بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
"بَابُ مَا يُكْرَهُ
مِنْ كَثْرَةِ السُّؤَالِ وَتَكَلُّفِ مَا لاَ يَعْنِيهِ"
“Bab: Hal yang dibenci dari banyak bertanya
dan membebani diri terhadap seseuatu yang tidak bermanfaat baginya”
Dalam bab ini, Imam Bukhari menjelaskan
tentang larangan banyak bertanya pada perkara yang tidak bermanfaat, termasuk
dalam perkara agama yang terkadang sifatnya menyulitkan diri sendiri. Dengan menyebutkan ayat dari surah “Al-Maidah”, dan
beberapa hadits dari sahabat radhiyallahu ‘anhum.
A. Ayat
101 surah Al-Maidah.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَقَوْلُهُ تَعَالَى: {لاَ تَسْأَلُوا
عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ} [المائدة:
101]
Dan firman Allah ta’aalaa: {Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal
yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu} [Al-Maidah: 101]
Nb:
Lihat pembahasan Adab bertanya dan jenis pertanyaan
B. Hadits
Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
7289 - حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ المُقْرِئُ، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ [بن أبي أيوب]، حَدَّثَنِي
عُقَيْلٌ [بن خالد]، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي
وَقَّاصٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «إِنَّ أَعْظَمَ المُسْلِمِينَ
جُرْمًا، مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ، فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ
مَسْأَلَتِهِ»
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Yazid Al-Muqri', ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Said [bin Abi Ayyub],
ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Uqail [bin Khalid], dari Ibnu Syihab,
dari 'Amir bin Sa'd bin Abu Waqash, dari Bapaknya bahwa Nabi ﷺ, beliau berkata, "Kaum muslimin yang paling besar dosanya
adalah yang bertanya tentang sesuatu, lantas sesuatu tersebut diharamkan karena
pertanyaannya, padahal sebelumnya tidak diharamkan."
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Keistimewaan Sa’ad bin Abi Waqqash
2.
Bahaya menanyakan seseuatu yang bisa menyulitkan orang
lain.
Dalam
riwayat lain, Sa’ad radhiyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ النَّاسُ
يَتَسَاءَلُونَ عَنِ الشَّيْءِ مِنْ أَمْرِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَوْ يَسْأَلُونَ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ، وَهُو حَلَالٌ، فَلَا يَزَالُونَ يَسْأَلُونَ فِيهِ حَتَّى
يَحْرُمَ عَلَيْهِمْ» [مسند البزار]
“Dahulu orang-orang menanyakan tentang
sesuatu dari perkara Rasulullah ﷺ
atau bertanya kepada Rasulullah ﷺ
padahal hal itu halal, namun mereka terus bertanya tentang hal itu sampai
diharamkan bagi mereka”. [Musnad Al-Bazzar]
C. Hadits
Zayd bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
7290 - حَدَّثَنَا
إِسْحَاقُ [بن منصور]، أَخْبَرَنَا عَفَّانُ [بن مسلم]، حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ [بن
خالد]، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ، سَمِعْتُ أَبَا النَّضْرِ [سالم بن أبي
أمية]، يُحَدِّثُ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ: أَنَّ
النَّبِيَّ ﷺ اتَّخَذَ حُجْرَةً فِي المَسْجِدِ مِنْ حَصِيرٍ، فَصَلَّى رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ فِيهَا لَيَالِيَ حَتَّى اجْتَمَعَ إِلَيْهِ نَاسٌ، ثُمَّ فَقَدُوا
صَوْتَهُ لَيْلَةً، فَظَنُّوا أَنَّهُ قَدْ نَامَ، فَجَعَلَ بَعْضُهُمْ
يَتَنَحْنَحُ لِيَخْرُجَ إِلَيْهِمْ، فَقَالَ: «مَا زَالَ بِكُمُ الَّذِي رَأَيْتُ
مِنْ صَنِيعِكُمْ، حَتَّى خَشِيتُ أَنْ يُكْتَبَ عَلَيْكُمْ، وَلَوْ كُتِبَ
عَلَيْكُمْ مَا قُمْتُمْ بِهِ، فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ،
فَإِنَّ أَفْضَلَ صَلاَةِ المَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الصَّلاَةَ المَكْتُوبَةَ»
Telah menceritakan kepada kami Ishaq [bin
Manshur], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami 'Affan [bin Muslim], ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Wuhaib [bin Khalid], ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Musa bin Uqbah, ia berkata: Aku mendengar Abu Nadlr
[Salim bin Abi Umayyah] menceritakan dari Busr bin Sa'id, dari Zaid bin
Tsabit, bahwa Nabi ﷺ pernah mengambil
kamar di masjid dari tikar, lantas Rasulullah ﷺ
salat di sana beberapa malam hingga beberapa sahabat berkumpul kepadanya, lalu
disuatu malam mereka tidak mendengar suara beliau hingga mereka menyangka bahwa
beliau tertidur. Sebagian sahabat lalu pura-pura batuk agar Nabi muncul menemui
mereka, maka beliau pun bersabda, "Masih saja aku lihat kalian melakukan
perbuatan kalian itu (shalat malam), hingga aku khawatir bahwa itu akan
diwajibkan atas kalian, padahal jika diwajibkan atas kalian, niscaya kalian tak
bisa melakukannya. Salatlah hai manusia di rumah kalian, sebab seutama-utama
salat seseorang adalah di rumahnya selain salat wajib."
