Selasa, 16 Juli 2019

Hadits Tsauban; Istigfar dan dzikir setelah shalat

بسم الله الرحمن الرحيم


Imam Muslim –rahimahullah- berkata:
حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ أَبِي عَمَّارٍ اسْمُهُ شَدَّادُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا، وَقَال:َ " اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ "
قَالَ الْوَلِيدُ: فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِي:ِّ كَيْفَ الْاسْتِغْفَارُ؟ قَالَ: تَقُولُ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ.
Telah menceritakan kepada kami: Dawud bin Rusyaid, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami: Al Walid (bin Muslim), dari Auza'i (Abdurrahman bin 'Amr), dari Abu 'Ammar -namanya Syaddad bin Abdullah-, dari Abu Asma` ('Amru bin Mirtsad), dari Tsauban dia berkata; "Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai shalat, beliau akan meminta ampunan tiga kali dan memanjatkan doa: (Ya Allah, Engkau adalah Dzat Yang memberi keselamatan, dan dari Engkaulah segala keselamatan, Maha Besar Engkau wahai Dzat Pemilik kebesaran dan kemuliaan)."
Kata Al-Walid; Maka kukatakan kepada Al-Auza'iy: "Lalu bagaimana bila hendak meminta ampunan?"
Jawabnya; 'Engkau ucapkan saja: Astaghfirullah, Astaghfirullah."

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam “Ash-Shahih” kitab tentang mesjid dan tempat shalat (المساجد ومواضع الصلاة), bab anjuran dzikir setelah shalat dan penjelasan tentang bacaannya (استحباب الذكر بعد الصلاة وبيان صفته).

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Tsauban -radhiyallahu 'anhu-:

Nama: Tsauban bin Bujdud, atau bin Jahdar, Abu Abdillah atau Abu Abdirrahman Al-Hasyimiy –radhiyallahu ‘anhu-, maulaa Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-.
Asal: Yaman, atau daerah antara Yaman dan Mekah.
Beliau pernah menjadi tawanan dan diperbudak, kemudian Rasulullah membeli dan memerdekakannya. Senantiasa menemani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baik ketika di Madinah maupun ketika bepergian jauh.
Tinggal di Syam dan wafat di sana tahun 54H.

·         Disebutkan dalam kitab fiqh sirah:
كان ثَوْبَانُ مَوْلَى رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم شديدَ الحُبِّ له ، قليلَ الصبرِ عنه ، فأتاه ذاتَ يومٍ وقد تَغَيَّرَ لونُه ، يُعْرَفُ الحُزْنُ في وجهِه ، فقال له رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم : ما غَيَّرَ لَوْنَكَ ؟ فقال : يا رسولَ اللهِ ، ما بي مَرَضٌ ولا وَجَعٌ ؛ غيرَ أني إذا لم أَرَكَ اسْتَوْحَشْتُ وَحْشَةً شديدةً حتى ألقاك ، ثم إني إذا ذَكَرْتُ الآخِرَةَ أخافُ أَلَّا أراكَ لأنكَ تُرْفَعُ إلى عِلِّيِّينَ مع النَّبِيِّينَ ؛ وإني إن دَخَلْتُ الجنةَ كنتُ في منزلةٍ أَدْنَى من منزِلتِكَ ، وإن لم أَدْخُلْها لم أَرَكَ أبدًا ، فنزل قولُه تعالى : {وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ، وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا}
Bahwasanya Tsauban -maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam- sangat mencintai beliau, tidak sabar jauh dari beliau. Suatu hari Nabi mendatanginya sementara raut wajahnya berubah, terlihat kesedihan dari wajahnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beratanya: Apa yang menyebabkan raut wajahmu berubah?
Tsauban menjawab: Wahai Rasulullah, saya tidak sakit atau terluka, hanyasaja jika aku tidak melihatmu aku sangat rindu sampai bertemu denganmu, kemudian aku teringat akan akhirat dan aku khawatir tidak akan bisa melihatmu lagi karena enkau diangkat ke tempat yang tertinggi bersama para Nabi, dan aku sekiranya masuk surga maka tentu aku berada di tempat yang lebih rendah dari tempatmu, dan jika aku tidak masuk surga maka pasti aku tidak akan bisa melihatmu lagi.
Maka turunlah firman Allah: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin [orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. [An-Nisaa’: 69]

Hadits ini di-shahih-kan oleh syekh Albaniy rahimahullah dengan adanya penguat dari riwayat lain.


