Selasa, 20 Mei 2025

Kitab I’tisham, bab (16) Perintah Nabi ﷺ untuk mengikuti apa yang telah disepakati oleh ahli ilmu

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ مَا ذَكَرَ النَّبِيُّ ﷺ وَحَضَّ عَلَى اتِّفَاقِ أَهْلِ العِلْمِ، وَمَا أَجْمَعَ عَلَيْهِ الحَرَمَانِ مَكَّةُ، وَالمَدِينَةُ، وَمَا كَانَ بِهَا مِنْ مَشَاهِدِ النَّبِيِّ ﷺ وَالمُهَاجِرِينَ، وَالأَنْصَارِ، وَمُصَلَّى النَّبِيِّ ﷺ وَالمِنْبَرِ وَالقَبْرِ

“Bab: Perintah Nabi untuk mengikuti apa yang telah disepakati oleh ahli ilmu, dan penduduk dua kota Haram Makkah dan Madinah. Dan apa yang disaksikan oleh Nabi , kaum Muhajir dan Anshar. Dan tempat sahalat, mimbar dan kuburan Nabi ”.

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang wajibnya mengikuti Ijma’ ulama dan perkara yang disepakati oleh para ulama, terkhusus ulama Mekah dan Madinah. Dan beliau menjelaskan beberapa peninggalan Nabi dan para sahabtnya di dua kota suci tersebut.

Nb: Diantara dalil hujjahnya ijma’, firman Allah ta’aalaa:

{وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا} [النساء: 115]

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [An-Nisaa':115]

Ø  Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ لَا يَجْمَعُ أُمَّتِي - أَوْ قَالَ: أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ﷺ - عَلَى ضَلَالَةٍ " [سنن الترمذي: صحيح]

"Sesungguhnya Allah tidak menyatukan umatku (atau umat Muhammad) di atas kesesatan". [Sunan Tirmidziy: Shahih]

A.    Hadits Jabir bin Abdillah As-Salamiy radhiyallahu 'anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7322 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ [بن أبي أويس]، حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ السَّلَمِيِّ: أَنَّ أَعْرَابِيًّا بَايَعَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ عَلَى الإِسْلاَمِ، فَأَصَابَ الأَعْرَابِيَّ وَعْكٌ بِالْمَدِينَةِ، فَجَاءَ الأَعْرَابِيُّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَقِلْنِي بَيْعَتِي، فَأَبَى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، ثُمَّ جَاءَهُ فَقَالَ: أَقِلْنِي بَيْعَتِي، فَأَبَى، ثُمَّ جَاءَهُ فَقَالَ: أَقِلْنِي بَيْعَتِي، فَأَبَى، فَخَرَجَ الأَعْرَابِيُّ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنَّمَا المَدِينَةُ كَالكِيرِ، تَنْفِي خَبَثَهَا، وَيَنْصَعُ طِيبُهَا»

Telah menceritakan kepada kami Ismail [bin Abi Uwais], ia berkata: TelYah menceritakan kepadaku Malik, dari Muhammad bin Al-Munkadir, dari Jabir bin Abdullah As-Salami, bahwa seorang Arab Badui berbaiat kepada Rasulullah untuk Islam, lantas si Arab Badui terkena demam di Madinah, sehingga ia menemui Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, tolong batalkanlah baiatku" namun Rasulullah enggan. Kemudian ia mendatangi beliau lagi dan berkata, "Tolong batalkanlah baiatku!" Namun Rasulullah tetap enggan. Kemudian ia datang lagi untuk kali ketiga dan berkata, "Tolong batalkanlah baiatku." Namun Rasulullah menolak, lantas Rasulullah bersabda, "Madinah itu bagaikan mesin tungku api, ia membersihkan karat-karat (besi) dan menyaring yang baik-baik saja."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Jabir bin Abdillah As-Salamiy Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Keistimewaan kota Madinah; Tidak ada yang enggang tinggal di dalamnya kecuali orang yang buruk.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَدْعُو الرَّجُلُ ابْنَ عَمِّهِ وَقَرِيبَهُ: هَلُمَّ إِلَى الرَّخَاءِ، هَلُمَّ إِلَى الرَّخَاءِ، وَالْمَدِينَةُ خَيْرٌ لَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَخْرُجُ مِنْهُمْ أَحَدٌ رَغْبَةً عَنْهَا إِلَّا أَخْلَفَ اللهُ فِيهَا خَيْرًا مِنْهُ، أَلَا إِنَّ الْمَدِينَةَ كَالْكِيرِ، تُخْرِجُ الْخَبِيثَ، لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَنْفِيَ الْمَدِينَةُ شِرَارَهَا، كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ " [صحيح مسلم]

"Akan datang pada orang-orang suatu masa dimana seseorang mengajak anak pamannya dan kerabatnya: Ayo kita ke tempat yang lebih menyenangkan, ayo kita ke tempat yang lebih menyenangkan! Padahal Madinah lebih baik bagi mereka seandainya mereka mengetahui. Demi Yang jiwaku di tangan-Nya, tidak keluar seorang dari mereka karena benci Madinah kecuali Allah akan menggantikan padanya lebih baik dari mereka, ketahuilah sesungguhnya Madinah seperti tungku api, mengeluarkan yang buruk, tidak akan datang hari kiamat sampai Madinah menghabiskan orang-oran yang buruk di dalamnya sebagaimana tungku api membersihkan kotorang besi". [Shahih Muslim]

Lihat: Keistimewaan kota Madinah

3.      Tidak boleh membiarkan seseorang murtad.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ} [البقرة: 217]

Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. [Al-Baqarah: 217]

Ø  Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ» [صحيح البخاري]

"Barangsiapa yang mengganti agamanya (keluar dari Islam) maka bunulah ia". [Sahih Bukhari]

B.     Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma pertama.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7323 - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ [التَّبُوْذَكِيُّ]، حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَاحِدِ [بن زياد العبدي]، حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ [بن عتبة]، قَالَ: حَدَّثَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كُنْتُ أُقْرِئُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ، فَلَمَّا كَانَ آخِرُ حَجَّةٍ حَجَّهَا عُمَرُ، فَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بِمِنًى: لَوْ شَهِدْتَ أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ أَتَاهُ رَجُلٌ قَالَ: إِنَّ فُلاَنًا يَقُولُ: لَوْ مَاتَ أَمِيرُ المُؤْمِنِينَ لَبَايَعْنَا فُلاَنًا، فَقَالَ عُمَرُ: «لَأَقُومَنَّ العَشِيَّةَ، فَأُحَذِّرَ هَؤُلاَءِ الرَّهْطَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ أَنْ يَغْصِبُوهُمْ»، قُلْتُ: لاَ تَفْعَلْ، فَإِنَّ المَوْسِمَ يَجْمَعُ رَعَاعَ النَّاسِ، يَغْلِبُونَ عَلَى مَجْلِسِكَ، فَأَخَافُ أَنْ لاَ يُنْزِلُوهَا عَلَى وَجْهِهَا، فَيُطِيرُ بِهَا كُلُّ مُطِيرٍ، فَأَمْهِلْ حَتَّى تَقْدَمَ المَدِينَةَ دَارَ الهِجْرَةِ وَدَارَ السُّنَّةِ، فَتَخْلُصَ بِأَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ مِنَ المُهَاجِرِينَ وَالأَنْصَارِ، فَيَحْفَظُوا مَقَالَتَكَ وَيُنْزِلُوهَا عَلَى وَجْهِهَا، فَقَالَ: «وَاللَّهِ لَأَقُومَنَّ بِهِ فِي أَوَّلِ مَقَامٍ أَقُومُهُ بِالْمَدِينَةِ»، قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فَقَدِمْنَا المَدِينَةَ، فَقَالَ: «إِنَّ اللَّهَ بَعَثَ مُحَمَّدًا ﷺ بِالحَقِّ، وَأَنْزَلَ عَلَيْهِ الكِتَابَ، فَكَانَ فِيمَا أُنْزِلَ آيَةُ الرَّجْمِ»

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail [At-Tabudzakiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid [bin Ziyad Al-'Abdiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhriy, dari Ubaidullah bin Abdullah [bin ‘Utbah], ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Ibnu Abbas radhiallahu'anhu, ia berkata, "Dahulu aku membacakan Abdurrahman bin Auf. Dikala Umar melakukan haji yang terakhir kalinya, Abdurrahman berkata di Mina, "Sekiranya saja engkau melihat Amirul Mukminin ketika didatangi seseorang yang berkata, si A berkata, 'Kalaulah Amirul Mukminin meninggal, niscaya aku berbaiat kepada si fulan dan si fulan." Lantas Umar berkata, "Niscaya sore ini aku berdiri memberi peringatan orang-orang yang ingin merebut wewenang mereka." Abdurrahman berkata, "Hai, jangan kau lakukan! Sebab musim haji ini menghimpun para pemimpin manusia yang memenuhi majelismu!" Maka aku khawatir jangan-jangan mereka tidak menggunakan saranmu sesuai tempatnya sehingga mereka tafsirkan tidak tepat sasaran, maka tangguhkan saja hingga Madinah menjadi tempat hijrah dan tempat sunnah, serta dipenuhi oleh sahabat-sahabat Rasulullah dari Muhajirin dan Anshar. Kemudian mereka menjaga saran-saranmu dan menafsirkannya sesuai tempatnya." Lantas Ibn Abbas berkata, "Demi Allah, sungguh aku berdiri bersamanya di awal-awal aku berdiri bersamanya di Madinah Munawwarah." Ibnu Abbas melanjutkan, "Lantas kami tiba di Madinah, dan ia katakan, "Allah telah mengutus Muhammad dengan membawa kebenaran dan menurunkan al Kitab bersamanya, yang diantara ayat yang diturunkan adalah ayat rajam."

Penjelasan singkat atsar ini:

1)      Biografi Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma.

Lihat: Keistimewaan Abdullah bin ‘Abbas

2)      Biografi Abdurahman bin ‘Auf radhiyallahu 'anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

3)      Biografi Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

4)      Imam Bukhari meriwayatkan hadits ini dengan matan yang lengkap pada kitab “Al-Hudud” (pidana).

