بسم
الله الرحمن الرحيم
Kewajiban memuliakan tamu
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ» [صحيح البخاري]
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari kiamat maka hendaklah ia memuliakan tamunya". [Shahih Bukhari]
Ø
'Abdullah bin 'Amru
bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhuma berkata; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ لِزَوْرِكَ
عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا»
"Sesungguhnya tamumu mempunyai hak
atasmu dan sesungguhnya isterimu mempunyai hak atasmu". [Sahih Bukhari]
Ø Dari Salman radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
"
حَقٌّ عَلَى الْمَزُورِ أَنْ يُكْرِمَ الزَّائِرَ " [المعجم الكبير للطبراني: حسنه الألباني]
"Kewajiban atas yang diziarahi (tuan rumah) untuk
memuliakan tamunya". [Al-Mu'jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Hasan]
Boleh menolak untuk tidak menerima tamu
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا
فِيهَا أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ
ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} [النور: 28]
Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka
janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu:
"Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [An-Nuur: 28]
Ø Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata:
Suatu hari aku berada di salah satu majlis kaum Anshar, tiba-tiba datang Abu
Musa -radhiyallahu 'anhu- seperti sedang cemas, lalu ia berkata: Aku
minta izin tiga kali untuk menemui Umar -radhiyallahu 'anhu- dan ia
tidak memberiku izin maka aku kembali.
Umar berkata: Apa yang mencegahmu untuk
langsung masuk?
Abu Musa berkata: Aku sudah minta izin
sebanyak tiga kali lalu tidak diberi izin maka aku kembali. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam telah bersabda:
«إِذَا
اسْتَأْذَنَ أَحَدُكُمْ ثَلاَثًا فَلَمْ يُؤْذَنْ لَهُ فَلْيَرْجِعْ»
"Jika seorang dari kalian minta izin tiga kali kemudian
tidak diberi izin maka kembalilah" [Sahih Bukhari]
Selektif menerima tamu
Dari Abu
Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
«لَا
تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا، وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
"Janganlah engaku
berteman kecuali dengan sorang yang beriman, dan janganlah ada yang memakan
makananmu kecuali orang yang bertakwa". [Sunan Abi Daud: Hasan]
Adab-adab menerima tamu.
Diantaranya:
1)
Menjawab salam dari tamu.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{وَإِذَا حُيِّيتُمْ
بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا} [النساء: 86]
Apabila
kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan (salam), maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa). [An-Nisaa':86]
2)
Mengucapkan kalimat sambutan.
Dari
Ibnu 'Abbas; Bhwasanya telah datang rombongan utusan Abdul Qais menemui Nabi ﷺ
lalu Nabi ﷺ berkata, "Utusan siapakah ini atau kaum manakah ini?"
Utusan
itu menjawab, "Rabi'ah".
Lalu
Nabi ﷺ berkata,
«مَرْحَبًا بِالقَوْمِ أَوْ
بِالوَفْدِ، غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Selamat
datang kaum atau para utusan dengan sukarela dan tanpa menyesal". [Shahih
Bukhari dan Muslim]
3)
Menampakkan rasa gembira dengan
senyuman.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ
وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا
يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا} [الحشر:
9]
Dan
orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang
berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin). [Al-Hasyr: 9]
4)
Menemuinya dengan penampilan yang
baik dan sopan.
Umar bin Khathab radhiyallahu
'anhu berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
يَا
رَسُولَ اللَّهِ، ابْتَعْ هَذِهِ تَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيدِ وَالوُفُودِ [صحيح البخاري ومسلم]
"Ya Rasulallah, belilah pakaian ini untuk engkau pakai
berhias di hari 'ied dan menerima tamu". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Abu Juhaifah radhiyallahu 'anhu berkata:
زَارَ
سَلْمَانُ أَبَا الدَّرْدَاءِ، فَرَأَى أُمَّ الدَّرْدَاءِ مُتَبَذِّلَةً، فَقَالَ
لَهَا: مَا شَأْنُكِ؟ قَالَتْ: أَخُوكَ أَبُو الدَّرْدَاءِ لَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ
فِي الدُّنْيَا
Suatu hari Salman mengunjungi Abu Ad-Darda',
lalu ia melihat Ummu Ad-Darda' dengan baju yang kumuh, lalu ia berkata,
kepadanya; "Ada apa denganmu?"