Tsaubanradhiyallahu ‘anhu-, mantan budak Rasulullah -shallallahu wa'alaihi wasallam- berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ يَكْفُلُ لِي أَنْ لَا يَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا وَأَتَكَفَّلُ لَهُ بِالْجَنَّةِ
"Siapakah yang menjamin untukku untuk tidak meminta-minta sesuatupun kepada orang lain, dan aku menjaminnya masuk Surga?
Tsauban berkata; saya!
Dan Tsauban tidak pernah meminta sesuatupun kepada orang lain. [Sunan Abi Daud: Shahih]

2.      Keutamaan istigfar.

Diantaranya:

  1. Melapangkan rezki.
Allah -subhanahu wata’aalaa- berfirman:
{وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ } [هود: 3]
Dan hendaklah kamu meminta ampun (istigfar) kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. [Huud:3]
{اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا } [نوح: 10- 12]
Mohonlah ampun (istigfar) kepada Tuhanmu, -sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun-, Niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. [Nuuh: 10-12]

  1. Menambah kekuatan.
Allah -subhanahu wata’aalaa- berfirman:
{وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ } [هود: 52]
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun (istigfar) kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." [Huud:52]

  1. Mencegah azab dunia dan akhirat.
Allah -subhanahu wata’aalaa- berfirman:
{وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} [الأنفال: 33]
Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. [Al-Anfaal:33]

  1. Hati menjadi bersih.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ، صُقِلَ قَلْبُهُ، فَإِنْ زَادَ، زَادَتْ، فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [المطففين: 14] "
Sesungguhnya seorang mu'min jika melakukan suatu dosa akan menjadi titik hitam dalam hatinya. Namun jika ia bertaubat, lalu meninggalkannya, dan minta ampunan maka hatinya menjadi bersih. Akan tetapi jika ia menambah dosanya, maka titik hitam itupun akan bertambah. Itulah yang dinamakan "Ar-Raan" sebagaimana yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya: "Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka". [Sunan Ibnu Majah: Hasan]


3.      Hikmah istigfar setelah shalat:

Diantaranya:

a)      Menutupi kekurangan yang dilakukan sewaktu shalat.
b)      Bentuk pengakuan bahwa seorang hamba tidak akan mampu beribadah secara sempurna.

Allah -subhanahu wata’aalaa- berfirman:
{كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} [الذاريات : 17-18]
Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. [Adz-Dzaariyaat: 17-18]

4.      Anjuran beristigfar setelah melaksanakan suatu ibadah.

Allah -subhanahu wata’aalaa- berfirman:
{وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ} [المزمل : 20]
Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Muzzammil: 20]
{ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ} [البقرة : 199]
Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah: 199]

5.      Apakah para Nabi -'alaihimussalam- maksum dari dosa kecil?

Ulama sepakat bahwa para Nabi dan Rasul –‘alaihimushalatu wassalam- maksum (terjaga) dari dosa besar, dosa kecil yang tercela, dan kesalahan dalam menyampaikan risalah dakwah ilahi.
Namun ada perselisihan pada kesalahan kecil yang tidak tercela.

Hadits Tsauban salah satu dalil bahwa para Nabi ada kemungkinan melakukan dosa kecil oleh sebab itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beristigfar setelah shalat.

Dan diantara dalilnya yang lain:


Dari Al-Aghar Al Muzaniy radhiyallahu ‘anhu-, -salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي وَإِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
"Sesungguhnya hatiku  terkadang dilalaikan dari dzikir kepada Allah, maka aku beristighfar seratus kali dalam sehari." [Shahih Muslim]

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu-; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Semua anak cucu Adam banyak salah dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat." [Sunan Tirmidziy: Hasan]


6.      Tawadhu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tetap beristigfar sekalipun sudah diampuni dosanya yang telah lalu dan akan datang.


