Kamis, 18 Maret 2021

Kitab Ilmu bab 28 dan 29; Marah ketika memberi nasihat dan mengajar jika melihat sesuatu yang dibenci

 بسم الله الرحمن الرحيم

A.    Bab 28.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ الغَضَبِ فِي المَوْعِظَةِ وَالتَّعْلِيمِ، إِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ

“Bab: Marah ketika memberi nasihat dan mengajar, jika melihat sesuatu yang ia benci”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang bolehnya marah ketika menasehati atau mengajar jika memang diperlukan seperti melihat sesuatu yang menyelisihi syari’at. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam tiga hadits yang diriwayatkan dalam bab ini; yaitu hadits Abu Mas’ud Al-Anshariy, Zayd bin Khalid Al-Juhaniy, dan Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhum.

Hadits pertama: Hadits Abu Mas’ud Al-Anshariy.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

90 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ [الثوري]، عَنِ [إسماعيل] ابْنِ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ، لاَ أَكَادُ أُدْرِكُ الصَّلاَةَ مِمَّا يُطَوِّلُ بِنَا فُلاَنٌ! فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَوْعِظَةٍ أَشَدَّ غَضَبًا مِنْ يَوْمِئِذٍ، فَقَالَ: «أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ مُنَفِّرُونَ، فَمَنْ صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ، فَإِنَّ فِيهِمُ المَرِيضَ، وَالضَّعِيفَ، وَذَا الحَاجَةِ»

90 - Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Sufyan [Ats-Tsauriy], dari [Isma’il] Ibnu Abu Khalid, dari Qais bin Abu Hazim, dari Abu Mas'ud Al-Anshariy, ia berkata: Seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, aku hampir tidak sanggup shalat yang dipimpin seseorang dengan bacaannya yang panjang!" Maka aku belum pernah melihat Nabi memberi peringatan dengan lebih marah dari yang disampaikannya hari itu seraya bersabda: "Wahai manusia, kalian telah membuat orang lari menjauh. Maka barangsiapa shalat mengimami orang-orang, ringankanlah. Karena diantara mereka ada orang sakit, orang lemah dan orang yang punya keperluan".

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam marah karena sudah melarang perbuatan tersebut.

3.      Boleh marah ketika melihat suatu kemungkaran.

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمَرَهُمْ، أَمَرَهُمْ مِنَ الأَعْمَالِ بِمَا يُطِيقُونَ، قَالُوا: إِنَّا لَسْنَا كَهَيْئَتِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ غَفَرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، فَيَغْضَبُ حَتَّى يُعْرَفَ الغَضَبُ فِي وَجْهِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: «إِنَّ أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ بِاللَّهِ أَنَا» [صحيح البخاري]

"Rasulullah bila memerintahkan kepada para sahabat, beliau memerintahkan untuk melakukan amalan yang mampu mereka kerjakan, kemudian para sahabat berkata, "Kami tidaklah seperti engkau, ya Rasulullah, karena engkau sudah diampuni dosa-dosa yang lalu dan yang akan datang". Maka beliau menjadi marah yang dapat terlihat dari wajahnya, kemudian bersabda, "Sesungguhnya yang paling taqwa dan paling mengerti tentang Allah diantara kalian adalah aku". [Shahih Bukhari]

Lihat: Jangan marah

4.      Anjuran meringankan bacaan ketika menjadi imam.

Jabir -radhiyallahu 'anhu- berkata: Mu'adz bin Jabal Al-Anshariy -radhiyallahu 'anhu- shalat Isya' mengimami para sahabatnya, lalu dia memanjangkan bacaannya atas mereka, maka seorang laki-laki dari kalangan kami berpaling, lalu shalat sendirian. Lalu Mu'adz diberitahu tentangnya, maka dia berkata: 'Dia seorang yang munafik.'

