بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: {وَمَا
أُوتِيتُمْ مِنَ العِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا} [الإسراء:
85]
“Bab: Firman Allah ta’aalaa {Dan tidaklah
kalian diberi ilmu kecuali sedikit}” [Surah Al-Israa’: 85]
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
adab seorang ahli ilmu untuk bersikap tawadhu’ dengan ilmu yang dimilikinya,
dan senantiasa memohon kepada Allah 'azza wajalla untuk diberi ilmu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
125 - حَدَّثَنَا قَيْسُ بْنُ حَفْصٍ، قَالَ:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَاحِدِ [بن زياد البصري]، قَالَ: حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ
سُلَيْمَانُ بْنُ مِهْرَانَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ [النخعي]، عَنْ عَلْقَمَةَ [بن قيس
النخعي]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: بَيْنَا أَنَا أَمْشِي مَعَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي خَرِبِ المَدِينَةِ، وَهُوَ يَتَوَكَّأُ
عَلَى عَسِيبٍ مَعَهُ، فَمَرَّ بِنَفَرٍ مِنَ اليَهُودِ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ
لِبَعْضٍ: سَلُوهُ عَنِ الرُّوحِ؟ وَقَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ تَسْأَلُوهُ، لاَ
يَجِيءُ فِيهِ بِشَيْءٍ تَكْرَهُونَهُ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَنَسْأَلَنَّهُ،
فَقَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ، فَقَالَ: يَا أَبَا القَاسِمِ مَا الرُّوحُ؟ فَسَكَتَ،
فَقُلْتُ: إِنَّهُ يُوحَى إِلَيْهِ، فَقُمْتُ، فَلَمَّا انْجَلَى عَنْهُ، قَالَ: «{وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي
وَمَا أُوتُوا مِنَ العِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا}». قَالَ الأَعْمَشُ: هَكَذَا فِي
قِرَاءَتِنَا.
Telah menceritakan kepada kami Qais bin
Hafsh, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abdul Wahid [bin Ziyad
Al-Bashriy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-A'masy Sulaiman bin
Mihran, dari Ibrahim [An-Nakha’iy], dari 'Alqamah [bin Qais An-Nakha’iy], dari 'Abdullah,
ia berkata: "Ketika aku berjalan bersama Nabi ﷺ
di sekitar pinggiran Kota Madinah, saat itu beliau membawa tongkat dari batang
pohon kurma. Beliau lalu melewati sekumpulan orang Yahudi, maka sesama mereka
saling berkata, "Tanyakanlah kepadanya tentang ruh!" Sebagian yang
lain berkata, "Janganlah kalian bertanya kepadanya khawatir ia akan
menjawab dengan suatu yang kalian benci." Lalu sebagian yang lain berkata,
"Sungguh, kami benar-benar akan bertanya kepadanya." Maka berdirilah
seorang laki-laki dari mereka seraya bertanya, "Wahai Abul Qasim, ruh itu
apa?" Beliau diam. Maka aku pun bergumam, "Sesungguhnya beliau sedang
menerima wahyu." Ketika wahyu selesai turun kepada Nabi ﷺ, beliau pun membaca: '(Dan mereka bertanya kepadamu tentang
ruh. Katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah mereka
diberi pengetahuan melainkan sedikit) ' (QS. Al-Isra`: 85).
Al-A'masy berkata: "Seperti inilah
dalam qira`ah (bacaan) kami."
Penjelasan singkat hadit sini:
1. Biografi
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Memakai
tongkat ketika diperlukan.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَامُوسَى (17)
قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ
فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى} [طه: 17، 18]
Apakah itu yang di tangan kananmu, hai
Musa? Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku
pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain
padanya". [Thaahaa: 17 - 18]
3. Larangan
bertanya tentang sesuatu yang tidak bermanfaat.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ
تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِنْ تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ
تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ (101) قَدْ
سَأَلَهَا قَوْمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ ثُمَّ أَصْبَحُوا بِهَا كَافِرِينَ} [المائدة:
101، 102]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan
menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al-Quran itu diturunkan,
niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Sesungguhnya telah ada segolongan
manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka),
kemudian mereka tidak percaya kepadanya. [Al-Maidah: 101 - 102]
Ø Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
قَالَ رَجُلٌ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ مَنْ أَبِي؟ قَالَ: «أَبُوكَ
فُلاَنٌ»، وَنَزَلَتْ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَسْأَلُوا عَنْ
أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ} [المائدة: 101] الآيَةَ [صحيح البخاري]
"
Seseorang bertanya 'Wahai nabiyullah, siapa ayahku?" Rasul
menjawab, "Ayahmu si Fulan!" Lantas turunlah ayat: {Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika
diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu}. [Al-Maidah: 101] [Shahih Bukhari]
Ø Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِينَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ
يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ»
"Orang muslim yang paling
besar dosanya terhadap kaum muslimin lainnya adalah orang yang bertanya tentang
sesuatu yang sebelumnya tidak diharamkan bagi kaum muslimin, tetapi akhirnya
sesuatu tersebut diharamkan bagi mereka karena pertanyaannya." [Shahih
Bukhari dan Muslim]
4. Jika
sifat makhluk Allah tidak bisa kita ketahui hakikatnya, apalagi dengan hakikat
zat dan sifat Allah ‘azza wajalla.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ} [الشورى:
11]
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan
Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. [Asy-Syuraa: 11]
Lihat: Kaedah nama dan sifat Allah
5. Yang
dimaksud dengan ruh yang mereka tanyakan.
