بسم
الله الرحمن الرحيم
Salamah bin
Al-Akwa’ radhiyallahu 'anhu berkata;
كَانَ عَلِيٌّ قَدْ تَخَلَّفَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي خَيْبَرَ وَكَانَ بِهِ رَمَدٌ
فَقَالَ: أَنَا أَتَخَلَّفُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ؟! فَخَرَجَ عَلِيٌّ فَلَحِقَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَلَمَّا كَانَ مَسَاءُ اللَّيْلَةِ الَّتِي فَتَحَهَا اللَّهُ فِي
صَبَاحِهَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:َ
لَأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلًا يُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَيُحِبُّ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَيْهِ! فَإِذَا نَحْنُ بِعَلِيٍّ وَمَا
نَرْجُوهُ فَقَالُوا: هَذَا عَلِيٌّ! فَأَعْطَاهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّايَةَ فَفَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ
'Ali
pernah tertinggal dari Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- dalam perang
Khaibar (tahun 7 H) karena saat itu dia terkena penyakit mata. Dia berkata;
"Aku tertinggal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?!".
Kemudian
'Ali keluar menyusul dan bertemu dengan Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-.
Pada waktu malam hari dimana kemudian pada pagi harinya Allah memenangkan Kaum
Muslimin, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
"Aku
akan memberikan bendera komando perang ini kepada seorang laki-laki yang Allah dan Rasul-Nya mencintainya, dan ia mencintai Allah
dan Rasul-Nya, Allah akan memberi kemenangan ini lewat tangannya".
Ketika
kami bersama 'Ali padahal kami tidak menyangka keberadaannya, mereka
berkata; "Ini 'Ali".
Maka
Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- memberikan bendera itu
kepadanya lalu Allah memberi kemenangan kepadanya. [Sahih Bukhari]
فَبَاتَ النَّاسُ يَدُوكُونَ لَيْلَتَهُمْ أَيُّهُمْ يُعْطَاهَا،
فَلَمَّا أَصْبَحَ النَّاسُ غَدَوْا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كُلُّهُمْ يَرْجُو أَنْ يُعْطَاهَا [صحيح البخاري ومسلم]
"Maka
semalaman orang-orang memperbincangkan siapa diantara mereka yang akan
diberikan kepercayaan itu. Keesokan harinya, orang-orang telah berkumpul di
hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan masing-masing berharap
mendapat kepercayaan tersebut.” [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dalam riwayat lain:
قَالَ
عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: مَا أَحْبَبْتُ الْإِمَارَةَ إِلَّا يَوْمَئِذ
Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata: “Sungguh aku tidak
pernah menginginkan sebuah kepemimpinan kecuali hanya pada hari itu saja”.
[Shahih Muslim]
Ø Dalam riwayat lain:
فَقَالَ:
أَيْنَ عَلِيٌّ؟ فَقِيل:َ يَشْتَكِي عَيْنَيْه!ِ فَبَصَقَ فِي عَيْنَيْهِ وَدَعَا
لَهُ فَبَرَأَ كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ فَأَعْطَاهُ، فَقَال:َ
أُقَاتِلُهُمْ حَتَّى يَكُونُوا مِثْلَنَا؟ فَقَال:َ انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى
تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا
يَجِبُ عَلَيْهِمْ، فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ
مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ
Maka Beliau berkata: "Mana 'Ali?"
Dijawab: "Dia sedang sakit kedua
matanya".
Maka (setelah 'Ali datang) Beliau meludahi
kedua matanya lalu mendo'akannya hingga sembuh seakan-akan belum pernah terkena
penyakit sedikitpun. Lalu Beliau memberikan bendera perang kepadanya, kemudian
berkata: "Apakah aku perangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita
(Muslim)?".
Beliau menjawab: "Melangkahlah ke
depan hingga kamu memasuki tempat tinggal mereka lalu serulah mereka ke dalam
Islam dan beritahu kepada mereka tentang apa yang diwajibkan atas mereka. Demi
Allah, bila ada satu orang saja yang mendapat petunjuk melalui dirimu maka itu
lebih baik bagimu dari pada unta-unta merah (yang paling bagus) ". [Shahih
Bukhari]
Hikmah yang bisa dipetik dari hadits ini:
1.
Keistimewaan Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Beliau mendapatkan pengakuan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa Allah dan Rasul-Nya
mencintainya, dan ia mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah memberi
kemenangan pada umat Islam lewat tangannya.
Lihat keutamaan lainnya di sini: Keistimewaan Ali bin Abi Thalib
2.