Dia menjawab: "Saudaramu Abu Darda', dia tidak
memperhatikan kebutuhan dunia". [Shahih Bukhari]
5)
Menyiapkan tempat duduk yang baik.
'Abdullah bin 'Amr radhiyallahu
'anhuma berkata:
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيَّ، فَأَلْقَيْتُ
لَهُ وِسَادَةً مِنْ أَدَمٍ حَشْوُهَا لِيفٌ، فَجَلَسَ عَلَى الأَرْضِ، وَصَارَتِ
الوِسَادَةُ بَيْنِي وَبَيْنَهُ
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menemuiku, maka aku berikan kepada Beliau bantal terbuat dari kulit yang
disamak yang isinya dari rerumputan, lalu Beliau duduk di atas tanah sehingga
bantal tersebut berada di tengah antara aku dan Beliau”. [Shahih Bukhari dan
Muslim]
6)
Segera menghidangkan jamuan.
Dari Abu Syuraih Al-Ka’biy radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، جَائِزَتُهُ يَوْمٌ
وَلَيْلَةٌ، وَالضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ، فَمَا بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ
صَدَقَةٌ، وَلاَ يَحِلُّ لَهُ أَنْ يَثْوِيَ عِنْدَهُ حَتَّى يُحْرِجَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya (dengan jamuan
terbaik) sehari malam, dan menjamu tamu itu wajib tiga hari, lebih dari itu
adalah sedekah baginya, dan tidak halal bagi tamu tinggal (berlama-lama)
sehingga memberatkannya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Karimah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَيْلَةُ الضَّيْفِ حَقٌّ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ، فَمَنْ أَصْبَحَ بِفِنَائِهِ فَهُوَ عَلَيْهِ دَيْنٌ، إِنْ شَاءَ
اقْتَضَى وَإِنْ شَاءَ تَرَكَ» [سنن
أبي داود: صحيح]
"Malam bertamu adalah kewajiban atas
setiap Muslim (untuk memuliakannya), maka barangsiapa di waktu pagi ia (tamu)
berada di halaman rumahnya, maka itu adalah hutang (jika tidak menjamunya);
jika mau ia melunasinya (dengan menjamu) dan jika tidak maka ia boleh membiarkannya."
[Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu 'anhu berkata:
قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّكَ
تَبْعَثُنَا، فَنَنْزِلُ بِقَوْمٍ فَلاَ يَقْرُونَنَا، فَمَا تَرَى؟ فَقَالَ لَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنْ نَزَلْتُمْ بِقَوْمٍ
فَأَمَرُوا لَكُمْ بِمَا يَنْبَغِي لِلضَّيْفِ فَاقْبَلُوا، فَإِنْ لَمْ
يَفْعَلُوا، فَخُذُوا مِنْهُمْ حَقَّ الضَّيْفِ الَّذِي يَنْبَغِي لَهُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Kami bertanya; "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya anda mengutus kami, lalu kami singgah di suatu kaum,
namun mereka tidak melayani kami, bagaimana menurut anda?"
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda kepada kami: "Jika kalian singgah di suatu kaum,
lalu mereka melayani kalian sebagaimana layaknya seorang tamu, maka terimalah
layanan mereka. Jika mereka tidak melayani kalian, maka kalian boleh mengambil
dari mereka hak tamu yang pantas mereka berikan." [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ
نَزَلَ بِقَوْمٍ فَعَلَيْهِمْ أَنْ يَقْرُوهُ فَإِنْ لَمْ يَقْرُوهُ فَلَهُ أَنْ
يُعْقِبَهُمْ بِمِثْلِ قِرَاهُ» [سنن
أبي داود: صحيح]
"Barangsiapa yang bertamu pada suatu kaum maka mereka
wajib menjamunya, jika tidak maka ia berhak membalasnya seperti perlakuan
mereka". [Sunan Abu Daud: Sahih]
7)
Boleh mengalihkan jamuan tamu kepada orang lain jika ia
tidak mampu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu:
أَنَّ رَجُلًا
أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَبَعَثَ إِلَى نِسَائِهِ
فَقُلْنَ: مَا مَعَنَا إِلَّا المَاءُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ يَضُمُّ أَوْ يُضِيفُ هَذَا»، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ
الأَنْصَارِ: أَنَا، ...
[صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa ada seorang laki-laki datang kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu beliau mengutus kepada
istri-istri beliau (menanyakan tetang hidangan untuk tamu).
Para istri beliau berkata; "Kami tidak
punya apa-apa selain air".
Maka kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berkata kepada orang banyak: "Siapakah yang mau
mengajak atau menjamu orang ini?".
Maka seorang laki-laki dari Anshar berkata;
"Aku". [Shahih Bukhari dan Mulism]
Nb:
Lanjutan hadits ini akan disebutkan di akhir tulisan ini.
8)
Memberikan hidangan terbaik tanpa memberatkan diri sendiri.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ
ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ (24) إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا
سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ (25) فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ فَجَاءَ
بِعِجْلٍ سَمِينٍ (26) فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ} [الذاريات: 24 - 27]
Sudahkah
sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu
malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya
lalu mengucapkan: "Salaamun". Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu)
adalah orang-orang yang tidak dikenal". Maka dia pergi dengan diam-diam
menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu
dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: "Silahkan anda
makan". [Adz-Dzariyat:
24-27]
Ø Anas radhiyallahu 'anhu berkata;
دَخَلَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَلَى أُمِّ سُلَيْمٍ، فَأَتَتْهُ
بِتَمْرٍ وَسَمْنٍ
“Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam datang menemui Ummu Sulaim, kemudian Ummu
Sulaim menyuguhkan kurma dan mentega untuk Beliau”. [Shahih Bukhari]
Ø Salman radhiyallahu 'anhu didatangi seorang tamu kemudian ia
mengajaknya menikmati jamuan yang ada padanya, seraya berkata:
«لَوْلَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَانَا، أَوْ لَوْلَا أَنَّا نُهِينَا، أَنْ
يَتَكَلَّفَ أَحَدُنَا لِصَاحِبِهِ لَتَكَلَّفْنَا لَكَ» [مسند
أحمد: حسن لغيره]
“Andai Rasulullah shallalahu 'alaihi wa
sallam tidak melarang kami -atau andai kami tidak dilarang- untuk tidak
membebani diri demi temannya tentu kami akan membebani diri kami demi kamu”.
[Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
9)
Melayani tamu.
Sahl
bin Sa’d radhiyallahu
'anhuma berkata:
دَعَا أَبُو أُسَيْدٍ السَّاعِدِيُّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي عُرْسِهِ، وَكَانَتِ
امْرَأَتُهُ يَوْمَئِذٍ خَادِمَهُمْ، وَهِيَ العَرُوسُ، قَالَ سَهْلٌ: «تَدْرُونَ
مَا سَقَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ أَنْقَعَتْ لَهُ
تَمَرَاتٍ مِنَ اللَّيْلِ، فَلَمَّا أَكَلَ، سَقَتْهُ إِيَّاهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
Abu Usaid As Sa'idiy mengundang Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dalam pesta walimahannya. Saat itu, isterinya adalah yang
melayani mereka, padahal ia adalah pengantin wanita. Sahl bertkata:
"Tahukah kalian minuman apa yang ia suguhkan kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam? Wanita itu menyediakan minuman kurma yang telah direndam
semalaman dan ketika beliau selesai makan, maka wanita itu pun menyuguhkan
minuman itu pada beliau." [Shahih Bukhari dan Muslim]
10)
Mendahulukan tamu menikmati hidangan
Abu Ayyub Al-Anshariy -radhiyallahu
'anhu- berkata:
كَانَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أُتِيَ بِطَعَامٍ أَكَلَ
مِنْهُ، وَبَعَثَ بِفَضْلِهِ إِلَيَّ، وَإِنَّهُ بَعَثَ إِلَيَّ يَوْمًا
بِفَضْلَةٍ لَمْ يَأْكُلْ مِنْهَا، لِأَنَّ فِيهَا ثُومًا، فَسَأَلْتُهُ:
أَحَرَامٌ هُوَ؟ قَالَ: «لَا، وَلَكِنِّي أَكْرَهُهُ مِنْ أَجْلِ رِيحِهِ»، قَالَ:
فَإِنِّي أَكْرَهُ مَا كَرِهْتَ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
apabila dihidangkan makanan, beliau memakannya dan sisanya diberikannya
kepadaku. Pada suatu hari beliau memberikan kepadaku makanan yang tidak
dimakannya karena di dalamnya ada bawang putih. Lalu kutanya; 'Apakah bawang
putih itu haram?
