بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abu Bakrah radhiyallahu
'anhu; Sewaktu haji wada', Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
berkhutbah:
" إِنَّ
الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثٌ
مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو القَعْدَةِ، وَذُو الحِجَّةِ، وَالمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ،
مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى، وَشَعْبَانَ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya waktu berputar seperti
keadaannya sewaktu Allah menciptkan langit dan bumi. Setahun itu dua belas
bulan, diantaranya empat bulan haram, tiga diantaranya berurutan yaitu: Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab (yang diagungkan oleh kabilah) Mudhar
yang berada di antara bulan Jumadil Akhir dan Sya'ban". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Biografi
Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Makna
sabda Rasulullah “ إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ
اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ “ :
Ada beberapa pendapat ulama dalam hal ini:
a) Orang Arab Jahiliyah dulu sering memajukan dan memundurkan
nama-nama bulan, menghalalkan bulan-bulan haram dan mengharamkan bulan-bulan
halal. Sampai susunan nama-nama bulan menjadi tidak berurutan segabagimana
asalnya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي
الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ
عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ
اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَافِرِينَ} [التوبة: 37]
Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan
Haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan
mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan
mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan
bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang
diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang
buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
[At-Taubah:37]
Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam menunaikan haji Wada’ susunan nama-nama bulan kembali stabil sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan Allah subhanahu wata'ala sejak
diciptakannya langit dan bumi.
Sebagian ulama berpendapat bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam mengakhirkan ibadah hajinya (tahun 10H)
padahal telah diwajjibkan pada tahun sebelumnya (6 atau 8 atau 9H), karena
menunggu stabilnya susunan nama-nama bulan, agar beliau dapat haji pada bulan Dzul
hijjah yang sesungguhnya. [A’laamul Hadits kry Al-Khathabiy 3/1783]
b)
Ada yang berpendapat bahwa
orang Arab Jahiliyah dulu menunaikan ibadah haji pada bulan Dzul Qa’dah selama
dua tahun dan pada bulan Dzul Hijjah selama dua tahun, dan ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menunaikan haji Wadha’ bertepatan dengan bulan Dzul
Hijjah.
3. Arti
nama bulan-bulan haram.
Dzul Qa’dah: Bulan kesebelas hijriyah,
dinamai demikian karena orang Arab duduk (qa’adah) di rumah tidak bepergian
jauh atau berperang di bulan ini.
Dzul Hijjah: Bulan keduabelas hijriyah,
dinamai demikian karena orang Arab menunaikan ibadah haji di bulan ini.
Muharram: Bulan pertama hijriyah, dinamai muharram karena pada bulan ini orang
Arab mengharamkan diri mereka untuk berperang.
Ada juga yang mengatakan sebab penamaannya karena bulan muharram adalah
salah satu dari empat bulan haram, tapi pendapat ini lemah.
[Lihat: Al-Muhkam wa Al-Muhiith Al-A'dzam karya Ibnu Sayyidih]
Rajab: Bulan ketujuh hijriyah,
dinamai Rajab karena orang Arab mengagungkannya, dan tidak berperang saat itu.
4. Kenapa
dinamai Rajab Mudhar.
Dinamai Rajab Mudhar karena satu-satunya
kabilah Arab yang sangat keras menjaga kesucian bulan Rajab. Kabilah Mudhar
adalah keturunan Mudhar bin Nizar bin Ma’adda bin ‘Adnan.
5. Makna
bulan Haram.
Pada bulan-bulan haram Allah subhanahu
wata'ala lebih menekankan kepada hamba-Nya untuk menghormati bulan-bulan
tersebut, tidak mendzalimi diri dengan melakukan maksiat dan memerintahkan
untuk memperbanyak ibadah.
Allah subhanahu wa ta’aalaa
berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ} [المائدة:
2]
"Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan
bulan-bulan haram". [Al-Maidah:2]
{إِنَّ عِدَّةَ
الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ
الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ} [التوبة: 36]
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi
Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan
langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan)
agama yang lurus, maka janganlah kamu mendzalimi diri kamu dalam bulan yang
empat itu". [At-Taubah:36]
6. Memperbanyak
ibadah di bulan Haram.
Diantara amalan yang sangat dianjurkan
dalam bulan-bulan haram adalah puasa, sebagaimana diriwayatkan bahwa Rasulullah
sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"صُمْ مِنَ الحُرُمِ وَاتْرُكْ، صُمْ مِنَ الحُرُمِ
وَاتْرُكْ، صُمْ مِنَ الحُرُمِ وَاتْرُكْ" [سنن أبي داود: ضعفه الألباني]
“Puasalah di bulan haram dan tinggalkan,
puasalah di bulan haram dan tinggalkan, Puasalah di bulan haram dan
tinggalkan”. [Sunan Abu Daud: Dilemahkan oleh
syekh Albaniy]
Maksudnya: Puasa sebagian dan tinggalakan
sebagian.