Besarnya cinta Ali bin
Abi Thalib kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ia tidak rela
tertinggal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peperangan
sekalipun sedang sakit, padahal Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{لَيْسَ
عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَى وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ
مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ مَا عَلَى
الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [التوبة: 91]
Tiada
dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang
yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka
nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada
jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [At-Taubah: 91]
Ø
Dari Sa'ad bin Abi
Waqqash radhiyallahu'anhu; bahwa Rasulullah -shallallahu 'alaihi
wasallam- pernah menugasi Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu untuk
menjaga kaum muslimin di Madinah ketika terjadi perang Tabuk (tahun 9 H)."
Ali berkata;
أَتُخَلِّفُنِي فِي الصِّبْيَانِ
وَالنِّسَاء
"Ya
Rasulullah, mengapa engkau hanya menugasi saya untuk menjaga kaum wanita dan
anak-anak?"
Rasulullah
-shallallahu 'alaihi wasallam- menjawab:
أَلَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي
بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلَّا أَنَّهُ لَيْسَ نَبِيٌّ بَعْدِي
"Tidak
inginkah kamu hai Ali memperoleh posisi di sisiku seperti posisi Harun di sisi
Musa, hanyasaja sesudahku tidak akan ada Nabi lagi" [Shahih Bukhari dan
Muslim]
3.
Kewajiban mencintai
Allah dan Rasul-Nya.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَمِنَ
النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ
اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ} [البقرة : 165]
Dan diantara manusia ada orang-orang
yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah. [Al-Baqarah: 165]
{قُلْ
إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ
وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا
وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ
فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [التوبة : 24]
Katakanlah: "jika bapa-bapa,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik. [At-Taubah: 24]
Ø Anas radhiyallahu'anhu berkata, Nabi -shallallahu
'alaihi wasallam- bersabda:
لَا
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
"Tidaklah beriman seorang dari kalian
hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia
seluruhnya". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
4.
Keutamaan mencintai
Allah dan Rasul-Nya.
Diantaranya:
a)
Yang berhak diberi jabatan adalah yang mencintai Allah dan
Rasul-Nya.
b)
Allah memberikan pertolongan dan kemenangan kepada kelompok
yang dipimpin oleh pemimpin yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.
c)
Merasakan nikmatnya iman.
Anas -radhiyallahu 'anhu-
mengatakan: Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
ثَلَاثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ
إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ
يُقْذَفَ فِي النَّارِ
"Ada tiga hal yang jika seseorang
melaksanakannya, ia mendapat kemanisan iman, Allah dan rasul-NYA lebih ia
cintai daripada selain keduanya, ia mencintai seseorang dengan tiada dorongan
selain karena Allah, dan benci kembali kepada kekafiran sebagaimana
kebenciannya untuk dilempar ke neraka." [Shahih Bukhari dan Muslim]
d)
Bersama Allah dan Rasul-Nya.
Anas bin Malik radhiyallahu'anhu berkata;
جَاءَ
رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَال:َ يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ؟ قَالَ:
حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ! قَال:َ فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ أَنَسٌ:
فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الْإِسْلَامِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ، قَالَ أَنَسٌ:
فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ
أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ
"Pada suatu hari seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya bertanya;
'Ya RasululIah, kapankah kiamat itu akan datang? '
Mendengar pertanyaan laki-laki itu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam balik bertanya: 'Apa yang telah
kamu siapkan untuk menghadapi kiamat? '
Laki-laki itu menjawab; 'Kecintaan kepada
Allah dan Rasul-Nya.'
Kemudian Rasulullah -shallallahu 'alaihi
wasallam- bersabda: 'Sesungguhnya kamu akan bersama orang yang kamu
cintai.'
Anas berkata; 'Tidak ada yang lebih
menyenangkan hati kami setelah masuk Islam selain sabda Rasulullah -shallallahu
'alaihi wasallam- yang berbunyi: 'Sesungguhnya kamu akan bersama orang yang
kamu cintai.'
Anas berkata; 'Karena saya mencintai Allah,
Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar, maka saya berharap kelak akan bersama mereka
meskipun saya tidak dapat beramal seperti mereka.' [Shahih Muslim]
5.
Bagaimana mencintai
Allah dan Rasul-Nya?
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{قُلْ
إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ
وَالرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ} [آل عمران : 31-32]
Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". [Ali ' Imran:
31-32]
6.
Mu'jizat Nabi shallallahu
' alaihi wasallam, menyembuhkan penyakit dan mengetahui kejadian yang akan
datang atas izin Allah.
Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{وَمَا كَانَ
اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ
مَنْ يَشَاءُ} [آل عمران:
179]
Dan
Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib,
akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya.
[Ali ‘Imran:179]
{عَالِمُ الْغَيْبِ
فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ} [الجن: 26، 27]
(Dia
adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya.
[Al-Jin: 26-27]
7.
Memberikan motifasi
untuk berlomba dalam kebaikan.
Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:
{فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ} [البقرة : 148]
Maka berlomba-lombalah (dalam membuat)
kebaikan. [Al-Baqarah: 148]
8.
