بسم الله الرحمن الرحيم
Inti
dari seluruh pembatal keislaman adalah segala yang bertentangan dengan makna
dan konsekuensi dua kalimat syahadat, baik berupa keyakinan, ucapan, atau perbuatan. Karena seorang dianggap Islam dengan
mengucapkan dan mengimani makna dan kandungan dua kalimat syahadat maka tidak
ada yang mengeluarkannya kecuali menyelisihinya.
Diantara
pembatal keislaman yang paling utama adalah:
Pembatal keislaman yang
pertama: Menyekutukan Allah dalam ibadah (syirik), meminta, memohon, dan berharap kepada selain Allah subhanahu wata’aalaa.
Tiga
sifat dari syirik yang besar:
a.
Dosanya
tidak akan diampuni.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ} [النساء: 48]
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. [An-Nisaa:48 dan 116]
b.
Kekal
di neraka dan haram masuk surga.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ
فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ
مِنْ أَنْصَارٍ} [المائدة: 72]
"Sesungguhnya orang
yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zalim itu seorang penolongpun". [Al-Maidah:72]
c.
Menghapuskan
seluruh pahala kebaikannya.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلَقَدْ
أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [الزمر: 65]
Dan
sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu; "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. [Az-Zumar:65]
Lihat:
Awas ada syirik!
Pembatal keislaman yang
kedua: Menjadikan perantara-perantara antara dirinya
dengan Allâh di mana dia berdoa, meminta syafaat, dan bertawakkal kepada
mereka.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{أَلَا
لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا
نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى} [الزمر: 3]
Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya".
[Az-Zumar:3]
{وَيَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ
هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا
يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا
يُشْرِكُونَ} [يونس:
18]
"Dan mereka
menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan
kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka
itu adalah pemberi syafa'at (perantara) kepada kami di sisi Allah".
Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak
diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan
Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu)". [Yunus:18]
Lihat:
Tawassul syar’iy dan syirkiy
Pembatal keislaman yang
ketiga: Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau ragu akan
kekafiran mereka, atau membenarkan keyakinan mereka.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الْإِسْلَامُ} [آل عمران: 19]
Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. [Ali 'Imran:19]
{وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ
دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [آل عمران: 85]
Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. [Ali 'Imran:85]
{فَإِنْ
آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا
فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ} [البقرة:
137]
Maka
jika mereka beriman seperti apa yang kamu (Rasulullah dan sahabatnya) telah
beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka
berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka
Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui.
[Al-Baqarah:137]
Ø
Abdullah bin Tsabit-radhiallahu 'anhu- berkata; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَصْبَحَ فِيكُمْ مُوسَى ثُمَّ اتَّبَعْتُمُوهُ،
وَتَرَكْتُمُونِي لَضَلَلْتُمْ، إِنَّكُمْ حَظِّي مِنَ الْأُمَمِ، وَأَنَا
حَظُّكُمْ مِنَ النَّبِيِّينَ» [مسند أحمد:
حسن لغيره]
"Sungguh Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, kalaulah di antara kalian terdapat Musa, lalu kalian mengikutinya
dan meninggalkanku, sungguh kalian sesat. Sungguh kalian adalah umat yang
diperuntukkan bagiku, dan aku adalah nabi yang diperuntukkan bagi kalian'.
[Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Lihat: Keistimewaan Umat Islam
Diantara syarat sahnya dua kalimat syahadat adalah
meyakininya dengan kuat dan tidak ragu.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا
وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ
الصَّادِقُونَ} [الحجرات:
15]
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka itulah
orang-orang yang benar".
(Al-Hujurat:15)
Ø
Dari Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنِّي
رَسُولُ اللهِ، لَا يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا، إِلَّا دَخَلَ
الْجَنَّةَ»
"Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Aku adalah
utusan Allah, tidak seorang hamba pun yang bertemu dengan Allah dengan dua
kalimat tersebut tanpa keraguan kecuali ia masuk surga". [Shahih Muslim]
Lihat:
Syarat sah kalimat syahadat
Pembatal keislaman yang
keempat: Meyakini bahwa
selain petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih sempurna
daripada petunjuk beliau, atau selain hukum beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam lebih baik daripada hukum beliau seperti orang-orang yang lebih
mendahulukan hukum thaghut daripada hukum beliau.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا
أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ} [المائدة:
44] {وَمَنْ
لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ} [المائدة:
45] {وَمَنْ
لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ} [المائدة:
47]
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir, ...
orang-orang yang zalim, ... orang-orang yang fasik.