7.      Keutamaan angka ganjil:

Aliradhiyallahu ‘anhu- berkata: Shalat witir tidaklah wajib sebagaimana shalat wajib kalian, akan tetapi ia merupakan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan beliau berkata:
إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ، يُحِبُّ الْوِتْرَ، فَأَوْتِرُوا يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ
"Sesungguhnya Allah adalah witir (ganjil) dan menyukai dengan sesuatu yang ganjil, maka berwitirlah kalian wahai para ahli Qur'an”. [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu-:
أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَلَّمَ سَلَّمَ ثَلَاثًا وَإِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلَاثًا
“Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila memberi salam, diucapkannya tiga kali dan bila berbicara dengan satu kalimat diulangnya tiga kali.” [Shahih Bukhari]

● Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu-;
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا شَرِبَ تَنَفَّسَ ثَلَاثًا وَقَالَ هُوَ أَهْنَأُ وَأَمْرَأُ وَأَبْرَأُ
Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila minum beliau bernafas tiga kali, dan beliau berkata: "Hal itu lebih nyaman dan enak serta lebih selamat." [Sunan Abi Daud: Shahih]

● Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu-; Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
مَنْ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ
"Siapa yang bersuci dengan batu, hendaklah dia melakukannya dengan bilangan ganjil" [Shahih Bukhari dan Muslim]

Jabirradhiyallahu ‘anhu- berkata; Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda:
إِذَا اسْتَجْمَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَجْمِرْ ثَلَاثًا
"Jika kalian melakukan istijmar (bersuci tidak mengunakan air) maka lakukanlah tiga kali." [Musnad Ahmad: Shahih]

8.      As-Salaam”, adalah nama Allah yang husnaa.

Allah -subhanahu wata’aalaa- berfirman:
{هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ}
Dialah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan. [Al-Hasyr:23]

● Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ
"Sesungguhnya Allah, Dia-lah As-Salaam”.  [Shahih Bukhari]

9.      Tambahan lafadz:

Syekh Al-Jazariy rahimahullah berkata:
وأما ما يُزاد بعد قوله: "ومنك السلام" من نحو "وإليك يرجع السلام، فحينا ربنا بالسلام، وأدخلنا دار السلام"، فلا أصل له، بل هو مختلق من بعض القُصّاص انتهى. [انظر: ذخيرة العقبى 15/345]
Adapun tambahan lafad “wa minkassalam” atau “wa ilaika yarji’ussalam, fahayyinaa bissalaam, wa adkhilnaa daarassalaam”, maka tambahan lafadz ini tidak punya landasan sanad, bahkan ia adalah buatan sebagian tukang dongen. [Dzakhiratul ‘Uqbaa 15/345]


10.  Do'a minta keselamatan:

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu-; Diantara do'a yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah -shallallahu ' alaihi wasallam-:
" اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ، وَالنَّجَاةَ بِعَوْنِكَ مِنَ النَّارِ " [المستدرك للحاكم: حسنه الأرنؤوط]
"Ya Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu amalan yang denganya kami berhak mendapatkan rahmat-Mu, dan amalan yang dengan kami berhak mendapatkan ampunan-Mu, dan keselamatan dari segala dosa, keuntungan dari segala kebaikan, kemenangan mendapatkan surga, dan keselamatan dri neraka atas pertolonganmu" [Mustadrak Al-Hakim: Hasan]

11.  Sebagian ulama memasukkan nama ذو الجلال والإكرام "Dzu Al-Jalaal wa Al-Ikraam" dalam asmaul husnaa.

Allah -subhanahu wata’aalaa- berfirman:
{تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ} [الرحمن: 78]
Maha Agung nama Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan karunia. [Ar-Rahman:78]


12.  "Dzu Al-Jalaal wa Al-Ikraam" salah satu diantara nama Allah yang teragung.

Dari Anasradhiyallahu ‘anhu- bahwa ia duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan terdapat seorang laki-laki yang melakukan shalat, kemudian ia berdoa;
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ
(ya Allah, aku memohon kepadaMu bahwa bagiMu segala pujian, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Pemberi, Pencipta langit dan bumi. Wahai Dzat yang memiliki keagungan, serta kemuliaan, wahai Dzat yang Maha Hidup, lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)).
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى
"Sungguh ia telah berdoa kepada Allah dengan namaNya yang agung, yang apabila dipanjatkan doa kepadaNya dengan nama tersebut maka Dia akan mengabulkannya, dan apabila Dia diminta dengan nama tersebut maka Dia akan memberinya." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Riwayat yang lain tentang nama Allah yang teragung:

