بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Muslim –rahimahullah-
berkata:
حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ
حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ أَبِي عَمَّارٍ اسْمُهُ شَدَّادُ
بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا، وَقَال:َ "
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ
وَالْإِكْرَامِ "
قَالَ الْوَلِيدُ: فَقُلْتُ
لِلْأَوْزَاعِي:ِّ كَيْفَ الْاسْتِغْفَارُ؟ قَالَ: تَقُولُ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ.
Telah menceritakan kepada kami:
Dawud bin Rusyaid, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami: Al Walid (bin
Muslim), dari Auza'i (Abdurrahman bin 'Amr), dari Abu 'Ammar -namanya Syaddad
bin Abdullah-, dari Abu Asma` ('Amru bin Mirtsad), dari Tsauban dia
berkata; "Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai
shalat, beliau akan meminta ampunan tiga kali dan memanjatkan doa: (Ya Allah, Engkau
adalah Dzat Yang memberi keselamatan, dan dari Engkaulah segala keselamatan,
Maha Besar Engkau wahai Dzat Pemilik kebesaran dan kemuliaan)."
Kata Al-Walid; Maka kukatakan
kepada Al-Auza'iy: "Lalu bagaimana bila hendak meminta ampunan?"
Jawabnya; 'Engkau ucapkan saja: Astaghfirullah,
Astaghfirullah."
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam
Muslim dalam “Ash-Shahih” kitab tentang mesjid dan tempat shalat (المساجد ومواضع الصلاة), bab anjuran dzikir
setelah shalat dan penjelasan tentang bacaannya (استحباب الذكر بعد الصلاة وبيان صفته).
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Tsauban -radhiyallahu 'anhu-:
Nama: Tsauban bin Bujdud, atau
bin Jahdar, Abu Abdillah atau Abu Abdirrahman Al-Hasyimiy –radhiyallahu ‘anhu-,
maulaa Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam-.
Asal: Yaman, atau daerah antara
Yaman dan Mekah.
Beliau pernah menjadi tawanan dan
diperbudak, kemudian Rasulullah membeli dan memerdekakannya. Senantiasa
menemani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baik ketika di Madinah maupun ketika
bepergian jauh.
Tinggal di Syam dan wafat di sana
tahun 54H.
·
Disebutkan dalam kitab fiqh
sirah:
كان ثَوْبَانُ مَوْلَى رسولِ اللهِ صلَّى
اللهُ عليه وسلَّم شديدَ الحُبِّ له ، قليلَ الصبرِ عنه ، فأتاه ذاتَ يومٍ وقد
تَغَيَّرَ لونُه ، يُعْرَفُ الحُزْنُ في وجهِه ، فقال له رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ
عليه وسلَّم : ما غَيَّرَ لَوْنَكَ ؟ فقال : يا رسولَ اللهِ ، ما بي مَرَضٌ ولا
وَجَعٌ ؛ غيرَ أني إذا لم أَرَكَ اسْتَوْحَشْتُ وَحْشَةً شديدةً حتى ألقاك ، ثم
إني إذا ذَكَرْتُ الآخِرَةَ أخافُ أَلَّا أراكَ لأنكَ تُرْفَعُ إلى عِلِّيِّينَ مع
النَّبِيِّينَ ؛ وإني إن دَخَلْتُ الجنةَ كنتُ في منزلةٍ أَدْنَى من منزِلتِكَ ،
وإن لم أَدْخُلْها لم أَرَكَ أبدًا ، فنزل قولُه تعالى : {وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ
وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ
النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ، وَحَسُنَ
أُولَئِكَ رَفِيقًا}
Bahwasanya Tsauban -maula
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam- sangat mencintai beliau, tidak
sabar jauh dari beliau. Suatu hari Nabi mendatanginya sementara raut wajahnya
berubah, terlihat kesedihan dari wajahnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam beratanya: Apa yang menyebabkan raut wajahmu berubah?
Tsauban menjawab: Wahai
Rasulullah, saya tidak sakit atau terluka, hanyasaja jika aku tidak melihatmu
aku sangat rindu sampai bertemu denganmu, kemudian aku teringat akan akhirat
dan aku khawatir tidak akan bisa melihatmu lagi karena enkau diangkat ke tempat
yang tertinggi bersama para Nabi, dan aku sekiranya masuk surga maka tentu aku
berada di tempat yang lebih rendah dari tempatmu, dan jika aku tidak masuk
surga maka pasti aku tidak akan bisa melihatmu lagi.