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Biografi Zayd bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2) Imam Bukhari
menyebutkan hadits ini dalam bab, karena para Sahabat terlalu mamaksakan diri
untuk sesuatu yang tidak diperintahkan.
3) Kenapa Nabi ﷺ
khawatir akan diwajibkan shalat malam, padahal Allah sudah menyatakan bahwa
shalat wajib hanya lima waktu?
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu dalam hadits “mi’raj” tentang penetapan
shalat fardhu lima waktu, Allah berfirman:
«هِيَ خَمْسٌ،
وَهِيَ خَمْسُونَ، لاَ يُبَدَّلُ القَوْلُ لَدَيَّ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Ia
berjumlah lima shalat, dan ia bernilai limapuluh shalat, tidak bisa lagi
diganti suatu yang menjadi ketetapan di sisiKu”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Al-Hafidz Ibnu Hajar –rahimahullah- menyebutkan beberapa
jawaban dalam kitabnya “Fathul Bari” (3/13) kemudian beliau membantah
semua pendapat tersebut, kemudian beliau menyebutkan tiga jawaban lain dan
menguatkan salah satunya.
Pertama: Kemungkinan
yang ditakutkan oleh Nabi ﷺ
diwajibkannya shalat malam secara berjama’ah di mesjid, oleh sebab itu beliau
menganjurkan untuk melakukannya di rumah saja.
Kedua: Kemungkinan yang ditakutkan adalah diwajibkan
secara kifayah bukan secara ‘ain (person).
Ketiga: Kemungkinan yang dikhawatirkan adalah diwajibkan
pada bulan Ramadhan secara khusus, sebagaimana ditunjukkan pada hadits Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
نَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَصَلَّى فِي
الْمَسْجِدِ ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ، وَصَلَّى خَلْفَهُ نَاسٌ بِصَلَاتِهِ،
ثُمَّ نَزَلَ اللَّيْلَةَ الثَّانِيَةَ، فَكَانُوا أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ، ثُمَّ
كَثُرُوا فِي اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ، فَلَمَّا كَانَتِ اللَّيْلَةُ
الرَّابِعَةُ، غَصَّ الْمَسْجِدُ بِأَهْلِهِ،
فَلَمْ يَنْزِلْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، فَقَالُوا فِي ذَلِكَ: مَا شَأْنُ رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ لَمْ يَنْزِلْ؟ فَسَمِعَ مَقَالَتَهُمْ، فَلَمَّا أَصْبَحَ، قَالَ: «يَا
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنِّي قَدْ سَمِعْتُ مَقَالَتَكُمْ، وَإِنَّهُ لَمْ
يَمْنَعْنِي أَنْ أَنْزِلَ إِلَيْكُمْ إِلَّا مَخَافَةَ أَنْ يُفْتَرَضَ
عَلَيْكُمْ قِيَامُ هَذَا الشَّهْرِ»
"Pada
suatu malam, Rasulullah ﷺ pernah shalat di masjid pada bulan Ramadan, dan shalat di
belakangnya satu orang dengan shalatnya. Pada malam kedua, mereka bertambah
banyak daripada yang pertama. Mereka pun semakin bertambah banyak pada malam
ketiga. Tatkala malam keempat, para penghuni masjid sampai ketiduran sedangkan
beliau belum keluar rumah. Ketika itu mereka berkata; 'Apa yang terjadi dengan
Rasulullah ﷺ
hingga beliau belum keluar?' Beliau mendengar percakapan mereka, maka tatkala
di pagi hari beliau bersabda, 'Wahai manusia, sesungguhnya aku mendengar
perkataan kalian dan sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku untuk mendatangi
kalian kecuali karena aku khawatir akan diwajibkan atas kalian shalat pada
bulan ini.'" [Musnad Ahmad]
Kemudian Al-Hafidz Ibnu Hajar menguatkan pendapat
pertama dari tiga pendapat tersebut. Wallahu a’lam!
