iyadh bin Himar Al-Mujasyi’iy radhiyallahu 'anhu;
dari Rasulullah ﷺ; Allah berfirman
dalam hadits Qudsi:
«إِنِّى خَلَقْتُ
عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ
فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ» [صحيح
مسلم]
“Sesungguhnya Aku menciptakan
hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus semuanya, mereka didatangi oleh setan lalu
dijauhkan dari agama mereka”. [Shahih Muslim]
5. Akal
yang sehat yang jauh dari hawa nafsu.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ} [آل
عمران: 190]
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal. [Ali Imran:190]
{أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ
هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ
وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا
تَذَكَّرُونَ} [الجاثية: 23]
Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat
berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan
meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran? [Al-Jatsiyah: 23]
Ø Mutharrif bin Asy-Syikhir rahimahullah berkata:
" لَوْ كَانَتْ
هَذِهِ الْأَهْوَاءُ كُلُّهَا هَوًى وَاحِدًا لَقَالَ الْقَائِلُ: «الْحَقُّ
فِيهِ»، فَلَمَّا تَشَعَّبَتْ وَاخْتَلَفَتْ عَرَفَ كُلُّ ذِي عَقْلٍ أَنَّ
الْحَقَّ لَا يَتَفَرَّقُ " [شرح أصول
اعتقاد أهل السنة والجماعة]
“Seandainya hawa nafsu ini semuanya adalah
satu, maka orang akan berkata: “Kebenaran ada padanya!” Namun ketika
bercabang-cabang dan berselisih maka setiap orang berakal mengetahui bahwa
kebenaran tidak terpecah-pecah”. [Syarh Ushul I’tiqah Ahlissunah wal Jama’ah]
6. Hati
yang tenang.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا
بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ} [الرعد: 28]
Orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram. [Ar-Ra'd: 28]
Ø Dari Abu Sufyan bin Harb radhiallahu'anhu;
" أَنَّ هِرَقْلَ، قَالَ لَهُ:
سَأَلْتُكَ هَلْ يَزِيدُونَ أَمْ يَنْقُصُونَ؟ فَزَعَمْتَ أَنَّهُمْ يَزِيدُونَ،
وَكَذَلِكَ الإِيمَانُ حَتَّى يَتِمَّ، وَسَأَلْتُكَ هَلْ يَرْتَدُّ أَحَدٌ
سَخْطَةً لِدِينِهِ بَعْدَ أَنْ يَدْخُلَ فِيهِ؟ فَزَعَمْتَ أَنْ لاَ، وَكَذَلِكَ
الإِيمَانُ، حِينَ تُخَالِطُ بَشَاشَتُهُ القُلُوبَ لاَ يَسْخَطُهُ أَحَدٌ " [صحيح
البخاري ومسلم]
Bahwa Heraqlius berkata kepadanya,
"Aku sudah bertanya kepadamu, apakah jumlah mereka bertambah atau
berkurang? Maka kamu bertutur bahwa mereka bertambah, dan memang begitulah iman
akan terus berkembang hingga sempurna. Dan aku bertanya kepadamu, apakah ada
orang yang murtad karena dongkol pada agamanya? Kemudian kamu bertutur; tidak
ada, maka begitu juga iman bila sudah tumbuh bersemi dalam hati tidak akan ada
yang dongkol kepadanya". [Shahih Bukhari dan Muslim]
7. Terikat
dengan pemahaman salaf dari para Sahabat radhiyallahu 'anhum.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ
مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ
مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا} [النساء: 115]
Dan barangsiapa yang menentang Rasul
sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali. [An-Nisaa':115]
Ø Abdullah bin Umar radiyallahu 'anhuma berkata:
«مَنْ كَانَ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ، أُولَئِكَ
أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ ﷺ كَانُوا خَيْرَ
هَذِهِ الْأُمَّةِ، أَبَّرَهَا قُلُوبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا
تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ ﷺ وَنَقْلِ دِينِهِ، فَتَشَبَّهُوا بِأَخْلَاقِهِمْ وَطَرَائِقِهِمْ
فَهُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ ﷺ، كَانُوا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيمِ» [حلية
الأولياء]
“Siapa yang mencari tuntunan maka hendaklah
ia mengikuti tuntunan mereka yang sudah wafat, mereka itu adalah sahabat
Muhammad ﷺ, mereka adalah generasi tebaik umat ini, hati mereka lebih
suci, ilmu mereka lebih dalam, dan tidak suka melampaui batas. Mereka adalah
generasi yang Allah pilih untuk menemani nabi-Nya ﷺ
dan menyampaikan agama-Nya, maka hendaklah kalian mencontoh akhlak dan metode
mereka (dalam beribadah), mereka adalah sahabat Muhammad ﷺ,
mereka berada di atas petunjuk yang lurus." [Hilyatul Auliyaa']
Lihat: Kewajiban mengikuti cara beragama Sahabat Rasulullah
8. Sikap
moderat dan adil.