'
Jawab beliau: 'Tidak! Tetapi aku tidak suka
karena baunya.'
Kata Abu Ayyub; 'Kalau begitu, aku juga
tidak suka apa yang Anda tidak sukai.' [Shahih Muslim]
11)
Makan bersama tamu
'Abdurrahman bin Abu Bakar radhiyallahu
'anhuma berkata:
إِنَّ أَبَا بَكْرٍ تَعَشَّى عِنْدَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ لَبِثَ حَيْثُ صُلِّيَتِ
العِشَاءُ، ثُمَّ رَجَعَ، فَلَبِثَ حَتَّى تَعَشَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَ بَعْدَ مَا مَضَى مِنَ اللَّيْلِ مَا شَاءَ اللَّهُ،
قَالَتْ لَهُ امْرَأَتُهُ: وَمَا حَبَسَكَ عَنْ أَضْيَافِكَ - أَوْ قَالَتْ:
ضَيْفِكَ - قَالَ: أَوَمَا عَشَّيْتِيهِمْ؟ قَالَتْ: أَبَوْا حَتَّى تَجِيءَ، قَدْ
عُرِضُوا فَأَبَوْا، قَالَ: فَذَهَبْتُ أَنَا فَاخْتَبَأْتُ، فَقَالَ يَا غُنْثَرُ
فَجَدَّعَ وَسَبَّ، وَقَالَ: كُلُوا لاَ هَنِيئًا، فَقَالَ: وَاللَّهِ لاَ
أَطْعَمُهُ أَبَدًا، وَايْمُ اللَّهِ، مَا كُنَّا نَأْخُذُ مِنْ لُقْمَةٍ إِلَّا
رَبَا مِنْ أَسْفَلِهَا أَكْثَرُ مِنْهَا - قَالَ: يَعْنِي حَتَّى شَبِعُوا -
وَصَارَتْ أَكْثَرَ مِمَّا كَانَتْ قَبْلَ ذَلِكَ، فَنَظَرَ إِلَيْهَا أَبُو
بَكْرٍ فَإِذَا هِيَ كَمَا هِيَ أَوْ أَكْثَرُ مِنْهَا، فَقَالَ لِامْرَأَتِهِ:
يَا أُخْتَ بَنِي فِرَاسٍ مَا هَذَا؟ قَالَتْ: لاَ وَقُرَّةِ عَيْنِي، لَهِيَ
الآنَ أَكْثَرُ مِنْهَا قَبْلَ ذَلِكَ بِثَلاَثِ مَرَّاتٍ، فَأَكَلَ مِنْهَا أَبُو
بَكْرٍ، وَقَالَ: إِنَّمَا كَانَ ذَلِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ - يَعْنِي يَمِينَهُ -
ثُمَّ أَكَلَ مِنْهَا لُقْمَةً، ثُمَّ حَمَلَهَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَصْبَحَتْ عِنْدَهُ، وَكَانَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمٍ
عَقْدٌ، فَمَضَى الأَجَلُ، فَفَرَّقَنَا اثْنَا عَشَرَ رَجُلًا، مَعَ كُلِّ رَجُلٍ
مِنْهُمْ أُنَاسٌ، اللَّهُ أَعْلَمُ كَمْ مَعَ كُلِّ رَجُلٍ، فَأَكَلُوا مِنْهَا
أَجْمَعُونَ
"Saat itu Abu Bakar makan malam di sisi Nabi -shallallahu
'alaihi wasallam- hingga waktu isya, dan ia tetap di sana hingga shalat dilaksanakan.
Ketika Abu Bakar pulang di waktu yang sudah malam isterinya (ibuku) berkata:
"Apa yang menghalangimu untuk menjamu tamu-tamumu?"
Abu Bakar balik bertanya, "Kenapa
tidak engkau jamu mereka?"