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

كُنْتُ أُقْرِئُ رِجَالًا مِنَ المُهَاجِرِينَ، مِنْهُمْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ، فَبَيْنَمَا أَنَا فِي مَنْزِلِهِ بِمِنًى، وَهُوَ عِنْدَ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ، فِي آخِرِ حَجَّةٍ حَجَّهَا، إِذْ رَجَعَ إِلَيَّ عَبْدُ الرَّحْمَنِ فَقَالَ: لَوْ رَأَيْتَ رَجُلًا أَتَى أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ اليَوْمَ، فَقَالَ: يَا أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ، هَلْ لَكَ فِي فُلاَنٍ؟ يَقُولُ: لَوْ قَدْ مَاتَ عُمَرُ لَقَدْ بَايَعْتُ فُلاَنًا، فَوَاللَّهِ مَا كَانَتْ بَيْعَةُ أَبِي بَكْرٍ إِلَّا فَلْتَةً فَتَمَّتْ، فَغَضِبَ عُمَرُ، ثُمَّ قَالَ: إِنِّي إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَقَائِمٌ العَشِيَّةَ فِي النَّاسِ، فَمُحَذِّرُهُمْ هَؤُلاَءِ الَّذِينَ يُرِيدُونَ أَنْ يَغْصِبُوهُمْ أُمُورَهُمْ. قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ: فَقُلْتُ: يَا أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ لاَ تَفْعَلْ، فَإِنَّ المَوْسِمَ يَجْمَعُ رَعَاعَ النَّاسِ وَغَوْغَاءَهُمْ، فَإِنَّهُمْ هُمُ الَّذِينَ يَغْلِبُونَ عَلَى قُرْبِكَ حِينَ تَقُومُ فِي النَّاسِ، وَأَنَا أَخْشَى أَنْ تَقُومَ فَتَقُولَ مَقَالَةً يُطَيِّرُهَا عَنْكَ كُلُّ مُطَيِّرٍ، وَأَنْ لاَ يَعُوهَا، وَأَنْ لاَ يَضَعُوهَا عَلَى مَوَاضِعِهَا، فَأَمْهِلْ حَتَّى تَقْدَمَ المَدِينَةَ، فَإِنَّهَا دَارُ الهِجْرَةِ وَالسُّنَّةِ، فَتَخْلُصَ بِأَهْلِ الفِقْهِ وَأَشْرَافِ النَّاسِ، فَتَقُولَ مَا قُلْتَ مُتَمَكِّنًا، فَيَعِي أَهْلُ العِلْمِ مَقَالَتَكَ، وَيَضَعُونَهَا عَلَى مَوَاضِعِهَا. فَقَالَ عُمَرُ: أَمَا وَاللَّهِ - إِنْ شَاءَ اللَّهُ - لَأَقُومَنَّ بِذَلِكَ أَوَّلَ مَقَامٍ أَقُومُهُ بِالْمَدِينَةِ. قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فَقَدِمْنَا المَدِينَةَ فِي عُقْبِ ذِي الحَجَّةِ، فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ الجُمُعَةِ عَجَّلْتُ الرَّوَاحَ حِينَ زَاغَتِ الشَّمْسُ، حَتَّى أَجِدَ سَعِيدَ بْنَ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ جَالِسًا إِلَى رُكْنِ المِنْبَرِ، فَجَلَسْتُ حَوْلَهُ تَمَسُّ رُكْبَتِي رُكْبَتَهُ، فَلَمْ أَنْشَبْ أَنْ خَرَجَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ، فَلَمَّا رَأَيْتُهُ مُقْبِلًا، قُلْتُ لِسَعِيدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ: لَيَقُولَنَّ العَشِيَّةَ مَقَالَةً لَمْ يَقُلْهَا مُنْذُ اسْتُخْلِفَ، فَأَنْكَرَ عَلَيَّ وَقَالَ: مَا عَسَيْتَ أَنْ يَقُولَ مَا لَمْ يَقُلْ قَبْلَهُ، فَجَلَسَ عُمَرُ عَلَى المِنْبَرِ، فَلَمَّا سَكَتَ المُؤَذِّنُونَ قَامَ، فَأَثْنَى عَلَى اللَّهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي قَائِلٌ لَكُمْ مَقَالَةً قَدْ قُدِّرَ لِي أَنْ أَقُولَهَا، لاَ أَدْرِي لَعَلَّهَا بَيْنَ يَدَيْ أَجَلِي، فَمَنْ عَقَلَهَا وَوَعَاهَا فَلْيُحَدِّثْ بِهَا حَيْثُ انْتَهَتْ بِهِ رَاحِلَتُهُ، وَمَنْ خَشِيَ أَنْ لاَ يَعْقِلَهَا فَلاَ أُحِلُّ لِأَحَدٍ أَنْ يَكْذِبَ عَلَيَّ: إِنَّ اللَّهَ بَعَثَ مُحَمَّدًا ﷺ بِالحَقِّ، وَأَنْزَلَ عَلَيْهِ الكِتَابَ، فَكَانَ مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ آيَةُ الرَّجْمِ، فَقَرَأْنَاهَا وَعَقَلْنَاهَا وَوَعَيْنَاهَا، رَجَمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَرَجَمْنَا بَعْدَهُ، فَأَخْشَى إِنْ طَالَ بِالنَّاسِ زَمَانٌ أَنْ يَقُولَ قَائِلٌ: وَاللَّهِ مَا نَجِدُ آيَةَ الرَّجْمِ فِي كِتَابِ اللَّهِ، فَيَضِلُّوا بِتَرْكِ فَرِيضَةٍ أَنْزَلَهَا اللَّهُ، وَالرَّجْمُ فِي كِتَابِ اللَّهِ حَقٌّ عَلَى مَنْ زَنَى إِذَا أُحْصِنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ، إِذَا قَامَتِ البَيِّنَةُ، أَوْ كَانَ الحَبَلُ أَوِ الِاعْتِرَافُ، ثُمَّ إِنَّا كُنَّا نَقْرَأُ فِيمَا نَقْرَأُ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ: أَنْ لاَ تَرْغَبُوا عَنْ آبَائِكُمْ، فَإِنَّهُ كُفْرٌ بِكُمْ أَنْ تَرْغَبُوا عَنْ آبَائِكُمْ، أَوْ إِنَّ كُفْرًا بِكُمْ أَنْ تَرْغَبُوا عَنْ آبَائِكُمْ. أَلاَ ثُمَّ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: " لاَ تُطْرُونِي كَمَا أُطْرِيَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ، وَقُولُوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ " ثُمَّ إِنَّهُ بَلَغَنِي أَنَّ قَائِلًا مِنْكُمْ يَقُولُ: وَاللَّهِ لَوْ قَدْ مَاتَ عُمَرُ بَايَعْتُ فُلاَنًا، فَلاَ يَغْتَرَّنَّ امْرُؤٌ أَنْ يَقُولَ: إِنَّمَا كَانَتْ بَيْعَةُ أَبِي بَكْرٍ فَلْتَةً وَتَمَّتْ، أَلاَ وَإِنَّهَا قَدْ كَانَتْ كَذَلِكَ، وَلَكِنَّ اللَّهَ وَقَى شَرَّهَا، وَلَيْسَ مِنْكُمْ مَنْ تُقْطَعُ الأَعْنَاقُ إِلَيْهِ مِثْلُ أَبِي بَكْرٍ، مَنْ بَايَعَ رَجُلًا عَنْ غَيْرِ مَشُورَةٍ مِنَ المُسْلِمِينَ فَلاَ يُبَايَعُ هُوَ وَلاَ الَّذِي بَايَعَهُ، تَغِرَّةً أَنْ يُقْتَلاَ، وَإِنَّهُ قَدْ كَانَ مِنْ خَبَرِنَا حِينَ تَوَفَّى اللَّهُ نَبِيَّهُ ﷺ أَنَّ الأَنْصَارَ خَالَفُونَا، وَاجْتَمَعُوا بِأَسْرِهِمْ فِي سَقِيفَةِ بَنِي سَاعِدَةَ، وَخَالَفَ عَنَّا عَلِيٌّ وَالزُّبَيْرُ وَمَنْ مَعَهُمَا، وَاجْتَمَعَ المُهَاجِرُونَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ، فَقُلْتُ لِأَبِي بَكْرٍ: يَا أَبَا بَكْرٍ انْطَلِقْ بِنَا إِلَى إِخْوَانِنَا هَؤُلاَءِ مِنَ الأَنْصَارِ، فَانْطَلَقْنَا نُرِيدُهُمْ، فَلَمَّا دَنَوْنَا مِنْهُمْ، لَقِيَنَا مِنْهُمْ رَجُلاَنِ صَالِحَانِ، فَذَكَرَا مَا تَمَالَأَ عَلَيْهِ القَوْمُ، فَقَالاَ: أَيْنَ تُرِيدُونَ يَا مَعْشَرَ المُهَاجِرِينَ؟ فَقُلْنَا: نُرِيدُ إِخْوَانَنَا هَؤُلاَءِ مِنَ الأَنْصَارِ، فَقَالاَ: لاَ عَلَيْكُمْ أَنْ لاَ تَقْرَبُوهُمْ، اقْضُوا أَمْرَكُمْ، فَقُلْتُ: وَاللَّهِ لَنَأْتِيَنَّهُمْ، فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَاهُمْ فِي سَقِيفَةِ بَنِي سَاعِدَةَ، فَإِذَا رَجُلٌ مُزَمَّلٌ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِمْ، فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ فَقَالُوا: هَذَا سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ، فَقُلْتُ: مَا لَهُ؟ قَالُوا: يُوعَكُ، فَلَمَّا جَلَسْنَا قَلِيلًا تَشَهَّدَ خَطِيبُهُمْ، فَأَثْنَى عَلَى اللَّهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ، فَنَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ وَكَتِيبَةُ الإِسْلاَمِ، وَأَنْتُمْ مَعْشَرَ المُهَاجِرِينَ رَهْطٌ، وَقَدْ دَفَّتْ دَافَّةٌ مِنْ قَوْمِكُمْ، فَإِذَا هُمْ يُرِيدُونَ أَنْ يَخْتَزِلُونَا مِنْ أَصْلِنَا، وَأَنْ يَحْضُنُونَا مِنَ الأَمْرِ. فَلَمَّا سَكَتَ أَرَدْتُ أَنْ أَتَكَلَّمَ، وَكُنْتُ قَدْ زَوَّرْتُ مَقَالَةً أَعْجَبَتْنِي أُرِيدُ أَنْ أُقَدِّمَهَا بَيْنَ يَدَيْ أَبِي بَكْرٍ، وَكُنْتُ أُدَارِي مِنْهُ بَعْضَ الحَدِّ، فَلَمَّا أَرَدْتُ أَنْ أَتَكَلَّمَ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ: عَلَى رِسْلِكَ، فَكَرِهْتُ أَنْ أُغْضِبَهُ، فَتَكَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ فَكَانَ هُوَ أَحْلَمَ مِنِّي وَأَوْقَرَ، وَاللَّهِ مَا تَرَكَ مِنْ كَلِمَةٍ أَعْجَبَتْنِي فِي تَزْوِيرِي، إِلَّا قَالَ فِي بَدِيهَتِهِ مِثْلَهَا أَوْ أَفْضَلَ مِنْهَا حَتَّى سَكَتَ، فَقَالَ: مَا ذَكَرْتُمْ فِيكُمْ مِنْ خَيْرٍ فَأَنْتُمْ لَهُ أَهْلٌ، وَلَنْ يُعْرَفَ هَذَا الأَمْرُ إِلَّا لِهَذَا الحَيِّ مِنْ قُرَيْشٍ، هُمْ أَوْسَطُ العَرَبِ نَسَبًا وَدَارًا، وَقَدْ رَضِيتُ لَكُمْ أَحَدَ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ، فَبَايِعُوا أَيَّهُمَا شِئْتُمْ، فَأَخَذَ بِيَدِي وَبِيَدِ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ الجَرَّاحِ، وَهُوَ جَالِسٌ بَيْنَنَا، فَلَمْ أَكْرَهْ مِمَّا قَالَ غَيْرَهَا، كَانَ وَاللَّهِ أَنْ أُقَدَّمَ فَتُضْرَبَ عُنُقِي، لاَ يُقَرِّبُنِي ذَلِكَ مِنْ إِثْمٍ، أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَتَأَمَّرَ عَلَى قَوْمٍ فِيهِمْ أَبُو بَكْرٍ، اللَّهُمَّ إِلَّا أَنْ تُسَوِّلَ إِلَيَّ نَفْسِي عِنْدَ المَوْتِ شَيْئًا لاَ أَجِدُهُ الآنَ. فَقَالَ قَائِلٌ مِنَ الأَنْصَارِ: أَنَا جُذَيْلُهَا المُحَكَّكُ، وَعُذَيْقُهَا المُرَجَّبُ، مِنَّا أَمِيرٌ، وَمِنْكُمْ أَمِيرٌ، يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ. فَكَثُرَ اللَّغَطُ، وَارْتَفَعَتِ الأَصْوَاتُ، حَتَّى فَرِقْتُ مِنَ الِاخْتِلاَفِ، فَقُلْتُ: ابْسُطْ يَدَكَ يَا أَبَا بَكْرٍ، فَبَسَطَ يَدَهُ فَبَايَعْتُهُ، وَبَايَعَهُ المُهَاجِرُونَ ثُمَّ بَايَعَتْهُ الأَنْصَارُ. وَنَزَوْنَا عَلَى سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ، فَقَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ: قَتَلْتُمْ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ، فَقُلْتُ: قَتَلَ اللَّهُ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ، قَالَ عُمَرُ: وَإِنَّا وَاللَّهِ مَا وَجَدْنَا فِيمَا حَضَرْنَا مِنْ أَمْرٍ أَقْوَى مِنْ مُبَايَعَةِ أَبِي بَكْرٍ، خَشِينَا إِنْ فَارَقْنَا القَوْمَ وَلَمْ تَكُنْ بَيْعَةٌ: أَنْ يُبَايِعُوا رَجُلًا مِنْهُمْ بَعْدَنَا، فَإِمَّا بَايَعْنَاهُمْ عَلَى مَا لاَ نَرْضَى، وَإِمَّا نُخَالِفُهُمْ فَيَكُونُ فَسَادٌ، فَمَنْ بَايَعَ رَجُلًا عَلَى غَيْرِ مَشُورَةٍ مِنَ المُسْلِمِينَ، فَلاَ يُتَابَعُ هُوَ وَلاَ الَّذِي بَايَعَهُ، تَغِرَّةً أَنْ يُقْتَلاَ

