بسم الله الرحمن الرحيم
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [آل
عمران: 31]
Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[Ali 'Imran:31]
Ø Al-Hasan Al-Bashriy dan selainnya dari ulama salaf rahimahumullah
berkata:
زَعَمَ قَوْمٌ أَنَّهُمْ يُحِبُّونَ
اللَّهَ فَابْتَلَاهُمُ اللَّهُ بِهَذِهِ الْآيَةِ، فَقَالَ: {قُلْ إِنْ كُنْتُمْ
تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ}. [تفسير ابن كثير]
Beberapa orang mengaku bahwa mereka
mencintai Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini: {Katakanlah:
"Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi kalian} [Tafsir Ibnu Katsir]
Ø Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
هَذِهِ الْآيَةُ الْكَرِيمَةُ
حَاكِمَةٌ عَلَى كُلِّ مَنِ ادَّعَى مَحَبَّةَ اللَّهِ، وَلَيْسَ هُوَ عَلَى
الطَّرِيقَةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ فَإِنَّهُ كَاذِبٌ فِي دَعْوَاهُ فِي نَفْسِ الْأَمْرِ،
حَتَّى يَتَّبِعَ الشَّرْعَ الْمُحَمَّدِيَّ وَالدِّينَ النَّبَوِيَّ فِي جَمِيعِ
أَقْوَالِهِ وَأَحْوَالِهِ، كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ عَمِلَ عَمَلا لَيْسَ عَلَيْهِ
أمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ" [تفسير ابن كثير]
Ayat yang mulia ini adalah penentu terhadap
setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah sedangkan ia tidak berada di atas
jalan Nabi Muhammad, maka seseungguhnya pengakuannyaitu dusta dengan
sendirinya, sampai ia mengikuti syari’at Muhammad dan agamanya pada setiap
perkataan dan keadaannya, sebagaimana diriwayatkan dalam Ash-Shahih dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Siapa yang
melakukan suatu amalan ibadah yang bukan termasuk perkara agama kami maka itu
tertolak”. [Tafsir Ibnu Katsir]
Kewajiban mencintai Allah ta’aalaa.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ
اللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ
حُبًّا لِّلَّهِ} [البقرة: 165]
Dan
diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. [Al-Baqarah: 165]
Tanda cinta kepada Allah ta’aalaa, diantaranya:
1)
Meneladani Rasulullah ﷺ.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ
اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا} [النساء:80]
Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad),
maka sesungguhnya dia telah menaati Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari
ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi
pemelihara mereka. [An-Nisa': 80]
Ø 'Abdullah bin Az Zubair radhiyallahu
'anhuma menceritakan:
أَنَّ رَجُلًا مِنَ الأَنْصَارِ خَاصَمَ الزُّبَيْرَ عِنْدَ
النَّبِيِّ ﷺ فِي شِرَاجِ الحَرَّةِ، الَّتِي يَسْقُونَ
بِهَا النَّخْلَ، فَقَالَ الأَنْصَارِيُّ: سَرِّحِ المَاءَ يَمُرُّ، فَأَبَى
عَلَيْهِ؟ فَاخْتَصَمَا عِنْدَ النَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
ﷺ لِلزُّبَيْرِ: «أَسْقِ يَا زُبَيْرُ، ثُمَّ
أَرْسِلِ المَاءَ إِلَى جَارِكَ»، فَغَضِبَ الأَنْصَارِيُّ، فَقَالَ: أَنْ كَانَ
ابْنَ عَمَّتِكَ؟ فَتَلَوَّنَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، ثُمَّ قَالَ: «اسْقِ يَا زُبَيْرُ، ثُمَّ احْبِسِ المَاءَ حَتَّى
يَرْجِعَ إِلَى الجَدْرِ»، فَقَالَ الزُّبَيْرُ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأَحْسِبُ
هَذِهِ الآيَةَ نَزَلَتْ فِي ذَلِكَ: {فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى
يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ
حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65]
Bahwa ada seorang dari kalangan Anshar
bersengketa dengan Az-Zubair di hadapan Nabi ﷺ tentang aliran air di daerah
Al-Harrah yang mereka gunakan untuk menyirami pepohonan kurma. Berkata orang
Anshar tersebut: "Bukalah air agar bisa mengalir?" Az-Zubair
menolaknya lalu keduanya bertengkar di hadapan Nabi ﷺ. Maka Rasulullah ﷺ
berkata kepada Az-Zubair: "Wahai Zubair, berilah air dan kirimlah buat
tetanggamu". Maka orang Anshar itu marah seraya berkata; "Tentu saja
kamu bela dia karena dia putra bibimu". Maka wajah Rasulullah ﷺ memerah
kemudian berkata: "Wahai Zubair, berilah air kemudian bendunglah hingga
air itu kembali ke dasar ladang". Maka Az-Zubair berkata: "Demi
Allah, sungguh aku menganggap bahwa ayat ini turun tentang kasus ini, yaitu firman
Allah: {Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya}.