Isterinya menjawab, "Mereka enggan
untuk makan hingga engkau kembali, padahal mereka sudah ditawari."
'Abdurrahman berkata, "Kemudian aku pergi dan
bersembunyi."
Abu Bakar lantas berkata, "Wahai
Ghuntsar (kalimat celaan)!"
Abu Bakar terus saja marah dan mencela
(aku). Kemudian ia berkata (kepada tamu-tamunya), "Makanlah kalian semua."
Kemudian tamunya mengatakan,
"Selamanya kami tidak akan makan (sampai engkau datang). Demi Allah,
tidaklah kami ambil satu suap kecuali makanan tersebut justru bertambah semakin
banyak dari yang semula."
'Abdurrahman berkata: "Mereka kenyang semua, dan
makanan tersebut menjadi tiga kali lebih banyak dari yang semula. Abu Bakar
memandangi makanan tersebut tetap utuh bahkan lebih banyak lagi. Kemudian ia
berkata kepada isterinya, "Wahai saudara perempuan Bani Firas, bagaimana
ini?"
Isterinya menjawab, "Tak masalah,
bahkan itu suatu kebahagiaan, ia bertambah tiga kali lipatnya."
Abu Bakar kemudian memakannya seraya
berkata: "Itu pasti dari setan -yakni sumpah yang ia ucapkan-."
Kemudian ia memakan satu suap lantas
membawanya ke hadapan Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-. Waktu itu
antara kami mempunyai perjanjian dengan suatu kaum dan masanya pun telah habis.
Kemudian kami membagi orang-orang menjadi dua belas orang, dan setiap dari mereka
diikuti oleh beberapa orang -dan Allah yang lebih tahu berapa jumlah mereka-.
Kemudian mereka menyantap makanan tersebut hingga kenyang." [Shahih
Bukhari]
12)
Dianjurkan membatalkan puasa untuk menemani tamu makan
Suatu hari Salman mengunjungi Abu Darda', lalu
ia membuat makanan untuk Salman.
Salman berkata kepada Abu Darda':
"Makanlah!".
Abu Darda' menjawab: "Aku sedang berpuasa".
Salman berkata: "Aku tidak akan makan hingga
engkau makan".
Dia berkata: "Lalu Abu Darda' ikut
makan". [Shahih Bukhari]
13)
Menyiapkan tempat shalat
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Bahwasanya neneknya yang bernama Mulaikah mengundang Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam untuk makan makanan yang ia buat untuknya, maka Rasulullah
memakannya kemudian
berkata:
«قُومُوا
فَلِأُصَلِّ لَكُمْ»
"Bangkitlah kalian, lalu aku shalat bersama kalian!"
Anas berkata:
فَقُمْتُ
إِلَى حَصِيرٍ لَنَا، قَدِ اسْوَدَّ مِنْ طُولِ مَا لُبِسَ، فَنَضَحْتُهُ بِمَاءٍ،
فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَصَفَفْتُ وَاليَتِيمَ
وَرَاءَهُ، وَالعَجُوزُ مِنْ وَرَائِنَا، فَصَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ انْصَرَفَ [صحيح البخاري ومسلم]
“Kemudian aku mengambil tikar kami yang
sudah menghitam karena sudah lama dipakai, lalu aku memercikkannya dengan air,
lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri dan aku mendirikan
shaf bersama seorang anak yatim di belakangnya, dan perempuan tua di belakang
kami, lalu Rasululah shallallahu 'alaihi wasallam shalat bersama kami
dua raka'at kemudian pergi”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
14)
Menyiapkan tempat tidur jika hendak menginap
Dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya;
«فِرَاشٌ
لِلرَّجُلِ، وَفِرَاشٌ لِامْرَأَتِهِ، وَالثَّالِثُ لِلضَّيْفِ، وَالرَّابِعُ
لِلشَّيْطَانِ» [صحيح
مسلم]
"Satu kasur untuk seorang suami, satu
kasur untuk istrinya, kasur ketiga untuk tamu, dan kasur keempat untuk
setan." [Shahih Muslim]
Keutamaan memuliakan tamu.
Diantaranya:
a.