Maka turunlah firman Allah: Dan
barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin [orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul],
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman
yang sebaik-baiknya. [An-Nisaa’: 69]
Hadits ini di-shahih-kan oleh syekh
Albaniy rahimahullah dengan adanya penguat dari riwayat lain.
Tsauban –radhiyallahu ‘anhu-,
mantan budak Rasulullah -shallallahu wa'alaihi wasallam- berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ يَكْفُلُ لِي أَنْ لَا يَسْأَلَ
النَّاسَ شَيْئًا وَأَتَكَفَّلُ لَهُ بِالْجَنَّةِ
"Siapakah yang menjamin
untukku untuk tidak meminta-minta sesuatupun kepada orang lain, dan aku
menjaminnya masuk Surga?
Tsauban berkata; saya!
Dan Tsauban tidak pernah meminta
sesuatupun kepada orang lain. [Sunan Abi Daud: Shahih]
2.
Keutamaan istigfar.
Diantaranya:
- Melapangkan rezki.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{وَأَنِ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى
أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ } [هود: 3]
Dan hendaklah kamu meminta
ampun (istigfar) kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu
mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik
(terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan
memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. [Huud:3]
{اسْتَغْفِرُوا
رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا .
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ
أَنْهَارًا } [نوح: 10- 12]
Mohonlah ampun (istigfar) kepada
Tuhanmu, -sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun-, Niscaya dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai. [Nuuh: 10-12]
- Menambah kekuatan.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{وَيَا
قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ
مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
} [هود: 52]
Dan (dia berkata): "Hai
kaumku, mohonlah ampun (istigfar) kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya,
niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan
kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat
dosa." [Huud:52]
- Mencegah azab dunia dan akhirat.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{وَمَا
كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} [الأنفال: 33]
Dan tidaklah (pula) Allah akan
mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. [Al-Anfaal:33]
- Hati menjadi bersih.
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu
‘anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ
كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ،
صُقِلَ قَلْبُهُ، فَإِنْ زَادَ، زَادَتْ، فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ
اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}
[المطففين: 14] "
Sesungguhnya seorang mu'min jika
melakukan suatu dosa akan menjadi titik hitam dalam hatinya. Namun jika ia
bertaubat, lalu meninggalkannya, dan minta ampunan maka hatinya menjadi bersih.
Akan tetapi jika ia menambah dosanya, maka titik hitam itupun akan bertambah.
Itulah yang dinamakan "Ar-Raan" sebagaimana yang disebutkan Allah
dalam kitab-Nya: "Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang
selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka". [Sunan Ibnu Majah:
Hasan]
3.
Hikmah istigfar setelah shalat:
Diantaranya:
a) Menutupi kekurangan yang dilakukan sewaktu shalat.
b) Bentuk pengakuan bahwa seorang hamba tidak akan mampu
beribadah secara sempurna.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ
اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} [الذاريات
: 17-18]
Di dunia mereka sedikit sekali
tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.
[Adz-Dzaariyaat: 17-18]
4.
Anjuran beristigfar setelah melaksanakan suatu ibadah.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{وَمَا تُقَدِّمُوا
لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ
أَجْرًا ۚ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ} [المزمل
: 20]
Dan kebaikan apa saja yang
kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah
sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah
ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[Al-Muzzammil: 20]
{ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ
حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ
رَّحِيمٌ} [البقرة : 199]
Kemudian bertolaklah kamu dari
tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun kepada
Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah:
199]
5.
Apakah para Nabi -'alaihimussalam- maksum dari dosa kecil?
Ulama sepakat bahwa para Nabi dan
Rasul –‘alaihimushalatu wassalam- maksum (terjaga) dari dosa besar, dosa kecil
yang tercela, dan kesalahan dalam menyampaikan risalah dakwah ilahi.
Namun ada perselisihan pada
kesalahan kecil yang tidak tercela.