a)      Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu-; bahwa Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki mengucapkan;
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
(ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dengan bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau Dzat Yang Maha Esa dan tempat bergantung Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada seorang pun yang menandingi-Nya).
Kemudian beliau berkata:
لَقَدْ سَأَلْتَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ
"Sunngguh engkau telah meminta kepada Allah dengan perantara namaNya yang Agung, yang apabila Dia diminta dengannya pasti Dia akan mengabulkan." [Sunan Abi Daud: Shahih]

b)      Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah shallallahu ' alaihi wasallam bersabda:
اسْمُ اللَّهِ الْأَعْظَمُ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ فِي سُوَرٍ ثَلَاثٍ الْبَقَرَةِ وَآلِ عِمْرَانَ وَطه
"Nama Allah yang Agung yang apabila berdo`a dengan-Nya akan di kabulkan, yaitu didalam tiga surat; Al Baqarah, Ali 'Imran dan Thahaa." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Surat Al-Baqarah ayat 255: {اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}
Surah Ali ‘Imran ayat 2: {اللّهُ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}
Surah Thaahaa ayat 111: {وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ}

c)       Dari Asma` binti Yazid radhiyallahu ‘anha-; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
اسْمُ اللَّهِ الْأَعْظَمُ فِي هَاتَيْنِ الْآيَتَيْنِ: { وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ }، وَفَاتِحَةِ سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ: { الم اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}
"Nama Allah yang paling agung ada dalam dua ayat ini: WA ILAAHUKUM ILAAHUN WAAHIDUN LAA ILAAHA ILLAA HUWAR RAHMAANURRAHIIM, dan permulaan Surat Ali 'Imran: ALIF LAAM MIIM, ALLAAHU LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUM." [Sunan Abi Daud: Hasan]

13.  Anjuran berdo'a dengan nama "Dzuul Jalaali wal ikraam"

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu-; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَلِظُّوا بِيَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
"Tetaplah (seringlah) berdoa dengan mengucapkan; YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM." (Wahai Dzat yang memiliki kebesaran dan kemuliaan). [Sunan Tirmidziy: Shahih]

● Dari Mu'adz radhiyallahu ‘anhu-; bahwa Rasulullah -shallallahu'alaihiwasallam- mendatangi seseorang yang tengah berdoa;
يَا ذَا الْجِلَالِ وَالْإِكْرَامِ
"Wahai Pemilik keluhuran dan kemuliaan"
Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda;
قَدْ اسْتُجِيبَ لَك،َ فَسَلْ
"Doamu pasti dikabulkan, mintalah." [Musnad Ahmad: Hasan]

14.  Anjuran berdo'a dengan nama dan sifat Allah.

Allah -subhanahu wata’aalaa- berfirman:
{قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا (110) وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُن لَّهُ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ ۖ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا} [الإسراء : 110-111]
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. [110-111]

15.  Hadits Tsauban mengisyaratkan tiga jenis do’a:

a.       Do'a thalab (meminta), seperti istigfar meminta ampunan.
b.      Do'a tsanaa' (pujian), seperti menyebut nama dan sifat Allah yang mulia.
c.       Do'a ibadah (amal shalih), seperti shalat.

Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma-; Dari Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- beliau bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ { قَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ }
"Doa adalah ibadah, {Tuhan kalian telah berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu"}" [Sunan Abi Daud: Shahih]

16.  Bolehkah menggabungkan beberapa dzikir dan do'a setelah shalat?

Dalam riwayat lain di shahih Muslim setelah riwayat di atas, beliau berkata:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ لَمْ يَقْعُدْ إِلَّا مِقْدَارَ مَا يَقُول:ُ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ [صحيح مسلم]
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibn Numair, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah, dari 'Ashim, dari Abdullah bin Harits, dari 'Aisyah dia berkata; "Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan salam, beliau tidak duduk selain seukuran membaca bacaan: (Ya Allah, Engkau adalah Dzat Pemberi keselamatan, dan dari-Mulah segala keselamatan,  Maha Besar Engkau Dzat Pemilik kebesaran dan kemuliaan)."  [Shahih Muslim]

Boleh menggabungkan beberapa dzikir setelah shalat, seperti yang dilakukan Rasulullah -shallallau 'alaihi wasallam- dalam hadits Tsauban, beliau menggabungkan antara istigfar dan dzikir.
Akan tetapi seorang imam sebaiknya dzikir yang dibaca setelah shalat tidak terlalu panjang, agar tidak memberatkan makmum yang punya hajat setelah shalat.