Lihat: Syarah hadits tentang shalat witir
4) Keutamaan
shalat sunnah di rumah.
5) Kewajiban
shalat berjama’ah bagi laki-laki yang sudah balig.
Lihat: Kewajiban shalat berjam’ah
D. Hadits
Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
7291 - حَدَّثَنَا
يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ [حماد بن أسامة]، عَنْ بُرَيْدِ
بْنِ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ [عامر بن عبد الله بن قيس]، عَنْ أَبِي
مُوسَى الأَشْعَرِيِّ، قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عَنْ أَشْيَاءَ كَرِهَهَا،
فَلَمَّا أَكْثَرُوا عَلَيْهِ المَسْأَلَةَ غَضِبَ وَقَالَ: «سَلُونِي»، فَقَامَ
رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَبِي؟ قَالَ: «أَبُوكَ حُذَافَةُ»،
ثُمَّ قَامَ آخَرُ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَبِي؟ فَقَالَ: «أَبُوكَ
سَالِمٌ مَوْلَى شَيْبَةَ»، فَلَمَّا رَأَى عُمَرُ مَا بِوَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
مِنَ الغَضَبِ قَالَ: إِنَّا نَتُوبُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin
Musa, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah [Hammad bin
Usamah], dari Buraid bin Abu Burdah, dari Abu Burdah [‘Amir bin Abdillah bin
Qais], dari Abu Musa Al-Asy'ariy berkata, "Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang beberapa perkara
yang tidak beliau sukai, tatkala mereka memperbanyak pertanyaan, maka beliau marah
dan mengatakan, "Bertanyalah kalian kepadaku." Lantas ada seseorang
berdiri dan bertanya, 'Ya Rasulullah, Siapa ayahku?' Rasulullah menjawab,
"Ayahmu Hudzafah." Kemudian ada laki-laki lain berdiri dan bertanya,
"Wahai Rasulullah, siapa ayahku?' Rasulullah menjawab, "Ayahmu Salim,
budak Syaibah." Dikala Umar melihat apa yang terjadi pada wajah Rasulullah
ﷺ karena marah, Umar berkata, "Kami
bertobat kepada Allah 'Azza wa Jalla."