Allah subhanahu wa ta'aala
berfirman:
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا} [البقرة:
143]
Dan demikian (pula) kami telah
menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan. [Al-Baqarah:143]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«القَصْدَ القَصْدَ تَبْلُغُوا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Beramallah sesuai kemampuan maka kalian
akan sampai." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Buraidah Al-Aslamiy radhiyallahu 'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«عَلَيْكُمْ هَدْيًا قَاصِدًا، عَلَيْكُمْ هَدْيًا قَاصِدًا،
عَلَيْكُمْ هَدْيًا قَاصِدًا؛ فَإِنَّهُ مَنْ يُشَادَّ هَذَا الدِّينَ يَغْلِبْهُ»
[مسند أحمد: صحيح]
“Pegangteguhlah petunjuk agama dengan
tenang dan bersahaja, Pegangteguhlah petunjuk agama dengan tenang dan
bersahaja, Pegangteguhlah petunjuk agama dengan tenang dan bersahaja, sebab
barangsiapa yang memperberat diri dalam agama ini pasti akan dikalahkan
olehnya." [Musnad Ahmad: Shahih]
Lihat: Pilar-pilar moderasi Islam
9. Tidak
mendahulukan akal dari pada Al-Qur'an dan hadits shahih.
Allah subhanahu wa ta'aala
berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [الحجرات: 1]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-Hujuraat: 1]
10. Hubungan
yang baik dengan Allah ta'alaa.
Anas radhiyallahu 'anhu
berkata: Rasulullah ﷺ benyak berdo'a dengan membaca
..
«يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِينِكَ»
"Wahai Yang membolak-balikkan
hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu"
Sahabat bertanya: Ya Rasulullah kami
beriman kepadamu dan apa yang engkau emban, apakah engkau mengkhawatirkan kami?
Rasulullah menjawab:
«نَعَمْ، إِنَّ القُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ
يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ»
"Iya, sesungguhnya hati
manusia berada di antara dua jari dari jari-jari Allah azza wajalla, Ia
membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya". [Sunan Tirmidzi: Sahih]
11. Yakin
dengan akidah yang benar, dan menghindari berdebatan yang tidak bermanfaat.
Allah subhanahu wa ta'aala
berfirman:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ
بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ} [لقمان: 20]
Dan di antara manusia ada yang membantah
tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi
penerangan. [Luqman:20]
Ø Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا
الجَدَلَ»، ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ هَذِهِ الآيَةَ: {مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ
خَصِمُونَ} [الزخرف: 58] [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Seseorang tidak sesat
setelah mendapat petunjuk kecuali karena mereka suka berbantah-bantahan".
Kemudian Rasulullah ﷺ membaca ayat ini: "Mereka tidak memberikan perumpamaan itu
kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, Sebenarnya mereka adalah kaum
yang suka bertengkar". [Az-Zukhruf:58] [Sunan Tirmidzi: Hasan]
Ø Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-, Rasulullah
ﷺ bersabda:
«أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، لَا
يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا، إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ»
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah dan Aku adalah utusan Allah, tidak seorang hamba pun yang
bertemu dengan Allah dengan dua kalimat tersebut tanpa keraguan kecuali ia
masuk surga". [Shahih Muslim]
12. Masalah
aqidah adalah bagian dari keimanan yang tidak menerima perubahan (nasakh).
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ} [الأنبياء: 25]
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun
sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
[Al-Anbiyaa': 25]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam besabda:
«الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى
وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ»
"Para Nabi adalah bersaudara
(dari keturunan) satu ayah dengan ibu yang berbeda, sedangkan agama mereka
satu". [Shahih Bukhari dan Muslim]
13. Akidah
yang jelas dan tidak samar.
Dari Al-'Irbaad bin Sariyah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَقَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا
كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا إِلَّا هَالِكٌ» [صحيح الترغيب
والترهيب]
“Aku telah meninggalkan kalian di atas
jalan yang terang dan jelas, malamnya sama dengan siangnya, tidak ada yang
melenceng darinya kecuali ia akan celaka". [Shahih At-Targiib wa
At-Tarhiib]
14. Mengambil
pelajaran dari keadaan pengikut hawa nafsu dan orang-orang yang menyimpang.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{فَاعْتَبِرُوا يَاأُولِي الْأَبْصَارِ} [الحشر: 2]
Maka ambillah (kejadian itu) untuk
menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan! [Al-Hasyr:
2]
15. Kesatuan
kata dan tidak terpecah.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ
كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا} [النساء:
82]
Maka apakah mereka tidak memperhatikan
Al-Quran? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. [An-Nisaa':82]
{وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا
وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ
أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا} [آل
عمران: 103]
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara. [Ali 'Imran:103]
Lihat: Bahaya perselisihan dan perpecahan
Wallahu a'lam!
المراجع: كتاب ثبات عقيدة السلف وسلامتها من التغيرات للأستاد الدكتور عبد الرزاق عبد المحسن البدر
Lihat juga: Karakteristik manhaj salaf - Keistimewaan agama Islam - 7 Pondasi utama aqidah Ahlissunah wal Jama’ah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...