[Al-Maidah: 44, 45, 47]
Ø
Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika khutbah mengatakan:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ
اللهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا
وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya
ucapan terbaik adalah kitabullah (Al-Qur'an), dan tuntunan terbaik adalah
tuntunan Muhammad, dan seburuk-buruk urusan adalah yang diada-adakan (dalam
ibadah), dan semua bid'ah adalah kesesatan. [Sahih Muslim]
Pembatal keislaman yang
kelima: Membenci ajaran yang dibawa Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa
sallam meskipun ia mengerjakannya.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَالَّذِينَ
كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (8) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ
كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ} [محمد: 8، 9]
Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi
mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena
sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Quran)
lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. [Muhammad: 8-9]
{وَنَادَوْا
يَامَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ (77) لَقَدْ
جِئْنَاكُمْ بِالْحَقِّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَكُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ} [الزخرف: 77، 78]
Mereka
berseru: "Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja". Dia
menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)". Sesungguhnya
Kami benar-benar telah memhawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di
antara kamu benci pada kebenaran itu. [Az-Zukhruf: 77-78]
Melakukan sesuatu yang dibenci ada dua jenis:
a. Membencinya
karena tidak meyakini kebenaran dan kebaikan dalam syari’at Allah, ia
melakukannya karena terpaksa maka ini adalah kemunafikan.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَمَا
مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا
بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا
يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ} [التوبة: 54]
Dan
tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya
melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak
mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta)
mereka, melainkan dengan rasa benci. [At-Taubah: 54]
{لَوْ
خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلَّا خَبَالًا وَلَأَوْضَعُوا خِلَالَكُمْ
يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ
بِالظَّالِمِينَ . لَقَدِ ابْتَغَوُا الْفِتْنَةَ مِنْ قَبْلُ وَقَلَّبُوا لَكَ
الْأُمُورَ حَتَّى جَاءَ الْحَقُّ وَظَهَرَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَارِهُونَ} [التوبة: 47-48]
Jika
mereka (kaum munafik) berangkat (berperang) bersama-sama kamu, niscaya mereka
tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan
bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di
antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan
perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim. Sesungguhnya
dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur berbagai
macam tipu daya untuk (merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan
Allah) dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya. [At-Taubah: 47-48]
b. Membenci karena
tabiat manusia tidak menyukai segala yang menyulitkannya dan bertentangan
daengan hawa nafsunya, akan tetapi seorang yang beriman lebih mendahulukan
perintah Allah dan RasulNya dari semua perasaan tersebut karena meyakini bahwa
syari’at Allah adalah untuk kebaikan umat manusia. Maka ini adalah tanda
keimanan.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا
وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 216]
Diwajibkan
atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.
[Al-Baqarah: 216]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwasanya Rasulullah ﷺ
bersabda:
«حُجِبَتِ
النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ، وَحُجِبَتِ الجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ» [صحيح البخاري]
"Neraka
dikelilingi dengan syahwat (hal-hal yang menyenangkan nafsu), sedang surga dikelilingi
hal-hal yang tidak disenangi (nafsu)." [Shahih Bukhari]
Ø
Anas bin Malik radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah ﷺ
bersabda:
«حُفَّتِ
الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ» [صحيح مسلم]
"Surga
diliputi hal-hal yang tidak menyenangkan dan neraka diliputi syahwat."
[Shahih Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«
أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ
الدَّرَجَاتِ »
"Maukah kalian kutunjukkan
amalan yang bisa menghapuskan dosa-dosa dan mengangkat derajat?"
Sahabat
menjawab: Tentu, ya Rasulullah!
Rasulullah
bersabda:
«
إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ
وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ ». [صحيح مسلم]
"Menyempurnakan
wudhu di waktu sulit, banyak melangkah ke mesjid, dan menunggu salat setelah
salat, maka itulah sebenar-benarnya ikatan". [Sahih Muslim]
Pembatal keislaman yang
keenam: Mengolok-olok apa pun dari agama Allâh, atau
pahala-Nya, atau siksa-Nya.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ
وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ
كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ
طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ} [التوبة: 65 - 66]
Dan
jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu),
tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau
dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya
dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf,
karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu
(lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain)
disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. [At-Taubah: 65-66]
{وَقَدْ
نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ
بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي
حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ
الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا} [النساء: 140]
Dan sungguh Allah telah menurunkan
kepada kamu di dalam Al-Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah
diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir dan munafiq), maka
janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka mengganti pembicaraan yang
lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa
dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik
dan orang-orang kafir di dalam Jahannam. [An-Nisaa': 140]
Pembatal keislaman yang
ketujuh: Melakukan atau meridhai perbuatan sihir misalnya
sharf (memisahkan) dan ‘athf (menyatukan).