[An-Nisaa':65] [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu 'anhuma; Nabi
ﷺ bersabda:
" مَنْ أَطَاعَ
مُحَمَّدًا ﷺ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ، وَمَنْ عَصَى مُحَمَّدًا ﷺ فَقَدْ عَصَى
اللَّهَ، وَمُحَمَّدٌ ﷺ فَرْقٌ بَيْنَ النَّاسِ "
"Barangsiapa menaati Muhammad ﷺ, berarti ia menaati Allah, dan barangsiapa
membangkang Muhammad ﷺ telah membangkang
Allah, dan Muhammad adalah pembeda di antara manusia" [Shahih Bukhari]
Lihat: Kitab I’tisham, bab (02) Mengikuti tuntunan Rasulullah ﷺ
2)
Suka membaca Al-Qur’an.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُحِبَّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَقْرَأْ فِي
الْمُصْحَفِ» [حلية الأولياء: حسنه الألباني]
"Barangsiapa yang gembira
mencintai Allah dan Rasul-Nya maka hendaklah ia membaca Al-Qur'an dengan
mushaf". [Hilyatul Auliya': Hasan]
Lihat: Keutamaan membaca Al-Qur'an
3)
Jujur, amanah, dan berbuat baik kepada tetangga.
Dari Abdurrahman bin Abi Qurad radhiyallahu
‘anhu;
أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ تَوَضَّأَ يَوْمًا
فَجَعَلَ أَصْحَابُهُ يَتَمَسَّحُونَ بِوَضُوئِهِ، فَقَالَ لَهُمُ النَّبِيُّ ﷺ: " مَا
يَحْمِلُكُمْ عَلَى هَذَا؟ " قَالُوا: حُبُّ اللهِ وَرَسُولِهِ، فَقَالَ
النَّبِيُّ ﷺ:
" مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُحِبَّ اللهَ وَرَسُولَهُ، أَوْ يُحِبَّهُ اللهُ
وَرَسُولُهُ فَلْيَصْدُقْ حَدِيثَهُ إِذَا حَدَّثَ، وَلْيُؤَدِّ أَمَانَتَهُ إِذَا
ائْتُمِنَ، وَلْيُحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَهُ " [شعب الإيمان للبيهقي: حسنه الألباني]
Bahwasanya Nabi ﷺ berwudhu suatu hari, lalu
para sahabatnya membasuh diri dari sisa wudhu beliau, maka Nabi ﷺ bertanya
kepada mereka: Apa yang membuat kalian melakukan ini? Mereka menjawab: Karena
cinta kepada Allah dan RasulNya. Maka Nabi ﷺ bersabda: Siapa yang senang untuk
mencintai Allah dan RasulNya atau ia dicintai oleh Allah dan RasulNya maka
hendaklah ia jujur ucapannya saat berbicara, menunaikan amanah ketika diberi
amanah, dan memperbaiki hubungannya dengan tetangganya”. [Syu’abul Iman karya Al-Baihaqiy:
Dihasankan oleh syekh Albaniy]
Keutamaan meneladani Rasulullah ﷺ.
1. Mendapatkan
cinta Allah ta’aalaa.
Keutamaan
orang yang mendapatkan cinta Allah ta’aalaa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
" إِنَّ
اللهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا
فَأَحِبَّهُ، قَالَ: فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ
فَيَقُولُ: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ
السَّمَاءِ، قَالَ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ، وَإِذَا أَبْغَضَ
عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَيَقُولُ: إِنِّي أُبْغِضُ فُلَانًا فَأَبْغِضْهُ، قَالَ
فَيُبْغِضُهُ جِبْرِيلُ، ثُمَّ يُنَادِي فِي أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللهَ
يُبْغِضُ فُلَانًا فَأَبْغِضُوهُ، قَالَ: فَيُبْغِضُونَهُ، ثُمَّ تُوضَعُ لَهُ
الْبَغْضَاءُ فِي الْأَرْضِ ".
