بسم الله الرحمن الرحيم
Diantara amalan yang hendaknya diperbanyak pada awal bulan Dzulhijjah
adalah berdzikir, sebgaimana Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَيَذْكُرُوا
اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ
الْأَنْعَامِ} [الحج: 28]
"Dan
supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas
rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak". [Al-Hajj: 28]
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma menafsirkan (أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ) "hari yang telah ditentukan" adalah sepuluh
hari awal Dzulhijjah.
Ø
Dan Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَاذْكُرُوا
اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ} [البقرة: 203]
Dan
berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. [Al-Baqarah: 203]
Maksud “beberapa hari yang berbilang” ialah tiga hari sesudah idul
Adha yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah. Hari-hari itu dinamakan
hari-hari Tasy'riq.
Ø
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ
وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ،
فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ، وَالتَّكْبِيرِ، وَالتَّحْمِيدِ» [مسند أحمد: صحيح]
“Tidak
ada hari yang lebih agung di sisi Allah, dan tidak ada yang lebih Ia cintai
dari amalan pada hari-hari tertentu daripada amalan di hari-hari sepuluh awal
Dzulhijjah, maka perbanyaklah kalian pada hari-hari tersebut melakukan tahlil
(membaca لا إله إلا الله), takbir
(membaca الله أكبر),
dan tahmid (membaca الحمد الله).” [Musnad Ahmad: Shahih]
Ø
Dari Nubaisyah radiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«أَلَا وَإِنَّ هَذِهِ الْأَيَّامَ أَيَّامُ
أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ» [سنن أبي داود:
صححه الألباني]
“Ketahuilah
sesungguhnya hari-hari ini (tasyriq) adalah hari untuk makan dan minum dan
zikir kepada Allah 'azza wajalla”. [Sunan Abu Daud: Shahih]
Ø
Abu Hurairah radiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah ﷺ mengutus Abdullah bin Hudzafah berkeliling di
Mina untuk menyampaikan:
«لَا تَصُومُوا هَذِهِ الْأَيَّامَ،
فَإِنَّهَا أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ» [مسند أحمد: صحيح]
“Jangan
kalian puasa pada hari-hari ini (tasyriq) karena sesungguhnya ia adalah hari
untuk makan, minum dan zikir kepada Allah 'azza wajalla”. [Musnad Ahmad:
Shahih]
Lihat: Hadits Ibnu ‘Abbas; Keutamaan 10 awal Dzulhijjah
Dzikir terbaik
Dari Jabir
bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَفْضَلُ
الدُّعَاءِ الحَمْدُ لِلَّهِ» [سنن الترمذي: حسن]
"Dzikir terbaik adalah "laa ilaaha illallaah", dan do'a
terbaik adalah "alhamdulillah"". [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Talbiyah
untuk jama’ha haji dan umrah
Dari Sahl
bin Sa'ad radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَا
مِنْ مُسْلِمٍ يُلَبِّي إِلَّا لَبَّى مَنْ عَنْ يَمِينِهِ، أَوْ عَنْ شِمَالِهِ مِنْ
حَجَرٍ، أَوْ شَجَرٍ، أَوْ مَدَرٍ، حَتَّى تَنْقَطِعَ الأَرْضُ مِنْ هَاهُنَا وَهَاهُنَا»
[سنن الترمذي: صحيح]
“Tidaklah
seorang muslim mengucapkan talbiyah kecuali ikut pula mengucapkan talbiyah
semua yang ada di kanan dan kirinya dari bebatuan, pepohonan, dan tanah, sampai
akhir bumi dari timur dan barat”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«مَا
أَهَلَّ مُهِلٌّ قَطُّ إِلَّا بُشِّرَ ، وَلَا كَبَّرَ مُكَبِّرٌ قَطُّ إِلَّا بُشِّرَ»
قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بِالْجَنَّةِ؟ قَالَ: «نَعَمْ» [المعجم الأوسط: حسنه الألباني]
“Tidaklah
seseorang mengucapkan talbiyah (saat haji atau umrah) kecuali diberi berita
gembira, dan tidaklah seseorang mengucapkan takbir kecuali diberi berita
gembira”. Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, diberi berita gembira dengan surga? Rasulullah
menjawab: “Iya”. [Al-Mu'jam Al-Aushat: Hasan]
Ø
Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu
'anhuma berkata:
سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يُهِلُّ مُلَبِّدًا يَقُولُ: «لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ،
لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ
وَالمُلْكَ، لاَ شَرِيكَ لَكَ» لاَ يَزِيدُ عَلَى هَؤُلاَءِ الكَلِمَاتِ [صحيح البخاري]
Saya
mendengar Rasulullah ﷺ bertalbiyah dengan mengikat rambutnya
(menguncir) sambil mengucapkan, "LABBAIKALLAAHUMMA LABBAIK LABBAIKALAA
SYARIIKA LABBAIK INNAL HAMDA WAN NI'MATA LAKA WAL MULK LAA SYARIIKALAK"
