Dari Tsauban
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«يُوشِكُ
الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى
قَصْعَتِهَا»، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: «بَلْ
أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ،
وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ،
وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ»، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: «حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ
الْمَوْتِ»
"Sudah dekat masanya umat-umat (yang memusuhi Islam) saling mengajak untuk membinasakan
kalian sebagaimana orang yang mau makan saling mengajak menuju hidangannya".
Seorang
bertanya: Apakah karena kami sedikit pada waktu itu?
Rasulullah
-shallallahu 'alaihi wasallam- menjawab: "Bahkan kalian pada waktu itu banyak akan tetapi
kalian lemah seperti buih di lautan, dan Allah mencabut dari hati musuh-musuh
kalian rasa gentar kepadamu dan Allah menamkan pada hati kalian sifat
"Al-Wahan"."
Seseorang
bertanya: Ya Rasulullah, apa itu "al-wahn”?
Rasulullah
-shallallahu 'alaihi wasallam- menjawab: "Cinta dunia dan takut mati". [Sunan
Abu Daud: Sahih]
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Tsauban bin Bujdud, atau bin Jahdar, Abu Abdillah
Al-Hasyimiy –radhiyallahu ‘anhu-, maulaa Nabi -shallallahu’alaihi wa
sallam-.
Ia berasal dari Yaman, atau daerah antara
Yaman dan Mekah. Beliau pernah menjadi tawanan dan diperbudak, kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membeli dan memerdekakannya.
Senantiasa menemani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baik ketika di
Madinah maupun ketika bepergian jauh. Ia terakhir tinggal di Syam dan wafat di
sana tahun 54H.
Lihat biografinya di sini: Hadits Tsauban; Istigfar dan dzikir setelah shalat
2.
Ucapan Nabi adalah
wahyu dari Allah.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{وَمَا
يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى} [النجم: 3 - 4]
Dan tiadalah yang diucapkannya itu
menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya). [An-Najm: 3-4]
Lihat: Sunnah Nabi adalah Wahyu
3.
Allah menampakkan hal
gaib kepada Rasul-Nya.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَا
كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ
رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ} [آل
عمران: 179]
Dan Allah sekali-kali tidak akan
memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa
yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. [Ali 'Imran:179]
{عَالِمُ
الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ
رَسُولٍ} [الجن:
26، 27]
(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang
ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. [Al-Jin: 26 - 27]
4.
Musuh tidak akan ridha
sampai kita meninggalkan agama.
Allah
subhanahu wa’ataalaa berfirman:
{وَلَنْ
تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ
إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ
الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا
نَصِيرٍ} [البقرة:
120]
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:
"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya
jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka
Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. [Al-Baqarah:120]
5.
Jumlah yang banyak
tanpa kualitas tidak akan bermanfaat.
Allah subhanahu wata'ala berfriman:
{لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ
ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْئًا
وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ
(25) ثُمَّ أَنزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنزَلَ
جُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَذَٰلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ}
[التوبة : 25-26]
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu
(hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan
Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka
jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi
yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan
bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada
orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada
melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan
demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. [At-Taubah: 25-26]
6.
Di masa Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, musuh takut kepada umat Islam.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
"
أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا،
وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلاَةُ فَلْيُصَلِّ،
وَأُحِلَّتْ لِي الغَنَائِمُ، وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ
خَاصَّةً، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Aku diberi lima perkara yang tidak
diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku: Aku diberi pertolongan dengan
rasa takut (yang menyelimuti musuh) sebelum tiba di medan perang sejauh satu
bulan perjalanan, dan dijadikan untukku bumi sebagai mesjid dan alat
bersuci (pengganti air) maka siapa saja dari umatku yang didapati waktu salat
maka hendaklah ia salat. Dan dihalalkan bagiku harta rampasan perang, dan nabi
sebelumnya diutus kepada kaumnya saja sedangkan aku diutus kepada manusia
seluruhnya, dan aku diberi syafa'at". [Sahih Bukhari dan Muslim]
7.
Sebab Allah mencabut
rasa takut pada musuh terhadap umat Islam.
Dari Ibnu Umar –radhiyallahu ‘anhuma-;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ
الْبَقَرِ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ
ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ» [سنن أبي داود:
صححه الألباني]
“Jika kamu berdagang dengan cara Al-'Inah
(jual beli riba), sibuk dengan ternak sapi, puas dengan pertanian, hingga kamu
meninggalkan jihad, maka Allah akan mendatangkan kepadamu kehinaan, Allah tidak
menghilangkannya sampai kalian kembali kepada agama kalian”. [Sunan Abi Daud:
Sahih]
Ø
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي
[مسند أحمد: صحيح]
“Dan
dijadikan (oleh Allah) kehinaan dan kecil (tiada arti) bagi orang yang
menyalahi perintahku.” [Musnad Ahmad: Sahih]
8.
Bahaya terlalu cinta
dunia.
Allah subhanahu wata'ala berfriman:
{وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ
صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ . ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ
اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي
الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ . أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ
وَأَبْصَارِهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ . لَا جَرَمَ أَنَّهُمْ فِي الْآخِرَةِ
هُمُ الْخَاسِرُونَ} [النحل: 106 - 109]
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia
beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir
padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi
orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya
dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka
mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah
tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang
hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka
itulah orang-orang yang lalai. Pastilah bahwa mereka di akhirat nanti adalah
orang-orang yang merugi. [An-Nahl: 106-109]
{فَأَمَّا مَنْ طَغَى (37) وَآثَرَ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى} [النازعات: 37 - 39]
Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih
mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat
tinggal(nya). [An-Naazi'aat: 37-39]
Ø
Dari 'Amr bin 'Auf radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
فَوَاللَّهِ مَا الفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّي
أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ،
فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ [صحيح البخاري ومسلم]
“Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku
khawatirkan atas kalian, akan tetapi aku khawatir jika kenikmatan dunia
dilapangkan atas kalian sebagaimana telah dilapangkan atas umat sebelum kalian.