"Sesungguhnya Allah jika mencintai
seorang hamba, Ia memanggil Jibril dan berkata kepadanya: Sesungguhnya Aku
mencintai si Fulan maka cintailah ia!
Lalu Jibril ikut mencintainya, kemudian berseru di langit: Sesungguhnya
Allah mencintai si Fulan maka cintailah ia. Lalu penduduk langit turut
mencintainya, kemudian diturunkan rasa cinta kepadanya di bumi. Dan jika Allah
membenci seorang hamba, Ia memanggil Jibril dan berkata kepadanya: Sesungguhnya
Aku membenci si Fulan maka bencilah ia. Lalu Jibril ikut membencinya,
kemudian berseru di langit: Sesungguhnya Allah membenci si Fulan maka
bencilah ia. Lalu penduduk langit turut membencinya, kemudian diturunkan
rasa benci kepadanya di bumi." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda: Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi:
" مَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي
بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي
يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ:
كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ،
وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ
سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ " . [صحيح
البخاري]
"Tidak ada ibadah yang dipersembahkan
hamba-Ku yang paling Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibakan kepadanya,
dan tidaklah hamba-ku senangtiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan
sunnah sampai aku mencintainya. Dan jika aku mencintainya, maka Aku sebagai
pendengaran yang ia pakai mendengar, penglihatan yang ia pakai melihat, tangan
yang ia pakai memegang, dan kaki yang ia pakai berjalan, dan jika ia meminta
kepada-Ku akan Aku berikan, dan jika ia minta perlindungan dari-Ku akan Aku
lindungi". [Shahih Bukhari]
Lihat: Meraih cinta Allah
2. Mendapatkan
ampunan.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ
وَأَنْتَ فِيهِمْ} [الأنفال: 33]
Dan Allah sekali-kali tidak akan
mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. [Al-Anfaal: 33]
Sebagian ulama menafsirkan ayat ini, bahwa
siapa yang menghudupkan sunnah Nabi ﷺ dalam
kehidupannya maka Allah tidak akan menimpakan azab kepadanya.
Ø Dari beberapa Sahabat radhiyallahu ‘anhum; Nabi ﷺ bersabda:
«يَطْلُعُ اللَّهُ
إِلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ»
“Allah menengok pada makhluknya di malam
seperdua bulan Sya’ban, kemudian mengampuni semua makhlukNya kecuali yang
musyrik dan musyahin (yang memusuhi)”. [Dihasankan oleh syekh Albaniy]
Ø
Imam Ahmad –rahimahullah-
berkata:
«الْمُشَاحِنُ: هُمْ أَهْلُ الْبِدَعِ
الَّذِينَ يُشَاحِنُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَيُعَادُونَهُمْ» [الدعاء
للطبراني]
“Al-Musyahin: Mereka adalah ahli bid’ah
yang memusuhi ahli Islam dan melawan mereka”. [Ad-Du’aa’ karya Ath-Thabaraniy]
Ø
‘Umair bin Hani’ berkata:
Aku bertanya kepada Ibnu Tsauban tentang makna “Al-Musyahin”, ia
menjawab:
«هو التارِكُ لِسنة نبيّه ﷺ الطاعِنُ على أُمّته،
السافِكُ لِدمائِهم» [الترغيب والترهيب لقوام السنة]
“Ia adalah orang yang meninggalkan sunnah
Nabinya ﷺ, yang menghina umatnya, menumpahkan darahnya”. [At-Targib wa
At-Tarhib karya Qawwam As-Sunnah]
Ø
Al-Auza’iy –rahimahullah-
berkata:
«أَنَّ الْمُشَاحِنَ الْمُبْتَدِعَ الَّذِي يُفَارِقُ
أُمَّةً» [مسند إسحاق بن راهويه]
“Sesungguhnya Al-Musyahin adalah ahli
bid’ah yang menyelisihi umat”. [Musnad Ishaq bin Rahawaih]
Lihat: Syarah hadits “Ampunan Allah di malam nishfu Sya’ban”
3. Mendapatkan
keselamatan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا
لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ} [الأنفال: 24]
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang
memberi kehidupan kepada kamu." [Al-Anfaal:24]
Ø Az-Zuhriy (w.125H) –rahimahullah- berkata:
" كَانَ
مَنْ مَضَى مِنْ عُلَمَائِنَا يَقُولُونَ: الِاعْتِصَامُ بِالسُّنَّةِ نَجَاةٌ
" [سنن الدارمي]
“Orang terdahulu dari ulama kita berkata:
Berpegang teguh dengan As-Sunnah adalah keselamatan”. [Sunan Ad-Darimiy:
Shahih]
Ø
Imam Malik (w.179H)
–rahimahullah- berkata:
"
السُّنَّةُ سَفِينَةُ نُوحٍ مَنْ رَكِبَهَا نَجَا وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا غَرِقَ
" [ذم الكلام وأهله للهروي]
“As-Sunnah ibarat perahu Nuh, siapa yang
menaikinya akan selamat, dan siapa yang tidak menaikinya akan tenggelam”.