dan tidak lebih dari mengucapkan kalimat tersebut." [Shahih Bukhari]
Ø
Dalam riwayat lain;
وَكَانَ
عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَزِيدُ فِيهَا: "
لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ، وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ بِيَدَيْكَ، لَبَّيْكَ
وَالرَّغْبَاءُ إِلَيْكَ وَالْعَمَلُ " [صحيح مسلم]
Abdullah
bin Umar radhiallahu'anhuma menambahkan Talibiyah tersebut dengan
bacaan, "LABBAIKA LABBAIKA WA SA'DAIKA WAL KHAIRU BIYADIKA LABBAIKA
WARRAGHBAA`U ILAIKA WAL'AMAL (Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah untuk
mencari ridha-Mu. Kebaikan ada dalam kekuasaan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, ya
Allah, sebagai amal ibadah untuk mencari ridha-Mu)." [Shahih Muslim]
Dzikir terbaik di hari
Arafah
Dari Abdullah
bin 'Amr bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ
أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: " لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ
لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ "
Doa
paling baik adalah do'a di hari Arafah, dan yang paling baik diucapkan oleh aku
dan para nabi sebelumku adalah:"Tiada tuhan yang berhak disembah selain
Allah semata, tiada sekutu baginya, miliknyalah kekuasaan dan pujian, dan
Dia-lah yang maha kuasa atas segala sesuatu". [Sunan Tirmidzi: Hasan]
Lihat: Keutamaan haji dan umrah
Membaca Al-Qur’an
adalah dzikir
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ
وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ} [الحجر: 9]
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran,
dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. [Al-Hijr:9]
Lihat: Keutamaan membaca Al-Qur'an
Mejelis ilmu adalah
majelis dzikir
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ
لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43] [الأنبياء: 7]
Maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [An-Nahl:43, Al-Anbiyaa':7]
Lihat: Keutamaan ilmu dan ulama
Perbanyak tahlil,
takbir, dan tahmid
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" مَنْ قَالَ: لاَ
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ
الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ،
كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ،
وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ
يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ، وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ
بِهِ، إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ "
"Barang siapa yang membaca Laa ilaaha illallah wahdahu
laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadiir
sebanyak seratus kali dalam sehari, maka baginya mendapatkan pahala
seperti membebaskan sepuluh orang budak, ditetapkan baginya seratus hasanah
(kebaikan) dan dijauhkan darinya seratus keburukan dan baginya ada perlindungan
dari (godaan) setan pada hari itu hingga petang dan tidak ada orang yang lebih
baik amalnya dari orang yang membaca doa ini kecuali seseorang yang dapat lebih
banyak mengamalkan (membaca) dzikir ini". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abdullah bin 'Amr
-radhiallahu 'anhuma-; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ قَالَ: "سُبْحَانَ اللَّهِ" مِائَةَ مَرَّةٍ
قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا كَانَ أَفْضَلَ مِنْ مِائَةِ
بَدَنَةٍ، وَمَنْ قَالَ: "الْحَمْدُ لِلَّهِ" مِائَةَ مَرَّةٍ
قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ، وَقَبْلَ غُرُوبِهَا كَانَ أَفْضَلَ مِنْ مِائَةِ
فَرَسٍ يُحْمَلُ عَلَيْهَا، وَمَنْ قَالَ: "اللَّهُ أَكْبَرُ"
مِائَةَ مَرَّةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا، كَانَ أَفْضَلَ
مِنْ عِتْقِ مِائَةِ رَقَبَةٍ، وَمَنْ قَالَ: "لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ،
وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ" مِائَةَ مَرَّةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ
غُرُوبِهَا، لَمْ يَجِئْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَدٌ بِعَمَلٍ أَفْضَلَ مِنْ
عَمَلِهِ إِلا مَنْ قَالَ قَوْلَهُ أَوْ زَادَ»
"Barangsiapa yang
mengucapkan: Subhanallah, 100× sebelum matahari terbit dan sebelum
tenggelam, maka itu lebih baik dari sedekah 100 onta. Barangsiapa yang
mengucapkan: Alhamdulillah, 100× sebelum matahari terbit dan sebelum
tenggelam, maka itu lebih baik dari sedekah 100 kuda yang dipakai berperang.
