بسم الله الرحمن الرحيم
Ni’mat Allah yang terbesar dan paling berharga adalah
ni’mat iman
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي
قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ
أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ
عَلِيمٌ حَكِيمٌ} [الحجرات: 7، 8]
Akan tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan
keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti
jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana. [Al-Hujuraat: 7 - 8]
{يَمُنُّونَ
عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ
يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ} [الحجرات: 17]
Mereka merasa telah memberi nikmat
kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah
memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang
melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu
adalah orang-orang yang benar." [Al-Hujuraat:17]
{وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلَّا
بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ} [يونس: 100]
Dan tidak ada seorangpun akan beriman
kecuali dengan izin Allah; Dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang
yang tidak mempergunakan akalnya. [Yunus:100]
Persatuan dan persaudaraan juga nikmat dari Allah ta’aalaa
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ
أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا} [آل عمران: 103]
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara. [Ali 'Imran:103]
{وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا
فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ
بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ} [الأنفال: 63]
Dan
(Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak
dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati
mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. [Al-Anfaal:63]
Lihat: Indahnya persaudaraan di atas Islam
Perselisihan dan permusuhan adalah adzab
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ
النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ (118) إِلَّا مَنْ رَحِمَ
رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ}
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia
menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat,
Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah
(tidak berselisih atau rahmat) Allah menciptakan mereka. [Huud: 118-119]
{وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا
وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ
عَظِيمٌ} [آل عمران: 105]
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang
bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada
mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. [Ali 'Imran:105]
Ø Ibnu Mas'ud radhiyallahu
'anhu berkata: Aku mendengar seseorang membaca satu ayat dan aku telah
mendengar Rasulullah membacanya dengan cara yang berbeda, maka aku membawanya
kepada Rasulullah ﷺ dan menceritakannya, dan aku melihat raut muka tidak senang dari
Rasulullah seraya bersabda:
«كِلاَكُمَا مُحْسِنٌ، وَلاَ تَخْتَلِفُوا،
فَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ اخْتَلَفُوا فَهَلَكُوا» [صحيح البخاري]
“Kalian berdua sudah betul,
dan janganlah berselisih, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah berselisih dan
akhirnya mereka binasa.” [Sahih Bukhari]
Lihat: Bahaya perselisihan dan perpecahan
Sifat orang
beriman senantiasa menjaga persatuan dan persaudaraan
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ}
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. [Al-Hujuraat:10]
Ø
Dari An-Nu'man bin
Basyir radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ،
وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى
لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى» [صحيح البخاري
ومسلم]
“Perumpamaan orang beriman
dalam kecintaan, kasih sayang, dan kelembutan mereka, seperti satu tubuh jika
salah satu anggotanya merasa sakit maka anggota tubuh lainnya juga merasakan
dengan susah tidur dan demam.” [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Abi Musa
Al-Asy’ariy radhiyallahu
'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ
بَعْضُهُ بَعْضًا» وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ
"Sesungguhnya seorang mukmin dengan mukmin
lainnya seperti satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain."
kemudian beliau menganyam jari jemarinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى
تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ
إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ» [صحيح مسلم]
“Kalian tidak akan masuk surga
sampai kalian beriman, dan kalian tidak dikatakan beriman sampai kalian
"saling mencintai". Inginkah kalian kutunjukkan pada sesuatu yang
jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam di antara
kalian.” [Sahih Muslim]
Ø
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَحَاسَدُوا،
وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا، وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ
أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Janganlah kalian saling
marahan, jangan saling iri, jangan saling membelakangi, jadilah kalian
hamba-hamba Allah yang saling bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim menjauhi
saudaranya labih dari tiga hari”. [Sاahih Bukhari dan Muslim]
Ucapan salaf tentang nikmat persaudaraan
Sa’id bin Al-Musayyab (w.90H) rahimahullah berkata:
"عَلَيْكَ بِإِخْوَانِ الصِّدْقِ، فَكَثِّرْ فِي
اكْتِسَابِهِمْ، فَإِنَّهُمْ زِينَةٌ فِي الرَّخَاءِ، وَعُدَّةٌ عِنْدَ عَظِيمِ
الْبَلَاءِ" [شعب الإيمان للبيهقي]
“Hendaklah kalian memiliki saudara seiman yang jujur,
pebanyaklah mendapatkan mereka, karena mereka adalah perhiasan saat senang, dan
pertolongan saat musibah yan besar”. [Syu’abul Iman karya Al-Baihaqiy]
Ø Khalid bin
Shafwan (w.121H) rahimahullah
berkata:
"إنّ أعْجَزَ الناسِ مَن قَصَّرَ في طَلَبِ الإخوَان، وأعْجَزُ