Ketika hal tersebut sampai pada laki-laki tersebut maka dia mengunjungi Rasulullah -shallallahu'alaihi wasallam-, lalu mengabarkan kepadanya sesuatu yang dikatakan Mu'adz. Maka Nabi -shallallahu'alaihi wasallam- bersabda kepadanya:

" أَتُرِيدُ أَنْ تَكُونَ فَتَّانًا يَا مُعَاذ؟ ُ إِذَا أَمَمْتَ النَّاسَ فَاقْرَأْ بِـ {الشَّمْسِ وَضُحَاهَا} وَ{سَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى}، وَ{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ} وَ{اللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى} "

'Apakah kamu ingin menjadi pemfitnah (yang membuat orang lain lari dari agama) wahai Mu'adz? Apabila kamu mengimami manusia, maka bacalah surat {Asy-Syams wa dhuhaha}, serta {Sabbihisma Rabbika al-A'la}, dan {Iqra' Bismi Rabbika}, serta {Wa al-Laili idza Yaghsya'}." [Shahih Muslim]

Ø  'Utsman bin Abi Al-'Ash radhiallahu 'anhu berkata: "Aku pernah memohon, 'Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, jadikan aku sebagai imam kaumku?'

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

«أَنْتَ إِمَامُهُمْ، وَاقْتَدِ بِأَضْعَفِهِمْ، وَاتَّخِذْ مُؤَذِّنًا لَا يَأْخُذُ عَلَى أَذَانِهِ أَجْرًا» [سنن النسائي: صحيح]

'Kamu imam mereka dan perhatikan orang yang paling lemah serta jangan menjadikan muadzin yang mengambil upah dari adzannya '." [Sunan An-Nasaiy: Sahih]

5.      Larangan membuat orang menjauh dari agama.

Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz dan Abu Musa ke negeri Yaman dan Beliau berpesan:

«يَسِّرَا وَلاَ تُعَسِّرَا، وَبَشِّرَا وَلاَ تُنَفِّرَا، وَتَطَاوَعَا وَلاَ تَخْتَلِفَا»

"Mudahkanlah (urusan) dan jangan dipersulit. Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari (tidak tertarik) dan bekerja samalah kalian berdua dan jangan berselisih". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Hadits kedua: Hadits Zayd bin Khalid Al-Juhaniy.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

91 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ [المُسْنَدِيُّ]، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ المَلِكِ بْنُ عَمْرٍو العَقَدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ المَدِينِيُّ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ يَزِيدَ مَوْلَى المُنْبَعِثِ عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الجُهَنِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَهُ رَجُلٌ عَنِ اللُّقَطَةِ، فَقَالَ: «اعْرِفْ وِكَاءَهَا، أَوْ قَالَ وِعَاءَهَا، وَعِفَاصَهَا، ثُمَّ عَرِّفْهَا سَنَةً، ثُمَّ اسْتَمْتِعْ بِهَا، فَإِنْ جَاءَ رَبُّهَا فَأَدِّهَا إِلَيْهِ» قَالَ: فَضَالَّةُ الإِبِلِ؟ فَغَضِبَ حَتَّى احْمَرَّتْ وَجْنَتَاهُ، أَوْ قَالَ احْمَرَّ وَجْهُهُ، فَقَالَ: «وَمَا لَكَ وَلَهَا، مَعَهَا سِقَاؤُهَا وَحِذَاؤُهَا، تَرِدُ المَاءَ وَتَرْعَى الشَّجَرَ، فَذَرْهَا حَتَّى يَلْقَاهَا رَبُّهَا» قَالَ: فَضَالَّةُ الغَنَمِ؟ قَالَ: «لَكَ، أَوْ لِأَخِيكَ، أَوْ لِلذِّئْبِ»

91 - Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad [Al-Musnadiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin 'Amru Al-'Aqadiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal Al-Madiniy, dari Rabi'ah bin Abu Abdurrahman, dari Yazid mantan budak Al Munba'its, dari Zaid bin Khalid Al-Juhaniy; bahwa Nabi ditanya oleh seseorang tentang barang temuan, maka Nabi bersabda, "Kenalilah tali pengikatnya, atau beliau berkata; kantong dan tutupnya, kemudian umumkan selama satu tahun, setelah itu pergunakanlah. Jika datang pemiliknya maka berikanlah kepadanya". Orang itu bertanya, "Bagaimana dengan orang yang menemukan unta?" Maka Nabi marah hingga nampak merah mukanya, lalu berkata, "Apa urusanmu dengan unta itu, sedang dia selalu membawa air di perutnya, bersepatu sehingga dapat hilir mudik mencari minum dan makan rerumputan, maka biarkanlah dia hingga pemiliknya datang mengambilnya". Orang itu bertanya lagi tentang menemukan kambing, maka beliau menjawab, "Itu untuk kamu atau saudaramu atau serigala".