[Dzammul Kalaam karya Al-Harawaih]
Lihat: Jadikan As-Sunnah sebagai pedoman hidup
Bahaya menyelisihi Rasulullah ﷺ.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ
أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور:
63]
Maka hendaklah orang-orang yang
menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.
[An-Nuur:63]
Ø
Syufyan bin ‘Uyainah
–rahimahullah- berkata:
سَمِعْت مَالِكَ بْنَ أَنَسٍ، وَأَتَاهُ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا أَبَا
عَبْدِ اللَّهِ، مِنْ أَيْنَ أُحْرِمُ؟ قَالَ: مِنْ ذِي الْحُلَيْفَةِ مِنْ حَيْثُ
أَحْرَمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ. فَقَالَ: إنِّي أُرِيدُ أَنْ أُحْرِمَ مِنْ الْمَسْجِدِ.
فَقَالَ: لَا تَفْعَلْ. قَالَ: إنِّي أُرِيدُ أَنْ أُحْرِمَ مِنْ الْمَسْجِدِ مِنْ
عِنْدِ الْقَبْرِ. قَالَ: لَا تَفْعَلْ، فَإِنِّي أَخْشَى عَلَيْك الْفِتْنَةَ.
قَالَ: وَأَيُّ فِتْنَةٍ فِي هَذَا؟ إنَّمَا هِيَ أَمْيَالٌ أَزِيدُهَا. قَالَ:
وَأَيُّ فِتْنَةٍ أَعْظَمُ مِنْ أَنْ تَرَى أَنَّك سَبَقْت إلَى فَضِيلَةٍ قَصَّرَ
عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، إنِّي سَمِعْتُ اللَّهَ يَقُولُ: {فَلْيَحْذَرِ
الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63] [أحكام القرآن لابن العربي (3/ 432)]
Aku mendengar Malik bin Anas saat
seseorang mendatanginya dan bertanya: Wahai Abu Abdillah, dari mana saya harus
berihram? Malik menjawab: Dari Dzil Hulaifah di mana Rasulullah ﷺ berihram. Maka orang itu berkata: Saya ingin berihram dari
Mesjid Nabawiy. Malik berkata: Jangan engkau lakukan. Orang itu berkata lagi:
Saya ingin berihram dari Mesjid di sisi kuburan Nabi. Malik berkata: Jangan
engkau lakukan, karena aku khawatir padamu terkena fitnah. Orang itu bertanya:
Fitnah apa yang akan menimpaku dalam hal ini? Ini hanya beberapa mil yang aku
tambahkan. Malik menjawab: Fitnah apa yang lebih besar daripada engkau merasa
bahwa engkau telah lebih dahulu melakukan kebaikan yang diabaikan oleh
Rasulullah ﷺ. Sungguh Aku mendengar Allah berfirman: “Maka hendaklah
orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa
siksa yang pedih.” [An-Nur: 63] [Ahkam Al-Qur’an karya Ibnu Al-‘Arabiy]
Ø Al-'Irbaad bin Sariyah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَقَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا
كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا إِلَّا هَالِكٌ» [صحيح الترغيب
والترهيب]
"Aku telah meninggalkan
kalian di atas jalan yang terang dan jelas, malamnya sama dengan siangnya,
tidak ada yang melenceng darinya kecuali ia akan celaka". [Sahih
At-Targiib wa At-Tarhiib]
Ø Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي» [مسند
أحمد: صحيح]
"Dan dijadikan (oleh Allah)
kehinaan dan kecil (tiada arti) bagi orang yang menyalahi perintahku."
[Musnad Ahmad: Shahih]
Lihat: Ancaman bagi orang yang mencela “Sunnah”
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Tafsir surah Ar-Rahman ayat 33; “Tidak ada yang bisa keluar dari kekuasaan Allah” - Jalan keselamatan "Subulussalam"; Tafsir surah Al-Maidah ayat 15-17 - Perniagaan yang tidak merugi (surah Fathir 29)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...