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَاتَّبَعُوا
مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ
وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ
عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ
أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ
مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ
بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا
يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي
الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا
يَعْلَمُونَ} [البقرة: 102]
Dan
mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman
(dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman
tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitanlah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut,
sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah
kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang
dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan
isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya
kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu
yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab
Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat
jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. [Al-Baqarah: 102]
Ø Dari Abu Hurairah
dan Al-Hasan -radhiallahu 'anhuma-; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
"
مَنْ أَتَى كَاهِنًا، أَوْ عَرَّافًا، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ
بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ " [مسند أحمد: حسن]
"Barangsiapa
yang mendatangi tukan sihir atau peramal dan membenarkan perkataannya, berarti
ia telah kafir tehadap apa yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad".
[Musnad Ahmad: Hasan]
Ø
Dari sebagian para istri Nabi ﷺ, dari Nabi ﷺ
bersabda:
«مَنْ
أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ
لَيْلَةً» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa
mendatangi tukang ramal lalu dia bertanya kepadanya tentang suatu hal, maka
shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam." [Shahih Muslim]
1)
Hukuman
bagi tukan sihir adalah dibunuh.
'Amr bin Aus dan Abu Asy Sya 'tsa` -rahimahumallah-
berkata;
كُنْتُ
كَاتِبًا لِجَزْءِ بْنِ مُعَاوِيَةَ عَمِّ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ إِذْ جَاءَنَا
كِتَابُ عُمَرَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِسَنَةٍ: اقْتُلُوا كُلَّ سَاحِرٍ، وَفَرِّقُوا
بَيْنَ كُلِّ ذِي مَحْرَمٍ، مِنَ الْمَجُوسِ وَانْهَوْهُمْ عَنِ الزَّمْزَمَةِ،
فَقَتَلْنَا فِي يَوْمٍ ثَلَاثَةَ سَوَاحِرَ، [سنن أبي داود: صحيح]
Dahulu aku adalah seorang sekretaris Jaz` bin
Mu'awiyah paman Al-Ahnaf bin Qais, tiba-tiba terdapat surat Umar datang kepada
kami satu tahun sebelum ia meninggal, ia berkata; “Bunuhlah seluruh tukang
sihir, dan pisahkan antara setiap orang yang memiliki mahram dari kalangan
orang-orang Majusi, dan laranglah mereka dari berbicara yang hampir tidak
terdengar suaranya”. Maka kami dalam sehari telah membunuh tiga orang tukang
sihir. [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø
Jundub -radhiallahu
'anhu- berkata; Rasulullah ﷺ bersabda,
«حَدُّ
السَّاحِرِ ضَرْبَةٌ بِالسَّيْفِ» [سنن الترمذي: ضعيف]
"Hukuman bagi penyihir adalah dipenggal dengan
pedang." [Sunan Tirmidziy: Lemah]
Abu Isa At-Tirmidziy rahimahullah berkata;
Hadits ini tidak kami ketahui diriwayatkan secara marfu' kecuali dari jalur ini
dan Isma'il bin Muslim Al Makki didla'ifkan dalam periwayatan hadits dari segi
hafalannya, sedangkan Isma'il bin Muslim Al Abdi Al Bashri, Waki' berkata
tentangnya; Ia seorang yang tsiqah dan hadits ini diriwayatkan juga dari Al
Hasan. Dan yang shahih dari Jundub adalah
riwayat mauquf. Hadits ini menjadi pedoman amal menurut sebagian ulama
dari kalangan sahabat Nabi ﷺ dan selain mereka, ini menjadi pendapat Malik bin Anas. Asy
Syafi'i berkata; Sesungguhnya seorang penyihir dibunuh jika ia melakukan
perbuatan sihir yang mencapai kekufuran namun jika ia melakukan perbuatan
selain kekufuran maka kami tidak berpendapat ia harus dibunuh. [Sunan
Tirmidziy]
Sihir ada tiga jenis:
a.