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Zayd bin Khalid Al-Juhaniy, Abu Abdirrahman Al-Madaniy radhiyallahu 'anhu.

Ia seorang sahabat Nabi yang masyhur, yang bertuga sebagai pemegang bendera pasukan kaum Juhainah ketika perang Fathu Makkah. Wafat tahun 68 atau 78 hijriyah di Kufah.

2.      Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam marah ketika ditanya tentang onta yang terlantar?

Ada kemungkinan karena beliau telah menjelaskan hukumnya, atau karena si Penanya kurang mampu memahami.

3.      Boleh memungut barang temuan untuk dicari pemiliknya, jika tidak ditemukan maka ia boleh memilikinya.

Kecuali barang temuan di wilayah haram (Mekka dan Madinah).

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Ketika Allah membebaskan kota Mekah bagi Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, Rasulullah berdiri di hadapan orang-orang kemudian bersyukur dan memuji Allah, kemudian bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ حَبَسَ عَنْ مَكَّةَ الفِيلَ، وَسَلَّطَ عَلَيْهَا رَسُولَهُ وَالمُؤْمِنِينَ، فَإِنَّهَا لاَ تَحِلُّ لِأَحَدٍ كَانَ قَبْلِي، وَإِنَّهَا أُحِلَّتْ لِي سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، وَإِنَّهَا لاَ تَحِلُّ لِأَحَدٍ بَعْدِي، فَلاَ يُنَفَّرُ صَيْدُهَا، وَلاَ يُخْتَلَى شَوْكُهَا، وَلاَ تَحِلُّ سَاقِطَتُهَا إِلَّا لِمُنْشِدٍ»

"Sesungguhnya Allah menahan tentara gajah dari Mekah, dan membolehkan bagi Rasul-Nya dan orang-orang beriman, sesungguhnya ia tidak halal bagi siapapun sebelumku, dan ia dihalalkan untukku beberapa saat di siang hari, dan ia tidak halal bagi siapapun setelahku. Maka tidak boleh dikejar hewan buruannya, tidak boleh ditebang pohonnya, dan tidak boleh diambil barang temuannya kecuali bagi yang ingin mencari pemiliknya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Hadits ketiga: Hadits Abu Musa Al-Asy’ariy.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

92 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ العَلاَءِ [أبو كُريب الكوفي]، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ [حماد بن أسامة]، عَنْ بُرَيْدٍ [بن عبد الله بن أبي بٌردة]، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ [عامر بن عبد الله بن قيس]، عَنْ أَبِي مُوسَى، قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَشْيَاءَ كَرِهَهَا، فَلَمَّا أُكْثِرَ عَلَيْهِ غَضِبَ، ثُمَّ قَالَ لِلنَّاسِ: «سَلُونِي عَمَّا شِئْتُمْ» قَالَ رَجُلٌ: مَنْ أَبِي؟ قَالَ: «أَبُوكَ حُذَافَةُ» فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ: مَنْ أَبِي يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ: «أَبُوكَ سَالِمٌ مَوْلَى شَيْبَةَ» فَلَمَّا رَأَى عُمَرُ مَا فِي وَجْهِهِ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا نَتُوبُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ!

92 - Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-'Ala` [Abu Kuraib Al-Kufiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah [Hammad bin Usamah], dari Buraid [bin Abdillah bin Abi Burdah], dari Abu Burdah [‘Amir bin Abdillah bin Qais], dari Abu Musa, ia berkata; Nabi pernah ditanya tentang sesuatu yang Beliau tidak suka, ketika terus ditanya, beliau marah lalu berkata kepada orang-orang: "Bertanyalah kepadaku sesuka kalian". Maka seseorang bertanya, "Siapakah bapakku?" Beliau menjawab, "Bapakmu adalah Hudzafah". Yang lain bertanya, "Siapakah bapakku wahai Rasulullah ? "Bapakmu Salim, sahaya Syaibah" Ketika Umar melihat apa yang ada pada wajah beliau, dia berkata, "Wahai Rasulullah, kami bertobat kepada Allah 'Azza wa Jalla".