Barangsiapa yang mengucapkan: Allahu akbar, 100× sebelum matahari terbit
dan sebelum tenggelam, maka itu lebih baik dari memerdekakan 100 budak.
Barangsiapa yang mengucapkan: Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lah,
lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadiir, 100× sebelum
matahari terbit dan sebelum tenggelam, makatdk ada yang datang pada hari kiamat
dengan amalan yang lebih baik dari amalannya kecuali yang juga mengucapkannya
atau menambahnya." [Shahih At-Targiib]
Lihat: Dzikir “Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lah” - Keutamaan tasbiih, tahmiid, dan takbiir
Dua jenis dzikir.
a) Dzikir
mutlaq.
Yaitu dzikir secara
umum, dilakukan kapan saja dan di mana saja, dilakukan mulai hari pertama
Dzulhijjah. Sebagaimana diriwayatkan dari
Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhum;
«كَانَا يَخْرُجَانِ
إِلَى السُّوقِ فِي أَيَّامِ العَشْرِ يُكَبِّرَانِ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ
بِتَكْبِيرِهِمَا» [صحيح البخاري معلقا]
“Bahwa keduanya pergi ke pasar pada sepuluh
hari pertama Dzulhijjah bertakbir, dan orang-orang pun bertakbir dengan
takbiran keduanya. [Shahih Bukhari: Mu’llaq]
b) Dzikir
muqayyad.
Dzikir khusus yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu,
sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu 'anhuma;
«وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ
يُكَبِّرُ بِمِنًى تِلْكَ الأَيَّامَ، وَخَلْفَ الصَّلَوَاتِ وَعَلَى فِرَاشِهِ
وَفِي فُسْطَاطِهِ وَمَجْلِسِهِ، وَمَمْشَاهُ تِلْكَ الأَيَّامَ جَمِيعًا» [صحيح البخاري معلقا]
“Bahwasanya ia bertakbir di Mina pada
hari-hari tersebut, di setiap selesai shalat, di atas kasurnya, dalam tendanya,
dalam majelisnya, dan ketika ia berjalan pada hari-hari tersebut seluruhnya”.
[Shahih Bukhari: Mu’llaq, dan diriwayatkan oleh Al-Fakihiy]
Ø Diriwayatkan
juga;
«كَبَّرَ
مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ خَلْفَ النَّافِلَةِ» [صحيح
البخاري معلقا]
“Bahwa Muhammad bin Ali (Abu Ja'faar
Al-Baqir rahimahullah) bertakbir setelah shalat sunnah”.
[Shahih Bukhari: Mu’llaq]
Takbir ini dimulai
setelah shalat Subuh hari Arafah sampai setelah shalat Ashar akhir hari Tasyriq
(13 Dzulhijjah) sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah ﷺ diantaranya Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib,
Ibnu Mas'ud, dan Ibnu Abbas radiyallahu 'anhum.