aku menyampaikan petuah-petuah untuk beberapa orang Muhajirin yang diantara mereka adalah 'Abdurrahman bin Auf, ketika aku berada di persinggahannya di Mina dan dia bersama Umar bin Khattab, di akhir haji yang dilakukannya. Tiba-tiba Abdurrahman bin Auf kembali kepadaku dan mengatakan, 'sekiranya engkau melihat seseorang yang menemui amirul mukminin hari ini, orang itu mengatakan, 'Wahai amirul mukminin, apakah engkau sudah tahu berita si fulan yang mengatakan, 'sekiranya Umar telah meninggal, aku akan berbaiat kepada fulan, pembaiatan Abu Bakar ash Shiddiq tidak lain hanyalah sebuah kekeliruan dan sekarang telah berakhir.' Umar serta merta marah dan berujar, 'Sungguh sore nanti aku akan berdiri menghadapi orang-orang dan memperingatkan mereka, yaitu orang-orang yang hendak mengambil alih wewenang perkara-perkara mereka.' Abdurrahman berkata, maka aku berkata, 'Wahai amirul mukminin, jangan kau lakukan sekarang, sebab musim haji sekarang tengah menghimpun orang-orang jahil dan orang-orang bodoh, merekalah yang lebih dominan di dekatmu sehingga aku khawatir engkau menyampaikan sebuah petuah hingga para musafir yang suka menyebarkan berita burung yang menyebarluaskan berita, padahal mereka tidak jeli menerima berita dan tidak pula meletakkannya pada tempatnya, maka tangguhkanlah hingga engkau tiba di Madinah, sebab madinah adalah darul hijrah dan darus sunnah yang sarat dengan ahli fikih para pemuka manusia, sehingga engkau bisa menyampaikan petuah sesukamu secara leluasa dan ahlul ilmi memperhatikan petuah-petuahmu dan meletakkannya pada tempatnya.' Umar menjawab, 'Demi Allah, insya Allah akan aku lakukan hal itu diawal kebijakan yang kulakukan di Madinah.' Kata ibnu Abbas, Maka kami tiba di Madinah setelah bulan Zulhijah, begitu hari Jumat kami segera berangkat ketika matahari condong hingga kutemui Sa'id bin Zaid bin 'Amru bin Nufail yang duduk ke tiang mimbar, aku duduk di sekitarnya yang lututku menyentuh lututnya, tak lama aku menunggu hingga datanglah Umar bin Khattab, begitu aku melihat dia datang, saya katakan kepada Sa'id bin Zaid dan Amru bin Nufail, 'Sore ini sungguh Umar akan menyampaikan sebuah pesan yang belum pernah ia sampaikan sebelumnya semenjak dia diangkat menjadi khalifah,.' Namun Sa'id mengingkariku dengan mengatakan, 'Semoga kamu tidak kecela, Umar menyampaikan pidato yang belum pernah ia sampaikan sebelumnya.' Kemudian Umar duduk di atas mimbar. Ketika juru-juru pengumuman telah diam, Umar berdiri memanjatkan pujian yang semestinya bagi-Nya, kemudian dia berkata, 'Amma ba'du, saya sampaikan maklumat kepada kalian yang telah ditakdirkan bagiku untuk menyampaikannya, saya tidak tahu mungkin pidato ini adalah menjelang kematianku, maka barang siapa mencermatinya dan memperhatikannya dengan baik-baik, hendaklah ia menyampaikannya hingga ke tempat-tempat hewan tunggangannya pergi, dan barang siapa yang khawatir tidak bisa memahaminya, tidak aku halalkan kepada seorang pun untuk berdusta kepadaku. Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad dengan membawa kebenaran, dan telah Allah turunkan Al-Qur'an kepadanya, yang diantara yang Allah turunkan adalah ayat rajam sehingga bisa kita baca, kita pahami dan kita cermati, Rasulullah pernah melaksanakan hukum rajam, maka kita pun harus melakukan hukuman rajam sepeninggal beliau, aku sedemikian khawatir jika zaman sekian lama berlalu bagi manusia, ada seseorang yang berkata, 'Demi Allah, kami tidak menemukan ayat rajam dalam kitabullah, ' kemudian mereka tersesat dengan meninggalkan kewajiban yang Allah turunkan, padahal rajam menurut kitabullah adalah hak (benar) bagi orang yang berzina dan ia telah menikah baik laki-laki maupun perempuan dan bukti telah jelas, atau hamil atau ada pengakuan, kemudian kita juga membaca yang kita baca dari kitabullah, janganlah kalian membenci ayah-ayah kalian, sebab membenci ayah kalian adalah kekufuran -atau Umar mengatakan dengan redaksi, 'Sesungguhnya ada pada kalian kekufuran jika membenci ayah-ayah kalian- kemudian Rasulullah bersabda, "Janganlah kalian memujiku berlebihan sebagaimana Isa bin Maryam dipuji, katakanlah bahwa aku hanyalah hamba Allah dan rasul-Nya, " kemudian sampai berita kepadaku bahwa seseorang diantara kalian berkata, 'Sekiranya Umar telah meninggal maka aku akan berbaiat kepada fulan, janganlah seseorang tertipu dengan yang mengatakan, 'sesungguhnya pembaiatan Abu Bakar kebetulan dan sudah selesai,' ketahuilah, pembaiatan itu memang telah berlalu, namun Allah menjaga keburukannya, ketahuilah bahwa orang yang mempunyai kelebihan diantara kalian, yang tak mungkin terkejar kelebihannya, ia tak akan bisa menyamai kelebihan Abu Bakar, barang siapa berbaiat kepada seseorang tanpa musyawarah kaum muslimin, berarti ia tidak dianggap dibaiat begitu juga yang membaiatnya, yang demikian karena dikhawatirkan keduanya akan dibunuh. Diantara berita yang beresar di tengah kita adalah, ketika Allah mewafatkan Nabi ﷺ ﷺ, orang-orang Anshar menyelisihi kami dan mereka semua berkumpul di Saqifah bani Sa'idah, dan Ali serta Zubair menyelisihi kami serta siapa saja yang bersama keduanya, dan orang-orang Muhajirin berkumpul kepada Abu Bakar, maka aku katakan kepada Abu Bakar, 'Wahai Abu Bakar, mari kita temui kawan-kawan kita dari Anshar, ' maka kami berangkat untuk menemui mereka, tatkala kami telah mendekati mereka, dua orang shalih diantara mereka menemui kami dan mengutarakan kesepakatan orang-orang, keduanya berkata, 'Kalian mau kemana wahai orang-orang Muhajirin?' kami menjawab, 'Kami akan menemui ikhwan-ikhwan kami dari Anshar.' Keduanya berkata, 'Jangan, jangan kalian dekati mereka, putuskanlah urusan kalian.' namun aku katakan, 'Demi Allah, kami harus mendatangi mereka', maka kami pun berangkat hingga mendatangi mereka di Saqifah bani Sa'idah, ternyata di sana seorang laki-laki yang berselimut kain ditengah-tengah mereka, saya pun bertanya, 'Siapakah ini?' Mereka menjawab, 'Ini Sa'd bin Ubadah.' Saya bertanya, 'kenapa dengannya?' Mereka menjawab, 'Dia tengah sakit dan mengalami demam yang serius.' Tatkala kami duduk sebentar, juru pidato mereka bersaksi dan memanjatkan pujian kepada Allah dengan pujian yang semestinya bagi-Nya, kemudian mengatakan, "Amma ba'd. Kami adalah penolong-penolong Allah (ansharullah) dan laskar Islam, sedang kalian wahai segenap Muhajirin hanyalah sekelompok manusia biasa dan golongan minoritas dari bangsa kalian, namun anehnya tiba-tiba kalian ingin mencongkel wewenang kami dan menyingkirkan kami dari akar-akarnya." Tatkala juru pidato itu diam, aku ingin berbicara dan telah aku perindah sebuah ungkapan kata yang menjadikanku terkagum-kagum dan ingin aku ungkapkan di hadapan Abu Bakar, yang dalam beberapa batasan aku sekedar menyindirnya. Tatkala aku ingin bicara, Abu Bakar menegur, 'Sebentar!' Maka aku tidak suka jika niatku menjadikannya marah! Maka Abu Bakar berbicara yang dia lembut daripadaku dan lebih bersahaja. Demi Allah, tidaklah dia meninggalkan sebuah kata yang aku kagumi dalam susunan yang kubuat indah selain ia ucapkan dalam pidato dadakannya yang semisalnya atau bahkan lebih baik hingga dia diam. Kemudian dia mengatakan, 'Kebaikan yang kalian sebut-sebutkan memang kalian penyandangnya dan sesungguhnya masalah kekhilafahan ini tidak diperuntukkan selain untuk penduduk Quraisy ini yang mereka adalah pertengahan dikalangan bangsa Arab yang nasab dan keluarganya, dan aku telah meridhai salah satu dari dua orang ini untuk kalian, maka baiatlah salah seorang diantara keduanya yang kalian kehendaki.' Kemudian Abu Bakar menggandeng tanganku dan tangan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, dan dia duduk ditengah-tengah kami. Dan tidak ada yang aku benci dari perkataannya selainnya. Demi Allah, kalaulah saya digiring kemudian leherku dipenggal dan itu tidak mendekatkan diriku kepada dosa, itu lebih aku sukai daripada aku memimpin suatu kaum padahal di sana masih ada Abu Bakar ash Shiddiq, Ya Allah, kalaulah bukan karena jiwaku membujukku terhadap sesuatu pada saat kematian yang tidak aku dapatkan sekarang, rupanya ada seorang berujar, 'Aku adalah kepercayaan Anshar, berpengalaman, cerdas dan tetua yang dihormati, kami punya amir dan kalian juga punya amir tersendiri, wahai segenap Quraisy!' Spontan kegaduhan terjadi seru, suara sangat membisingkan, hingga aku memisahkan diri dari perselisihan dan kukatakan, "Julurkan tanganmu hai Abu Bakar!' Lantas Abu Bakar menjulurkan tangannya, dan aku berbaiat kepadanya, dan orang-orang muhajirinpun secara bergilir berbaiat, kemudian orang Anshar juga berbaiat kepadanya, lantas kami melompat kearah Sa'd bin Ubadah sehingga salah seorang diantara mereka berujar, 'Kalian telah membunuh Sa'd bin Ubadah?' Kujawab 'Allah yang membunuh Sa'ad bin Ubadah.' Umar melanjutkan, 'Demi Allah, tidaklah kami dapatkan urusan yang kami temui yang jauh lebih kuat daripada pembaiatan Abu Bakar, kami sangat khawatir jika kami tinggalkan suatu kaum sedang mereka belum ada baiat, kemudian mereka membaiat seseorang sepeninggal kami sehingga kami membaiat mereka di atas suatu hal yang tidak kami ridhai, atau kita menyelisihi mereka sehingga terjadi kerusakan, maka barang siapa yang membaiat seseorang dengan tanpa musyawarah kaum muslimin, janganlah diikuti, begitu juga orang yang di baiatnya, karena dikhawatirkan keduanya terbunuh.' [Shahih Bukhari]

5)      Madinah tempat hijrah dan sunnah Nabi .