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy’ariy radhiyallahu 'anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Siapa kedua sahabat bertanya tentang bapaknya?

Yang pertama adalah Abdullah bin Hudzafah Al-Qurasyiy As-Sahmiy radhiyallahu 'anhu.

Sedangkan yang kedua adalah Sa’ad bin Salim maula Syaibah bin Rabi’ah radhiyallahu 'anhu.

3.      Larangan bertanya yang tidak bermanfaat.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

قَالَ رَجُلٌ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ مَنْ أَبِي؟ قَالَ: «أَبُوكَ فُلاَنٌ»، وَنَزَلَتْ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ} [المائدة: 101] الآيَةَ [صحيح البخاري]

"Seseorang bertanya 'Wahai nabiyullah, siapa ayahku?" Rasul menjawab, "Ayahmu si Fulan!" Lantas turunlah ayat: {Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu}. [Al-Maidah: 101] [Shahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، خَرَجَ حِينَ زَاغَتِ الشَّمْسُ، فَصَلَّى لَهُمْ صَلَاةَ الظُّهْرِ، فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ عَلَى الْمِنْبَرِ، فَذَكَرَ السَّاعَةَ، وَذَكَرَ أَنَّ قَبْلَهَا أُمُورًا عِظَامًا، ثُمَّ قَالَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَسْأَلَنِي عَنْ شَيْءٍ فَلْيَسْأَلْنِي عَنْهُ، فَوَاللهِ لَا تَسْأَلُونَنِي عَنْ شَيْءٍ إِلَّا أَخْبَرْتُكُمْ بِهِ، مَا دُمْتُ فِي مَقَامِي هَذَا» قَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ: فَأَكْثَرَ النَّاسُ الْبُكَاءَ حِينَ سَمِعُوا ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَكْثَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقُولَ: «سَلُونِي» فَقَامَ عَبْدُ اللهِ بْنُ حُذَافَةَ فَقَالَ: مَنْ أَبِي؟ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «أَبُوكَ حُذَافَةُ» فَلَمَّا أَكْثَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَنْ يَقُولَ: «سَلُونِي» بَرَكَ عُمَرُ فَقَالَ: رَضِينَا بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا، قَالَ فَسَكَتَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالَ عُمَرُ ذَلِكَ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَوْلَى، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَقَدْ عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ آنِفًا، فِي عُرْضِ هَذَا الْحَائِطِ، فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ»

قَالَتْ أُمُّ عَبْدِ اللهِ بْنِ حُذَافَةَ، لِعَبْدِ اللهِ بْنِ حُذَافَةَ: مَا سَمِعْتُ بِابْنٍ قَطُّ أَعَقَّ مِنْكَ؟ أَأَمِنْتَ أَنْ تَكُونَ أُمُّكَ قَدْ قَارَفَتْ بَعْضَ مَا تُقَارِفُ نِسَاءُ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ، فَتَفْضَحَهَا عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ؟ قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ حُذَافَةَ: وَاللهِ لَوْ أَلْحَقَنِي بِعَبْدٍ أَسْوَدَ لَلَحِقْتُهُ. [صحيح مسلم]

