بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits yang menyebutkan
ampunan Allah pada malam seperdua bulan Sya’ban diriwayatkan dari beberapa
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya: Mu’adz
bin Jabal, Abu Tsa’labah, Abu Hurairah, Abu Bakr Ash-Shiddiiq, Abu Musa
Al-Asy’ariy, Abdullah bin ‘Amr, ‘Auf bin Malik, Aisyah, Usman bin Abi Al-‘Ash,
Ubay bin Ka’b, Abu Umamah Al-Bahiliy, dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhum; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«يَطْلُعُ اللَّهُ إِلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ»
“Allah
menengok pada makhlukNya di malam seperdua bulan Sya’ban, kemudian mengampuni
semua makhlukNya kecuali yang musyrik dan musyahin (yang
memusuhi)”.
Ulama berselisih pendapat
tentang derajat hadits ini, ada yang men-shahih-kan sebagian riwayatnya, dan ada juga
yang melemahkan semuanya.
Al-Hafidz Abu Al-Khathab
Ibnu Dihyah (w.633H) rahimahullah berkata:
قَالَ أَهْلُ التَّعْدِيلِ
وَالتَّجْرِيحِ: «وَلَيْسَ فِي حَدِيثِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ حَدِيثٌ
يَصِحُّ»
“Ahli “at-ta’diil wa
at-tajriih” (ulama hadits) berkata: Tidak ada hadits tentang malam seperdua
bulan Sya’ban yang sahih”. ["Ma wadhaha wa stabana fii fadhail syahr
Sya'ban" hal.43]
Ibnu Rajab Al-Hambaliy rahimahullah berkata:
وفي فضل ليلة نصف شعبان أحاديث
أخر متعددة وقد اختلف فيها فضعفها الأكثرون وصحح ابن حبان بعضها وخرجه في صحيحه
“Dan pada keutamaan malam
seperdua bulan Sya’ban beberapa hadits lain yang jumlahnya banyak. Dan ulama
berselisih tentangnya, maka kebanyakan melemahkannya, sedangkan Ibnu Hibban
men-shahih-kan sebagiannya, dan mengeluarkannya dalam kitab shahih-nya”.
[Lathaif Al-Ma’aarif hal.136]
Diantara ulama kontenporer
yang menguatkan hadits ini adalah syekh Albaniy dan syekh Syu’aib Al-Arnauth rahimahumallah.
Lihat: Takhrij hadits "Ampunan Allah di malam nishfu Sya’ban"
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Allah tidak memberikan ampunan kepada pelaku kesyirikan.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ
بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ} [النساء: 48]
[النساء: 116]
Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. [An-Nisaa: 48] [An-Nisaa:
116]
Lihat: Awas ada syirik !
2.
Allah tidak memberikan ampunan kepada orang yang
bermusuhan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ
يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ، وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا
يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ
شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا
هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا " [صحيح
مسلم]
"Pintu-pintu
surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, lalu diampuni dosa setiap hamba yang
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali orang yang ada permusuhan
antara ia dan saudaranya. Maka dikatakan: Tangguhkan kedua orang ini sampai
keduanya berdamai, tangguhkan kedua orang ini sampai keduanya berdamai,
tangguhkan kedua orang ini sampai keduanya berdamai". [Sahih Muslim]
Ø Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
" ثَلَاثَةٌ لَا تُرْفَعُ صَلَاتُهُمْ
فَوْقَ رُءُوسِهِمْ شِبْرًا: رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ،
وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَأَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ
" [سنن ابن ماجه: حسن]
"Ada
tiga golongan yang tidak diangkat pahala shalatnya sejengkal dari atas
kepalanya: Laki-laki yang menjadi imam suatu kaum sementara mereka semua
membencinya, dan perempuan yang tidur sementara suaminya memurkainya, dan dua
bersaudara yang saling bermusuhan". [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ
تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيسٍ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، فَلَا يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ
رَحِمٍ " [مسند أحمد: حسن]
"Sesungguhnya
amalan anak cucu Adam diperlihatkan setiapa hari Kamis di malam Jum'at, maka
tidak diterima amalan orang yang memutuskan silaturahmi". [Musnad Ahmad:
Hasan]
Lihat: Bahaya perselisihan dan perpecahan
3.
Sebagian ulama menafsirkan makna “musyahin” adalah
ahli bid’ah.
Imam Ahmad –rahimahullah-
berkata:
«الْمُشَاحِنُ: هُمْ أَهْلُ الْبِدَعِ
الَّذِينَ يُشَاحِنُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَيُعَادُونَهُمْ» [الدعاء للطبراني]
“Al-Musyahin: Mereka
adalah ahli bid’ah yang memusuhi ahli Islam dan melawan mereka”. [Ad-Du’aa’
karya Ath-Thabaraniy]
Ø ‘Umair bin Hani’ berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Tsauban
tentang makna “Al-Musyahin”, ia menjawab:
«هو التارِكُ لِسنة نبيّه صلى الله عليه
وسلم الطاعِنُ على أُمّته، السافِكُ لِدمائِهم» [الترغيب والترهيب لقوام السنة]
“Ia adalah orang yang
meninggalkan sunnah Nabinya shallallahu ‘alaihi wasallam, yang menghina
umatnya, menumpahkan darahnya”. [At-Targib wa At-Tarhib karya Qawwam As-Sunnah]
Ø Al-Auza’iy –rahimahullah- berkata:
«أَنَّ الْمُشَاحِنَ الْمُبْتَدِعَ
الَّذِي يُفَارِقُ أُمَّةً» [مسند
إسحاق بن راهويه]
“Sesungguhnya
Al-Musyahin adalah ahli bid’ah yang menyelisihi umat”. [Musnad Ishaq bin
Rahawaih]
4.