6)      Kesepakatan sahabat adalah hujjah, karena mereka menyaksikan turunnya wahyu.

Abdullah bin Mas 'ud radhiyallahu 'anhu berkata:

«إِنَّ اللَّهَ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ، فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ ﷺ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ، فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ، فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ، فَوَجَدَ قُلُوبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ، فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ، يُقَاتِلُونَ عَلَى دِينِهِ، فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُونَ حَسَنًا، فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ حَسَنٌ، وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ سَيِّئٌ» [مسند أحمد: حسن]

"Sesungguhnya Allah melihat hati para hamba, lalu Dia mendapati hati Muhammad sebagai sebaik-baik hati para hamba, lalu memilihnya untuk diri-Nya, Dia juga mengutsnya dengan risalah kemudian Dia melihat pada hati para hamba setelah hati Muhammad, maka Dia mendapati hati para sahabat sebagai sebaik-baik hati para hamba, lalu menjadikan mereka sebagai pembantu Nabi-Nya, berperang membela agamanya. Maka apa yang dilihat oleh kaum muslimin satu kebaikan, maka di sisi Allah adalah baik dan apa yang mereka pandang buruk, maka di sisi Allah juga buruk". [Musnad Ahmad: Hasan]

7)      Adapun kesepakatan penduduk Madinah hujjah jika tidak menyelisihi dalil yang lebih kuat.

8)      Tidak berbicara tentang sesuatu yang bisa menimbulkan fitnah di tengah manusia.

9)      Tidak sembarangan menyampaikan seseuatu kepada orang awam.

Lihat: Kitab Ilmu bab 48 dan 49; Memilih ilmu yang akan diamalkan dan disampaikan

10)  Ayat tentang rajam sudah dinasakh bacaannya tapi hukumnya tetap berlaku.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata:

لَقَدْ خَشِيتُ أَنْ يَطُولَ بِالنَّاسِ زَمَانٌ حَتَّى يَقُولَ قَائِلٌ: مَا أَجِدُ الرَّجْمَ فِي كِتَابِ اللَّهِ، فَيَضِلُّوا بِتَرْكِ فَرِيضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ، أَلَا وَإِنَّ الرَّجْمَ حَقٌّ، إِذَا أُحْصِنَ الرَّجُلُ وَقَامَتِ الْبَيِّنَةُ، أَوْ كَانَ حَمْلٌ أَوِ اعْتِرَافٌ، وَقَدْ قَرَأْتُهَا الشَّيْخُ وَالشَّيْخَةُ إِذَا زَنَيَا فَارْجُمُوهُمَا الْبَتَّةَ «رَجَمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَرَجَمْنَا بَعْدَهُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Aku khawatir setelah lama masa berlalu, hingga seseorang berkata, "Tidak aku temukan hukum rajam di dalam kitabullah (Al-Qur'an), hingga mereka akan sesat karena meninggalkan salah satu dari syari'at Allah. Ingatlah! Sesungguhnya hukum rajam benar adanya. Apabila terjadi zina lalu ada saksi atau wanita yang bersangkutan hamil, atau ada pengakuan, maka aku membaca, "Laki-laki dan wanita dewasa apabila keduanya berzina, maka benar-benar rajamlah mereka." Rasulullah melakukan hukum rajam dan kami pun melaksanakannya sepeninggal beliau." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

«لَقَدْ نَزَلَتْ آيَةُ الرَّجْمِ، وَرَضَاعَةُ الْكَبِيرِ عَشْرًا، وَلَقَدْ كَانَ فِي صَحِيفَةٍ تَحْتَ سَرِيرِي، فَلَمَّا مَاتَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَتَشَاغَلْنَا بِمَوْتِهِ، دَخَلَ دَاجِنٌ فَأَكَلَهَا» [سنن ابن ماجه: حسن]

"Telah turun ayat berkenaan hukum rajam, dan ayat persusuan orang yang telah dewasa itu sebanyak sepuluh kali. Lembaran ayat itu ada di bawah kasurku, ketika Rasulullah wafat kami tersibukkan dengan jasad beliau hingga burung-burung masuk dan memakannya." ." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

C.     Atsar Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7324 - حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ [بن زيد]، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ مُحَمَّدٍ [بن سيرين]، قَالَ: كُنَّا عِنْدَ أَبِي هُرَيْرَةَ وَعَلَيْهِ ثَوْبَانِ مُمَشَّقَانِ مِنْ كَتَّانٍ، فَتَمَخَّطَ، فَقَالَ: «بَخْ بَخْ، أَبُو هُرَيْرَةَ يَتَمَخَّطُ فِي الكَتَّانِ، لَقَدْ رَأَيْتُنِي وَإِنِّي لَأَخِرُّ فِيمَا بَيْنَ مِنْبَرِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ إِلَى حُجْرَةِ عَائِشَةَ مَغْشِيًّا عَلَيَّ، فَيَجِيءُ الجَائِي فَيَضَعْ رِجْلَهُ عَلَى عُنُقِي، وَيُرَى أَنِّي مَجْنُونٌ، وَمَا بِي مِنْ جُنُونٍ مَا بِي إِلَّا الجُوعُ»

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammad [bin Zayd], dari Ayyub, dari Muhammad [bin Sirin] berkata, "Pernah kami berada di sisi Abu Hurairah yang saat itu mengenakan dua kain wol yang berwarna merah, kemudian ia mengeluarkan air dari hidungnya (istintsar) dan berkata: "Bakh..bakh (ungkapan karena senang), Abu Hurairah mengeluarkan air dari hidunya dengan berbajukan kain wol? Padahal aku pernah tersungkur antara mimbar Rasulullah hingga kamar Aisyah dengan setengah pingsan, lantas ada seseorang datang dan meletakkan kakinya di tengkuknya, terlihat aku seolah-olah gila, padahal aku tidak gila, hanya karena aku sangat kelaparan."

Penjelasan singkat atsar ini:

1.      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.

Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya

2.      Kesabaran Abu Hurairah menimba ilmu.

Lihat: Semangat Salaf menimba ilmu

3.      Kesabaran dan semangat mengantar kepada kesuksesan atas izin Allah.

Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhuma-; Nabi bersabda:

«اعْلَمْ أَنَّ فِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيرًا، وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْر، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا»

"Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran terhadap hal yang engkau benci terdapat banyak kebaikan. Bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan." [Musnad Ahmad: Shahih]

D.    Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma kedua.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7325 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ [الثوري]، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَابِسٍ، قَالَ: سُئِلَ ابْنُ عَبَّاسٍ: أَشَهِدْتَ العِيدَ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَلَوْلاَ مَنْزِلَتِي مِنْهُ، مَا شَهِدْتُهُ مِنَ الصِّغَرِ، فَأَتَى العَلَمَ الَّذِي عِنْدَ دَارِ كَثِيرِ بْنِ الصَّلْتِ، فَصَلَّى، ثُمَّ خَطَبَ وَلَمْ يَذْكُرْ أَذَانًا وَلاَ إِقَامَةً، ثُمَّ أَمَرَ بِالصَّدَقَةِ» فَجَعَلَ النِّسَاءُ يُشِرْنَ إِلَى آذَانِهِنَّ وَحُلُوقِهِنَّ، فَأَمَرَ بِلاَلًا فَأَتَاهُنَّ، ثُمَّ رَجَعَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ»

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Sufyan [Ats-Tsauriy], dari Abdurrahman bin Abis berkata, "Ibnu Abbas pernah ditanya 'Apakah engkau pernah menghadiri salat 'ied bersama Rasulullah ?' ia menjawab, 'Benar, kalaulah bukan karena kedudukanku di sisi beliau, sungguh aku tak mungkin bisa menghadirinya semenjak kecil. Beliau mendatangi 'alam (tanda batas salat) di perkampungan Katsir bin Shalt, kemudian beliau salat, lalu berkhotbah." -Ibnu Abbas tidak menyebut-nyebut azan dan tidak pula iqamat- Kemudian beliau perintahkan untuk bersedekah, sehingga para wanita melepaskan anting-anting yang berada di telinga mereka dan kalung yang berada di leher mereka, sementara Bilal mendatangi mereka untuk mengambil barang-barang itu, kemudian ia kembali menemui Nabi ."

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada Kitab Ilmu bab 32; Nasehat imam kepada wanita dan pengajaran kepada mereka

E.     Hadits Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma pertama.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7326 - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ [الفضل بن دُكين]، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [الثوري]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: «أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَأْتِي قُبَاءً مَاشِيًا وَرَاكِبًا»

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim [Al-Fadhl bin Dukain], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan [Ats-Tsauriy], dari Abdullah bin Dinar, dari Ibn Umar radhiallahu'anhuma, bahwa Nabi pernah mendatangi Quba dengan berjalan kaki dan berkendaraan."

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Biografi Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2)      Keutamaan masjid Quba’.

Dari Sahl bin Hunaif radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ أَتَى مَسْجِدَ قُبَاءَ، فَصَلَّى فِيهِ صَلَاةً، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ عُمْرَةٍ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

“Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian mendatangi mesjid Qubaa’ kemudian salat di dalamnya, maka ia mendapat pahala seperti pahala umrah”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

F.     Atsar Aisyah radhiyallahu 'anha.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7327 - حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ [حماد بن أسامة الكوفي]، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ: «ادْفِنِّي مَعَ صَوَاحِبِي، وَلاَ تَدْفِنِّي مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي البَيْتِ، فَإِنِّي أَكْرَهُ أَنْ أُزَكَّى»

Telah menceritakan kepada kami 'Ubaid bin Ismail, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah [Hammad bin Usamah Al-Kufiy], dari Hisyam, dari ayahnya dari 'Aisyah berkata kepada Abdullah bin Zubair, "Kuburkanlah aku bersama-sama sahabatku (para istri Nabi), dan jangan kuburkan aku bersama Nabi di rumah, sebab aku tidak suka dipuji."