Nb:
Sudah dijelaskan pada Kitab Ilmu bab 28; Marah ketika memberi nasihat dan mengajar jika melihat sesuatu yang dibenci
E. Hadits
Al-Mugirah radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
7292 - حَدَّثَنَا مُوسَى
[بن إسماعيل]، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ [الوضّاح بن عبد الله]، حَدَّثَنَا
عَبْدُ المَلِكِ [بن عُمير]، عَنْ وَرَّادٍ [الثقفي]، كَاتِبِ المُغِيرَةِ، قَالَ:
كَتَبَ مُعَاوِيَةُ إِلَى المُغِيرَةِ: اكْتُبْ إِلَيَّ مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ، فَكَتَبَ إِلَيْهِ: إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ ﷺ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ
كُلِّ صَلاَةٍ: «لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ
المُلْكُ، وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ لاَ
مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا
الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ» وَكَتَبَ إِلَيْهِ إِنَّهُ «كَانَ يَنْهَى عَنْ قِيلَ وَقَالَ،
وَكَثْرَةِ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةِ المَالِ، وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقُوقِ
الأُمَّهَاتِ، وَوَأْدِ البَنَاتِ، وَمَنْعٍ وَهَاتِ»
Telah menceritakan kepada kami Musa [bin
Isma’il], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah [Al-Wadhah bin
Abdillah], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik [bin ‘Umair]
dari Warrad [Ats-Tsaqafiy] juru tulis Mughirah, berkata, "Mu'awiyah
berkirim surat kepada Mughirah, 'Tolong tulislah kepadaku segala yang kau
dengar dari Rasulullah ﷺ! Lantas Mughirah
menulis 'Nabiyullah ﷺ sehabis salat selalu
memanjatkan doa: LAA-ILAAHA ILLALLAAH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU
WALAHUL HAMDU WAHUWA 'ALAA KULLI SYAI`IN QADIIR, ALLAAHUMMA LAA MAANI'A LIMAA
A'THAITA WALAA MU'THIYA LIMAA MANA'TA WALAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDU
(Tiada sesembahan yang hak selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Milik-Nya lah
segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Ya Allah, tiada yang menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang
bisa memberi apa yang Engkau cegah, dan tidak bermanfaat kekayaan, dari-Mulah
segala kekayaan).' Dan Mughirah menulis, "Beliau melarang mengatakan
sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya dan menghambur-hamburkan
harta. Beliau juga melarang mendurhakai ibu, mengubur hidup-hidup anak
perempuan serta menghalangi orang lain memperoleh kemanfaatan."
Nb:
Sudah dijelaskan pada Kitab Ar-Riqaq, bab 22; Larangan banyak bicara
F. Hadits
Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
7293 - حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ
أَنَسٍ، قَالَ: كُنَّا عِنْدَ عُمَرَ فَقَالَ: «نُهِينَا عَنِ التَّكَلُّفِ»
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin
Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Tsabit dari Anas
berkata, "Pernah kami di sisi Umar dan beliau berkata, "Kami
dilarang mengada-ada (membebani diri)."
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Keistimewaan Umar bin Khathab
2.
Larangan membebani diri dengan sesuatu yang memberatkan,
atau melakukan perkara agama yang tidak diperintahkan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ
وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ} [ص: 86]
Katakanlah (hai Muhammad): "Aku
tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah aku termasuk
orang-orang yang mengada-adakan (memaksakan diri). [Shaad:86]
Ø Anas radhiyallahu 'anhu berkata:
كُنا مع عمرَ وعليهِ قميصٌ في ظهرِهِ
أربعُ رقاعٍ، فسألَ عن هذه الآيةِ: {وَفَاكِهَةً وَأَبًّا} [عبس: 31] ما الأبُّ؟ ثم قالَ: مَه، قد نُهينا عن التكلُّفِ. ثم
قالَ: يا عمرُ، إنَّ هذا لمن التكلُّفِ، وما عليكَ ألا تَدري ما الأَبُّ. [المخلصيات]
Dahulu kami bersama Umar yang sedang
memakai pakaian yang pada punggungnya ada empat tambalan, lalu ia bertanya
tentang ayat ini: {dan buah-buahan serta rerumputan} ['Abasa: 31] Apa itu Al-Abb?
Kemudian ia berkata: Hentikan, kita telah dilarang dari memberatkan diri.
Kemudian ia berkata: Wahai Umar, sesungguhnya ini adalah bentuk memberatkan
diri, dan tidak mengapa jika engkau tidak mengetahui apa itu Al-Abb.
[Al-Mukhallishiyat]
Ø Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ» قَالَهَا ثَلَاثًا [صحيح
مسلم]
"Binasalah orang-orang yang
terlalu berlebih-lebihan (melampaui batas)".
Rasulullah mengucapkannya tiga kali. [Shahih Muslim]
Lihat: Syarah Riyadhushalihin Bab (14) Sederhana dalam ketaatan
3.
Apabila seorang sahabat berkata: “Kami dilarang” atau “Kami
diperintahkan”; Maka yang memerintah dan meralang adalah Rasulullah ﷺ.