Sihir berpengaruh sungguhan (hakiki) dengan bantuan syaitan, ini adalah
perbuatan kufur.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{الَّذِينَ
يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ
الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ} [البقرة:
275]
Orang-orang
yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. [Al-Baqarah:275]
Ø Dari Abdullah bin
Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«إِنَّ
الرُّقَى، وَالتَّمَائِمَ، وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Sesungguhnya
ruqya (yang tidak syar'i), jimat, dan jampi adalah perbuatan syirik".
[Sunan Abi Daud: Sahih]
b.
Sihir khayalan dan manipulasi pandangan dengan bantuan syaitan, ini juga
membatalkan keislaman.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{قَالَ
أَلْقُوا فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ
وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ} [الأعراف:
116]
Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih
dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan
menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar
(mena'jubkan). [Al-A’raaf: 116]
{قَالَ بَلْ
أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ
أَنَّهَا تَسْعَى} [طه: 66]
Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian
melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka,
terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. [Thahaa: 66]
Ø
Aisyah radhiallahu'anha berkata;
كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُحِرَ، حَتَّى كَانَ يَرَى أَنَّهُ
يَأْتِي النِّسَاءَ وَلاَ يَأْتِيهِنَّ، قَالَ سُفْيَانُ: وَهَذَا أَشَدُّ مَا
يَكُونُ مِنَ السِّحْرِ، إِذَا كَانَ كَذَا، فَقَالَ: " يَا عَائِشَةُ،
أَعَلِمْتِ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ، أَتَانِي
رَجُلاَنِ، فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي، وَالآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ،
فَقَالَ الَّذِي عِنْدَ رَأْسِي لِلْآخَرِ: مَا بَالُ الرَّجُلِ؟ قَالَ:
مَطْبُوبٌ، قَالَ: وَمَنْ طَبَّهُ؟ قَالَ: لَبِيدُ بْنُ أَعْصَمَ - رَجُلٌ مِنْ
بَنِي زُرَيْقٍ حَلِيفٌ لِيَهُودَ كَانَ مُنَافِقًا - قَالَ: وَفِيمَ؟ قَالَ: فِي
مُشْطٍ وَمُشَاقَةٍ، قَالَ: وَأَيْنَ؟ قَالَ: فِي جُفِّ طَلْعَةٍ ذَكَرٍ، تَحْتَ
رَاعُوفَةٍ فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ " قَالَتْ: فَأَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ البِئْرَ حَتَّى اسْتَخْرَجَهُ، فَقَالَ: «هَذِهِ البِئْرُ الَّتِي
أُرِيتُهَا، وَكَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الحِنَّاءِ، وَكَأَنَّ نَخْلَهَا
رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ» قَالَ: فَاسْتُخْرِجَ، قَالَتْ: فَقُلْتُ: أَفَلاَ؟ - أَيْ
تَنَشَّرْتَ - فَقَالَ: «أَمَّا اللَّهُ فَقَدْ شَفَانِي، وَأَكْرَهُ أَنْ أُثِيرَ
عَلَى أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ شَرًّا» [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa Rasulullah ﷺ pernah disihir hingga seakan-akan beliau telah
mendatangi para istrinya, padahal beliau tidak mendatanginya, -Sufyan
mengatakan, "Bahwa keadaan seperti ini termasuk sihir yang paling berat- kemudian
beliau bersabda, "Wahai Aisyah, apakah kamu mengetahui bahwa Allah telah
memberikan fatwa (menghukumi) dengan apa yang telah aku fatwakan (hukumi)? Dua
orang laki-laki telah datang kepadaku, lalu salah seorang dari keduanya duduk
di atas kepalaku dan satunya lagi di kakiku. Kemudian seorang yang berada di
kepalaku berkata kepada yang satunya, "Kenapa laki-laki ini?"
temannya menjawab, "Terkena sihir.' salah seorang darinya bertanya,
"Siapakah yang menyihirnya?" temannya menjawab, "Lubid bin Al
A'sham, laki-laki dari Bani Zuraiq, seorang munafik dan menjadi sekutu
orang-orang Yahudi." Salah seorang darinya bertanya, "Dengan benda
apakah dia menyihir?" temannya menjawab, "Dengan rambut yang terjatuh
ketika disisir." Salah seorang darinya bertanya, "Di manakah benda
itu diletakkan?" temannya menjawab, "Di mayang kurma yang diletakkan
di bawah batu dalam sumur Dzarwan." Aisyah berkata, "Kemudian
Rasulullah ﷺ mendatangi sumur
tersebut hingga beliau dapat mengeluarkan barang tersebut, lalu beliau
bersabda, "Ini adalah sumur yang diperlihatkan padaku, seakan-akan airnya
berubah bagaikan rendaman pohon inai dan seakan-akan pohon kurmanya bagaikan
kepala setan." Abu Hisyam berkata, "Apakah beliau meminta barangnya
dikeluarkan?" Aisyah berkata; Lalu aku bertanya, "Apakah Anda tidak
meruqyahnya?" beliau bersabda, "Tidak, sesungguhnya Allah telah
menyembuhkanku dan aku hanya tidak suka memberikan kesan buruk kepada orang
lain dari peristiwa itu." [Shahih Bukhari dan Muslim]
c.