Tidak akan diabaikan oleh Allah
Ketika
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketakutan setelah menerima
wahyu, Khadijah berkata:
كَلَّا
وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَحْمِلُ
الكَلَّ، وَتَكْسِبُ المَعْدُومَ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ
الحَقِّ [صحيح
البخاري]
Tidak,
demi Allah, engkau tidak akan diabaikan oleh Allah selamanya, karena
sesungguhnya engkau telah menyambung hubungan silaturahmi, menolong yang lemah,
memberi orang yang membutuhkan, melayani tamu, dan membela kebenaran. [Sahih
Bukhari]
b. Allah kagum
kepadanya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu:
أَنَّ رَجُلًا
أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَبَعَثَ إِلَى نِسَائِهِ
فَقُلْنَ: مَا مَعَنَا إِلَّا المَاءُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ يَضُمُّ أَوْ يُضِيفُ هَذَا»، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ
الأَنْصَارِ: أَنَا، فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى امْرَأَتِهِ، فَقَالَ: أَكْرِمِي
ضَيْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ: مَا
عِنْدَنَا إِلَّا قُوتُ صِبْيَانِي، فَقَالَ: هَيِّئِي طَعَامَكِ، وَأَصْبِحِي
سِرَاجَكِ، وَنَوِّمِي صِبْيَانَكِ إِذَا أَرَادُوا عَشَاءً، فَهَيَّأَتْ طَعَامَهَا،
وَأَصْبَحَتْ سِرَاجَهَا، وَنَوَّمَتْ صِبْيَانَهَا، ثُمَّ قَامَتْ كَأَنَّهَا
تُصْلِحُ سِرَاجَهَا فَأَطْفَأَتْهُ، فَجَعَلاَ يُرِيَانِهِ أَنَّهُمَا
يَأْكُلاَنِ، فَبَاتَا طَاوِيَيْنِ، فَلَمَّا أَصْبَحَ غَدَا إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «ضَحِكَ اللَّهُ اللَّيْلَةَ،
أَوْ عَجِبَ، مِنْ فَعَالِكُمَا» فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {وَيُؤْثِرُونَ عَلَى
أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ
فَأُولَئِكَ هُمُ المُفْلِحُونَ} [الحشر: 9] [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa ada seorang laki-laki datang kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu beliau mengutus kepada
istri-istri beliau (menanyakan tetang hidangan untuk tamu).
Para istri beliau berkata; "Kami tidak
punya apa-apa selain air".
Maka kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berkata kepada orang banyak: "Siapakah yang mau
mengajak atau menjamu orang ini?".
Maka seorang laki-laki dari Anshar berkata;
"Aku".
Sahabat Anshar itu pulang bersama laki-laki
tadi menemui istrinya lalu berkata; "Muliakanlah tamu Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam ini".
Istrinya berkata; "Kita tidak memiliki
apa-apa kecuali sepotong roti untuk anakku".
Sahabat Anshar itu berkata; Suguhkanlah
makanan kamu itu lalu matikanlah lampu dan tidurkanlah anakmu".
Ketika mereka hendak menikmati makan malam,
maka istrinya menyuguhkan makanan itu lalu mematikan lampu dan menidurkan
anaknya kemudian dia berdiri seakan hendak memperbaiki lampunya, lalu
dimatikannya kembali. Suami-istri hanya menggerak-gerakkan mulutnya (seperti
mengunyah sesuatu) seolah keduanya ikut menikmati hidangan. Kemudian keduanya
tidur dalam keadaan lapar karena tidak makan malam. Ketika pagi harinya,
pasangan suami istri itu menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Maka beliau berkata: "Malam ini Allah
tertawa atau terkagum-kagum karena perbuatan kalian berdua". Maka kemudian
Allah menurunkan firman-Nya: ("Dan mereka lebih mengutamakan orang lain
(Muhajirin) dari pada diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan apa yang
mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka
itulah orang-orang yang beruntung"). [Al-Hasyr: 9] [Shahih Bukhari dan
Mulism]
c. Menambah
berkah pada makanan.
Lihat hadits 'Abdurrahman bin Abu Bakar
radhiyallahu 'anhuma setelah Abu Bakr menjamu tamunya, kurma yang
dihidangkan tidak habis malah justru bertambah.
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...