Al-Bara' bin 'Azibradhiyallahu ‘anhu- berkata,
رَمَقْتُ الصَّلَاةَ مَعَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدْتُ قِيَامَهُ فَرَكْعَتَهُ فَاعْتِدَالَهُ بَعْدَ رُكُوعِهِ فَسَجْدَتَهُ فَجَلْسَتَهُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ فَسَجْدَتَهُ فَجَلْسَتَهُ مَا بَيْنَ التَّسْلِيمِ وَالِانْصِرَافِ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ
"Aku memperhatikan shalat bersama Muhammad shallallahu'alaihiwasallam, lalu aku mendapatkan berdirinya, rukuknya, i'tidalnya setelah rukuk, sujudnya, duduknya antara dua sujud, sujudnya, dan duduknya antara salam dan beranjak dari shalat, semuanya adalah mendekati sama." [Shahih Muslim]

Ummu Salamah radliallahu 'anha berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ قَامَ النِّسَاءُ حِينَ يَقْضِي تَسْلِيمَهُ وَمَكَثَ يَسِيرًا قَبْلَ أَنْ يَقُومَ
"Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan salam, kaum wanita berdiri (meninggalkan tempat shalat) ketika Rasulullah selesai mengucapkan salamnya, sementara beliau berdiam diri sebentar sebelum berdiri."
Ibnu Syihab berkata, "Menurutku -dan hanya Allah yang tahu- beliau melakukan itu agar kaum wanita punya kesempatan untuk pergi sehingga seseorang yang berlalu pulang dari kalangan laki-laki tidak bertemu dengan mereka." [Shahih Bukhari]

Dari Ibnu 'Abbasradhiyallahu ‘anhuma-; bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar dari rumah Juwairiyah pada pagi hari usai shalat Subuh dan dia tetap di tempat shalatnya. Tak lama kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali setelah terbit fajar (pada waktu dhuha), sedangkan Juwairiyah masih duduk di tempat shalatnya. Setelah itu, Rasulullah menyapanya:
مَا زِلْتِ عَلَى الْحَالِ الَّتِي فَارَقْتُكِ عَلَيْهَا
"Ya Juwairiyah, kamu masih belum beranjak dari tempat shalatmu sejak aku meninggalkanmu?"
Juwairiyah menjawab; 'Ya. Saya masih di sini, di tempat semula ya Rasulullah.'
Kemudian Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- berkata:
لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ: " سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ "
'Setelah keluar tadi, aku telah mengucapkan empat rangkaian kata-kata -sebanyak tiga kali- yang kalimat tersebut jika dibandingkan dengan apa yang kamu baca seharian tentu akan sebanding, yaitu 'SUBHAANALLOOHI WABIHAMDIHI, 'ADA KHOLQIHI WARIDHOO NAFSIHI WAZINATA 'ARSYIHI WAMIDAADA KALIMAATIHI."Maha Suci Allah dengan segala puji bagi-Nya sebanyak hitungan makhluk-Nya, menurut keridlaan-Nya, seberat 'arasy-Nya dan sebanyak tinta kalimat-Nya.' [Shahih Muslim]

Allah -subhanahu wata’aalaa- berfirman:
{قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا} [الكهف : 109]
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". [Al-Kahf: 109]

Simak bin Harb berkata kepada Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu-; "Mungkin anda pernah duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?
Dia menjawab;
نَعَمْ كَثِيرًا كَانَ لَا يَقُومُ مِنْ مُصَلَّاهُ الَّذِي يُصَلِّي فِيهِ الصُّبْحَ أَوْ الْغَدَاةَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتْ الشَّمْسُ قَامَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِي أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ
"Ya, banyak kesempatan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidak beranjak dari tempat shalatnya ketika subuh atau pagi hari hingga matahari terbit, jika matahari terbit, maka beliau beranjak pergi. Para sahabat seringkali bercerita-cerita dan berkisah-kisah semasa jahiliyahnya, lantas mereka pun tertawa, namun beliau hanya tersenyum." [Shahih Muslim]

Wallahu a’lam!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...