Sihir tipuan (sulap) dengan
kecepatan gerakan, reaksi kimia, atau bantuan teknologi.
Yang
melakukan hal ini tidak dihukumi kafir, tapi masuk kategori dusta atau
perbuatan sia-sia.
Pembatal keislaman yang
kedelapan: Menolong orang musyrik dan membantu mereka
dalam melawan kaum muslimin.
Menolong
orang kafir ada tiga tingkatan:
a)
Menolong mereka dalam melawan umat Islam dengan dasar cinta kepada
mereka, ridha terhadap agama mereka. Maka ini adalah perbuatan kufur yang
membatalkan keislamannya.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ} [المائدة: 51]
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al-Maidah:51]
b)
Menolong mereka dalam melawan umat Islam dengan dorongan dunia dan hawa
nafsu, dan tetap meyakini kebatilan agama mereka dan membenci kekufuran mereka.
Maka perbuatan ini adalah haram termasuk dosa besar.
Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu berkata:
بَعَثَنِي
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَالزُّبَيْرَ،
وَالمِقْدَادَ، فَقَالَ: «انْطَلِقُوا حَتَّى تَأْتُوا رَوْضَةَ خَاخٍ، فَإِنَّ
بِهَا ظَعِينَةً مَعَهَا كِتَابٌ، فَخُذُوا مِنْهَا» قَالَ: فَانْطَلَقْنَا
تَعَادَى بِنَا خَيْلُنَا حَتَّى أَتَيْنَا الرَّوْضَةَ، فَإِذَا نَحْنُ
بِالظَّعِينَةِ، قُلْنَا لَهَا: أَخْرِجِي الكِتَابَ، قَالَتْ: مَا مَعِي كِتَابٌ،
فَقُلْنَا: لَتُخْرِجِنَّ الكِتَابَ، أَوْ لَنُلْقِيَنَّ الثِّيَابَ، قَالَ:
فَأَخْرَجَتْهُ مِنْ عِقَاصِهَا، فَأَتَيْنَا بِهِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِذَا فِيهِ: مِنْ حَاطِبِ بْنِ أَبِي بَلْتَعَةَ، إِلَى
نَاسٍ بِمَكَّةَ مِنَ المُشْرِكِينَ، يُخْبِرُهُمْ بِبَعْضِ أَمْرِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا حَاطِبُ، مَا هَذَا؟» قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لاَ
تَعْجَلْ عَلَيَّ، إِنِّي كُنْتُ امْرَأً مُلْصَقًا فِي قُرَيْشٍ، يَقُولُ: كُنْتُ
حَلِيفًا، وَلَمْ أَكُنْ مِنْ أَنْفُسِهَا، وَكَانَ مَنْ مَعَكَ مِنَ
المُهَاجِرِينَ مَنْ لَهُمْ قَرَابَاتٌ يَحْمُونَ أَهْلِيهِمْ وَأَمْوَالَهُمْ،
فَأَحْبَبْتُ إِذْ فَاتَنِي ذَلِكَ مِنَ النَّسَبِ فِيهِمْ، أَنْ أَتَّخِذَ
عِنْدَهُمْ يَدًا يَحْمُونَ قَرَابَتِي، وَلَمْ أَفْعَلْهُ ارْتِدَادًا عَنْ
دِينِي، وَلاَ رِضًا بِالكُفْرِ بَعْدَ الإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكُمْ»، فَقَالَ
عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَ هَذَا المُنَافِقِ،
فَقَالَ: " إِنَّهُ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا، وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ اللَّهَ
اطَّلَعَ عَلَى مَنْ شَهِدَ بَدْرًا فَقَالَ: اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ
غَفَرْتُ لَكُمْ ". فَأَنْزَلَ اللَّهُ السُّورَةَ: { يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ
بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ
الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ
بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ
يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ} [الممتحنة: 1] [صحيح البخاري ومسلم]
Rasulullah
ﷺ mengutusku, Zubair, dan Miqdad, pesan beliau, "Berangkatlah kalian
hingga kalian sampai "Raudhah Khakh", sebab di sana ada seorang
wanita penunggang unta yang membawa surat, rebutlah surat itu." Kata
Ubaidullah bin Rafi', kami pun berangkat dan kuda kami pacu secepat-cepatnya
hingga kami tiba di Raudah Khakh, di sana telah ada ada seorang wanita
menunggang unta. Kami katakan kepadanya, "Tolong keluarkan suratmu."