Salman radhiyallahu 'anhu didatangi seorang tamu kemudian ia
mengajaknya menikmati jamuan yang ada padanya, seraya berkata:
«لَوْلَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ
نَهَانَا، أَوْ لَوْلَا أَنَّا نُهِينَا أَنْ يَتَكَلَّفَ أَحَدُنَا لِصَاحِبِهِ
لَتَكَلَّفْنَا لَكَ» [مسند أحمد: حسن لغيره]
“Andai Rasulullah ﷺ
tidak melarang kami -atau andai kami tidak dilarang- untuk tidak membebani diri
demi temannya tentu kami akan membebani diri kami demi kamu”. [Musnad Ahmad:
Hasan ligairih]
Lihat: Adab menerima tamu dalam Islam
G. Hadits
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Hadits
pertama:
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
7294 - حَدَّثَنَا أَبُو
اليَمَانِ [الحكم بن نافع البهراني]، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ [بن أبي حمزة]، عَنِ
الزُّهْرِيِّ، (ح) وحَدَّثَنِي مَحْمُودٌ [بن غيلان]، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ
مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ خَرَجَ حِينَ زَاغَتِ
الشَّمْسُ فَصَلَّى الظُّهْرَ، فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ عَلَى المِنْبَرِ، فَذَكَرَ
السَّاعَةَ، وَذَكَرَ أَنَّ بَيْنَ يَدَيْهَا أُمُورًا عِظَامًا، ثُمَّ قَالَ:
«مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَسْأَلَ عَنْ شَيْءٍ فَلْيَسْأَلْ عَنْهُ، فَوَاللَّهِ لاَ تَسْأَلُونِي
عَنْ شَيْءٍ إِلَّا أَخْبَرْتُكُمْ بِهِ مَا دُمْتُ فِي مَقَامِي هَذَا»، قَالَ
أَنَسٌ: فَأَكْثَرَ النَّاسُ البُكَاءَ، وَأَكْثَرَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَنْ
يَقُولَ: «سَلُونِي»، فَقَالَ أَنَسٌ: فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ فَقَالَ: أَيْنَ
مَدْخَلِي يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «النَّارُ»، فَقَامَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
حُذَافَةَ فَقَالَ: مَنْ أَبِي يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أَبُوكَ حُذَافَةُ»،
قَالَ: ثُمَّ أَكْثَرَ أَنْ يَقُولَ: «سَلُونِي سَلُونِي»، فَبَرَكَ عُمَرُ عَلَى
رُكْبَتَيْهِ فَقَالَ: رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا،
وَبِمُحَمَّدٍ ﷺ رَسُولًا، قَالَ: فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ حِينَ قَالَ عُمَرُ
ذَلِكَ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ
عُرِضَتْ عَلَيَّ الجَنَّةُ وَالنَّارُ آنِفًا، فِي عُرْضِ هَذَا الحَائِطِ،
وَأَنَا أُصَلِّي، فَلَمْ أَرَ كَاليَوْمِ فِي الخَيْرِ وَالشَّرِّ»
Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman
[Al-Hakam bin Nafi’ Al-Bahraniy], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami
Syu'aib [bin Abi Hamzah] dari Az-Zuhriy. (dalam jalur lain disebutkan) Telah
menceritakan kepadaku Mahmud [bin Gailan], ia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Abdurrazaq, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Ma'mar, dari
Az-Zuhriy, ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik radhiallahu'anhu,
Nabi ﷺ berangkat ketika matahari telah miring,
lalu beliau salat Zuhur, selesai salam beliau berdiri di atas mimbar dan
mengingatkan kiamat, beliau ceritakan bahwa menjelang kiamat terjadi
peristiwa-peristiwa besar, kemudian berkata, "Siapa yang ingin bertanya sesuatu,
silakan! Demi Allah, tidaklah kalian bertanya kepadaku tentang sesuatu, selain
kuberitakan kepada kalian selama aku masih berada di tempatku ini." Anas
berkata, "Lantas Orang-orang menangis terisak-isak dan Rasulullah ﷺ memperbanyak bertanya, "Bertanyalah
kalian kepadaku!" Anas melanjutkan, "Lantas ada seseorang berdiri
menuju beliau dan bertanya, "Dimanakah tempat tinggalku ya
Rasulullah?" Beliau menjawab, "Kamu di neraka." Lantas Abdullah
bin Khudzaifah berdiri dan bertanya, "Siapa ayahku ya Rasulullah?"