Hadits Tsauban salah satu dalil
bahwa para Nabi ada kemungkinan melakukan dosa kecil oleh sebab itu Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam beristigfar setelah shalat.
Dan diantara dalilnya yang
lain:
Dari Al-Aghar Al Muzaniy –radhiyallahu
‘anhu-, -salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي وَإِنِّي
لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
"Sesungguhnya hatiku terkadang dilalaikan dari dzikir kepada
Allah, maka aku beristighfar seratus kali dalam sehari." [Shahih Muslim]
◆ Dari Anas –radhiyallahu
‘anhu-; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ
الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Semua anak cucu Adam banyak
salah dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat."
[Sunan Tirmidziy: Hasan]
Baca penjelasannya di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/Apakah-para-Nabi-maksum-dari-kesalahan.html
6.
Tawadhu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tetap
beristigfar sekalipun sudah diampuni dosanya yang telah lalu dan akan datang.
7.
Keutamaan angka ganjil:
Ali –radhiyallahu ‘anhu-
berkata: Shalat witir tidaklah wajib sebagaimana shalat wajib kalian, akan
tetapi ia merupakan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan
beliau berkata:
إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ، يُحِبُّ الْوِتْرَ،
فَأَوْتِرُوا يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ
"Sesungguhnya Allah adalah
witir (ganjil) dan menyukai dengan sesuatu yang ganjil, maka berwitirlah kalian
wahai para ahli Qur'an”. [Sunan Tirmidziy: Shahih]
■
Dari Anas –radhiyallahu ‘anhu-:
أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَلَّمَ سَلَّمَ
ثَلَاثًا وَإِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلَاثًا
“Bahwasanya Nabi shallallahu
'alaihi wasallam apabila memberi salam, diucapkannya tiga kali dan bila
berbicara dengan satu kalimat diulangnya tiga kali.” [Shahih Bukhari]
● Dari Anas bin Malik –radhiyallahu
‘anhu-;
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا شَرِبَ تَنَفَّسَ ثَلَاثًا وَقَالَ هُوَ أَهْنَأُ
وَأَمْرَأُ وَأَبْرَأُ
Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam apabila minum beliau bernafas tiga kali, dan beliau berkata:
"Hal itu lebih nyaman dan enak serta lebih selamat." [Sunan Abi Daud:
Shahih]
● Dari Abu Hurairah –radhiyallahu
‘anhu-; Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
مَنْ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ
"Siapa yang bersuci dengan
batu, hendaklah dia melakukannya dengan bilangan ganjil" [Shahih Bukhari
dan Muslim]
■
Jabir –radhiyallahu ‘anhu- berkata; Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam
bersabda:
إِذَا اسْتَجْمَرَ أَحَدُكُمْ
فَلْيَسْتَجْمِرْ ثَلَاثًا
"Jika kalian melakukan
istijmar (bersuci tidak mengunakan air) maka lakukanlah tiga kali."
[Musnad Ahmad: Shahih]
8.
“As-Salaam”, adalah nama Allah yang husnaa.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا
إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ
الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ}
Dialah Allah yang tiada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia, Raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera,
yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha
Kuasa, yang memiliki segala Keagungan. [Al-Hasyr:23]
● Dari Abdullah bin Mas'ud –radhiyallahu
‘anhu-; Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ
"Sesungguhnya Allah, Dia-lah
As-Salaam”. [Shahih Bukhari]
9.