"Aku tak membawa surat." Jawab si wanita tersebut. Maka terpaksa kami
katakan, "Kamu harus keluarkan surat itu, atau kami yang akan menelanjangi
pakaianmu!" Kata Ubaidullah, maka si wanita itu akhirnya mau mengeluarkan
suratnya dari gelung rambutnya, dan kami bawa surat tersebut kepada Rasulullah ﷺ. Ternyata surat tersebut berasal dari
Khatib bin Abu Balta'ah Al-Ansahriy untuk beberapa orang musyrik Makkah, memberitakan
mereka beberapa kebijakan Rasulullah yang akan beliau lakukan. Maka Rasulullah ﷺ
menginterogasi Hatib bin Abu
Balta'ah dengan berujar "Wahai Hathib, apa maksudmu menulis surat seperti
ini?" Jawab Hathib "Wahai Rasulullah, jangan engkau terburu-buru
menghukumku, aku adalah seseorang yang dahulu terdampar di Quraisy, -lantas ia
jelaskan, dia adalah sekutunya, namun bukan berasal dari cucu keturunannya-.
Orang-orang Muhajirin yang bersamamu mempunyai banyak kerabat yang menjaga
keluarga dan harta mereka, maka aku juga pingin jika aku tak punya nasab, aku
cari pelindung di sisi mereka sehingga menjaga keakrabanku. Aku lakukan bukan
karena aku murtad dari agamaku, bukan pula berarti aku ridha terhadap kekafiran
setelah keislaman." Rasulullah memberi komentar "Hatib memang telah
jujur kepada kalian." Umar namun menyampaikan sikap kerasnya "Wahai
Rasulullah, biarkan aku untuk memenggal leher si munafik ini." Rasulullah
mencegahnya seraya berujar "Dia, Hatib, telah ikut perang badar, siapa
tahu Allah telah mengintip semua pengikut perang Badar dan bertitah
"Lakukan yang kalian suka, Aku telah mengampuni kalian, maka turunlah
ayat, {Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan
musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka
telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan
(mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu
benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku
(janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia
(berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih
mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan
barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah
tersesat dari jalan yang lurus}. (QS. Mumtahanah ayat 1) [Shahih Bukhari
dan Muslim]
c)
Menolong mereka dalam urusan dunia bukan untuk melawan umat Islam dan
bukan atas dasar cinta dan ridha terhadap keyakinan mereka. Maka ini hukumnya
boleh.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{لَا
يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ
يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ
قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى
إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ
الظَّالِمُونَ} [الممتحنة:
8، 9]
Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang
yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu
(orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim. [Al-Mumtahanah: 8 - 9]
Ø Asma` binti Abu Bakr radhiyallahu 'anhuma berkata:
أَتَتْنِي
أُمِّي رَاغِبَةً، فِي عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: آصِلُهَا؟ قَالَ:
«نَعَمْ»
"Ibuku datang
pada masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menemuiku dalam keadaan membenci
Islam (musyrik), lalu saya bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam;
"Apakah saya boleh berhubungan dengannya?"
Beliau
menjawab: "Ya."
Ibnu
'Uyainah lalu berkata; Kemudian Allah ta'ala menurunkan ayat:
{لاَ
يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ} [الممتحنة: 8] [صحيح البخاري ومسلم]
{Allah
tidak melarang kalian dari orang-orang yang tidak memerangi agama kalian}.
(Al-Mumtahanah: 8) [Shahih Bukhari dan Muslim]
Pembatal keislaman yang
kesembilan: Meyakini bahwa sebagian manusia tidak wajib mengikuti Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan ia boleh keluar dari syariat beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagaimana Khidhir keluar dari syariat Musa ‘alaihissalam.
Risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad -shallallahu
‘alaihi wasallam- bersifat universal bagi seluruh manusia dan jin, tanpa
terkecuali.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{تَبَارَكَ
الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا} [الفرقان: 1]
Maha
Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia). [Al-Furqaan:1]
{وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ} [سبأ:
28]
Dan
Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui.
[Saba':28]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
" فُضِّلْتُ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ:
أُعْطِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ، وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ، وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ،
وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَهُورًا وَمَسْجِدًا، وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً،
وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ " [صحيح مسلم]
"Aku
diberi keutamaan atas para nabi dengan enam hal: Aku diberi “jawami’ al-kalim”
(ucapan yang singkat dan penuh makna), aku diberi pertolongan dengan rasa takut
(yang menyelimuti musuh), dihalalkan bagiku harta rampasan perang, dijadikan
untukku bumi sebagai alat bersuci (pengganti air) dan mesjid, dan aku
diutus kepada makhluk seluruhnya". [Sahih Muslim]
Ø
Dari Jabir bin Abdullah -radhiallahu 'anhuma-; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam
bersabda:
«وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا، مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ
يَتَّبِعَنِي» [مسند أحمد:
حسن لغيره]
“Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya
Musa alaihissalam hidup maka tidak ada jalan lain selain dia mengikutiku."
[Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Ø Dari Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu-; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
" لَيْسَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ - يَعْنِي عِيسَى - وَإِنَّهُ نَازِلٌ،
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَاعْرِفُوهُ: رَجُلٌ مَرْبُوعٌ إِلَى الْحُمْرَةِ
وَالْبَيَاضِ، بَيْنَ مُمَصَّرَتَيْنِ، كَأَنَّ رَأْسَهُ يَقْطُرُ، وَإِنْ لَمْ
يُصِبْهُ بَلَلٌ، فَيُقَاتِلُ النَّاسَ عَلَى الْإِسْلَامِ، فَيَدُقُّ الصَّلِيبَ،
وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيرَ، وَيَضَعُ الْجِزْيَةَ، وَيُهْلِكُ اللَّهُ فِي زَمَانِهِ
الْمِلَلَ كُلَّهَا إِلَّا الْإِسْلَامَ، وَيُهْلِكُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ،
فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ أَرْبَعِينَ سَنَةً، ثُمَّ يُتَوَفَّى فَيُصَلِّي
عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ "
“Tidak ada
antara aku dan ia (Isa) seorang nabi, dan sesungguhnya ia akan turun (di akhir
zaman), maka jika kalian melihatnya maka kenalilah ia: Seorang laki-laki, tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek (marbuu’), kulitnya kemerah-merahan dan
putih, berbaju kekuningan (tidak mencolok), seolah-olah kepalanya meneteskan
air, sekalipun tidak basah. Maka ia memerangi manusia agar masuk Islam,
menghancurkan salib, membunuh babi, meninggalkan jizya (uang perdamaian), Allah
membinasakan semua agama pada masanya kecuali Islam, Al-Masiih membunuh Dajjal.
Maka ia tinggal di bumi selama empat puluh tahun, kemudian diwafatkan.
Maka umat Islam men-shalatinya”. [Sunan Abi Daud: Shahih]
Lihat: Keistimewaan Nabi Muhammad dalam Al-Qur’an dan Hadits
Diantara syubhat yang mereka pegangi:
a.
Firman Allah subhanahu
wata'ala:
{وَاعْبُدْ
رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ} [الحجر: 99]
Dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). [Al-Hijr:99]
Mereka
menafsirkan kata “Al-Yaqin” dengan pengetahuan tentang Allah yang sampai
derajat keyakinan tertinggi sehingga bebas dari syari’at.
Bantahannya:
Jumhur
ulama menafsirkan makna kata “Al-Yaqin” dengan kematian atau ajal.
Dan para
Nabi dan Rasul adalah manusia yang paling tinggi pengetahuan dan keyakinannya
kepada Allah tapi mereka terus beribadah sampai ajal menjemput.
Ø Dari Aisyah radhiyallahu
'anha, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ بِاللَّهِ أَنَا» [صحيح البخاري]
"Sesungguhnya yang paling bertakwa dari kalian dan
paling mengetahui tentang Allah adalah aku". [Sahih Bukhari]
Dalam
riwayat lain:
«وَاللَّهِ،
إِنِّي لَأَعْلَمُكُمْ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَأَخْشَاكُمْ لَهُ» [مسند أحمد: صحيح]
"Demi Allah, aku
adalah orang yang paling tahu dan paling takut di antara kalian terhadap Allah
'azzawajalla." [Musnad Ahmad: Shahih]
b. Mereka
juga berdalil dengan kisah Nabi Khidr ‘alaihissalam yang tidak mengikut dengan
syari’at Nabi Musa ‘alaihissalam [Surah Al-Kahfi 71-82].
