بسم الله الرحمن الرحيم
Diantara potret semangat para salaf dalam menimba ilmu:
1. Umar
bin Khathab bergantian untuk mendengarkan hadits.
Di masa Rasulullah ﷺ, Umar bin Khattab -radhiyallahu 'anhu- saling bergantian
dengan tetangganya dalam menuntut ilmu. Beliau berkata:
كُنْتُ أَنَا وَجَارٌ لِي مِنَ الأَنْصَارِ فِي بَنِي أُمَيَّةَ بْنِ
زَيْدٍ وَهِيَ مِنْ عَوَالِي المَدِينَةِ وَكُنَّا نَتَنَاوَبُ النُّزُولَ عَلَى رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ، يَنْزِلُ يَوْمًا وَأَنْزِلُ يَوْمًا، فَإِذَا نَزَلْتُ جِئْتُهُ بِخَبَرِ
ذَلِكَ اليَوْمِ مِنَ الوَحْيِ وَغَيْرِهِ، وَإِذَا نَزَلَ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ [صحيح البخاري]
“Dulu
aku dan seorang tetanggaku dari kaum Anshar saling bergantian mendatangi
Rasulullah ﷺ, ia pergi sehari dan aku pergi sehari. Jika aku yang pergi maka
aku menyampaikan kepadanya apa yang terjadi pada hari itu baik itu tentang
wahyu yang turun atau selainnya, dan jika ia yang pergi maka ia pun melakukan
hal yang seperti itu.” [Sahih Bukhari]
Lihat:
Kitab Ilmu bab 27; Bergantian mencari ilmu
2.
Abu Hurairah senantiasa membersamai Nabi ﷺ
dan semangat bertanya.
Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu berkata:
“إِنَّ النَّاسَ يَقُولُونَ أَكْثَرَ أَبُو هُرَيْرَةَ،
وَلَوْلاَ آيَتَانِ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا حَدَّثْتُ حَدِيثًا، ثُمَّ يَتْلُو {إِنَّ
الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ البَيِّنَاتِ وَالهُدَى} [البقرة: 159] إِلَى قَوْلِهِ {الرَّحِيمُ} [البقرة: 160] إِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ المُهَاجِرِينَ كَانَ
يَشْغَلُهُمُ الصَّفْقُ بِالأَسْوَاقِ، وَإِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ الأَنْصَارِ كَانَ
يَشْغَلُهُمُ العَمَلُ فِي أَمْوَالِهِمْ، وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَلْزَمُ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ بِشِبَعِ بَطْنِهِ، وَيَحْضُرُ مَا لاَ يَحْضُرُونَ،
وَيَحْفَظُ مَا لاَ يَحْفَظُونَ" [صحيح البخاري]
“Sungguh orang-orang
berkata: Abu Hurairah terlalu banyak (menyampaikan hadits). Padahal seandainya
bukan karena dua ayat yang ada dalam kitab Allah (Al-Qur’an) maka aku tidak
akan menyampaikan satu hadits pun”. Kemudian Abu Hurairah membaca: Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula)
oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati. Kecuali mereka yang telah Taubat dan
mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah
Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah: 159-160] “Sesungguhnya
saudara kami dari kaum Muhajirin telah disibukkan dengan perdagangan, dan
sesungguhnya saudara kami dari kaum Anshar telah disibukkan dengan pekerjaan
pada harta mereka, dan sesungguhnya Abu Hurairah senantiasa bersama Rasulullah ﷺ (merasa cukup) sebatas kekenyangan perutnya, hadir saat mereka
tidak hadir, dan menghafal saat mereka tidak menghafal”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu berkata: Ya Rasulullah .. siapakah yang paling
bahagia dengan syafa'atmu di hari kiamat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab:
«لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلَنِي
عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ
. أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ» [صحيح البخاري]
“Sudah kuduga wahai Abu Hurairah kalau tidak
ada yang menanyakan hadits ini sebelum engkau, karena kulihat semangatmu dalam
menerima hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafa'atku di hari kiamat
adalah orang yang mengatakan لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ dengan
ikhlas dari dirinya”. [Sahih Bukhari]
Lihat: Kitab Ilmu bab 33; Antusias mencari hadits
3.
Aisyah selalu bertanya tentang apa yang ia tidak
pahami.