Bahwa ketika matahari telah tergelincir, Rasulullah pergi mengimami shalat Zuhur. Setelah selesai shalat, beliau naik ke mimbar lalu mengingatkan jamaah perihal hari kiamat dan mengingatkan pula bahwa sebelumnya akan terjadi beberapa peristiwa besar. Kemudian beliau bersabda, "Siapa yang ingin bertanya kepadaku mengenai sesuatu, tanyakanlah. Demi Allah, jika ada pertanyaan yang ingin kalian tanyakan kepadaku, niscaya akan kujawab selama aku masih berdiri di tempatku ini." Kata Anas bin Malik, "Maka banyaklah orang menangis mendengar ucapan Rasulullah tersebut. Kemudian beliau mengulang-ulang ucapannya itu, "Bertanyalah kepadaku!" maka berdirilah 'Abdullah bin Hudzafah lalu dia bertanya, "Siapa bapakku, ya Rasulullah?" jawab Rasulullah , "Bapakmu Hudzafah!" Maka tatkala Rasulullah mengulang ucapannya, "Bertanyalah kepadaku!" 'Umar menyela seraya berkata, "Kami rela Allah menjadi Tuhan kami, Islam menjadi agama kami, dan Muhammad menjadi Rasulullah." Kata Anas, "Setelah 'Umar mengucapkan kata-katanya itu, Nabi diam seketika, kemudian beliau bersabda, "Perhatikanlah! Demi Allah, yang jiwa Muhammad berada dalam kekuasaan-Nya, baru saja telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka, tepat di sisi dinding ini. Suatu pemandangan yang belum pernah kulihat seperti ini mengenai kebaikan dan kejahatan."

Ummu 'Abdullah bin Hudzafah berkata kepada anaknya, 'Abdullah bin Hudzafah: "Aku tidak pernah mendengar seorang pun anak yang lebih durhaka daripadamu. Percayakah engkau bahwa ibumu telah melacur seperti halnya wanita-wanita jahiliah, lalu 'aibnya terbuka di kalangan orang banyak?"

Kata 'Abdullah bin Hudzafah, "Demi Allah, seandainya aku dinasabkan kepada budak hitam sekalipun, tentu aku akan mau." [Shahih Muslim]

4.      Melihat kondosi ketika bertanya.

Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: «الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا»، قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الوَالِدَيْنِ» قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ، وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah? Rasulullah menjawab: "Shalat tepat pada waktunya !" Ibnu Mas'ud berkata: Kemudian apa? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Berbakti kepada kedua orang tua!" Ibnu Mas'ud berkata: Kemudian apa? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Jihad di jalan Allah!" Ibnu Mas'ud berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikannya kepadaku, dan seandainya aku terus bertanya maka beliau akan terus menjawabnya! [Sahih Bukhari dan Muslim]

5.      Kepekaan Umar bin Khathab melihat kondisi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lihat: Keistimewaan Umar bin Khatahab

B.     Bab 29.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ مَنْ بَرَكَ عَلَى رُكْبَتَيْهِ عِنْدَ الإِمَامِ أَوِ المُحَدِّثِ

“Bab: Orang yang bersimpuh/berlutut kepada imam atau ahli hadits”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang bolehnya berlutut di depan seorang pemimpin atau ulama sebagai penghormatan.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

93 - حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ [الحَكَمُ بنُ نَافِعٍ البَهْرَانِيُّ]، قَالَ: أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ [بن أبي حمزة]، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ، فَقَامَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حُذَافَةَ فَقَالَ: مَنْ أَبِي؟ فَقَالَ: «أَبُوكَ حُذَافَةُ» ثُمَّ أَكْثَرَ أَنْ يَقُولَ: «سَلُونِي» فَبَرَكَ عُمَرُ عَلَى رُكْبَتَيْهِ فَقَالَ: رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا، فَسَكَتَ.

93 - Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman [Al-Hakam bin Nafi' Al-Bahraniy], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib [bin Abi Hamzah], dari Az-Zuhriy, ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah keluar, lalu Abdullah bin Hudzafah menghadap kepadanya dan berkata, "Siapakah bapakku?" Nabi menjawab, "Bapakmu Hudzaafah". Ketika semakin banyak pertanyaan, Nabi bersabda, "Bertanyalah kalian kepadaku?" Maka Umar turun berlutut seraya berkata, "Kami ridha Allah sebagai Rabb kami, Islam sebagai agama kami dan Muhammad sebagai Nabi Kami." Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terdiam.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Sebab Abdullah bin Hudzafah menanyakan siapa bapaknya.