Tambahan lafadz:
Syekh Al-Jazariy rahimahullah
berkata:
وأما ما يُزاد بعد قوله: "ومنك
السلام" من نحو "وإليك يرجع السلام، فحينا ربنا بالسلام، وأدخلنا دار
السلام"، فلا أصل له، بل هو مختلق من بعض القُصّاص انتهى. [انظر: ذخيرة
العقبى 15/345]
Adapun tambahan lafad “wa
minkassalam” atau “wa ilaika yarji’ussalam, fahayyinaa bissalaam, wa
adkhilnaa daarassalaam”, maka tambahan lafadz ini tidak punya landasan
sanad, bahkan ia adalah buatan sebagian tukang dongen. [Dzakhiratul ‘Uqbaa
15/345]
10. Do'a minta keselamatan:
Dari Ibnu Mas'ud –radhiyallahu
‘anhu-; Diantara do'a yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah -shallallahu
' alaihi wasallam-:
" اللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالسَّلَامَةَ مِنْ
كُلِّ إِثْمٍ، وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ،
وَالنَّجَاةَ بِعَوْنِكَ مِنَ النَّارِ " [المستدرك
للحاكم: حسنه الأرنؤوط]
"Ya Allah,
sungguh kami memohon kepada-Mu amalan yang denganya kami berhak mendapatkan
rahmat-Mu, dan amalan yang dengan kami berhak mendapatkan ampunan-Mu, dan
keselamatan dari segala dosa, keuntungan dari segala kebaikan, kemenangan
mendapatkan surga, dan keselamatan dri neraka atas pertolonganmu"
[Mustadrak Al-Hakim: Hasan]
11. Sebagian ulama memasukkan nama ذو الجلال
والإكرام "Dzu
Al-Jalaal wa Al-Ikraam" dalam asmaul husnaa.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ
ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ} [الرحمن: 78]
Maha Agung nama Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan karunia. [Ar-Rahman:78]
12. "Dzu Al-Jalaal wa Al-Ikraam"
salah satu diantara nama Allah yang teragung.
Dari Anas –radhiyallahu ‘anhu- bahwa ia duduk bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan terdapat seorang laki-laki yang melakukan shalat,
kemudian ia berdoa;
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ
الْحَمْدُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ
يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ
(ya Allah, aku memohon kepadaMu
bahwa bagiMu segala pujian, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali
Engkau, Maha Pemberi, Pencipta langit dan bumi. Wahai Dzat yang memiliki
keagungan, serta kemuliaan, wahai Dzat yang Maha Hidup, lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya)).
Kemudian Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ
الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى
"Sungguh ia telah berdoa
kepada Allah dengan namaNya yang agung, yang apabila dipanjatkan doa kepadaNya
dengan nama tersebut maka Dia akan mengabulkannya, dan apabila Dia diminta
dengan nama tersebut maka Dia akan memberinya." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Riwayat yang lain tentang
nama Allah yang teragung:
a) Dari Buraidah –radhiyallahu ‘anhu-; bahwa
Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki
mengucapkan;
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنِّي
أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ
الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
(ya Allah sesungguhnya aku
meminta kepada-Mu dengan bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah
kecuali Engkau Dzat Yang Maha Esa dan tempat bergantung Yang tidak beranak dan
tidak diperanakkan dan tidak ada seorang pun yang menandingi-Nya).
Kemudian beliau berkata:
لَقَدْ سَأَلْتَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ
بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ
أَجَابَ
"Sunngguh engkau telah
meminta kepada Allah dengan perantara namaNya yang Agung, yang apabila Dia
diminta dengannya pasti Dia akan mengabulkan." [Sunan Abi Daud: Shahih]
b) Dari Abu Umamah –radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah shallallahu
' alaihi wasallam bersabda:
اسْمُ اللَّهِ الْأَعْظَمُ الَّذِي إِذَا
دُعِيَ بِهِ أَجَابَ فِي سُوَرٍ ثَلَاثٍ الْبَقَرَةِ وَآلِ عِمْرَانَ وَطه
"Nama Allah yang Agung yang
apabila berdo`a dengan-Nya akan di kabulkan, yaitu didalam tiga surat; Al
Baqarah, Ali 'Imran dan Thahaa." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Surat Al-Baqarah ayat 255: {اللّهُ لاَ إِلَـهَ
إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}
Surah Ali ‘Imran ayat 2: {اللّهُ لا إِلَـهَ إِلاَّ
هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}
Surah Thaahaa ayat 111: {وَعَنَتِ الْوُجُوهُ
لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ}
c) Dari Asma` binti Yazid –radhiyallahu ‘anha-; bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
اسْمُ اللَّهِ الْأَعْظَمُ فِي هَاتَيْنِ
الْآيَتَيْنِ: { وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ
الرَّحِيمُ }، وَفَاتِحَةِ سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ: { الم اللَّهُ لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}
"Nama Allah yang
paling agung ada dalam dua ayat ini: WA ILAAHUKUM ILAAHUN WAAHIDUN LAA ILAAHA ILLAA
HUWAR RAHMAANURRAHIIM, dan permulaan Surat Ali 'Imran: ALIF LAAM MIIM, ALLAAHU
LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUM." [Sunan Abi Daud: Hasan]
13. Anjuran berdo'a dengan nama "Dzuul
Jalaali wal ikraam"
Dari Anas –radhiyallahu
‘anhu-; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَلِظُّوا بِيَا ذَا الْجَلَالِ
وَالْإِكْرَامِ
"Tetaplah (seringlah) berdoa
dengan mengucapkan; YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM." (Wahai Dzat yang
memiliki kebesaran dan kemuliaan). [Sunan Tirmidziy: Shahih]
● Dari Mu'adz –radhiyallahu
‘anhu-; bahwa Rasulullah -shallallahu'alaihiwasallam- mendatangi
seseorang yang tengah berdoa;
يَا ذَا الْجِلَالِ وَالْإِكْرَامِ
"Wahai Pemilik keluhuran dan
kemuliaan"
Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam
bersabda;
قَدْ اسْتُجِيبَ لَك،َ فَسَلْ
"Doamu pasti dikabulkan,
mintalah." [Musnad Ahmad: Hasan]
14. Anjuran berdo'a dengan nama dan
sifat Allah.
Allah -subhanahu wata’aalaa-
berfirman:
{قُلِ ادْعُوا اللَّهَ
أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ
الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ
ذَٰلِكَ سَبِيلًا (110) وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا
وَلَمْ يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُن لَّهُ وَلِيٌّ مِّنَ
الذُّلِّ ۖ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا} [الإسراء : 110-111]
Katakanlah: "Serulah
Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia
mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu
mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan
carilah jalan tengah di antara kedua itu". Dan katakanlah: "Segala
puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam
kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah
Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. [110-111]
15. Hadits Tsauban mengisyaratkan tiga
jenis do’a:
a. Do'a thalab (meminta), seperti istigfar meminta ampunan.
b. Do'a tsanaa' (pujian), seperti menyebut nama dan sifat Allah
yang mulia.
c. Do'a ibadah (amal shalih), seperti shalat.
Dari An-Nu'man bin Basyir –radhiyallahu
‘anhuma-; Dari Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- beliau bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ { قَالَ
رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ }
"Doa adalah ibadah, {Tuhan
kalian telah berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu"}" [Sunan Abi Daud: Shahih]
16. Bolehkah menggabungkan beberapa
dzikir dan do'a setelah shalat?
Dalam riwayat lain di shahih
Muslim setelah riwayat di atas, beliau berkata:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي
شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ عَاصِمٍ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ لَمْ يَقْعُدْ إِلَّا مِقْدَارَ
مَا يَقُول:ُ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا
الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ [صحيح مسلم]
Telah menceritakan kepada kami
Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibn Numair, dia berkata; Telah menceritakan kepada
kami Abu Muawiyah, dari 'Ashim, dari Abdullah bin Harits, dari 'Aisyah dia
berkata; "Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan
salam, beliau tidak duduk selain seukuran membaca bacaan: (Ya Allah, Engkau
adalah Dzat Pemberi keselamatan, dan dari-Mulah segala keselamatan, Maha Besar Engkau Dzat Pemilik kebesaran dan
kemuliaan)." [Shahih Muslim]
Boleh menggabungkan beberapa
dzikir setelah shalat, seperti yang dilakukan Rasulullah -shallallau 'alaihi wasallam- dalam hadits Tsauban, beliau menggabungkan
antara istigfar dan dzikir.
Akan tetapi seorang imam sebaiknya
dzikir yang dibaca setelah shalat tidak terlalu panjang, agar tidak memberatkan
makmum yang punya hajat setelah shalat.