Nabi menjawab, "Ayahmu Hudzaifah." Anas melanjutkan perkataannya,
"Nabi memperbanyak bertanya, "Bertanyalah kalian kepadaku,
bertanyalah kalian kepadaku." Lantas Umar meletakkan kedua lututnya dan
berkata, 'Kami ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad ﷺ sebagai Rasul." Rasulullah ﷺ lantas terdiam ketika Umar mengucapkan
yang demikian. Kemudian Rasulullah ﷺ
bersabda, "Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, tadi telah
diperlihatkan kepadaku surga dan neraka dibalik tembok ini ketika aku salat,
dan belum pernah kulihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini."
Hadits
kedua:
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
7295 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ، أَخْبَرَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ، أَخْبَرَنِي مُوسَى بْنُ أَنَسٍ، قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ،
قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ مَنْ أَبِي؟ قَالَ: «أَبُوكَ فُلاَنٌ»،
وَنَزَلَتْ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ} [المائدة: 101] الآيَةَ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Abdurrahim, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Rauh bin Ubadah, ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, ia berkata: Telah mengabarkan
kepadaku Musa bin Anas berkata, "Aku mendengar Anas bin Malik
berkata, "Seseorang bertanya 'Wahai nabiyullah, siapa ayahku?" Rasul
menjawab, "Ayahmu si A." Lantas turunlah ayat: {Wahai orang-orang
yang beriman, janganlah kalian bertanya tentang sesuatu…} [Al-Ma`idah: 101]
Nb:
Sudah dijelaskan pada Kitab Ilmu bab 29; Orang yang bersimpuh/berlutut kepada imam atau ahli hadits
Hadits
ketiga:
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
7296 - حَدَّثَنَا
الحَسَنُ بْنُ صَبَّاحٍ، حَدَّثَنَا شَبَابَةُ [سَوَّارٍ]، حَدَّثَنَا وَرْقَاءُ
[بن عمر اليشكري]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، سَمِعْتُ أَنَسَ
بْنَ مَالِكٍ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: " لَنْ يَبْرَحَ النَّاسُ
يَتَسَاءَلُونَ حَتَّى يَقُولُوا: هَذَا اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ، فَمَنْ
خَلَقَ اللَّهَ؟! "
Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin
Shabbah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syababah [Sawwar], ia
berakta: Telah menceritakan kepada kami Warqa' [bin ‘Umar Al-Yasykuriy], dari
Abdullah bin Abdurrahman, ia berkata: Aku mendengar Anas bin Malik
berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda,
"Manusia tidak henti-hentinya bertanya hingga saling bertanya 'Allah
adalah pencipta segala sesuatu, lantas siapa yang menciptakan Allah?'
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Biografi Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2)
Hadits ini adalah termasuk hadits qudsi.
Dari Anas bin Malik radhiallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
" قَالَ اللهُ عَزَّ
وَجَلَّ: إِنَّ أُمَّتَكَ لَا يَزَالُونَ يَقُولُونَ: مَا كَذَا؟ مَا كَذَا؟
حَتَّى يَقُولُوا: هَذَا اللهُ خَلَقَ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَ اللهَ " [صحيح مسلم]
"Allah berfirman: 'Sesungguhnya umatmu
senantiasa berkata apa ini dan apa itu hingga mereka mengatakan, 'Ini Allah
yang menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan Allah.'" [Shahih
Muslim]
3)
Bahaya rasa was-was yang berasal dari syaitan.
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma
berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ،
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ أَحَدَنَا يَجِدُ فِي نَفْسِهِ، يُعَرِّضُ
بِالشَّيْءِ، لَأَنْ يَكُونَ حُمَمَةً أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَتَكَلَّمَ
بِهِ، فَقَالَ: «اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ كَيْدَهُ إِلَى الْوَسْوَسَةِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Seorang laki-laki datang kepada Nabi ﷺ dan berkata, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya di antara kami ada yang mendapati sesuatu dalam hatinya; tetapi
sekiranya hatinya menjadi arang lebih ia sukai daripada ia
mengungkapkannya." Beliau lalu bersabda, "Allah Maha Besar, Allah
Maha Besar, Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah yang telah mengubah tipu
daya-Nya menjadi bisikan." [Sunan Abi Daud: Shahih]
4)
Menolak was-was setan adalah tanda keimanan.