Ibnu Abu Mulaikah rahimahullah berkata:
«أَنَّ
عَائِشَةَ، زَوْجَ النَّبِيِّ ﷺ، كَانَتْ لاَ تَسْمَعُ شَيْئًا لاَ تَعْرِفُهُ،
إِلَّا رَاجَعَتْ فِيهِ حَتَّى تَعْرِفَهُ»
“Bahwa
Aisyah istri Nabi ﷺ tidaklah mendengar sesuatu yang tidak dia
mengerti kecuali menanyakannya kepada Nabi ﷺ sampai dia mengerti". [Shahih
Bukhari]
4.
Semangat kaum wanita menuntut ilmu.
Abu Sa'id Al-Khudriy radliallahu 'anhu berkata:
«قَالَتِ
النِّسَاءُ لِلنَّبِيِّ ﷺ: "غَلَبَنَا عَلَيْكَ الرِّجَالُ، فَاجْعَلْ لَنَا
يَوْمًا مِنْ نَفْسِكَ"، فَوَعَدَهُنَّ يَوْمًا لَقِيَهُنَّ فِيهِ،
فَوَعَظَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ»
“Kaum
wanita berkata kepada Nabi ﷺ, "Kaum lelaki telah mengalahkan kami
untuk bertemu dengan engkau, maka berilah kami satu hari untuk bermajelis
dengan diri tuan". Maka Nabi ﷺ berjanji kepada mereka satu untuk bertemu
mereka, lalu Nabi ﷺ memberi pelajaran dan memerintahkan kepada
mereka”. [Shahih Bukhari]
Ø
Aisyah
radiyallahu 'anha berkata:
«نِعْمَ
النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ
يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ» [صحيح مسلم]
“Sebaik-baik
wanita adalah wanita kaum Al-Anshar, rasa malu tidak mencegah mereka untuk
memahami urusan agama". [Sahih Muslim]
Lihat: Kitab Ilmu bab 50 dan 51; Malu dalam ilmu
5.
Bersabar menghadapi
berbagai rintangan dalam menuntut ilmu.
Ibnu Abbas radliallahu
'anhu berkata:
«لَمَّا تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، قُلْتُ
لِرَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ: "يَا فُلَانُ هَلُمَّ فَلْنَسْأَلْ أَصْحَابَ
النَّبِيِّ ﷺ، فَإِنَّهُمُ الْيَوْمَ كَثِيرٌ".
فَقَالَ: واعجبًا لَكَ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ، أَتَرَى النَّاسَ يَحْتَاجُونَ
إِلَيْكَ، وَفِي النَّاسِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ مَنْ تَرَى؟
فَتَرَكَ ذَلِكَ، وَأَقْبَلْتُ عَلَى الْمَسْأَلَةِ، فَإِنْ كَانَ لَيَبْلُغُنِي
الْحَدِيثُ عَنِ الرَّجُلِ فَآتِيهِ، وَهُوَ قَائِلٌ، فَأَتَوَسَّدُ رِدَائِي
عَلَى بَابِهِ، فَتَسْفِي الرِّيحُ عَلَى وَجْهِي التُّرَابَ، فَيَخْرُجُ،
فَيَرَانِي، فَيَقُولُ: يَا ابْنَ عَمِّ رَسُولِ اللَّهِ مَا جَاءَ بِكَ؟ أَلَا
أَرْسَلْتَ إِلَيَّ فَآتِيَكَ؟ فَأَقُولُ: لَا، أَنَا أَحَقُّ أَنْ آتِيَكَ.