Semangat para Sahabat
Nabi meraih kebaikan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ} [آل عمران: 114]
Mereka beriman kepada Allah dan hari
penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar
dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk
orang-orang yang saleh. [Ali 'Imran: 114]
9.
Boleh mengharapkan
jabatan jika memang mampu.
Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata:
يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي؟
"Wahai Rasulullah, tidakkah anda
menjadikanku sebagai pegawai (pejabat)?"
Abu Dzar berkata, "Kemudian beliau
menepuk bahuku dengan tangan beliau seraya bersabda:
يَا
أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ
فِيهَا
"Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk
memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah
kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan
melaksanakan tugas dengan benar." [Shahih Muslim]
10.
Jangan meremehkan orang
lain dengan segala kekurangannya.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
"Sesungguhnya Allah tidak melihat
kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian."
[Shahih Muslim]
Ø Dari Haritsah bin Wahb Al-Khuza'iy radhiyallahu 'anhu;
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الجَنَّةِ؟ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعّفٍ، لَوْ أَقْسَمَ
عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ، أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ: كُلُّ عُتُلٍّ،
جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ " [صحيح
البخاري ومسلم]
"Maukah kalian kuberi tahu tentang
penduduk surga? Semua orang lemah yang dan direndahkan, kalau mereka bersumpah
atas nama Allah maka Allah akan mengabulkannya. Maukah kalian kuberi tahu
tentang penduduk nereka? Semua yang sifatnya kasar, kikir dan sombong".
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«رُبَّ أَشْعَثَ، مَدْفُوعٍ
بِالْأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ»
"Bisa jadi seseorang yang berpenampilan kumuh, tidak
dibukakan pintu (jika minta izin), padahal kalau ia bersumpah demi Allah, maka
Allah langsung mengabukannya!" [Sahih Muslim]
11.
Jangan putus semangat dalam
kebaikan dengan segala kekurangan yang dimiliki.
Abu Hurairah dhiyallahu'anhu berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الْمُؤْمِنُ
الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي
كُلٍّ خَيْرٌ، احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا
تَعْجَز،ْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا
وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ
عَمَلَ الشَّيْطَانِ
'Orang mukmin yang kuat lebih baik dan
lebih dicintai oleh Allah -Subhanahu wa Ta 'ala- daripada orang mukmin
yang lemah. Dan pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan
sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah -Azza
wa Jalla- dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu
tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya tadi
saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'.
Tetapi katakanlah; 'lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti
akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya)
akan membukakan jalan bagi godaan syetan.'" [Shahih Muslim]
12.
Keutamaan berda'wah.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي
أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ
اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ} [يوسف:
108]
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan
orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang
nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". [Yusuf: 108]
{وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ
دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ} [فصلت: 33]
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?" [Fushilat:33]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ
تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang mengajak
kepada kebaikan maka ia akan mendapat pahala seperti pahal yang mengerjakannya
tampa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa yang mengajak kepada
kesesatan maka ia akan mendapat dosa seperti dosa yang mengerjakannya tampa
mengurangi dosa mereka sedikitpun”. [Sahih Muslim]
Ø Dari Abu Mas'ud Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang menunjuki
seseorang pada suatu kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti pahala yang
melakukannya (atas petunjuknya)". [Sahih Muslim]
13.
Perang bukan tujuan
utama.
Abu Musa -radhiyallahu 'anhu-
berkata; Datang seorang laki-laki kepada Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-
lalu berkata: "Seseorang berperang untuk mendapatkan ghanimah (rampasan
perang), seseorang yang lain agar menjadi terkenal, dan seseorang yang lain
lagi untuk dilihat kedudukannya, manakah yang disebut fii sabilillah?"
Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«مَنْ
قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ العُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ»
"Siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah
dialah yang disebut fii sabilillah". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mengutuskan kami dalam suatu pasukan. Suatu pagi kami
sampai di Al-Huruqat, yakni suatu tempat di daerah Juhainah. Kemudian aku
berjumpa seorang lelaki, lelaki tersebut lalu mengucakan LAA ILAAHA
ILLAALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah), namun aku
tetap menikamnya. Lalu aku merasa ada ganjalan dalam diriku karena hal
tersebut, sehingga kejadian tersebut aku ceritakan kepada Rasulullah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
lalu bertanya:
«أَقَالَ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَقَتَلْتَهُ؟»
'Kenapa kamu membunuh orang yang telah
mengucapkan Laa Ilaaha Illaahu? '
Aku menjawab, "Wahai Rasulullah!
Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takutkan ayunan pedang."
Rasulullah bertanya lagi:
«أَفَلَا شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ
حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لَا؟»
"Sudahkah kamu membelah dadanya
sehingga kamu tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat atau
tidak?"
Rasulullah terus mengulangi pertanyaan itu
kepadaku hingga menyebabkan aku berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat
itu." [Shahih Muslim]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...