7328 - وَعَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ عُمَرَ أَرْسَلَ إِلَى عَائِشَةَ: ائْذَنِي لِي أَنْ أُدْفَنَ مَعَ صَاحِبَيَّ، فَقَالَتْ: «إِي وَاللَّهِ»، قَالَ: وَكَانَ الرَّجُلُ إِذَا أَرْسَلَ إِلَيْهَا مِنَ الصَّحَابَةِ، قَالَتْ: «لاَ وَاللَّهِ، لاَ أُوثِرُهُمْ بِأَحَدٍ أَبَدًا»

Dan (masih dari jalur periwayatan yang sama dengan hadits sebelumnya) dari Hisyam, dari Ayahnya, bahwa Umar pernah mengutus utusan kepada 'Aisyah yang isinya, "Berilah aku izin agar aku dikuburkan bersama dua sahabatku (Nabi dan Abu Bakar)! Maka Aisyah menjawab: Iya, demi Allah! Urwah berkata: Padahal hari-hari sebelumnya jika ada sahabat laki-laki yang mengutus utusan kepada Aisyah (agar dikuburkan bersama nabi atau Abu Bakar), 'Aisyah selalu menjawab "Tidak, demi Allah, selamanya aku sama sekali tidak akan memberi kesempatan kepada seorangpun."

Penjelasan singkat atsar ini:

1.      Biografi Aisyah radhiyallahu 'anha.

Lihat: Aisyah binti Abi Bakr dan keistimewaannya

2.      Kerendahan hati Aisyah.

3.      Keistimewaan Umar bin Khatahab radhiyallahu 'anhu.

Lihat: Keistimewaan Umar bin Khathab

G.    Hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu pertama.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7329 - حَدَّثَنَا أَيُّوبُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بِلاَلٍ، عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ، قَالَ ابْنُ شِهَابٍ: أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ: «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كَانَ يُصَلِّي العَصْرَ، فَيَأْتِي العَوَالِيَ وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ»

Telah menceritakan kepada kami Ayyub bin Sulaiman, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Uwais, dari Sulaiman bin Bilal, dari Shalih bin Kisan, Ibnu Syihab berkata, Anas bin Malik mengabarkan kepadaku, bahwasanya Rasulullah salat Ashar, (selesai salat) beliau mendatangi 'Awali sementara matahari masih meninggi."

وَزَادَ اللَّيْثُ، عَنْ يُونُسَ [بن يزيد الأيلي؛ أخبرني ابن شهاب، عن أنس]: "وَبُعْدُ العَوَالِيَ أَرْبَعَةُ أَمْيَالٍ أَوْ ثَلاَثَةٌ"

Dan Al-Laits menambahkan dari Yunus [bin Yazid Al-Aiyliy, ia berkata: Ibnu Syihab mengabarkan kepadaku, dari Anas]: 'dan jarak 'Awali adalah empat atau tiga mil.'

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Biografi Anas radhiyallahu 'anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2)      Menyegerakan pelaksanaan shalat Ashar.

Lihat: Keutamaan shalat ashar

H.    Hadits As-Saib bin Yazid radhiyallahu ‘anhuma pertama.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7330 - حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ زُرَارَةَ، حَدَّثَنَا القَاسِمُ بْنُ مَالِكٍ، عَنِ الجُعَيْدِ [بن عبد الرحمن]، سَمِعْتُ السَّائِبَ بْنَ يَزِيدَ، يَقُولُ: «كَانَ الصَّاعُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ ﷺ مُدًّا وَثُلُثًا بِمُدِّكُمُ اليَوْمَ، وَقَدْ زِيدَ فِيهِ»

Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Zurarah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Qasim bin Malik, dari Al-Ju'aid [bin Abdirrahman], ia berkata: Aku mendengar As-Saib bin Yazid berkata, "Satu sha' di zaman Nabi hanya satu mud lebih sepertiga jika menggunakan mud kalian hari ini, karena mud kalian telah ditambahi (oleh Umar bin Abdil ‘Aziz)."

سَمِعَ القَاسِمُ بْنُ مَالِكٍ الجُعَيْدَ

Al-Qasim bin Malik mendengar dari Al-Ju'aid.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi As-Saib bin Yazid bin Sa’id radhiyallahu ‘anhuma.

Ia menunaikan haji bersama Nabi saat berumur 7 tahun, ia dipekerjakan oleh Umar untuk mengurus pasar Madinah. Wafat tahun 91 hijriyah, dan menjadi sahabat terakhir yang wafat di Madinah.

2.      Ukuran satu sha’.

1 sha’ adalah 4 mud, dan 1 mud takaran memenuhi kedua telapak tangan. Untuk ukuran kilogram sekitar 2,5 atau 2,7 kg.

I.       Hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu kedua.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7331 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ، قَالَ: «اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِي مِكْيَالِهِمْ، وَبَارِكْ لَهُمْ فِي صَاعِهِمْ وَمُدِّهِمْ» يَعْنِي أَهْلَ المَدِينَةِ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah pernah memanjatkan doa, "Ya Allah, berilah barakah bagi mereka dalam takaran mereka, juga berkahilah mereka dalam sha' dan mud mereka, " maksudnya bagi penduduk Madinah."

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Anjuran mendo’akan kebaikan untuk negri.

Lihat: Do'a Nabi Ibrahim -'alaihissalam- untuk negri

2)      Meminta keberkahan pada rezki.

3)      Boleh berdo’a meminta kenikmatan dunia kepada Allah ta’alaa.

Lihat: Keutamaan berdo'a

J.       Hadits Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma kedua.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7332 - حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ المُنْذِرِ، حَدَّثَنَا أَبُو ضَمْرَةَ [أنس بن عياض]، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ «أَنَّ اليَهُودَ جَاءُوا إِلَى النَّبِيِّ ﷺ بِرَجُلٍ وَامْرَأَةٍ زَنَيَا، فَأَمَرَ بِهِمَا فَرُجِمَا، قَرِيبًا مِنْ حَيْثُ تُوضَعُ الجَنَائِزُ عِنْدَ المَسْجِدِ»

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Al-Mundzir, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Dlamrah [Anas bin ‘Iyadh], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Uqbah, dari Nafi', dari Ibnu Umar; “Kaum Yahudi mendatangi Nabi dengan membawa seorang laki-laki dan wanita yang berzina, Nabi memberi instruksi (agar mereka dirajam), dan akhirnya keduanya pun dirajam dekat tempat meletakkan jenazah di masjid."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Hukum rajam ada pada kitab suci sebelumnya.

2.      Penguasa muslim boleh merajam ahli kitab yang berzina.

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu'anhuma:

أَنَّ اليَهُودَ جَاءُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، فَذَكَرُوا لَهُ أَنَّ رَجُلًا مِنْهُمْ وَامْرَأَةً زَنَيَا، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَا تَجِدُونَ فِي التَّوْرَاةِ فِي شَأْنِ الرَّجْمِ». فَقَالُوا: نَفْضَحُهُمْ وَيُجْلَدُونَ، فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلاَمٍ: كَذَبْتُمْ إِنَّ فِيهَا الرَّجْمَ فَأَتَوْا بِالتَّوْرَاةِ فَنَشَرُوهَا، فَوَضَعَ أَحَدُهُمْ يَدَهُ عَلَى آيَةِ الرَّجْمِ، فَقَرَأَ مَا قَبْلَهَا وَمَا بَعْدَهَا، فَقَالَ لَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلاَمٍ: ارْفَعْ يَدَكَ، فَرَفَعَ يَدَهُ فَإِذَا فِيهَا آيَةُ الرَّجْمِ، فَقَالُوا: صَدَقَ يَا مُحَمَّدُ، فِيهَا آيَةُ الرَّجْمِ، فَأَمَرَ بِهِمَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَرُجِمَا " [صحيح البخاري ومسلم]

Bahwasanya ia menuturkan; orang-orang Yahudi mendatangi Rasulullah dan mengisahkan bahwa ada seorang laki-laki dari mereka dan seorang wanita melakukan perzinaan. Rasulullah bertanya, "Bagaimana yang kalian dapatkan dalam Taurat tentang hukuman rajam?" Mereka menjawab, 'Kami sekedar membongkar kejahatannya di depan umum dan mereka didera.' Serta merta Abdullah bin Salam berdiri dan mengatakan, 'Kalian semua bohong, dalam (Taurat) ada hukuman rajam.' Maka mereka membawa Taurat dan membagikannya diantara hadirin. Salah seorang diantara mereka berusaha menutup-nutupi ayat rajam dengan tangannya sehingga ia baca sebelum dan sesudahnya. Dengan tegas Abdullah bin Salam menegur, 'angkat tanganmu!' Ia pun mengangkat tangannya. Ternyata di sana terdapat ayat hukum rajam. Mereka menjawab, 'Benar engkau Ya Muhammad, sungguh dalam isinya terdapat hukum rajam!' Maka Rasulullah memerintahkan keduanya untuk dirajam, dan diberlakukanlah hukuman tersebut. [Shahih Bukhari dan Muslim]

3.      Hukum rajam dilakukan di tempat umum disaksikan oleh manusia.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ} [النور: 2]

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. [An-Nuur: 2]

K.     Hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu ketiga.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7333 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ عَمْرٍو [بن أبي عمرو] مَوْلَى المُطَّلِبِ [بن حَنْطَب]، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ طَلَعَ لَهُ أُحُدٌ، فَقَالَ: «هَذَا جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ، اللَّهُمَّ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ، وَإِنِّي أُحَرِّمُ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا»

Telah menceritakan kepada kami Ismail, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Malik, dari 'Amru [bin Abi ‘Amr] mantan budak Al-Muththalib [bin Hanthab], dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu, terlihat oleh Rasulullah gunung Uhud, lantas beliau bersabda, "Inilah gunung yang mencintai kami dan kami mencintainya. Ya Allah, sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan Makkah dan aku sekarang mengharamkan apa yang di antara dua tanah bebatuan hitamnya (Madinah)."

تَابَعَهُ سَهْلٌ [بن سعد الساعدي]، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ فِي أُحُدٍ

Hadits ini dikuatkan oleh Sahl [bin Sa’ad As-Sa’idiy], dari Nabi tentang Uhud."

Nb: Hadits Sahl diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam “Ash-Shahih” kitab Zakat bab “Kharshi Tsamar”; secara mu’allaq setelah menyebutkan hadits Abu Humaid, beliau berkata:

وَقَالَ سُلَيْمَانُ [بن بلال]: عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ، عَنْ عَبَّاسٍ [بن سهل الساعدي]، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «أُحُدٌ جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ»

Dan Sulaiman [bin Bilal] berkata: Dari Sa’d bin Sa’id, dari ‘Umarah bin Gaziyah, dari ‘Abbas [bin Sahl As-Sa’idiy], dari Bapaknya, dari Nabi bersabda: Uhud adalah gunung yang mencintai kita dan kita mencintainya".

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Keutamaan gunung Uhud.

Dari Abu Humaid As-Sa'idiy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"هَذِهِ طَابَةُ، وَهَذَا أُحُدٌ، جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Ini adalah Thaabah (Madinah), dan ini adalah Uhud, gunung yang mencintai kita dan kita mencintainya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

2)      Kota Madinah adalah kota suci.