Abu Hurairah radhiallahu 'anhu
berkata:
جَاءَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ
ﷺ، فَسَأَلُوهُ: إِنَّا نَجِدُ فِي أَنْفُسِنَا مَا يَتَعَاظَمُ أَحَدُنَا أَنْ
يَتَكَلَّمَ بِهِ، قَالَ: «وَقَدْ وَجَدْتُمُوهُ؟» قَالُوا: نَعَمْ، قَالَ: «ذَاكَ
صَرِيحُ الْإِيمَانِ»
"Sekelompok orang dari kalangan
sahabat Nabi ﷺ datang, maka mereka
bertanya kepada beliau: 'Sesungguhnya kami mendapatkan dalam diri kami sesuatu
yang salah seorang dari kami merasa besar (khawatir) untuk membicarakannya?'
Beliau menjawab: 'Benarkah kalian
telah mendapatkannya?' Mereka menjawab, 'Ya.'
Beliau bersabda: " Itu adalah
tanda bersihnya iman." [Shahih Muslim]
Ø Abdullah bin Mas’ud radhiallahu 'anhu berkata:
سُئِلَ النَّبِيُّ ﷺ عَنِ
الْوَسْوَسَةِ، قَالَ: «تِلْكَ مَحْضُ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]
"Nabi ﷺ
pernah ditanya mengenai perasaan waswas, maka beliau menjawab, 'Itu adalah
tanda keimanan yang murni (benar).'" [Shahih Muslim]
5)
Bagaimana menghindari was-was syaitan?
Diantaranya:
a.
Mengucapkan “aku beriman kepada Allah dan RasulNya”
Abu Hurairah radhiallahu 'anhu
berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
" لَا يَزَالُ
النَّاسُ يَتَسَاءَلُونَ حَتَّى يُقَالَ: هَذَا خَلَقَ اللهُ الْخَلْقَ، فَمَنْ
خَلَقَ اللهَ؟ فَمَنْ وَجَدَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا، فَلْيَقُلْ: آمَنْتُ بِاللهِ ورسله" [صحيح مسلم]
"Manusia senantiasa bertanya-tanya
hingga ditanyakan, 'Ini, Allah menciptakan makhluk, lalu siapakah yang
menciptakan Allah', maka barang siapa mendapatkan sesuatu dari hal tersebut,
maka hendaklah dia berkata, 'Aku beriman kepada Allah dan rasul-Nya'. [Shahih
Muslim]
Ø Dari Aisyah radhiallahu 'anha; Rasulullah ﷺ bersabda:
" إِنَّ أَحَدَكُمْ
يَأْتِيهِ الشَّيْطَانُ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَكَ؟ فَيَقُولُ: اللَّهُ، فَيَقُولُ:
فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ؟ فَإِذَا وَجَدَ ذَلِكَ أَحَدُكُمْ، فَلْيَقْرَأْ: آمَنْتُ
بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ، فَإِنَّ ذَلِكَ يُذْهِبُ عَنْهُ " [مسند أحمد]
"Sesungguhnya setan akan mendatangi
salah satu dari kalian dan ia akan bertanya kepadanya, 'Siapa yang
menciptakanmu?' Ia akan menjawab, 'Allah', lalu ia bertanya, 'Siapa yang
menciptakan Allah?' Jika diantara kalian ada yang mendapati hal itu,
katakanlah, 'Aku beriman kepada Allah dan para rasul-Nya.' karena sesungguhnya
hal itu akan menjauhkan ia darinya."
Ø Dari Khuzaimah Al-Anshoriy radhiallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" يَأْتِي
الشَّيْطَانُ الْإِنْسَانَ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ؟ فَيَقُولُ:
اللَّهُ، ثُمَّ يَقُولُ: مَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ؟ فَيَقُولُ: اللَّهُ، حَتَّى
يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ اللَّهَ؟ فَإِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ ذَلِكَ، فَلْيَقُلْ:
آمَنْتُ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ " [مسند أحمد]
"Setan mendatangi manusia lalu
bertanya: Siapa yang menciptakan langit? Ia menjawab: Allah. kemudian setan
bertanya: Siapa yang menciptakan bumi? Ia menjawab: Allah. hingga setan
bertanya: Siapa yang menciptakan Allah? bila salah satu diantara kalian
mendapatkan hal seperti itu maka ucapkanlah: Aku beriman kepada Allah dan
rasul-Nya ﷺ" [Musnad Ahmad]
b.