Bantahannya:
Ø
Syari’at Nabi Musa tidak mencakup Nabi Khidr karena para Nabi terdahulu
hanya diutus pada kaumnya masing-masing.
Dari Jabir
bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
" وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ
خَاصَّةً، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً " [صحيح البخاري ومسلم]
"Nabi
sebelumnya diutus kepada kaumnya saja sedangkan aku diutus kepada manusia
seluruhnya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Atau: Apa yang dilakukan
Nabi Khidir tidak menyalahi syari’at Nabi Musa karena pengingkaran beliau
karena tidak mengetahui hakikat dari perbuatan Nabi Khidir.
Ø Atau: Apa yang dilakukan
oleh Nabi Khidir adalah wahyu dari Allah, bukan sebatas pengakuan dan khayalan.
Pembatal keislaman yang
kesepuluh: Berpaling dari agama Allâh dengan
tidak mempelajarinya atau mengamalkannya.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا
إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ} [السجدة: 22]
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling
daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang
yang berdosa. [As-Sajdah: 22]
1.
Diantara
syarat diterimanya dua kaliamat syahadat adalah memahami
maknanya dan mengamalkan kandungannya.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ} [محمد: 19]
"Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan yang berhak
disembah) selain Allah".
(Muhammad:19)
{وَأَنِيبُوا
إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ} [الزمر: 54]
Dan
kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya. [Az-Zumar: 53-54]
Ø
Dari Usman -radhiallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ»
"Barangsiapa
yang meninggal dan mengatahui bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah, ia akan masuk surga". [Shahih Muslim]
Ø Dari Abdullah bin Amr
-radhiallahu 'anhuma-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«لَا
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ»
"Tidaklah
sempurna keimanan seseorang di antar kalian sampai ia menjadikan hawa nafsunya
mengikuti ajaran yang aku bawa". [As-Sunnah karya Ibnu Abi 'Ashim: Sanadnya lemah]
2.
Kecuali jika
ia terpaksa dan takut menampakkan keimanannya.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَقَالَ
رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَانَهُ أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا
أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ
وَإِنْ يَكُ كَاذِبًا فَعَلَيْهِ كَذِبُهُ وَإِنْ يَكُ صَادِقًا يُصِبْكُمْ بَعْضُ
الَّذِي يَعِدُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ} [غافر: 28]
Dan
seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang menyembunyikan
imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena
dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu
dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta
maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar
niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu".
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi
pendusta. [Gafir: 28]
3.
Mengabaikan
majelis ilmu akan diabaikan oleh Allah subhanahu wata’aalaa.
Dari Abu Waqid Al Laitsiy radhiyallahu
'anhu; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika sedang
duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi shallallahu
'alaihi wasallam. Satu diantaranya melihat ada tempat kosong maka ia
mengisinya, sedang yang kedua duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga
berbalik pergi. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai
bermajelis, Beliau bersabda:
«أَلاَ
أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ؟ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى
اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ
مِنْهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Maukah kalian
aku beritahu tentang ketiga orang tadi?" Adapun seorang diantara mereka,
dia mendekat kepada Allah, maka Allah mendekat kepadanya. Yang kedua, dia malu
kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling
dari Allah maka Allah pun berpaling darinya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
4. Semakin kuat
keimanan seseorang dan semakin kokoh tauhidnya maka semakin takut pula ia
dengan kesyirikan dan kekufuran.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ
أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ} [ابراهيم
: 35]
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata:
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan
jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
[Ibrahim: 35]
Ø Dari Mahmud bin Labid radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ
أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَر،ُ قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ
الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّه؟ِ قَالَ: الرِّيَاءُ، يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ:
اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ
تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
"Sesungguhnya yang paling aku
khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil."
Mereka bertanya: Apa itu syirik kecil wahai
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab: "Riya`, Allah 'azza wajalla berfirman kepada mereka pada
hari kiamat saat orang-orang diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah
orang-orang yang dulu kau perlihat-lihatkan di dunia lalu lihatlah apakah
kalian menemukan balasan di sisi mereka?" [Musnad Ahmad: Shahih]
Wallahu
a’lam!
مراجع:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...