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"المَدِينَةُ حَرَمٌ مَا بَيْنَ عَيْرٍ إِلَى ثَوْرٍ، فَمَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا، أَوْ آوَى مُحْدِثًا، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ يَوْمَ القِيَامَةِ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ" [صحيح البخاري ومسلم]

"Madinah adalah kota haram antara gunung 'Ayr dan gunung Tsaur, maka barangsiapa yang membuat maksiat di dalamnya atau membela pelaku maksiat maka ia berhak mendapat laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia, tidak diterima darinya taubat dan tebusan (atau ibadah sunnah dan wajibnya)". [Shahih Muslim]

L.      Hadits Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy radhiyallahu 'anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7334 - حَدَّثَنَا [سعيد] ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ [مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّفٍ]، حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ [سلمة بن دينار]، عَنْ سَهْلٍ: «أَنَّهُ كَانَ بَيْنَ جِدَارِ المَسْجِدِ مِمَّا يَلِي القِبْلَةَ وَبَيْنَ المِنْبَرِ مَمَرُّ الشَّاةِ»

Telah menceritakan kepada kami [Sa’id] Ibnu Abu Maryam, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Ghassan [Muhammad bin Muthorrif], ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Abu Hazim [Salamah bin Dinar], dari Sahl; Bahwa jarak antara dinding masjid yang menghadap kiblat dan mimbar selebar tempat kambing bisa lewat."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy radhiyallahu 'anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Sangat detail para sahabat menggambarkan kondisi kota Madinah di masa Nabi .

Dalam riwayat lain; Sahl bin Sa’ad radhiyallahu 'anhuma berkata:

«كَانَ بَيْنَ مُصَلَّى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَبَيْنَ الجِدَارِ مَمَرُّ الشَّاةِ» [صحيح البخاري]

"Jarak antara tempat salat Rasulullah dengan dinding (pembatas) adalah selebar untuk jalan kambing." [Shahih Bukhari]

M.  Hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7335 - حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ [الفلاس]، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الجَنَّةِ، وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي»

Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Ali [Al-Fallas], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Malik, dari Khubaib bin Abdurrahman, dari Hafs bin 'Ashim, dari Abu Hurairah mengatakan, "Rasulullah bersabda, "Antara rumahku dan mimbarku ada taman dari taman-taman surga, dan mimbarku di atas telagaku."

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada Kitab Ar-Riqaq, bab 53; Tentang Al-Haudh (telaga)

N.    Hadits Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu ketiga.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7336 - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا جُوَيْرِيَةُ [بن أسماء البصري]، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ «سَابَقَ النَّبِيُّ ﷺ بَيْنَ الخَيْلِ، فَأُرْسِلَتِ الَّتِي ضُمِّرَتْ مِنْهَا، وَأَمَدُهَا إِلَى الحَفْيَاءِ إِلَى ثَنِيَّةِ الوَدَاعِ، وَالَّتِي لَمْ تُضَمَّرْ أَمَدُهَا ثَنِيَّةُ الوَدَاعِ إِلَى مَسْجِدِ بَنِي زُرَيْقٍ» وَأَنَّ عَبْدَ اللَّهِ كَانَ فِيمَنْ سَابَقَ

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Juwairiyah [bin Asmaa' Al-Bashriy], dari Nafi', dari 'Abdullah berkata, "Pernah Nabi melombakan antara dua kuda, kuda yang memang khusus untuk pacuan dilepas dari Haifa hingga Tsaniyyatul wada', sedang kuda biasa (tak dipersiapkan untuk pacuan) dilepas dari Tsaniyatul wada' hingga masjid bani Zuraiq, dan Abdullah di antara mereka yang ikut pacuan."

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Sunnah pacuan kuda.

Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:

«سَبَّقَ النَّبِيُّ ﷺ بَيْنَ الْخَيْلِ، وَأَعْطَى السَّابِقَ» [مسند أحمد: صححه الألباني]

“Pernah Nabi memperlombakan antara kuda-kuda kemudian memberikan (hadiah) bagi yang terdepan”. [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَا سَبَقَ إِلَّا فِي خُفٍّ أَوْ فِي حَافِرٍ أَوْ نَصْلٍ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Tidak ada perlombaan kecuali dalam hewan yang bertapak kaki (onta), yang berkuku (kuda), serta memanah." [Sunan Abi Daud: Shahih]

2)      Anjuran belajar menunggangi kuda.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«كُلُّ شَيْءٍ لَيْسَ فِيهِ ذِكْرُ اللهِ فَهُوَ لَهْوٌ وَلَعِبٌ إِلَّا أَرْبَعَ: مُلَاعَبَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ، وَتَأْدِيبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ، وَمَشْيُهُ بَيْنَ الْغَرَضَيْنِ، وَتَعْلِيمُ الرَّجُلِ السَّبَّاحَةَ» [السنن الكبرى للنسائي: صححه الألباني]

“Segala sesuatu yang tidak dibarengi dengan dzikir kepada Allah maka itu adalah sendau gurau dan permainan saja kecuali empat: Suami mencandai istrinya, seseorang yang melatih kudanya, berjalan diantara dua tujuan, dan seseorang belajar berenang”. [As-Sunan Al-Kubra karya An-Nasa’iy: Shahih]

3)      Keutamaan hewan kuda.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ} [الأنفال: 60]

Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu. [Al-Anfal: 60]

{وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا (1) فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا (2) فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا (3) فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا (4) فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا } [العاديات: 1 - 5]

Demi kuda perang yang berlari kencang terengah-engah, dan kuda yang memercikkan bunga api (dengan pukulan kuku kakinya), dan kuda yang menyerang (dengan tiba-tiba) pada waktu pagi, sehingga menerbangkan debu, lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. [Al-'Adiyat: 1-5]

Ø  Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«الخَيْلُ فِي نَوَاصِيهَا الخَيْرُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Pada ubun-ubun kuda ada kebaikan sampai hari kiamat". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Hadits Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma keempat.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7337 - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ [بن سعيد]، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، (ح) وحَدَّثَنِي إِسْحَاقُ [بن راهويه]، أَخْبَرَنَا عِيسَى [بن يونس]، وَ[عبد الله] ابْنُ إِدْرِيسَ، وَ[يحيى بن عبد الملك بن حُميد] ابْنُ أَبِي غَنِيَّةَ، عَنْ أَبِي حَيَّانَ [يحيى بن سعيد بن حيان]، عَنِ [عامر] الشَّعْبِيِّ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: «سَمِعْتُ عُمَرَ عَلَى مِنْبَرِ النَّبِيِّ ﷺ»

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah [bin Sa'id], dari Laits, dari Nafi', dari Ibn Umar. (dalam jalur lain disebutkan) telah menceritakan kepadaku Ishaq [bin Rahawaiy], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Isa [bin Yunus, [Abdullah] Ibnu Idris, dan [Yahya bin Abdil Malik bin Humaid] Ibnu Abu Ghaniyah, dari Abu Hayyan [Yahya bin Sa’id bin Hayyan], dari [Amir] Asy-Sya'biy, dari Ibn Umar radhiallahu'anhuma, ia berkata, "Aku mendengar Umar di atas mimbar Nabi ."

O.   Hadits As-Saib bin Yazid radhiyallahu 'anhu kedua.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7338 - حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ [الحكم بن نافع البهراني]، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ [بن أبي حمزة: دينار القرشي]، عَنِ الزُّهْرِيِّ، أَخْبَرَنِي السَّائِبُ بْنُ يَزِيدَ، «سَمِعَ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ خَطَبَنَا عَلَى مِنْبَرِ النَّبِيِّ ﷺ»

Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman [Al-Hakam bin Nafi' Al-Bahraniy], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib [bin Abi Hamzah Dinar Al-Qurasyiy], dari Az-Zuhriy, ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku As-Saib bin Yazid; Ia mendengar Utsman bin Affan berpidato kepada kami di atas mimbar Nabi ."

Penjelasan singkat dua hadits di atas:

1.      Sunnah berkhutbah di atas mimbar.

Dalam riwayat lain, Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:

سَمِعْتُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى مِنْبَرِ النَّبِيِّ ﷺ يَقُولُ: " أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهُ نَزَلَ تَحْرِيمُ الخَمْرِ، وَهْيَ مِنْ خَمْسَةٍ مِنْ: العِنَبِ وَالتَّمْرِ وَالعَسَلِ وَالحِنْطَةِ وَالشَّعِيرِ، وَالخَمْرُ مَا خَامَرَ العَقْلَ " [صحيح البخاري]

Aku mendengar 'Umar radhiallahu'anhu berkhotbah di atas mimbar Nabi , ia mengatakan; Amma ba'du, "Wahai manusia! Ketahuilah, sesungguhnya khamar telah diharamkan. Dan ia terbuat dari lima macam (buah); anggur, kurma, madu, terigu, dan gandum. Khamar adalah sesuatu yang menutupi akal." [Shahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain, dari As-Saib bin Yazid radhiyallahu 'anhu;

أَنَّهُ سَمِعَ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ خَطِيبًا عَلَى مَنْبَرِ رَسُولِ اللهِ ﷺ يَقُولُ: " هَذَا شَهْرُ زَكَاتِكُمْ، فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ عَلَيْهِ دَيْنٌ فَلْيَقْضِ دَيْنَهُ حَتَّى تَخْلُصَ أَمْوَالُكُمْ فَتُؤَدُّوا مِنْهَا الزَّكَاةَ ". [السنن الكبرى للبيهقي]

Bahwasanya ia mendengar ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkhutbah di atas mimbar Rasulullah dengan berkata: Ini adalah bulan zakat kalian, siapa di antara kalian yang punya utang maka hendaklah ia membayarnya agar harta kalian murni kemudian kalaian menunaikan zakatnya”. [As-Sunan Al-Kubra karya Al-Baihaqiy]

2.      Sifat mimbar Nabi .

Abu Hazim rahimahullah berkata:

أَنَّ نَفَرًا جَاءُوا إِلَى سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، قَدْ تَمَارَوْا فِي الْمِنْبَرِ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ؟ فَقَالَ: أَمَا وَاللهِ إِنِّي لَأَعْرِفُ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ، وَمَنْ عَمِلَهُ، وَرَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ أَوَّلَ يَوْمٍ جَلَسَ عَلَيْهِ، قَالَ فَقُلْتُ لَهُ: يَا أَبَا عَبَّاسٍ، فَحَدِّثْنَا، قَالَ: أَرْسَلَ رَسُولُ اللهِ إِلَى امْرَأَةٍ «انْظُرِي غُلَامَكِ النَّجَّارَ، يَعْمَلْ لِي أَعْوَادًا أُكَلِّمُ النَّاسَ عَلَيْهَا» فَعَمِلَ هَذِهِ الثَّلَاثَ دَرَجَاتٍ، ثُمَّ أَمَرَ بِهَا رَسُولُ اللهِ ، فَوُضِعَتْ هَذَا الْمَوْضِعَ، فَهِيَ مِنْ طَرْفَاءِ الْغَابَةِ. [صحيح مسلم]

"Bahwa sejumlah orang datang kepada Sahl bin Sa'd -radhiyallahu 'anhuma- karena mereka berdebat mengenai mimbar Rasulullah terbuat dari kayu apakah mimbar itu? Sahal menjawab, 'Demi Allah, aku tahu betul dari kayu apa mimbar itu dibuat, siapa yang membuatnya, bahkan aku melihat Rasulullah duduk di situ pada hari pertama mimbar itu selesai dibuat.' Kata Abu Hazim, 'Hai Abu Abbas (Sahl)! Ceritakanlah kepada kami! ' Lalu Sahl bercerita, 'Pada suatu hari Rasulullah menyuruh (untuk memanggil) seorang perempuan, lalu beliau bersabda kepadanya, 'Suruhlah anakmu yang tukang kayu itu membuatkan sebuah mimbar kayu untuk tempatku berpidato kepada orang-orang'. Maka dia membuat tiga tingkat ini. Kemudian Rasulullah memerintahkan supaya meletakkan mimbar itu di tempat ini. Mimbar itu terbuat dari kayu hutan. [Shahih Muslim]

P.     Hadits Aisyah radhiyallahu 'anha.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7339 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الأَعْلَى [بن عبد الأعلى السامي البصري]، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ حَسَّانَ، أَنَّ هِشَامَ بْنَ عُرْوَةَ، حَدَّثَهُ عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ عَائِشَةَ، قَالَتْ: «قَدْ كَانَ يُوضَعُ لِي وَلِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ هَذَا المِرْكَنُ، فَنَشْرَعُ فِيهِ جَمِيعًا»

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abdul A'la [bin Abdil A’la As-Samiy Al-Bashriy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Hassan: Bahwa Hisyam bin Urwah menceritakan kepadanya, dari Ayahnya bahwa Aisyah berkata, "Pernah sebuah bejana besar diletakkan untukku dan Rasulullah , lantas kami mandi bersama."