Ø
Dari
Abdullah
bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya ia bertakbir mulai setelah shalat subuh hari Arafah
sampai shalat Ashar akhir hari kurban (Tasyriq), ia mengucapkan:
«اللَّهُ
أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ
الْحَمْدُ»
[مصنف ابن أبي شيبة:
حسن]
Ø
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Bahwasanya ia bertakbir mulai dari shalat subuh hari ‘Arafah sampai
akhir hari Tasyriq, ia tidak takbir lagi pada shalat Magrib, ia mengucapkan:
«اللَّهُ أَكْبَرُ
كَبِيرًا، اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، اللَّهُ
أَكْبَرُ، وَأَجَلُّ اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ» [مصنف ابن أبي شيبة]
Ø
Dalam riwayat
lain;
«اللهُ أَكْبَرُ،
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ وَأَجَلُّ،
اللهُ أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا» [السنن الكبرى للبيهقي]
Ø Abu ‘Utsman An-Nahdiy rahimahullah berkata: Salman radhiyallahu ‘anhu
mengajarkan kepada kami bertakbir, ia berkata: Bertakbirlah kalian …
«اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، أَوْ قَالَ: تَكْبِيرًا، اللهُمَّ أَنْتَ
أَعْلَى وَأَجَلُّ مِنْ أَنْ تَكُونَ لَكَ صَاحِبَةٌ، أَوْ يَكُونَ لَكَ وَلَدٌ،
أَوْ يَكُونَ لَكَ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ، أَوْ يَكُونَ لَكَ وَلِيٌّ مِنَ
الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا، اللهُمَّ اغْفِرْ لَنَا، اللهُمَّ ارْحَمْنَا»
Kemudian Salman berkata:
"
وَاللهِ لَتَكْتُبُنَّ هَذِهِ، لَا تَتْرُكُ هَاتَانِ، وَلَتَكُونَنَّ شَفْعًا
لِهَاتَيْنِ " [السنن الكبرى للبيهقي]
“Demi Allah, hendaklah kalian bertakbir
dengan ini, jangan kalian meninggalkannya, dan kalian akan mendapatkan syafa’at
dengan takbir ini”. [As-Sunan Al-Kubra karya Al-Baihaqiy]
Nb: Takbir
setelah shalat Fardhu, sebagian ulama seperti syekh Shalih Fauzan mensyaratkan
dilakukan setelah shalat berjama’ah, dan sebelum dzikir setelah shalat.
Sedangkan syekh Abdussalam berpendapat bahwa
dianjurkan setelah dzikir shalat, dan terputus jika berhadats atau meninggalkan
tempat shalatnya.
Mengangkat suara ketika bertakbir
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
«أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كَانَ يَخْرُجُ فِي الْعِيدَيْنِ مَعَ الْفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ،
وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، وَالْعَبَّاسِ، وَعَلِيٍّ، وَجَعْفَرٍ،
وَالْحَسَنِ، وَالْحُسَيْنِ، وَأُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، وَزِيدِ بْنِ حَارِثَةَ، وَأَيْمَنَ
ابْنِ أُمِّ أَيْمَنَ، رَافِعًا صَوْتَهُ بِالتَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ» [صحيح ابن خزيمة]
“Bahwasanya
Rasulullah ﷺ keluar
untuk melaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha bersama Al-Fadhl bin Abbas,
Abdullah bin 'Abbas, Al-Abbas, Ali, Ja'far, Al-Hasan, Al-Husain, Usamah bin
Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Aiman bin Ummu Aiman dengan mengangkat suara
bertahlil dan bertakbir". [Shahih Ibnu Khuzaimah]
Ø Nafi’ rahimahullah
berkata:
«أَنَّ
ابْن عُمَرَ كَانَ يَغْدُو يَوْمَ الْعِيدِ، وَيُكَبِّرُ وَيَرْفَعُ صَوْتَهُ، حَتَّى
يَبْلُغَ الْإِمَامُ» [مصنف ابن أبي شيبة: صححه الألباني]
“Bahwasanya Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma- jika pergi shalat pada hari ‘Idul Fitri, ia
bertakbir dan mengangkat suaranya sampai tiba pada Imam”. [Mushannaf Ibnu Abi
Syaibah: Sahih]
Ø
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu;
«كَانَ يُكَبِّرُ فِي
قُبَّتِهِ بِمِنًى فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ المَسْجِدِ، فَيُكَبِّرُونَ وَيُكَبِّرُ
أَهْلُ الأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا» [صحيح
البخاري معلقا]
“Bahwasanya
ia bertakbir di tendanya ketika di Mina, dan didengarkan oleh orang-orang yang
ada di mesjid, maka mereka bertakbir dan orang-orang di pasar juga bertakbir,
sehingga Mina bergemuruh dengan takbiran”. [Shahih Bukhari: Mu’allaq, dan
diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy]
Tidak saling
menyalahkan dalam berdzikir dan bertakbir
Muhammad
bin Abu Bakar Ats-Tsaqafiy rahimahullah berkata,
Aku bertanya kepada Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu -saat itu
kami berdua sedang berangkat dari Mina menuju 'Arafah- tentang talbiyyah:
Bagaimana kalian melaksanakannya bersama Nabi ﷺ?