■
Al-Bara' bin 'Azib –radhiyallahu ‘anhu- berkata,
رَمَقْتُ الصَّلَاةَ مَعَ مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدْتُ قِيَامَهُ فَرَكْعَتَهُ فَاعْتِدَالَهُ
بَعْدَ رُكُوعِهِ فَسَجْدَتَهُ فَجَلْسَتَهُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ فَسَجْدَتَهُ
فَجَلْسَتَهُ مَا بَيْنَ التَّسْلِيمِ وَالِانْصِرَافِ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ
"Aku memperhatikan shalat
bersama Muhammad shallallahu'alaihiwasallam, lalu aku mendapatkan
berdirinya, rukuknya, i'tidalnya setelah rukuk, sujudnya, duduknya antara dua
sujud, sujudnya, dan duduknya antara salam dan beranjak dari shalat, semuanya
adalah mendekati sama." [Shahih Muslim]
■
Ummu Salamah radliallahu 'anha berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ قَامَ النِّسَاءُ حِينَ يَقْضِي تَسْلِيمَهُ
وَمَكَثَ يَسِيرًا قَبْلَ أَنْ يَقُومَ
"Apabila Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mengucapkan salam, kaum wanita berdiri (meninggalkan
tempat shalat) ketika Rasulullah selesai mengucapkan salamnya, sementara beliau
berdiam diri sebentar sebelum berdiri."
Ibnu Syihab berkata,
"Menurutku -dan hanya Allah yang tahu- beliau melakukan itu agar kaum
wanita punya kesempatan untuk pergi sehingga seseorang yang berlalu pulang dari
kalangan laki-laki tidak bertemu dengan mereka." [Shahih Bukhari]
◆ Dari Ibnu 'Abbas –radhiyallahu
‘anhuma-; bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar dari
rumah Juwairiyah pada pagi hari usai shalat Subuh dan dia tetap di tempat
shalatnya. Tak lama kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
kembali setelah terbit fajar (pada waktu dhuha), sedangkan Juwairiyah masih
duduk di tempat shalatnya. Setelah itu, Rasulullah menyapanya:
مَا زِلْتِ عَلَى الْحَالِ الَّتِي
فَارَقْتُكِ عَلَيْهَا
"Ya Juwairiyah, kamu masih
belum beranjak dari tempat shalatmu sejak aku meninggalkanmu?"
Juwairiyah menjawab; 'Ya. Saya
masih di sini, di tempat semula ya Rasulullah.'
Kemudian Rasulullah -shallallahu
'alaihi wasallam- berkata:
لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ
ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ:
" سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ
عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ "
'Setelah keluar tadi,
aku telah mengucapkan empat rangkaian kata-kata -sebanyak tiga kali- yang
kalimat tersebut jika dibandingkan dengan apa yang kamu baca seharian tentu
akan sebanding, yaitu 'SUBHAANALLOOHI WABIHAMDIHI, 'ADA KHOLQIHI WARIDHOO
NAFSIHI WAZINATA 'ARSYIHI WAMIDAADA KALIMAATIHI."Maha Suci Allah dengan
segala puji bagi-Nya sebanyak hitungan makhluk-Nya, menurut keridlaan-Nya,
seberat 'arasy-Nya dan sebanyak tinta kalimat-Nya.' [Shahih Muslim]
Allah -subhanahu wata’aalaa- berfirman:
{قُل لَّوْ كَانَ
الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ
كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا} [الكهف :
109]
Katakanlah: Sekiranya lautan
menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan
itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)". [Al-Kahf: 109]
⊙ Simak bin Harb berkata kepada Jabir
bin Samurah –radhiyallahu ‘anhu-; "Mungkin anda pernah
duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?
Dia menjawab;
نَعَمْ كَثِيرًا كَانَ لَا يَقُومُ مِنْ
مُصَلَّاهُ الَّذِي يُصَلِّي فِيهِ الصُّبْحَ أَوْ الْغَدَاةَ حَتَّى تَطْلُعَ
الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتْ الشَّمْسُ قَامَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ
فَيَأْخُذُونَ فِي أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ
"Ya, banyak kesempatan
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidak beranjak dari tempat shalatnya
ketika subuh atau pagi hari hingga matahari terbit, jika matahari terbit, maka
beliau beranjak pergi. Para sahabat seringkali bercerita-cerita dan
berkisah-kisah semasa jahiliyahnya, lantas mereka pun tertawa, namun beliau
hanya tersenyum." [Shahih Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Hadits Abu Hurairah; Dzikir setelah shalat - Zikir dan do'a setelah shalat - Hukum mengucapkan salam di akhir shalat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...