Kamis, 16 September 2021

Kitab Ilmu bab 47; “Tidaklah kalian diberi ilmu kecuali sedikit”

 بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: {وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ العِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا} [الإسراء: 85]

“Bab: Firman Allah ta’aalaa {Dan tidaklah kalian diberi ilmu kecuali sedikit}” [Surah Al-Israa’: 85]

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan adab seorang ahli ilmu untuk bersikap tawadhu’ dengan ilmu yang dimilikinya, dan senantiasa memohon kepada Allah 'azza wajalla untuk diberi ilmu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

125 - حَدَّثَنَا قَيْسُ بْنُ حَفْصٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَاحِدِ [بن زياد البصري]، قَالَ: حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ سُلَيْمَانُ بْنُ مِهْرَانَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ [النخعي]، عَنْ عَلْقَمَةَ [بن قيس النخعي]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: بَيْنَا أَنَا أَمْشِي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي خَرِبِ المَدِينَةِ، وَهُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى عَسِيبٍ مَعَهُ، فَمَرَّ بِنَفَرٍ مِنَ اليَهُودِ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: سَلُوهُ عَنِ الرُّوحِ؟ وَقَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ تَسْأَلُوهُ، لاَ يَجِيءُ فِيهِ بِشَيْءٍ تَكْرَهُونَهُ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَنَسْأَلَنَّهُ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ، فَقَالَ: يَا أَبَا القَاسِمِ مَا الرُّوحُ؟ فَسَكَتَ، فَقُلْتُ: إِنَّهُ يُوحَى إِلَيْهِ، فَقُمْتُ، فَلَمَّا انْجَلَى عَنْهُ، قَالَ: «{وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتُوا مِنَ العِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا}». قَالَ الأَعْمَشُ: هَكَذَا فِي قِرَاءَتِنَا.

Telah menceritakan kepada kami Qais bin Hafsh, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abdul Wahid [bin Ziyad Al-Bashriy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-A'masy Sulaiman bin Mihran, dari Ibrahim [An-Nakha’iy], dari 'Alqamah [bin Qais An-Nakha’iy], dari 'Abdullah, ia berkata: "Ketika aku berjalan bersama Nabi di sekitar pinggiran Kota Madinah, saat itu beliau membawa tongkat dari batang pohon kurma. Beliau lalu melewati sekumpulan orang Yahudi, maka sesama mereka saling berkata, "Tanyakanlah kepadanya tentang ruh!" Sebagian yang lain berkata, "Janganlah kalian bertanya kepadanya khawatir ia akan menjawab dengan suatu yang kalian benci." Lalu sebagian yang lain berkata, "Sungguh, kami benar-benar akan bertanya kepadanya." Maka berdirilah seorang laki-laki dari mereka seraya bertanya, "Wahai Abul Qasim, ruh itu apa?" Beliau diam. Maka aku pun bergumam, "Sesungguhnya beliau sedang menerima wahyu." Ketika wahyu selesai turun kepada Nabi , beliau pun membaca: '(Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah mereka diberi pengetahuan melainkan sedikit) ' (QS. Al-Isra`: 85).

Al-A'masy berkata: "Seperti inilah dalam qira`ah (bacaan) kami."

Penjelasan singkat hadit sini:

1.      Biografi Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Memakai tongkat ketika diperlukan.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَامُوسَى (17) قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى} [طه: 17، 18]

Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". [Thaahaa: 17 - 18]

3.      Larangan bertanya tentang sesuatu yang tidak bermanfaat.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِنْ تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ (101) قَدْ سَأَلَهَا قَوْمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ ثُمَّ أَصْبَحُوا بِهَا كَافِرِينَ} [المائدة: 101، 102]

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al-Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya. [Al-Maidah: 101 - 102]

Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

قَالَ رَجُلٌ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ مَنْ أَبِي؟ قَالَ: «أَبُوكَ فُلاَنٌ»، وَنَزَلَتْ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ} [المائدة: 101] الآيَةَ [صحيح البخاري]

"  Seseorang bertanya 'Wahai nabiyullah, siapa ayahku?" Rasul menjawab, "Ayahmu si Fulan!" Lantas turunlah ayat: {Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu}. [Al-Maidah: 101] [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِينَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ»

"Orang muslim yang paling besar dosanya terhadap kaum muslimin lainnya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diharamkan bagi kaum muslimin, tetapi akhirnya sesuatu tersebut diharamkan bagi mereka karena pertanyaannya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