Membaca surah Al-Ikhlash kemudian meludah ke
sebelah kiri sebanyak tiga kali.
Dalam
riwayat lain, dari hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
" فَإِذَا قَالُوا
ذَلِكَ فَقُولُوا: {اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ} ثُمَّ لِيَتْفُلْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا
وَلْيَسْتَعِذْ مِنَ الشَّيْطَانِ " [سنن أبي داود]
"Jika mereka mengucapkan demikian,
maka ucapkanlah, "(Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.) ' Setelah itu
hendaklah ia meludah ke arah kiri sebanyak tiga kali, dan memohon perlindungan
kepada Allah dari setan." [Sunan Abi Daud]
c.
Membaca ta’awwudz dan berhenti dari bisikan tersebut.
Dari
Abu Hurairah radhiallahu'anhu: Rasulullah ﷺ bersabda:
" يَأْتِي
الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ كَذَا، مَنْ خَلَقَ كَذَا، حَتَّى
يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ
وَلْيَنْتَهِ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Setan senantiasa akan mendatangi
salah seorang dari kalian seraya berkata, 'Siapa yang menciptakan ini dan siapa
yang menciptakan itu, sehingga pada akhirnya ia akan menanyakan, 'Lantas siapa
yang menciptakan Tuhanmu?''. Bilamana (waswas) telah terjadi sampai seperti
itu, maka hendaklah ia segera meminta perlindungan kepada Allah dan
menghentikannya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
H. Hadits
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
7297 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدِ بْنِ مَيْمُونٍ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، عَنِ
الأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ [بن قيس النخعي]، عَنِ ابْنِ
مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي حَرْثٍ
بِالْمَدِينَةِ، وَهُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى عَسِيبٍ، فَمَرَّ بِنَفَرٍ مِنَ
اليَهُودِ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: سَلُوهُ عَنِ الرُّوحِ؟ وَقَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ
تَسْأَلُوهُ، لاَ يُسْمِعُكُمْ مَا تَكْرَهُونَ، فَقَامُوا إِلَيْهِ فَقَالُوا: يَا
أَبَا القَاسِمِ حَدِّثْنَا عَنِ الرُّوحِ، فَقَامَ سَاعَةً يَنْظُرُ، فَعَرَفْتُ
أَنَّهُ يُوحَى إِلَيْهِ، فَتَأَخَّرْتُ عَنْهُ حَتَّى صَعِدَ الوَحْيُ، ثُمَّ
قَالَ: " {وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي} [الإسراء: 85] "
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Ubaid bin Maimun, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Isa bin Yunus,
dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari 'Alqamah [bin Qais An-Nakha’iy], dari Ibn
Mas'ud radhiallahu'anhu berkata, "Pernah aku bersama Nabi ﷺ di sebuah kebun Madinah sedang beliau
menyandarkan punggung, lantas beberapa orang Yahudi lewat, dan sebagian mereka
mengatakan 'Coba tanyailah dia tentang ruh!' Sebagian berkata 'Jangan kalian
tanyai dia tentang itu, sebab yang kalian benci tidak bisa memperdengarkan
kepada kalian.' Namun sebagian mereka berdiri dan bertanya "Wahai Abul
Qasim, beritahukanlah kami tentang ruh!' Lantas beliau berdiri beberapa saat
mengamat-amati, maka aku tahu bahwa beliau sedang menerima wahyu, maka aku
berusaha menyingkir dari beliau, hingga wahyu terangkat, kemudian beliau
bersabda mengutip ayat: '{Mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah
bahwa ruh itu urusan Rabb-ku}' [Al-Isra`: 85]
Nb:
Sudah dijelaskan pada Kitab Ilmu bab 47; "Tidaklah
kalian diberi ilmu kecuali sedikit"
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab I’tisham, bab (02) Mengikuti tuntunan Rasulullah ﷺ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...