Jumat, 28 Juli 2023

Kitab Ar-Riqaq, bab 22; Larangan banyak bicara

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"بَابُ مَا يُكْرَهُ مِنْ قِيلَ وَقَالَ"

“Bab: Tentang larangan banyak berbicara”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang larangan banyak berbicara tanpa manfaat dengan menukil perkataan semua yang ia dengar dan mengungkapkan semua yang ia pikirkan tanpa memilah dan memilih mana yang benar atau salah, dan mana yang baik atau buruk.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6473 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْلِمٍ [الطوسي]، حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ [بن بشير الواسطي]، أَخْبَرَنَا غَيْرُ وَاحِدٍ مِنْهُمْ: مُغِيرَةُ [بن مِقْسَمٍ الضَّبِّيُّ]، وَفُلاَنٌ [مُجَالِدُ بنُ سَعِيْدِ]، وَرَجُلٌ ثَالِثٌ أَيْضًا [داود بن أبي هند أو زكريا بن أبي زائدة أو إسماعيل بن أبي خالد]، عَنِ الشَّعْبِيِّ [عامر بن شراحيل]، عَنْ وَرَّادٍ [الثقفي] كَاتِبِ المُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ: أَنَّ مُعَاوِيَةَ كَتَبَ إِلَى المُغِيرَةِ: أَنِ اكْتُبْ إِلَيَّ بِحَدِيثٍ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَكَتَبَ إِلَيْهِ المُغِيرَةُ: إِنِّي سَمِعْتُهُ يَقُولُ عِنْدَ انْصِرَافِهِ مِنَ الصَّلاَةِ: «لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ» ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، قَالَ: "وَكَانَ يَنْهَى عَنْ قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةِ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةِ المَالِ، وَمَنْعٍ وَهَاتِ، وَعُقُوقِ الأُمَّهَاتِ، وَوَأْدِ البَنَاتِ"

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muslim [Ath-Thusiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Husyaim [bin Basyir Al-Wasithiy], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami tidak hanya satu orang, diantaranya adalah Mughirah [bin Miqsam Adh-Dhabbiy] dan fulan [Mujalid bin Sa’id] dan satu orang lagi [Daud bin Abi Hind atau Zakariya bin Abi Zaidah atau Isma’il bin Abi Khalid], dari Asy-Sya'biy [‘Amir bin Syarahil], dari Warrad [Ats-Tsaqafiy] sekretaris Mughirah bin Syu'bah, bahwa Mu'awiyah berkirim surat kepada Al-Mughirah: "Tulislah untukku hadits yang pernah kamu dengar dari Rasulullah ! Warrad berkata, Lantas Al-Mughirah menjawab suratnya, "Sesungguhnya aku pernah mendengar beliau salalu mengucapkan doa sehabis salat yaitu; LAA-ILAAHA ILLALLAAH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA 'ALAA KULLI SYAI'IN QADIIR, (Tiada sesembahan yang hak selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Milik-Nya lah segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu)." Beliau mengucapkannya hingga tiga kali. Dan beliau juga melarang desas desus (ghosip/banyak bicara), banyak bertanya dan menghambur-hamburkan harta, beliau juga melarang mendurhakai ibu, menghalangi orang lain memperoleh kemanfaatan dan mengubur hidup-hidup anak perempuan."

وَعَنْ هُشَيْمٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ المَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ وَرَّادًا، يُحَدِّثُ هَذَا الحَدِيثَ، عَنِ المُغِيرَةِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dan dari Husyaim, telah mengabarkan kepada kami Abdul Malik bin Umair, dia berkata, saya mendengar Warrad menceritakan hadits ini dari Al-Mughirah dari Nabi .

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Al-Mugirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: . https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Mengeraskan suara ketika berdzikir setelah shalat.

Ulama beselisih pendapat dalam hal ini:

Pendapat pertama: Makruh mengangkat suara dengan dzikir setelah shalat lima waktu kecuali imam yang ingin mengajarkan dzikir kepada jama’ahnya, dan setelah mereka menghafalkannya maka imam kembali mengecilkan suara dengan dzikirnya.

Ini adalah pendapat imam Syafi’iy dan Jumhur ulama, dan dipilih oleh syekh Albaniy rahimahumullah, dengan dalil:

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ} [الأعراف: 205]

“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai". [Al-A'raf:205]

Ø  Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu waktu kami bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam perjalana, kami tidak menaiki suatu yang tinggi kecuali kami mengangkat suara dengan takbir. Maka Rasulullah mendekati kami dan berkata:

«أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، إِنَّكُمْ لَيْسَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا، إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا، وَهُوَ مَعَكُمْ»

“Wahai sahabatku, sayangilah diri kalian, karena sesungguhnya kalian tidak meminta kepada yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya kalian meminta kepada Yang Maha Mendengan dan Maha Dekat dan Ia bersama kalian". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Adapun hadits-hadits yang menunjukkan bahwa Nabi mengeraskan dzikir setelah shalat, maka beliau lakukan hanya sesekali untuk mengajarkan kepada ummatnya cara berdzikir, setelah itu beliau tinggalkan.