Kemudian kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-lomba dan
akhirnya membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka”. [Sahih
Bukhari dan Muslim]
9.
Sebab orang cinta
dunia.
Diantaranya:
a)
Tidak mengetahui hakikat dunia.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ
مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ» [سنن الترمذي: حسن]
"Ketahuilah sesungguhnya
dunia ini dilaknat dan semua yang di dalam dunia dilaknat kecuali zikir
mengingat Allah dan apa-apa yang dicintai oleh Allah, orang yang berilmu atau
yang menuntut ilmu (yang bermanfaat)". [Sunan Tirmidzi: Hasan]
Dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَوْ كانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا
سَقَى كافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ [سنن الترمذي: صحيح]
“Seandainya dunia ini di sisi
Allah seharga dengan sayap nyamuk, maka Allah tidak akan memberi kepada orang
kafir sedikitpun dari kenikmatan dunia sekalipun hanya seteguk air”. [Sunan
Tirmidzi: Sahih]
Lihat: Hakikat kenikmatan dunia
b)
Tidak meyakini kenikmatan akhirat.
Dari Mustaurid radhiyallahu
'anhu, Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِى الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ
مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ - وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ -
فِى الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ . [صحيح مسلم]
“Demi Allah, tiadalah dunia
ini jika dibandingkan dengan akhirat kecuali ibarat seseorang dari kalian
memasukkan telunjuknya ke dalam laut maka perhatikanlah berapa banyak air yang
tersisa (ditelunjuknya)?” [Sahih Muslim]
c)
Terlalu berlebihan dalam menikmati dunia.
Dari Abu Sa'id Al-Khudry radhiyallahu
'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ
مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا
النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ
"Sesungguhnya dunia ini adalah kenikmatan yang menggiurkan, dan
sesungguhnya Allah menjadikan kamu khalifah (penghuni) di dalamnya, kemudian
meperhatikan bagaimana kalian menjalaninya. Maka hati-hatilah dengan dunia, dan
hati-hatilah dengan wanita, karena sesungguhnya cobaan pertama yang menimpa
kaum Bani Israil adalah cobaan wanita." [Sahih Muslim]
10.
Bahaya takut mati.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ
أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ، أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ،
كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ»
“Barangsiapa yang mencintai pertemua dengan
Allah maka Allah akan mencintai pertemuan dengannya, dan barangsiapa yang
membenci pertemuan dengan Allah maka Allah akan membenci pertemuan dengannya”.
Aisyah bertanya: Wahai Nabi Allah, apakah
yang dimaksud adalah rasa benci pada kematian? Padahal kami semua benci dengan
kematian!
Rasulullah menjawab:
«لَيْسَ
كَذَلِكِ، وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضْوَانِهِ
وَجَنَّتِهِ، أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ، فَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَإِنَّ
الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللهِ وَسَخَطِهِ، كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ،
وَكَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ» [صحيح
مسلم]
“Bukan yang demikian, akan tetapi seorang mukmin
jika diberi berita gembira akan rahmat Allah, ridha, dan surga-Nya maka ia
mencintai pertemuan dengan Allah. Sedangkan orang kafir jika diberi berita
tentang siksaan Allah dan murka-Nya maka ia membenci pertemuan dengan Allah dan
Allah pun membenci pertemuan dengannya.” [Sahih Muslim]
11.
Yang dimaksud dengan
takut mati
Ada dua jenis takut mati:
a)
Takut mati karena terlalu cinta dunia dan tidak mau
berkorban demi agama Allah.
Ini yang tercela; Allah subhanahu
wata'ala memuji orang yang berjihad di jalan-Nya tanpa ada rasa takut
sedikitpun.
Allah subhanahu wata'ala berfriman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ
يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ
وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ
يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ
فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ} [المائدة: 54]
Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi
Maha Mengetahui. [Al-Maidah:54]
b)
Takut mati sebagai sifat dasar (tabi’at) manusia.
Ini tidak tercela bahkah para wali Allah
pun takut ketika kematian menjemput.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah subhanahu
wata'ala berfirman (dalam sebuah hadits qudsi):
مَنْ
عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ
عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ
عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا
أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي
يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي
بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ،
وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ
المُؤْمِنِ، يَكْرَهُ المَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ [صحيح البخاري ومسلم]
"Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku akan
memeranginya, dan tidak ada ibadah yang dipersembahkan hamba-Ku yang paling Aku
cintai dari apa yang telah Aku wajibakan kepadanya, dan tidaklah hamba-ku
senangtiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sampai aku
mencintainya. Dan jika aku mencintainya, maka Aku sebagai pendengaran yang ia
pakai mendengar, penglihatan yang ia pakai melihat, tangan yang ia pakai
memegang, dan kaki yang ia pakai berjalan, dan jika ia meminta kepada-Ku akan
Aku berikan, dan jika ia minta perlindungan dari-Ku akan Aku lindungi, dan Aku
tidak pernah ragu melakukan sesuatu seperti keraguan-Ku mencabut jiwa seorang
mu'min, ia tidak suka mati dan Aku tidak suka menyakitinya". [Bukhari dan
Muslim]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...