Ada beberapa pendapat ulama dalam hal ini,
diantaranya:
a)
Yang dimaksud adalah Jibril ‘alaihissalam.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (192) نَزَلَ بِهِ
الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ} [الشعراء:
192 - 194]
Dan sesungguhnya Al-Quran Ini
benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh
Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan. [Asy-Syu'araa': 192 - 194]
b)
Yang dimaksud adalah Al-Qur’an.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{رَفِيعُ الدَّرَجَاتِ
ذُو الْعَرْشِ يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلَاقِ} [غافر: 15]
(Dialah) Yang Mahatinggi derajat-Nya, yang memiliki ’Arsy, yang
menurunkan wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya, agar memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari
Kiamat). [Gafir: 15]
c)
Yang dimaksud adalah ruh yang menyebabkan manusia
hidup.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي
خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ (71) فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ
رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ} [ص: 71، 72]
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah".
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".
[Shaad: 71-72]
6. Yang
memberikan ilmu adalah Allah ‘azza wajalla.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ
مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
(4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ} [العلق: 1 - 5]
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. [Al-'Alaq:
1 - 5]
7. Allah
‘azza wajalla tidak memberikan ilmu kepada manusia kecuali sangat
sedikit.
Ketika Musa dan Khidhr menaiki perahu
kemudian datang burung kecil hinggap di sisi perahu mematuk-matuk di air laut
untuk minum dengan satu atau dua kali patukan. Khidir lalu berkata:
«يَا مُوسَى مَا نَقَصَ عِلْمِي وَعِلْمُكَ مِنْ
عِلْمِ اللَّهِ إِلَّا كَنَقْرَةِ هَذَا العُصْفُورِ فِي البَحْرِ»
"Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu bila
dibandingkan dengan ilmu Allah tidaklah seberapa kecuali seperti patukan burung
ini di air lautan." [Shahih Bukhari dan Muslim]
8. Meminta
kepada Allah ‘azza wajalla untuk ditambahkan ilmu.
Allah subhanahu waa ta'aalaa
berfirman:
{وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا} [طه: 114]
Dan katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." [Thaaha: 114]
Ø Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering membaca do'a ini
...
" اللَّهُمَّ
انْفَعَنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعَنِيْ وَزِدْنِيْ
عِلْمًا "
"Ya Allah .. berikanlah aku manfaat
dari ilmu yang telah Engkau ajarkan padaku, dan ajarkanlah aku ilmu yang
bermanfaat untukku, dan tambahkanlah aku ilmu." [Sunan Tirmidzi: Sahih]
9. Tidak
membanggakan ilmu yang dimiliki.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ} [يوسف: 76]
Dan di atas tiap-tiap orang yang
berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. [Yusuf: 76]
10. Sifat
tawadhu’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ
إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ} [يونس:
15]
“Aku tidak mengikut kecuali apa yang
diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada
siksa hari yang besar (kiamat)". [Yunus: 15]
{إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ
وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ} [الأحقاف: 9]
"Aku
tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan Aku tidak lain
hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan". [Al-Ahqaaf: 9]
Lihat: Akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
11. Keutamaan
sifat tawadhu’.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ» [صحيح
مسلم]
"Dan seseorang tidak bersikap
tawadhu demi Alla kecuali Allah akan mengangkat derajatnya". [Sahih
Muslim]
Ø Abdullah bin Al-Mu'taz -rahimahullah- berkata:
«الْمُتَوَاضِعُ فِي طِلابِ الْعِلْمِ أَكْثَرُهُمْ عِلْمًا، كَمَا
أَنَّ الْمَكَانَ الْمُنْخَفِضَ أَكْثَرُ الْبِقَاعِ مَاءً»
"Orang tawadhu' di antara
penuntut ilmu adalah orang yang paling banyak ilmunyaa, sebagaimana tempat yang
rendah lebih banyak menampung air". [Al-Jaami' liakhlaqirrawi]
Lihat: Keutamaan akhlak mulia
12. Ilmu
Allah ‘azza wajalla sangatlah luas.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَلَا
يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ} [البقرة: 255]
Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. [Al-Baqarah: 255]
{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا
لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي
وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا} [الكهف: 109]
Katakanlah: sekiranya lautan menjadi
tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu
sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)". [Al-Kahfi: 109]
{وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ
يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ
اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ} [لقمان: 27]
Dan seandainya pohon-pohon di bumi
menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi)
sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Luqman: 27]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ilmu bab 43, 44, 45, dan 46; Adab ulama dan penuntut ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...