4.      Jika sifat makhluk Allah tidak bisa kita ketahui hakikatnya, apalagi dengan hakikat zat dan sifat Allah ‘azza wajalla.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ} [الشورى: 11]

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. [Asy-Syuraa: 11]

Lihat: Kaedah nama dan sifat Allah

5.      Yang dimaksud dengan ruh yang mereka tanyakan.

Ada beberapa pendapat ulama dalam hal ini, diantaranya:

a)      Yang dimaksud adalah Jibril ‘alaihissalam.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (192) نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ} [الشعراء: 192 - 194]

Dan sesungguhnya Al-Quran Ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. [Asy-Syu'araa': 192 - 194]

b)      Yang dimaksud adalah Al-Qur’an.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{رَفِيعُ الدَّرَجَاتِ ذُو الْعَرْشِ يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلَاقِ} [غافر: 15]

(Dialah) Yang Mahatinggi derajat-Nya, yang memiliki ’Arsy, yang menurunkan wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, agar memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari Kiamat). [Gafir: 15]

c)       Yang dimaksud adalah ruh yang menyebabkan manusia hidup.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ (71) فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ} [ص: 71، 72]

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". [Shaad: 71-72]

6.      Yang memberikan ilmu adalah Allah ‘azza wajalla.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ} [العلق: 1 - 5]

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. [Al-'Alaq: 1 - 5]

7.      Allah ‘azza wajalla tidak memberikan ilmu kepada manusia kecuali sangat sedikit.

Ketika Musa dan Khidhr menaiki perahu kemudian datang burung kecil hinggap di sisi perahu mematuk-matuk di air laut untuk minum dengan satu atau dua kali patukan. Khidir lalu berkata:

«يَا مُوسَى مَا نَقَصَ عِلْمِي وَعِلْمُكَ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ إِلَّا كَنَقْرَةِ هَذَا العُصْفُورِ فِي البَحْرِ»

"Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu bila dibandingkan dengan ilmu Allah tidaklah seberapa kecuali seperti patukan burung ini di air lautan." [Shahih Bukhari dan Muslim]

8.      Meminta kepada Allah ‘azza wajalla untuk ditambahkan ilmu.

Allah subhanahu waa ta'aalaa berfirman:

{وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا} [طه: 114]

Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." [Thaaha: 114]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering membaca do'a ini ...

"  اللَّهُمَّ انْفَعَنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعَنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْمًا "

"Ya Allah .. berikanlah aku manfaat dari ilmu yang telah Engkau ajarkan padaku, dan ajarkanlah aku ilmu yang bermanfaat untukku, dan tambahkanlah aku ilmu." [Sunan Tirmidzi: Sahih]

9.      Tidak membanggakan ilmu yang dimiliki.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ} [يوسف: 76]

Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. [Yusuf: 76]

Lihat: Kitab Ilmu bab 44: Dianjurkan seorang ulama ketika ditanya siapa yang paling berilmu untukmenyerahkan ilmunya kepada Allah

10.  Sifat tawadhu’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ} [يونس: 15]

“Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)". [Yunus: 15]

{إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ} [الأحقاف: 9]

"Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan Aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan". [Al-Ahqaaf: 9]

Lihat: Akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

11.  Keutamaan sifat tawadhu’.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ» [صحيح مسلم]

"Dan seseorang tidak bersikap tawadhu demi Alla kecuali Allah akan mengangkat derajatnya". [Sahih Muslim]

Ø  Abdullah bin Al-Mu'taz -rahimahullah- berkata:

«الْمُتَوَاضِعُ فِي طِلابِ الْعِلْمِ أَكْثَرُهُمْ عِلْمًا، كَمَا أَنَّ الْمَكَانَ الْمُنْخَفِضَ أَكْثَرُ الْبِقَاعِ مَاءً»

"Orang tawadhu' di antara penuntut ilmu adalah orang yang paling banyak ilmunyaa, sebagaimana tempat yang rendah lebih banyak menampung air". [Al-Jaami' liakhlaqirrawi]

Lihat: Keutamaan akhlak mulia

12.  Ilmu Allah ‘azza wajalla sangatlah luas.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ} [البقرة: 255]

Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. [Al-Baqarah: 255]

{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا} [الكهف: 109]

Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". [Al-Kahfi: 109]

{وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ} [لقمان: 27]

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Luqman: 27]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 43, 44, 45, dan 46; Adab ulama dan penuntut ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...