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Anjuran suami istri mandi bersama.

Aisyah radiyallahu 'anha berkata:

«كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَالنَّبِيُّ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ كِلاَنَا جُنُبٌ، نَغْرِفُ مِنْهُ جَمِيعًا، تَخْتَلِفُ أَيْدِينَا فِيهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Aku sering mandi bersama Nabi dari satu bejana, kami berdua dalam keadaan junub, kami menimba air dari bejana itu bersamaan, kedua tangan kami saling bergantian". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abdullah bin Sarjis radiyallahu 'anhu berkata:

«نَهَى رَسُولُ اللَّهِ أَنْ يَغْتَسِلَ الرَّجُلُ بِفَضْلِ وَضُوءِ الْمَرْأَةِ، وَالْمَرْأَةُ بِفَضْلِ الرَّجُلِ، وَلَكِنْ يَشْرَعَانِ جَمِيعًا» [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]

“Rasulullah melarang seorang laki-laki mandi dengan air sisa wudhu' perempuan dan perempuan dengan sisa laki-laki, akan tetapi hendaklah keduanya mandi bersama-sama”. [Sunan Ibnu Majah: Disahihkan oleh syekh Albaniy]

Q.   Hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu keempat.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7340 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ، حَدَّثَنَا عَاصِمٌ الأَحْوَلُ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: «حَالَفَ النَّبِيُّ ﷺ بَيْنَ الأَنْصَارِ وَقُرَيْشٍ فِي دَارِي الَّتِي بِالْمَدِينَةِ، وَقَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ»

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abbad bin Ubbad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Ashim Al-Ahwal, dari Anas berkata, "Pernah Nabi mempersaudarakan antara Anshar dan Quraisy di perkampungan Madinah, beliau juga berqunut mendoakan kecelakaan atas beberapa perkampungan Bani Salim."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajir dengan Anshar.

Dalam riwayat lain; Anas radiyallahu 'anhu berkata:

حَالَفَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فِي دَارِنَا، فَقِيلَ لَهُ: أَلَيْسَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «لَا حِلْفَ فِي الْإِسْلَامِ»، فَقَالَ: «حَالَفَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فِي دَارِنَا مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا» [سنن أبي داود: صحيح]

Rasulullah mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dan Anshar di rumah kami. Kemudian dikatakan kepadanya; bukankah Rasulullah telah mengatakan, "Tidak ada perjanjian dalam Islam?" Kemudian ia berkata, Rasulullah mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dan Anshar di rumah kami. Ia mengucapkannya dua atau tiga kali. [Sunan Abi Daud: Shahih]

2.      Pentingnya menjaga persaudaraan.

Lihat: 10 sebab yang menguatkan persaudaraan

3.      Boleh mendo’akan kebinasaan untuk kaum yang berbuat kezaliman.

Anas radiyallahu 'anhu berkata:

بَعَثَ النَّبِيُّ ﷺ سَبْعِينَ رَجُلًا لِحَاجَةٍ، يُقَالُ لَهُمْ القُرَّاءُ، فَعَرَضَ لَهُمْ حَيَّانِ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ، رِعْلٌ، وَذَكْوَانُ، عِنْدَ بِئْرٍ يُقَالُ لَهَا بِئْرُ مَعُونَةَ، فَقَالَ القَوْمُ: وَاللَّهِ مَا إِيَّاكُمْ أَرَدْنَا، إِنَّمَا نَحْنُ مُجْتَازُونَ فِي حَاجَةٍ لِلنَّبِيِّ ﷺ، فَقَتَلُوهُمْ «فَدَعَا النَّبِيُّ ﷺ عَلَيْهِمْ شَهْرًا فِي صَلاَةِ الغَدَاةِ، وَذَلِكَ بَدْءُ القُنُوتِ، وَمَا كُنَّا نَقْنُتُ» [صحيح البخاري]

Nabi pernah mengutus tujuh puluh orang untuk suatu keperluan, mereka disebut sebagai qurra` (para ahli Al-Qur'an), mereka di hadang oleh penduduk dari bani Sulaim, Ri'l dan Dzakwan dekat mata air yang disebut dengan Bi'r Ma'unah, mereka berkata, "Demi Allah, bukan kalian yang kami inginkan, kami hanya ada perlu dengan Nabi ." Mereka akhirnya membunuh para sahabat tersebut, maka Nabi mendoakan kecelakan kepada mereka (Sulaim, Ri'l dan Dzakwan) selama sebulan pada salat Subuh, itu adalah awal kali dilakukannya qunut, sebelumnya kami tida pernah melakukan doa qunut." [Shahih Bukhari]

R.    Hadits Abdullah bin Salam radhiyallahu 'anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7341 - حَدَّثَنِي أَبُو كُرَيْبٍ [مُحَمَّدُ بْنُ العَلاَءِ]، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ [حماد بن أسامة]، حَدَّثَنَا بُرَيْدٌ [بن عبد الله بن أبي بردة]، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ [عامر بن أبي موسى الأشعري]، قَالَ: «قَدِمْتُ المَدِينَةَ فَلَقِيَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلاَمٍ، فَقَالَ لِي: " انْطَلِقْ إِلَى المَنْزِلِ، فَأَسْقِيَكَ فِي قَدَحٍ شَرِبَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، وَتُصَلِّي فِي مَسْجِدٍ صَلَّى فِيهِ النَّبِيُّ ﷺ"، فَانْطَلَقْتُ مَعَهُ، فَسَقَانِي سَوِيقًا، وَأَطْعَمَنِي تَمْرًا، وَصَلَّيْتُ فِي مَسْجِدِهِ»

Telah menceritakan kepadaku Abu Kuraib, [Muhammad bin Al-'Alaa'], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah [Hammad bin Usamah], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Buraid [bin Abdillah bin Abi Burdah], dari Abu Burdah [‘Amir bin Abi Musa Al-Asy’ariy], ia berkata, "Aku datang ke Madinah, lantas aku ditemui oleh Abdullah bin Salam. Ia kemudian berujar kepadaku, "Silakan engkau ke rumahku sehingga aku bisa memberimu minum dengan bejana yang pernah dipakai Rasulullah minum, dan engkau bisa salat di masjid yang pernah dipakai Nabi untuk salat." Maka aku berangkat bersamanya, dan ia memberiku minum dengan minyak sawiq dan memberiku makanan dengan kurma, dan aku salat di masjidnya."

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Biografi Abdullah bin Salam bin Al-Harits Al-Israiliy radhiyallahu ‘anhu.

Sebelumnya ia bernama Hushain kemudian Nabi menggantinya dengan Abdullah. Wafat tahun 43 hijriyah di Madinah.

Abdullah bin Salam radhiyallahu 'anhu berkata:

لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ المَدِينَةَ انْجَفَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ، وَقِيلَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، فَجِئْتُ فِي النَّاسِ لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ، فَلَمَّا اسْتَبَنْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ وَكَانَ أَوَّلُ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ بِسَلَامٍ» [سنن الترمذي: صحيح]

Ketika Rasulullah tiba di Madinah, orang-orang bergegas menyambut beliau sambil mengucapkan: Rasulullah datang, Rasulullah datang, Rasulullah datang, " aku mendatangi orang-orang untuk melihat mereka, dan ketika aku telah memastikan wajah Rasulullah aku baru faham bahwa wajah beliau bukanlah wajah wajah pendusta, dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, "Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan dan laksanakanlah salat pada saat manusia tertidur nisacaya kalian masuk surga dengan selamat." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَلاَمٍ بَلَغَهُ مَقْدَمُ النَّبِيِّ ﷺ المَدِينَةَ فَأَتَاهُ يَسْأَلُهُ عَنْ أَشْيَاءَ، فَقَالَ: إِنِّي سَائِلُكَ عَنْ ثَلاَثٍ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا نَبِيٌّ، مَا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ؟، وَمَا أَوَّلُ طَعَامٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الجَنَّةِ؟، وَمَا بَالُ الوَلَدِ يَنْزِعُ إِلَى أَبِيهِ أَوْ إِلَى أُمِّهِ؟، قَالَ: «أَخْبَرَنِي بِهِ جِبْرِيلُ آنِفًا» قَالَ ابْنُ سَلاَمٍ: ذَاكَ عَدُوُّ اليَهُودِ مِنَ المَلاَئِكَةِ، قَالَ: «أَمَّا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ فَنَارٌ تَحْشُرُهُمْ مِنَ المَشْرِقِ إِلَى المَغْرِبِ، وَأَمَّا أَوَّلُ طَعَامٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الجَنَّةِ فَزِيَادَةُ كَبِدِ الحُوتِ، وَأَمَّا الوَلَدُ فَإِذَا سَبَقَ مَاءُ الرَّجُلِ مَاءَ المَرْأَةِ نَزَعَ الوَلَدَ، وَإِذَا سَبَقَ مَاءُ المَرْأَةِ مَاءَ الرَّجُلِ نَزَعَتِ الوَلَدَ» قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ: إِنَّ اليَهُودَ قَوْمٌ بُهُتٌ فَاسْأَلْهُمْ عَنِّي، قَبْلَ أَنْ يَعْلَمُوا بِإِسْلاَمِي، فَجَاءَتِ اليَهُودُ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «أَيُّ رَجُلٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلاَمٍ فِيكُمْ؟» قَالُوا: خَيْرُنَا وَابْنُ خَيْرِنَا، وَأَفْضَلُنَا وَابْنُ أَفْضَلِنَا، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَسْلَمَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلاَمٍ» قَالُوا: أَعَاذَهُ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ، «فَأَعَادَ عَلَيْهِمْ»، فَقَالُوا: مِثْلَ ذَلِكَ، فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ عَبْدُ اللَّهِ فَقَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، قَالُوا: شَرُّنَا وَابْنُ شَرِّنَا، وَتَنَقَّصُوهُ، قَالَ: هَذَا كُنْتُ أَخَافُ يَا رَسُولَ اللَّهِ [صحيح البخاري]