Allah menghalangi ahli bid’ah dari taubat.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ حَجَبَ
التَّوْبَةَ عَنْ صَاحِبِ كُلِّ بِدْعَةٍ» [المعجم الأوسط: صححه
الألباني]
"Sesungguhnya
Allah menghalangi taubat bagi semua pelaku bid'ah". [Al-Mu'jam Al-Ausath
karya Ath-Thabraniy: Sahih]
Lihat: Bahaya bid'ah
5.
Tidak disyari’atkan menghidupkan malam nishfu Sya’ban
dengan ibadah tertentu.
Adapun hadits yang menganjurkan
hal itu maka semuanya sangat lemah atau palsu, seperti:
a) Hadits Kurduus; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
" مَنْ أَحْيَا لَيْلَةَ
الْعِيدِ، وَلَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ
الْقُلُوبُ "
“Barangsiapa yang menghidupkan malam
‘ied, dan malam seperdua bulan Sya’ban, maka hatinya tidak akan mati pada
hari banyaknya hati yang mati”.
b) Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"
من أحيا الليالي الخمس وجبت له الجنة: ليلة التروية، وليلة عرفة، وليلة النحر، وليلة
النصف من شعبان "
“Barangsiapa yang
menghidupkan malam yang lima maka ia wajib masuk surga: Malam tarwiyah, malam
‘Arafah, malam Idul Adha, dan malam pertengahan bulan Sya’ban”.
c)
Ali radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
" إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ
النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَتَهَا، وَصُومُوا يَوْمَهَا "
"Apabila tiba malam pertengahan
bulan Sya'ban, hendaklah kalian mendirikan shalat malam dan menjalakan puasa di
siang harinya".
Lihat: Takhrij
hadits “Menghidupkan malam nishfu Sya'ban”
6.
Anjuran memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.
Aisyah radhiyallahu
'anha berkata:
"
مَا رَأَيْتُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ –صلى الله عليه وسلم- فِي شَعْبَانَ
"
“Aku tidak pernah
melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih banyak menjalankan
puasa dalam sebulan dari bulan Sya'ban". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam:
«أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ
السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ» [سنن أبي
داود: صحيح]
"Bahwa
beliau tidak pernah berpuasa sunah satu bulan penuh kecuali bulan Sya'ban,
beliau menyambungnya dengan Ramadhan". [Sunan Abi Daud: Shahih]
Lihat: Anjuran puasa Sya'ban
7.
Amalan diperlihatkan kepada Allah pada bulan Sya’ban.
Usamah bin Zaid radhiallahu
'anhuma bertanya kepada Rasulullah: Ya Rasulullah! Aku tidak pernah
melihat engkau banyak menjalankan puasa sebagaimana yang engkau jalankan di
bulan Sya'ban?
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab:
«ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ
النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ
الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا
صَائِمٌ»
"Itulah bulan
yang banyak dilalaikan oleh orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan, adalah
bulan dimana semua amalan diangkat kepada Tuhan semesta alam. Olehnya itu, aku
senang jika amalanku diangkat di saat aku menjalankan puasa" . [Sunan
An-Nasa’iy: Shahih]
Lihat: Syarah hadits Usamah bin Zayd; Keutamaan puasa Sya’ban
8.
Larangan berpuasa setelah nishfu Sya’ban.
Dari Abu Hurairah radhiallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا انْتَصَفَ
شَعْبَانُ، فَلَا تَصُومُوا»
"Apabila bulan
Sya'ban telah mencapai pertengahan, maka janganlah kalian berpuasa".
Hadits
ini diperselisihkan oleh para ulama, ada yang men-dhaif-kannya
seperti Abdurrahman bin Mahdy, Imam Ahmad, Yahya bin Ma'in, Abu Zur'ah dan yang
lainnya. Dan ada pula yang men-shahih-kannya,
seperti At-Tirmidzi dan syekh Albany -rahimahumullah-.
Ibnu
Hajar mengatakan: "Tidak ada pertentangan antara hadits yang mengisahkan
banyaknya buasa Rasulullah di bulan Sya'ban dengan hadits larangan mendahulukan
puasa Ramadhan dengan puasa satu atau dua hari sebelumnya, begitu pula dengan
hadits yang melarang puasa setelah pertengahan Sya'ban. Karena semua hadits
tersebut bisa dipadukan bahwasanya larangan tersebut bagi mereka yang tidak
terbiasa banyak menjalankan puasa di bulan Sya'ban". Karena dikhawatirkan
ia tidak akan sanggup menghadapi bulan Ramadhan yang akan datang.
Atau,
larangan menjalankan puasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan untuk
menghindari adanya penambahan puasa Ramadhan. Dan larangan menjalankan puasa
setelah pertengahan bulan Sya'ban bagi mereka yang tidak berpuasa sebelumnya di
awal bulan .
Dalam
shahih Al-Bukhary dan Muslim, Abu Hurairah radhiallahu 'anhu
berkata: Rasulullah shallahllahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَقَدَّمُوا
رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ إِلَّا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا،
فَلْيَصُمْهُ»
"Janganlah kalian
mendahulukan Ramadhan dengan puasa satu atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi
mereka yang bertepatan dengan puasa
rutinnya, maka silahkan menjalankannya" .
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Tahkrij hadits-hadits keutamaan bulan Sya’ban - Kuatkan persatuan dan persaudaraan di bulan Ramadhan - Ampunan Allah di bulan Ramadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...