Sekalipun hadits ini lemah, tapi beberapa ulama membolehkan untuk diamalkan
karena lemahnya tidak terlalu parah, dan puasa adalah salah satu amal saleh
yang dianjurkan untuk diperbanyak pada bulan haram.
Ø Dan lebih diutamakan lagi berpuasa di bulan Muharram:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ، بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ
اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ، بَعْدَ الْفَرِيضَةِ، صَلَاةُ اللَّيْلِ
[صحيح مسلم]
“Puasa yang paling afdhal setelah puasa
Ramadhan adalah puasa di bulan Allah bulan Muharram, dan shalat yang paling afdhal
setelah shalat wajib adalah shalat malam”. [Sahih Muslim]
Ø Dan lebih diutamakan lagi pada hari kesembilan dan sepuluh
Muharram:
Dari Abu Qatadah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى
اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ [صحيح مسلم]
“Dan puasa di hari 'asyura', aku berharap
kepada Allah akan menghapuskan dosa setahun sebelumnya”. [Sahih Muslim]
Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma
berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa
'asyura' beliau memerintahkan sahabatnya untuk berpuasa, lalu mereka bertanya:
Ya Rasulullah, hari 'asyura' adalah hari yang dimuliakan oleh Yahudi dan
Nashrani?
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab:
«فَإِذَا كَانَ
الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ»
“Jika datang tahun depan insyaallah maka
kita akan berpuasa juga di hari ke sembilan”.
Ibnu 'Abbas berkata: Tapi belum datang hari
'Asyura' tahun depan sampai Rasulullah meninggal. [Shahih Muslim]
7. Meninggalkan
segala bentuk kedzaliman di bulan-bulan Haram.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ} [الطلاق:
1]
"Dan barangsiapa yang
melanggar hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap
dirinya sendiri." [At-Thalaaq:1]
8. Ada
3 jenis kedzaliman yang mesti dijauhi khususnya di bulan-bulan Haram.
Dari Anas -radhiyallahu ‘anhu-;
Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
" الظُّلْمُ ثَلاثَةٌ: فَظُلْمٌ لا
يَتْرُكُهُ اللَّهُ، وَظُلْمٌ يُغْفَرُ، وَظُلْمٌ لا يُغْفَرُ، فَأَمَّا الظُّلْمُ
الَّذِي لا يُغْفَرُ فَالشِّرْكُ لا يَغْفِرُهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الظُّلْمُ
الَّذِي يُغْفَرُ فَظُلْمُ الْعَبْدِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ، وَأَمَّا
الَّذِي لا يُتْرَكُ فظلم العباد، فيقتص الله بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ "
“Kedzaliman itu ada tiga: Ada kedzaliman yang
tidak diabaikan, ada kedzaliman yang diampuni, dan ada kedzaliman yang tidak
diampuni. Adapun kedzaliman yang tidak diampuni maka itu adalah syirik, tidak akan
diampun oleh Allah, dan adapun kedzaliman yang diampuni maka itu adalah
kedzaliman seorang hamba antara dirinya dan Rabb-nya, dan adapun kedzaliman yang
tidak diabaikan maka itu adalah kedzaliman antara sesama hamba maka Allah akan
memberikan pembalasan antara sebagian mereka dengan sebagian yang lain”.
[Silsilah Ash-Shahihah no.1927]
Lihat: Hadits Anas; 3 jenis kedzaliman
Jenis kedzaliman pertama: Syirik,
menyekutukan Allah dengan segala jenisnya adalah kedzaliman yang paling berat.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{يَسْأَلُونَكَ
عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ
سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ
مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ} [البقرة: 217]
"Mereka bertanya kepadamu tentang
berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah
dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah,
(menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya,
lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan syirik lebih besar (dosanya) daripada
membunuh". (Al-Baqarah:217)
Ø Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
Ketika ayat ini turun:
{الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا
إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ} [الأنعام:
82]
Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
[Al-An'aam:82]
Ayat ini terasa berat bagi umat Islam, maka
sahabat bertanya: Ya Rasulullah, siapakah diantara kami yang tidak mendzalimi
dirinya (dengan maksiat secara umum)?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:
«لَيْسَ ذَلِكَ إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ
أَلَمْ تَسْمَعُوا مَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ»
"Bukan
kezaliman itu yang dimaksud akan tetapi kesyirikan, tidakkah kalian mendengar
apa yang dikatakan Luqman kepada anaknya di waktu ia memberi peringatan
kepadanya?
{يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} [لقمان: 13]
"Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar". [Luqman:13] [Shahih Bukhari dan Muslim]
Dosa syirik tidak akan diampuni oleh
Allah selama pelakunya tidak bertobat, karena meyekutukan Allah adalah dosa
yang paling besar. Allah telah mengharamkan sorga bagi orang-orang musyrik, dan
menjanjikan bagi mereka kekekalan di neraka.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّ
اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ
يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا} [النساء: 48]
"Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". [An-Nisaa':48]
{إِنَّهُ
مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ} [المائدة: 72]
"Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun". [Al-Maidah:72]
Jenis kedzaliman kedua: Dzalim terhadap
diri sendiri denganmaksiat yang berkaitan dengan hak Allah subhanahu
wata’aalaa selain syirik.
Allah mengampuni dosa selain syirik
berapapun banyaknya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Allah subhanahu
wata'ala berfirman dalam hadits qudsi:
« أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى:
أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ
وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ: أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى
ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ
لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ
فَقَالَ: أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ
عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ
بِالذَّنْبِ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ ». [صحيح
البخاري، ومسلم]
Seorang hamba melakukan suatu dosa lalu berkata:
Ya Allah .. ampunilah dosaku. Allah tabaaraka wa ta’aalaa
berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu kalau ia mempunyai Tuhan yang
mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Kemudia hamba tersebut kembali
melakukan dosa dan berkata: Ya Tuhanku .. ampunilah dosaku. Allah tabaaraka
wa ta’aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu kalau ia mempunyai
Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Kemudia hamba tersebut
kembali melakukan dosa dan berkata: Ya Tuhanku .. ampunilah dosaku.
Allah tabaaraka wa ta’aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu
kalau ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa.
Berbuatlah sesukamu .. maka Aku akan mengampunimu (selama engkau bertaubat).
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا
كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ
السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ
آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي
لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً "
Allah tabaraka wata’aalaa berfirman
"Wahai anak cucu Adam sesungguhnya jika engkau meminta dan mengharap
kepada-Ku akan ku ampuni semua dosa yang engkau lakukan tampa Kupikirkan. Wahai
anak cucu Adam seandainya dosamu mencapai awan di langit kemudian engkau
meminta ampun pada-Ku maka aku akan mengampunimu tampa Kupikirkan. Wahai anak
cucu Adam seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sebanyak bumi kemudian
engkau menemuiku tampa menyekutukan Aku dengan sesuatu pun, maka Aku
akan mendatangimu dengan ampunan sebanyak itu pula. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Jenis kedzaliman ketiga: Kedzaliman
terhadap sesama manusia yang akan diqishash di dunia dan dibayar dengan pahala
di akhirat
Allah subhanahu wata'ala berfiman:
{وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ
النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ
وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ} [المائدة:
45]
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka
(Yahudi) di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata
dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi,
dan luka luka (pun) ada qishaashnya. [Al-Maidah: 45]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya:
«أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟»
"Tahukah kalian
apa itu orang bangkrut?"
Sahabat menjawab: Orang yang bangkrut
dikalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta benda!
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي
يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ
هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ
هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ
فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ
فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ» [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya orang yang bangkrut dari
umatku adalah orang yang datang di hari kiamat dengan pahala salat, puasa, dan
zakat. Akan tetapi ia telah mencaci si Ini, menuduh si Ini, memakan harta si
Ini (dengan tidak halal), meneteskan darah si Ini, dan memukul si Ini. Maka
pahala kebaikannya diberikan kepada si Ini dan si Ini, kemudian jika pahala
kebaikannya sudah habis sebelum menutupi semua kezalimannya maka dosa-dosa mereka
diberikan kepadanya, kemudian ia dijerumuskan ke neraka". [Sahih Muslim]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ، حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ، مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ»
[صحيح مسلم]
"Kalian
akan mengembalikan hak kepada pemiliknya di hari kiamat, sampai kambing yang
tidak bertanduk dikisas dari kambing bertanduk". [Sahih Muslim]
9. Do’a
agar dijauhkan dari perbuatan dzalim
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seiring membaca do’a:
«اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ، وَالْقِلَّةِ، وَالذِّلَّةِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ
أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ»
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari kemiskinan, kekurangan, dan kehinaan. Dan aku berlindung kepadaMu
dari aku berbuat dzalim atau aku dizalimi” [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam jika keluar dari rumahnya membaca:
«بِسْمِ اللَّهِ،
تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نَزِلَّ، أَوْ
نَضِلَّ، أَوْ نَظْلِمَ، أَوْ نُظْلَمَ، أَوْ نَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيْنَا»
“Dengan nama Allah, aku bertawakkal
kepada Allah, Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari kami
tegelinci (dalam kesalahan), atau kami tersesat, atau kami mendzalimi, atau
kami dizalimi, atau kami berbuat kebodohan, atau orang berbuat kebodohan
terhadap kami”. [Sunan Tirmidzi: Shahih]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Jangan mendzalimi diri dengan kesyirikan - Menjaga kesucian bulan-bulan Haram - Amalan yang dianjurkan pada bulan Rajab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...