bahwa telah sampai berita kepada Abdullah bin Salam tentang kedatangan Nabi di Madinah, lalu dia menanyakan beberapa perkara kepada beliau. Katanya, "Aku akan bertanya kepada Anda tiga perkara yang tidak akan dapat diketahui kecuali oleh seorang Nabi. Apakah tanda-tanda pertama hari kiamat?, dan apa makanan pertama yang akan dimakan oleh penghuni surga dan bagaimana seorang anak bisa mirip dengan ayahnya dan bagaimana ia mirip dengan ibunya? Beliau menjawab, "Jibril baru saja memberitahuku." Abdullah bin Salam berkata, "Dia adalah malaikat yang menjadi musuh orang-orang Yahudi." Beliau bersabda, "Adapun tanda pertama hari kiamat adalah api yang muncul dan akan menggiring orang-orang dari timur menuju barat. Dan makanan pertama penduduk surga adalah hati ikan hiu, sedangkan (miripnya) seorang anak, apabila sang suami mendatangi istrinya dan air maninya mendahului air mani istrinya, berarti akan lahir anak yang menyerupai bapaknya, namun bila air mani istrinya mendahului air mani suaminya, maka akan lahir anak yang mirip dengan ibunya." Mendengar itu Abdullah bin Salam berkata, "Aku bersaksi tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan engkau adalah Rasulullah." Kemudian dia berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang Yahudi adalah kaum yang sangat suka berbohong (menuduh). Untuk itu, tanyalah mereka tentang aku sebelum mereka mengetahui keIslamanku." Setelah itu orang-orang Yahudi datang, lalu Nabi bersabda, "Bagaimana pendapat kalian tentang seorang laki-laki yang bernama Abdullah bin Salam?" Mereka menjawab, "Dia adalah seorang 'alim kami dan putra dari 'alim kami dan orang kepercayaan kami dan putra dari orang kepercayaan kami." Kemudian Rasulullah bersabda, "Bagaimana pendapat kalian jika Abdullah bin Salam memeluk Islam?" Mereka menjawab, "Semoga dia dilindungi Allah dari perbuatan itu." Beliau mengulangi pertanyaannya kepada mereka, Namur mereka tetap menjawab seperti tadi. Lalu Abdullah bin Salam keluar seraya berkata, "Aku bersaksi tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." Maka mereka berkata, "Dia ini orang yang paling buruk diantara kami dan putra dari orang yang buruk." Mereka terus saja meremehkan Abdullah bin Salam. Lalu Abdullah bin Salam berkata, "Inilah yang aku khawatirkan tadi, wahai Rasulullah." [Shahih Bukhari]

Ø  Sa'ad bin Abu Waqqash radhiyallahu 'anhu berkata:

" مَا سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: لِأَحَدٍ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ إِنَّهُ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ، إِلَّا لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلاَمٍ " قَالَ: وَفِيهِ نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ {وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى مِثْلِهِ} [الأحقاف: 10] الآيَةَ [صحيح البخاري]

Aku belum pernah mendengar Nabi berkata kepada seseorang yang berjalan di muka bumi ini bahwa dia adalah calon penghuni surga kecuali kepada 'Abdullah bin Salam." Dia berkata lagi, "Dan untuknyalah ayat ini turun, {padahal ada seorang saksi dari Bani Israil yang mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) Al-Qur'an}" Ayat [Al-Ahqaf: 10]  [Shahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain;

أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ أُتِيَ بِقَصْعَةٍ فَأَكَلَ مِنْهَا، فَفَضَلَتْ فَضْلَةٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «يَجِيءُ رَجُلٌ مِنْ هَذَا الْفَجِّ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ يَأْكُلُ هَذِهِ الْفَضْلَةَ» قَالَ سَعْدٌ: وَكُنْتُ تَرَكْتُ أَخِي عُمَيْرًا يَتَوَضَّأُ، قَالَ: فَقُلْتُ: هُوَ عُمَيْرٌ، قَالَ: فَجَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلامٍ فَأَكَلَهَا [مسند أحمد: حسن]

Bahwa sebuah piring besar berisi makanan diberikan kepada Nabi , lalu beliau memakannya dan masih tersisa. Kemudian Rasulullah bersabda, "Akan datang seorang lelaki dari jalan ini, salah seorang penghuni Surga, dia memakan sisa makanan ini." Sa'd berkata, "Dan ketika itu aku tinggalkan saudaraku yaitu Umair sedang berwudu, maka aku berkata (dalam hatiku), 'lelaki itu pasti Umair, ' akan tetapi datanglah Abdullah bin Salam kemudian memakan sisa makanan Rasulullah." [Musnad Ahmad: Hasan]

2)      Abu Burdah menemui Abdullah bin Salam untuk menuntut ilmu.

Abu Burdah radhiyallahu 'anhu berkata:

أَرْسَلَنِي أَبِي إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ أَتَعَلَّمُ مِنْهُ، فَجِئْتُهُ فَسَأَلَنِي: «مَنْ أَنْتَ؟» فَأَخْبَرْتُهُ، فَرَحَّبَ بِي، فَقُلْتُ: إِنَّ أَبِي أَرْسَلَنِي إِلَيْكَ لَأَسْأَلَكَ، وَأَتَعَلَّمَ مِنْكَ [مصنف عبد الرزاق الصنعاني]

Bapakku mengutusku kepada Abdullah bin Salam agar aku menimba ilmu kepadanya, maka aku mendatanginya dan ia bertanya: Siapakah engkau? Lalu aku memberitahunya kemudian ia menyambutku. Maka aku berkata: “Sesungguhnya bapakku mengutusku kepadamu untuk bertanya kepadamu dan menimba ilmu darimu”. [Mushannaf Abdurrazaq]

3)      Keutamaan menjamu tamu.

Lihat: Adab menerima tamu dalam Islam

4)      Keutamaan shalat di masjid Nabawi.

5)      Keutamaan makan kurma.

6)      Mengambil berkah dari benda peninggalan Rasulullah .

Asma’ radhiyallahu 'anha berkata:

هَذِهِ جُبَّةُ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَأَخْرَجَتْ إِلَيَّ جُبَّةَ طَيَالِسَةٍ كِسْرَوَانِيَّةٍ لَهَا لِبْنَةُ دِيبَاجٍ، وَفَرْجَيْهَا مَكْفُوفَيْنِ بِالدِّيبَاجِ، فَقَالَتْ: هَذِهِ كَانَتْ عِنْدَ عَائِشَةَ حَتَّى قُبِضَتْ، فَلَمَّا قُبِضَتْ قَبَضْتُهَا، وَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَلْبَسُهَا، فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِلْمَرْضَى يُسْتَشْفَى بِهَا [صحيح مسلم]

“Ini adalah jubah Rasulullah!” Ia memperlihatkan kepada saya sebuah jubah kekaisaran yang berwarna hijau dan berkerah sutra, sedangkan kedua sisinya dijahit dengan sutra seraya berkata: 'Jubah ini dahulu ada pada Aisyah hingga ia meninggal dunia. Setelah ia meninggal dunia, maka aku pun mengambilnya. Dan dahulu Rasulullah sering mengenakannya. Lalu kami pun mencuci untuk diberikan kepada orang sakit agar ia sembuh dengan mengenakannya (atau meminum air cuciannya)." [Shahih Muslim]

S.     Hadits Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7343 - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ الرَّبِيعِ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ المُبَارَكِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، حَدَّثَنِي عِكْرِمَةُ، قَالَ: حَدَّثَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ، أَنَّ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، حَدَّثَهُ قَالَ: حَدَّثَنِي النَّبِيُّ ﷺ، قَالَ: " أَتَانِي اللَّيْلَةَ آتٍ مِنْ رَبِّي، وَهُوَ بِالعَقِيقِ، أَنْ صَلِّ فِي هَذَا الوَادِي المُبَارَكِ، وَقُلْ: عُمْرَةٌ وَحَجَّةٌ "

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Rabi', ia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Mubarak, dari Yahya bin Abu Katsir, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku 'Ikrimah, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Ibnu Abbas bahwa Umar radhiallahu'anhu menceritakan kepadanya, telah menceritakan kepadaku Nabi dengan bersabda, "Semalaman aku didatangi oleh utusan Rabbku di 'Aqiq, utusan itu menyampaikan pesan 'Salatlah engkau di lembah berbarakah ini dan katakanlah: (Ihramku) untuk Umrah dan haji.'"

وَقَالَ هَارُونُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا عَلِيٌّ [بن المبارك]: «عُمْرَةٌ فِي حَجَّةٍ»

Sedang Harun bin Ismail berkata, Ali [bin Al-Mubarak] menceritakan kepada kami: "Untuk umrah saat haji."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Keutamaan shalat di wadi Al-‘Aqiq atau Dzul Hulaifah.

2.      Tidak boleh menetapkan adanya berkah pada sesuatu tanpa dalil.

3.      Berkah datang dari Allah.

Dari Abdullah bin Mas'ud dan Jabir bin Abdillah -radhiyallahu 'anhum-; Rasulullah bersabda:

«البَرَكَةُ مِنَ اللَّهِ»

"Keberkahan itu datang hanya dari Allah". [Shahih Bukhari]

T.     Hadits Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma kelima dan keenam.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7344 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ [الفريابي]، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [الثوري]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ: وَقَّتَ النَّبِيُّ ﷺ: «قَرْنًا لِأَهْلِ نَجْدٍ، وَالجُحْفَةَ لِأَهْلِ الشَّأْمِ، وَذَا الحُلَيْفَةِ لِأَهْلِ المَدِينَةِ»، قَالَ: سَمِعْتُ هَذَا مِنَ النَّبِيِّ ﷺ، وَبَلَغَنِي أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: «وَلِأَهْلِ اليَمَنِ يَلَمْلَمُ»، وَذُكِرَ العِرَاقُ فَقَالَ: لَمْ يَكُنْ عِرَاقٌ يَوْمَئِذٍ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf [Al-Firyabiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan [Ats-Tsauriy], dari Abdullah bin Dinar, dari Ibn Umar, Nabi menetapkan miqat (tempat bermula ibadah haji atau umrah) di qarnul manazil bagi penduduk Nejed, Juhfah untuk penduduk Syam, dan Dzul Hulaifah untuk penduduk Madinah." Ibnu Umar berkata, "Aku mendengar ini dari Nabi , dan telah sampai berita kepadaku bahwa Nabi bersabda "Dan Yalamlam untuk penduduk Yaman." Lalu Ibnu Umar ditanya bagaimana dengan penduduk Irak, lantas ia menjawab, "Ketika itu Irak belum ada."

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada Kitab Ilmu bab 52; Bab: Menyampaikan ilmu dan fatwa dalam mesjid

7345 - حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ المُبَارَكِ، حَدَّثَنَا الفُضَيْلُ [بن سليمان النُّمَيريّ]، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ، حَدَّثَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: " أَنَّهُ أُرِيَ وَهُوَ فِي مُعَرَّسِهِ بِذِي الحُلَيْفَةِ، فَقِيلَ لَهُ: إِنَّكَ بِبَطْحَاءَ مُبَارَكَةٍ "

Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Al-Mubarak, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Fudlail [bin Sulaiman An-Numairiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Uqbah, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Salim bin Abdullah, dari ayahnya dari Nabi ; Bahwasanya Malaikat diperlihatkan kepada beliau ketika beliau di Mu’arras (tempat pemberhentian untuk istrahat) di Dzul Hulaifah, kemudian dikatakan kepada beliau, "Sungguh engkau sedang di Batha' yang penuh berkah."

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab I’tisham, bab (14) dan (15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...