Jumat, 23 Oktober 2020

Hadits Anas bin Malik; Manisnya iman

 بسم الله الرحمن الرحيم

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim -rahimahumallah- dalam kitabnya “Al-Jaami’ Ash-Shahih”, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

" ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ " [صحيح البخاري ومسلم]

“Ada tiga hal yang barangsiapa memilikinya maka ia akan mendapatkan manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya, (2) mencintai seseorang hanya karena Allah, (3) dan tidak ingin kembali pada kekafiran sebagaimana ia tidak ingin dilemparkan ke dalam neraka”.

Dalam riwayat lain:

«أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ»

"dilemparkan ke api lebih ia sukai daripada dia kembali pada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran tersebut". [Muslim]

Beberapa faidah yang bisa dipetik dari hadits ini:

1.      Biografi Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Nikmat iman adalah nikmat paling utama.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ} [الحجرات: 7، 8]

Akan tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. [Al-Hujuraat: 7-8]

{يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ} [الحجرات: 17]

Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar." [Al-Hujuraat:17]

{وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ} [يونس: 100]

Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; Dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. [Yunus:100]

{وَلَوْ أَنَّنَا نَزَّلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلًا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ} [الأنعام: 111]

Kalau sekiranya kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui. [Al-An’aam:111]

Lihat: 10 Buah Keimanan

3.      Keimanan memiliki rasa manis dan enak.

Dari Abdullah bin Mu'awiyah Al-Gadhiry radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" ثَلَاثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ فَقَدْ طَعِمَ طَعْمَ الْإِيمَانِ: مَنْ عَبَدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَأَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَعْطَى زَكَاةَ مَالِهِ طَيِّبَةً بِهَا نَفْسُهُ، رَافِدَةً عَلَيْهِ كُلَّ عَامٍ، وَلَا يُعْطِي الْهَرِمَةَ، وَلَا الدَّرِنَةَ ، وَلَا الْمَرِيضَةَ، وَلَا الشَّرَطَ اللَّئِيمَةَ، وَلَكِنْ مِنْ وَسَطِ أَمْوَالِكُمْ، فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَسْأَلْكُمْ خَيْرَهُ، وَلَمْ يَأْمُرْكُمْ بِشَرِّهِ " [سنن أبي داود: صحيح]

"Ada tiga hal yang barangsiapa yang mengamalkannya berarti ia telah merasakan nikmatnya keimanan: (1) Orang yang menyembah Allah semata dan meyakini bahwasanya tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, (2) mengeluarkan zakat hartanya dengan senang hati akan menambah hartanya tiap tahun, (3) dan tidak memberikan hewan yang sudah tua (sebagai zakat) dan tidak pula yang cacat, dan tidak pula yang sakit, dan tidak pulan yang paling jelek, akan tetapi keluarkanlah yang sederhana dari hartamu, karena sesungguhnya Allah tidak meminta yang terbaik, dan tidak memerintahkan yang terburuk." [Sunan Abu Daud: Sahih]

Dalam riwayat lain:

" وَزَكَّى نَفْسَهُ "، فَقَالَ رَجُلٌ: وَمَا تَزْكِيَةُ النَّفْسِ؟ فَقَالَ: «أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ مَعَهُ حَيْثُ كَانَ» [المعجم الصغير للطبراني: صحيح]

“Dan ia mensucikan dirinya”

Seorang bertanya: Apa itu pensucian diri itu?

Rasulullah menjawab: “Ia menyakini bahwa Allah ‘azza wajalla bersamanya di manapun ia berada”. [Al-Mu’jam Al-Kabiir karya Ath-Thabaraniy: Shahih]

Ø  Dari Al-‘Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا» [صحيح مسلم]

“Merasakan nikmatnya iman, orang yang rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul”. [Sahih Muslim]

4.      Tiga golongan yang merasakan manisnya iman:

a)      Orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ} [البقرة: 165]

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. [Al-Baqarah: 165]

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [الحجرات : 1]

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-Hujuraat: 1]

{وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا} [الأحزاب: 36]

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata". [Al-Ahzab:36]

{فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65]

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya". [An-Nisaa:65]

{النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ} [الأحزاب: 6]

Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri. [Al-Ahzaab:6]

Maksudnya: Orang-orang mukmin itu mencintai nabi mereka lebih dari mencintai diri mereka sendiri dalam segala urusan.