منه مَن ضَيَّعَ مَن ظَفَرَ به مِنْهُم" [مجلة مجمع الفقه الإسلامي]
“Sungguh orang yang paling lemah adalah orang yang lalai mencari
teman, dan lebih lemah lagi dari itu adalah orang yang menyia-nyiakan teman
yang telah ia dapatkan”. [Majallah Majma’ Al-Fiqhi Al-Islamiy]
Ø Muhammad bin
Al-Munkadir (w.130H) rahimahullah
ditanya:
" مَا بَقِيَ مِنْ لَذَّتِكَ؟ قَالَ: لِقَاءُ الْإِخْوَانِ،
وَإِدْخَالُ السُّرُورِ عَلَيْهِمْ " [حلية الأولياء لأبي نعيم]
“Apa yang tersisa dari kenikmatan duniamu? Ia menjawab: Bertemu
saudara seiman dan membahagiakan mereka”. [Hilyatul Auliyah karya Abu Nu’aim]
Ø
Sufyan Ats-Tsauriy (w.161H) rahimahullah
ditanya:
" مَا الْعَيْشُ؟" قَالَ: "لِقَاءُ الإخوان" [الثقات لابن
حبان]
“Apakah kehidupan itu?” Ia menjawab: “Kehidupan itu adalah saat
berjumpa dengan saudara seiman”. [Ats-Tsiqat karya Ibnu Hibban]
Ø Imam Syafi’iy
(w.204H) rahimahullah berkata:
" لَيْسَ سُرُورٌ يَعْدِلُ صُحْبَةَ الْإِخْوَانِ، وَلَا
غَمٌّ يَعْدِلُ فِرَاقَهُمْ " [شعب الإيمان]
“Tidak ada kebahagian yang menandingi kebersamaan saudara seiman, dan tidak ada kesedihan yang menandingi perpisahan dengan mereka”. [Syu’abul Iman karya Al-Baihaqiy]
Persatuan
umat Islam tidak akan terwujud kecuali dengan bersatu di atas sunnah Nabi ﷺ
Dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ
الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ،
وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ» [سنن أبي داود:
حسنه الألباني]
“Ketahuilah sesungguhnya
orang-orang sebelum kalian dari ahli kitab telah berpecah menjadi tujuhpuluh
dua umat, dan sesungguhnya umat ini (Islam) akan terpecah menjadi tujuhpuluh
tiga: tujuhpuluh dua masuk neraka, dan satu masuk surga, yaitu "al-jama'ah".”
[Sunan Abu Daud: Hasan]
Makna "al-jama'ah"
dalam hadits di atas adalah kelompok yang berpegang teguh pada sunnah
Rasulullah dan tuntunan para sahabatnya, sebagaimana dijelaskan pada hadits
yang diriwayatkan oleh Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا
أَتَى عَلَى بني إسرائيل حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ، حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ
مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ، وَإِنَّ
بني إسرائيل تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي
عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً»
"Akan datang pada kaumku
apa yang telah menimpa Bani Israil sama persis setiap langkah demi langkah,
sampai jika ada dari mereka yang berzina dengan ibunya secara terang-terangan
maka pasti pada umatku pun ada orang yang melakukan itu. Dan sesungguhnya Bani
Israil terlah terpecah menjadi tujuhpuluh dua golongan, dan umatku akan
terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali
satu golongan".
Sahabat bertanya: Siapa mereka itu Ya
Rasulullah? Rasulullah ﷺ menjawab:
«مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
“Mereka yang mengikuti
sunnahku dan sunnah para sahabatku.” [Sunan Tirmidzi: Hasan]
Kelompok yang selamat adalah kelompok yang
berpemahaman “ahli sunnah wal jama’ah”, (ahli sunnah) yang
senantiasa menerapkan sunnah Nabi ﷺ dan kesehariannya, (wal jama’ah) yang
senantiasa menjaga persatuan dan persaudaraan sesama umat Islam.
Lihat: Bersatu di atas pondasi Tauhid dan As-Sunnah
Mengembalikan
segala perselisihan kepada Allah dan RasulNya
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ
خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا} [النساء: 59]
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisaa':59]
{إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ
وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [النور: 51]
Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila
mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di
antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". dan
mereka Itulah orang-orang yang beruntung. [An-Nuur:51]
{فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا
شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ
وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65]
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya)
tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya". [An-Nisaa: 65]
Ø Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
" كَانَ أَبُو بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيُّ كَاهِنًا يَقْضِي بَيْنَ
الْيَهُودِ فِيمَا يَتَنَافَرُونَ إِلَيْهِ، فتنافرَ إِلَيْهِ نَاسٌ مِنَ
الْمُسْلِمِينَ، فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ {أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ
يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ
قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحاكَمُوا إِلَى الطاغوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ
يَكْفُرُوا بِهِ} إِلَى قَوْلِهِ: {إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا إِحْسَانًا} [النساء: 60 -
62] " [المعجم الكبير للطبراني: صححه الشيخ مقبل]
"Abu Barzah Al-Aslamiy
dahulu adalah seorang dukun yang memberi keputusan di antara kaum Yahudi
terhadap perkara yang mereka ajukan kepadanya. Lalu beberapa orang muslim ikut
meminta keputusan kepadanya, maka Allah 'azza wajalla menurunkan
firmanNya: {"Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku
dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu, dan kepada apa yang
diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada Thaghut, padahal mereka
telah diperintahkan untuk mengingkari Thaghut itu}, sampai firmanNya:
{"Sekali kali kami tidak menghendaki selain penyelesain yang baik"}
[An-Nisaa': 60 - 62] [Al-Mu'jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Dishahihkan oleh
syekh Muqbil]
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Meraih surga dengan persaudaraan - Kuatkan persatuan dan persaudaraan di bulan Ramadhan - Sebab-sebab perpecahan umat - Saling mencintai karena Allah - Syarah Arba’in hadits (13) Anas; Mencintai saudara seiman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...