Pendapat kedua: Disunnahkan mengangkat suara tapi tidak sampai mengganggu orang lain di sekitanya. Ini adalah pendapat Ibnu Hazm, Syekh Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Baz, Ibnu ‘Utsaimin, dan yang lainnya rahimahumullah. Dengan dalil:

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا} [الإسراء: 110]

Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat [do’a dan dzikir] dan janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu.” [Al-Isra': 110]

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

«كُنْتُ أَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلاَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالتَّكْبِيرِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Dulu aku mengetahui selesainya salat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan mendengarnya bertakbir”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain; Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

«أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ، بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ المَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» وَقَالَ «كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ»

“Sesungguhnya mengankat suara dengan zikir ketika orang-orang selesai salat fardhu adalah amalan yang dilakukan pada masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan aku tahu kalau mereka sudah selesai salat jika mendengarnya”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

3.      Dzikir “lailaha illallah” setelah shalat.

Dari Al-Mugirah bin Syu’bahradhiyallahu ‘anhu-;

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ: «لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ، وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ»

Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca pada setiap akhir shalat wajib: “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya seluruh kerajaan, dan milik-Nya lah segala pujian, dan Ia maha kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah .. tidak ada yang bisa menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau halangi, dan tidak ada pemilik kekayaan yang bermanfaat (kecuali amal saleh), karena dari-Mu lah kekayaan itu."

Ø  Dalam riwayat lain:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ إِذَا سَلَّمَ

“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering membaca di akhir shalat ketika selesai salam ...” [Shahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain:

سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ خَلْفَ الصَّلاَةِ

“Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca setelah shalat” [Shahih Bukhari]

Ø  Ibnu Az-Zubair radhiyallahu 'anhuma berkata:

«كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُهَلِّلُ بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ، وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ»

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca do'a ini dengan suara keras setiap selesai shalat: "Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya seluruh kerajaan, dan milik-Nya lah segala pujian, dan Ia maha kuasa atas segala sesuatu.Tidak ada gerakan dan tidak ada kekuatan kecuali dari Allah. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan kami tidak beribadah kecuali kepada Allah. Dari-Nya lah segala kenikmata, dan dari-Nya lah segala kemurahan, dan untuknyalah pujian yang baik.Tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah, memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” [Sahih Muslim]

Ø  Dari 'Umarah bin Syabib As-Sabai radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam bersabda:

" مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، عَشْرَ مَرَّاتٍ عَلَى إِثْرِ المَغْرِبِ بَعَثَ اللَّهُ لَهُ مَسْلَحَةً يَحْفَظُونَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ حَتَّى يُصْبِحَ، وَكَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ مُوجِبَاتٍ، وَمَحَا عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ مُوبِقَاتٍ، وَكَانَتْ لَهُ بِعَدْلِ عَشْرِ رِقَابٍ مُؤْمِنَاتٍ "

"Barangsiapa yang mengucapkan; “Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya seluruh pujian, Dia Yang menghidupkan, serta mematikan, dan Dia Maha Mampu melakukan segala sesuatu”, sebanyak sepuluh kali setelah Maghrib maka Allah utus para penjaga yang akan menjaganya dari syetan hingga pagi, dan Allah catat baginya dengan kalimat tersebut sepuluh kebaikan yang mengharuskan masuk Surga serta menghapus darinya sepuluh keburukan, dan setara dengan memerdekakan sepuluh orang mukmin." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

Ø  Dari Abdurrahman bin Ghanm radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" مَنْ قَالَ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ وَيَثْنِيَ رِجْلَهُ مِنْ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ، وَالصُّبْحِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ، يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، عَشْرَ مَرَّاتٍ، كُتِبَ لَهُ بِكُلِّ وَاحِدَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ، وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ، وَكَانَتْ حِرْزًا مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ، وَحِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، وَلَمْ يَحِلَّ لِذَنْبٍ يُدْرِكُهُ إِلَّا الشِّرْكَ، وَكَانَ مِنْ أَفْضَلِ النَّاسِ عَمَلًا، إِلَّا رَجُلًا يَفْضُلُهُ، يَقُولُ: أَفْضَلَ مِمَّا قَالَ "