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«أَنَا أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Aku lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

" لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ " [صحيح مسلم]

“Tidak beriman seorang hamba sampai aku lebih ia cintai dari keluarganya, hartanya, dan manusia seluruhnya”. [Sahih Muslim]

Ø  Abdullah bin Hisyam radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau menggandeng tangan Umar bin Khathab.

Umar berkata kepadanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي

“Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«لاَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ»

“Tidak, demi Yang jiwaku di tangan-Nya, sampai aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri”

Maka Umar berkata kepada beliau:

فَإِنَّهُ الآنَ، وَاللَّهِ، لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي

“Maka sekarang, demi Allah, sungguh engkau lebih aku cintai dari diriku”

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«الآنَ يَا عُمَرُ» [صحيح البخاري]

“Sekarang (baru sempurna imanmu), wahai Umar”. [Sahih Bukhari]

Lihat: Hadits Ali mencintai dan dicintai Allah dan RasulNya

b)      Orang yang mencintai karena Allah

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا} [مريم: 96]

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. [Maryam:96]

Ø  Dari Anas radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ " [صحيح البخاري]

“Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya”. [Sahih Bukhariy]

Ø  Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ، وَأَبْغَضَ لِلَّهِ، وَأَعْطَى لِلَّهِ، وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]

"Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang (menahan) karena Allah, maka sempurnalah imannya." [Sunan Abu Daud: Sahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ» [صحيح مسلم]

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak dikatakan beriman sampai kalian saling mencintai. Inginkah kalian kutunjukkan pada sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam di antara kalian”. [Sahih Muslim]

Ø  Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«تَرَى المُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ الجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالحُمَّى» [صحيح البخاري ومسلم]

"Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)." [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Al-Barra` bin 'Azib radhiyallahu ‘anhu berkata; Kami pernah duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian beliau bertanya: "Syari'at Islam yang manakah yang paling pokok?"

Mereka menjawab, "Shalat"

Beliau bersabda: "Bagus, tapi bukan itu"

Mereka menjawab, "Zakat"

Beliau bersabda; "Bagus, tapi bukan itu"

Mereka menjawab, "Puasa"

Beliau bersabda: "Bagus, tapi bukan itu"

Mereka pun menjawab, "Jihad"

Dan beliau kembali bersabda: "Bagus, tapi bukan itu,

" إِنَّ أَوْثَقَ عُرَى الْإِيمَانِ أَنْ تُحِبَّ فِي اللهِ، وَتُبْغِضَ فِي اللهِ "

"Sesungguhnya cabang keimamanan yang paling pokok adalah, kamu mencintai sesuatu karena Allah, dan membenci juga karena Allah." [Musnad Ahmad: Hasan]

Lihat: Saling mencintai karena Allah

c)       Orang yang membenci kekafiran

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{مَن كَفَرَ بِاللَّهِ مِن بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَٰكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ} [النحل : 106]

Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. [An-Nahl: 106]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Beberapa orang dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang dan bertanya kepada beliau: Sesungguhnya kami mendapat dalam diri kami sesuatu yang sangat berat bagi kami untuk mengucapkannya (kekufuran)!

Beliau bersabda:

«وَقَدْ وَجَدْتُمُوهُ؟»

“Apakah kalian telah merasakannya?”

Mereka menjawab: Iya!

Beliau bersabda:

«ذَاكَ صَرِيحُ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]

“Itulah intinya keimanan (menolak bisikan setan)”. [Sahih Muslim]

Ø  Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang “waswasah” (bisikan setan akan kekafiran), beliau menjawab:

«تِلْكَ مَحْضُ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]

“Itulah intinya keimanan (menolak bisikan setan)”. [Sahih Muslim]

Lihat: Keimanan dan kekafiran

5.      Bahaya kekafiran

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا (64) خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا لَا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا} [الأحزاب: 64-65]

Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka), mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak (pula) seorang penolong. [Al-Ahzab: 64-65]

{فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ} [التوبة: 55]

Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. [At-Taubah: 55]

Lihat: 10 Pembatal Keislaman

6.      Ancaman bagi yang murtad.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ} [البقرة: 217]

Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.  [Al-Baqarah: 217]

Ø  Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ» [صحيح البخاري]

"Barangsiapa yang mengganti agamanya (keluar dari Islam) maka bunuhlah ia". [Sahih Bukhari]

Lihat: Syarah Arbai’n hadits (8) Ibnu Umar; Perintah memerangi manusia

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Hadits tentang sujud syukur - Hadits Taubat Ka’b bin Malik radhiyallahu ‘anhu - Hadits Ibnu Mas’ud; Jujurlah jangan berdusta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...