Anas radhiallahuv'anhu berkata:

سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَحْفَوْهُ المَسْأَلَةَ، فَغَضِبَ فَصَعِدَ المِنْبَرَ، فَقَالَ: «لاَ تَسْأَلُونِي اليَوْمَ عَنْ شَيْءٍ إِلَّا بَيَّنْتُهُ لَكُمْ» فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ يَمِينًا وَشِمَالًا، فَإِذَا كُلُّ رَجُلٍ لاَفٌّ رَأْسَهُ فِي ثَوْبِهِ يَبْكِي، فَإِذَا رَجُلٌ كَانَ إِذَا لاَحَى الرِّجَالَ يُدْعَى لِغَيْرِ أَبِيهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَبِي؟ قَالَ: «حُذَافَةُ» ثُمَّ أَنْشَأَ عُمَرُ فَقَالَ: رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَسُولًا، نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الفِتَنِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا رَأَيْتُ فِي الخَيْرِ وَالشَّرِّ كَاليَوْمِ قَطُّ، إِنَّهُ صُوِّرَتْ لِي الجَنَّةُ وَالنَّارُ، حَتَّى رَأَيْتُهُمَا وَرَاءَ الحَائِطِ» [صحيح البخاري]

Para sahabat banyak bertanya kepada Rasulullah sehingga mereka setengah memaksa dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Maka beliau marah dan langsung naik mimbar sambil bersabda, 'Tidaklah kalian bertanya kepadaku mengenai sesuatu, melainkan aku selalu jelaskan kepada kalian', lantas aku melihat kanan-kiri, tak tahunya setiap orang menutupi kepalanya dengan pakaiannya sambil menangis, Secara spontan muncullah seseorang yang jika bermusuhan, ia dipanggil dengan nasab selain ayahnya, maka orang itu berujar 'Wahai nabiyullah siapakah ayahku? Beliau menjawab, 'ayahmu adalah Hudzafah." Umarpun bergegas mengucapkan (Kami ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai utusan, kami berlindung kepada Allah dari fitnah), lantas Rasulullah bersabda, "Aku belum pernah melihat keburukan dan kebaikan sama sekali seperti hari ini, sebab hari ini neraka dan surga digambarkan bagiku hingga aku melihat kedua-duanya berada di balik dinding ini. [Shahih Bukhari]

3.      Keutamaan membaca dzikir “Radhitu billahi Rabba …”.

Diantaranya:

a)      Merasakan nikmatnya iman.

Dari Al-'Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا» [صحيح مسلم]

"Merasakan nikmatnya iman, orang yang rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul". [Sahih Muslim]

b)      Mendapatkan ridha Allah.

Dari seorang pelayan Nabi ; Rasulullah bersabda:

" مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ: رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا، إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ " [مسند أحمد: صحيح لغيره]

"Tidaklah seorang muslim membaca, (Aku ridha Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi-ku).' saat ia memasuki sore hari sebanyak tiga kali dan di pagi hari tiga kali, kecuali wajib bagi Allah untuk meridhainya pada hari kiamat." [Musnad Ahmad: Shahih ligairih]

c)       Mendapatkan ampunan

Dari Sa'ad bin Abi Waqqash -radhiyallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa ketika mendengar adzan mengucapkan;

«أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ»

(Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Aku rela Allah sebagai Rabb, Muhammad sebagai Rasul, dan Islam sebagai agama), maka diampunilah dosanya." [Shahih Muslim]

d)      Wajib masuk surga

Dari Abu Sa'id Al Khudriy -radhiyallahu 'anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadanya:

«يَا أَبَا سَعِيدٍ، مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ» [صحيح مسلم]

"Wahai Abu Sa'id, barangsiapa yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Nabi-Nya, maka ia pasti masuk surga." [Shahih Muslim]

Ø  Dari Al-Munaidzir -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang membaca di waktu pagi ...

«رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيّاً»

"Aku rela Allah sebagai Tuhan, dan Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai nabi".

Maka aku sebagai jaminan, akan ku gandeng tangannya sampai masuk surga. [Al-Mu’jam Al-Kabiir karya Ath-Thabaraniy: Hasan ligairih]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 27; Bergantian mencari ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...