Dia
menjawab:
«كَانَ يُلَبِّي المُلَبِّي، لاَ
يُنْكَرُ عَلَيْهِ، وَيُكَبِّرُ المُكَبِّرُ، فَلاَ يُنْكَرُ عَلَيْهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Di antara kami ada seorang yang membaca
talbiyyah, namun hal itu tidak diingkari, dan ada yang bertakbir namun hal itu
juga tidak diingkari." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Nb: Syekh
Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berdalil
dengan hadits ini bahwa tidak disyari’atkan dzikir dan takbir berjama’ah.
Perempuan juga
bertakbir
Ummu ‘Athiyah radhiyallahu 'anha berkata:
«كُنَّا نُؤْمَرُ
أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ العِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ البِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا، حَتَّى نُخْرِجَ
الحُيَّضَ، فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ، فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ، وَيَدْعُونَ
بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ اليَوْمِ وَطُهْرَتَهُ» [صحيح البخاري]
"Pada hari Raya Ied kami diperintahkan untuk
keluar sampai-sampai kami mengajak para anak gadis dari kamarnya dan juga para
wanita yang sedang haid. Mereka duduk di belakang barisan kaum laki-laki dan
mengucapkan takbir mengikuti takbirnya kaum laki-laki, dan berdoa mengikuti
doanya kaum laki-laki dengan mengharap barakah dan kesucian hari raya
tersebut." [Sahih Bukhari]
Ø
Dalam riwayat lain:
«وَكَانَتْ مَيْمُونَةُ
تُكَبِّرُ يَوْمَ النَّحْرِ»، «وَكُنَّ النِّسَاءُ يُكَبِّرْنَ خَلْفَ أَبَانَ
بْنِ عُثْمَانَ، وَعُمَرَ بْنِ عَبْدِ العَزِيزِ لَيَالِيَ التَّشْرِيقِ مَعَ
الرِّجَالِ فِي المَسْجِدِ» [صحيح البخاري معلقا]
“Bahwasanya
Maimunah bertakbir pada hari Nahr (idul Adha), dan para wanita bertakbir di
belakang Aban bin ‘Utsman dan Umar bin Abdil ‘Aziz pada malam-malam Tasyriq
bersama para lelaki di mesjid”. [Shahih Bukhari: Mu’allaq]
Keutamaan dzikir
Dari Abu Ad-Darda' radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bertanya:
«أَلَا أُنَبِّئُكُمْ
بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ
وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالوَرِقِ، وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا
عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ؟» قَالُوا: بَلَى. قَالَ: «ذِكْرُ
اللَّهِ تَعَالَى»
"Inginkah kalian kutunjuki amalan terbaik
kalian, paling mulia di sisi Tuhan-mu, paling tinggi mengangkat derajatmu,
lebih baik bagimu dari pada bersedekah dengan emas dan perak, dan lebih baik
bagimu dari pada melawan musuh lalu kau terbas leher mereka dan mereka menebas
lehermu?" Sahabat menjawab: Tentu! Rasulullah bersabda: "Zikir kepada
Allah ta'aalaa". [Sunan Tirmizi: Sahih]
Lihat: Keutamaan dzikir
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Keistimewaan bulan Dzulhijjah - Ibadah-ibadah di bulan Dzulhijjah - Menjaga kesucian bulan-bulan Haram - Hadits Abu Bakrah; 4 bulan haram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...