"Barangsiapa yang mengucapkan sebelum beranjak dan mengubah posisi kakinya (posisi tasyahhud) dari shalat Maghrib dan Shubuh: “Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya lah seluruh kerajaan dan segala pujian. Di tangan-Nya segala kebaikkan, Dzat Yang menghidupkan dan mematikan. Dia adalah Maha kuasa atas segala sesuatu”, sebanyak sepuluh kali, maka akan ditulis baginya pada setiap kata sepuluh kebaikkan dan dihapuskan dari sepuluh kesalahan. Akan diangkat sepuluh derajat serta menjadi pelindung baginya dari kesulitan dan dari setan yang terkutuk. Ia tidak akan ditimpa siksa dari dosanya kecuali dari perbuatan syirik. Dan ia termasuk manusia yang paling utama amalannya kecuali orang yang berkata dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang ia katakan." [Musnad Ahmad: Hasan]

Lihat: Hadits Al-Mugirah bin Syu’bah; Dzikir setelah shalat

4.      Larangan banyak bicara.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالمُتَشَدِّقُونَ وَالمُتَفَيْهِقُونَ»

Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat dariku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya, dan sesungguhnya yang yang paling aku benci dari kalian dan paling jauh dariku di hari kiamat “ats-tsartsaruun” (yang banyak bicara), “al-mutasyaddiquun” (yang terlalu bergaya/berlebian cara berbicaranya), dan “al-mutafaihiquun”.

Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, kami sudah tahu makna “ats-tsartsaruun” dan “al-mutasyaddiquun”, lalu apa makna “al-mutafaihiquun”?

Rasulullah menjawab:

«المُتَكَبِّرُونَ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

“Orang yang sombong (dalam berbicara).” [Sunan At-Tirmidziy: Sahih]

Lihat: Adab berkomunikasi dalam Islam

5.      Larangan banyak bertanya.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khutbah kepada kami seraya bersabda: “Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk menunaikan ibadah haji. Karena itu, tunaikanlah ibadah haji."

Kemudian seorang laki-laki (Al-Aqra' bin Habis At-Tamimiy) bertanya, "Apakah setiap tahun ya Rasulullah?"

Beliau terdiam beberapa saat, hingga laki-laki itu mengulanginya hingga tiga kali. Maka beliau pun bersabda:

لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ، ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ "

"Sekiranya aku menjawab, 'Ya' niscaya akan menjadi kewajiban setiap tahun dan kalian tidak akan sanggup melaksanakannya. Karena itu, biarkanlah apa adanya masalah yang kutinggalkan untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu mendapat celaka karena mereka banyak tanya dan suka mendebat para Nabi mereka. karena itu, bila kuperintahkan mengerjakan sesuatu, laksanakanlah sebisa-bisanya, dan apabila kularang kalian mengerjakan sesuatu, maka hentikanlah segera." [Shahih Muslim]

Lihat: Adab bertanya dan jenis pertanyaan

6.      Larangan menyianyiakan harta.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ} [الأعراف: 31]

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan*. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [Al-A'raaf:31]

*Maksudnya: Janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh (tidak ada manfaatnya) dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

{وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا. إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا} [الإسراء: 26 - 27]

Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. [Al-Israa': 26 - 27]

7.      Larangan kikir.

Dari Jabir bin 'Abdullah; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ

"Hindarilah kezhaliman, karena kezhaliman itu adalah mendatangkan kegelapan pada hari kiamat kelak! Jauhilah kekikiran, karena kekikiran itu telah mencelakakan (menghancurkan) orang-orang sebelum kalian yang menyebabkan mereka menumpahkan darah dan menghalalkan yang diharamkan." [Shahih Muslim]

Lihat: Cela sifat kikir dan penakut

8.      Larangan suka meminta.

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ» [صحيح مسلم]

“Barangsiapa yang meminta harta orang lain untuk memperbanyak hartanya sendiri (bukan karena membutuhkan), maka sebenarnya ia telah meminta batu neraka. Maka silahkan ia mempersedikit atau memperbanyak”. [Sahih Muslim]

Ø  Dari Abdullah bin Umar –radhiyallahu ‘anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ القِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Seseorang senantiasa meminta kepada orang-orang sampai ia datang di hari kiamat tanpa ada di wajahnya sekerat daging”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Meminta, memberi, dan menerima

9.      Larangan durhaka kepada ibu.

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

" الكَبَائِرُ: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ " [صحيح البخاري ومسلم]

“Dosa besar itu adalah: Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Kewajiban berbakti kepada kedua orang tua

10.  Larangan membunuh anak.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ} [الأنعام: 151]

Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan, kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka. [Al-An'aam:151]

{وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا} [الإسراء: 31]

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. [Al-Israa':31]

Lihat: Anak adalah anugrah

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 20 dan 21; Sabar dan tawakkal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...