فَأَسْأَلُهُ عَنِ الْحَدِيثِ. قَالَ: فَبَقِيَ الرَّجُلُ حَتَّى رَآنِي، وَقَدِ
اجْتَمَعَ النَّاسُ عَلَيَّ، فَقَالَ: كَانَ هَذَا الْفَتَى أَعْقَلَ مِنِّي»
Ketika Rasulullah ﷺ wafat, aku mengatakan kepada
seorang kabilah Anshar: 'Wahai fulan, kemarilah, mari kita bertanya kepada para
sahabat Nabi ﷺ,
jumlah mereka sekarang banyak.' Ia berkomentar: 'Aneh sekali kamu ini hai Ibnu
Abbas radliallahu 'anhu, Apakah kamu melihat orang-orang membutuhkan
kamu, sementara dalam orang-orang ada para sahabat Nabi ﷺ yang kamu lihat? ', Maka
orang itu mengabaikan ajakanku, dan aku menuju apa yang aku cari. Jika aku
peroleh informasi suatu hadits pada seseorang, segera aku temui, dan ia
sementara tidur siang. Maka aku (menunggunya) menjadikan selendangku untuk
bantal di depan pintu rumahnya, namun angin berhembus sampai debu mengenai
wajahku, kemudian ia keluar dan melihatku', ia berkata: 'Wahai anak paman
Rasulullah ﷺ, apa
yang membuatmu datang (ke sini)? Mengapa tidak kamu utus seseorang dan aku saja
yang menemuimu? ' Aku menjawab: “Tidak,
aku lebih layak untuk menemuimu!”, lalu aku menanyakannya suatu hadits. Ibnu
Abbas berkata: 'Orang yang aku ajak masih hidup hingga ia melihatku dikunjungi
orang banyak (untuk menggali ilmu) ', kemudian orang tersebut berkata: 'Pemuda
ini memang lebih cerdas dibandingkan aku' ". [Sunan Ad-Darimiy: Shahih]
Lihat: Keistimewaan Abdullah bin ‘Abbas
Ø Abdurrahman bin Yusuf bin Khirasy rahimahullah (w.283H) berkata:
"شربتُ بَوْلِي فِي هَذا الشأن -يعني الحَدِيْثَ-
خَمْسَ مَرَّات".
“Aku
telah meminum kencingku dalam mencari hadits sebanyak lima kali”
Al-Khathib
Al-Bagdadiy rahimahullah mengomentari:
"أحْسبُه فَعَلَ ذلك فِي السفرِ اضطِرَارًا
عندَ عَدَمِ المَاءِ، واللَّه أعلم". [تاريخ بغداد]
“Aku
rasa ia melakukan itu di perjalanan karena terpaka saat tidak ada air. Wallahu
a’lam” [Tarikh Bagdad]
6.
Bebergian
jauh untuk mendengarkan satu hadits.
Dari 'Uqbah bin Al-Harits radhiyallahu ‘anhu;
أَنَّهُ تَزَوَّجَ [غَنيّة] ابْنَةً
لِأَبِي إِهَابِ بْنِ عُزَيْزٍ فَأَتَتْهُ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: إِنِّي قَدْ
أَرْضَعْتُ عُقْبَةَ وَالَّتِي تَزَوَّجَ، فَقَالَ لَهَا عُقْبَةُ: مَا أَعْلَمُ
أَنَّكِ أَرْضَعْتِنِي، وَلاَ أَخْبَرْتِنِي، فَرَكِبَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
بِالْمَدِينَةِ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «كَيْفَ وَقَدْ قِيلَ»
فَفَارَقَهَا عُقْبَةُ، وَنَكَحَتْ زَوْجًا غَيْرَهُ
Bahwasanya dia menikahi seorang perempuan [Ganiyyah]
putri Ibnu Ihab bin 'Aziz. Lalu datanglah seorang perempuan dan berkata,
"Aku pernah menyusui 'Uqbah dan wanita yang dinikahinya itu". Maka
'Uqbah berkata kepada perempuan itu, "Aku tidak tahu kalau kamu pernah
menyusuiku dan kamu tidak memberitahu aku." Maka 'Uqbah mengendarai
kendaraannya (dari Mekah) menemui Rasul ﷺ di Madinah dan menyampaikan masalahnya. Maka Rasul ﷺ bersabda,
"Harus bagaimana lagi, sedangkan dia sudah mengatakannya". Maka
'Uqbah menceraikannya dan ia (mantan istrinya) menikah dengan lelaki lain (yang
bernama Dzuraib). [Shahih Bukhari]
Lihat: Kitab Ilmu bab 26; Bepergian untuk mencari jawaban tentang masalah yang terjadi
Ø
Jabir bin Abdullah radhiyallahu
'anhuma berkata:
بَلَغَنِي
حَدِيثٌ عَنْ رَجُلٍ سَمِعَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
فَاشْتَرَيْتُ بَعِيرًا، ثُمَّ شَدَدْتُ عَلَيْهِ رَحْلِي، فَسِرْتُ إِلَيْهِ
شَهْرًا، حَتَّى قَدِمْتُ عَلَيْهِ الشَّامَ فَإِذَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
أُنَيْسٍ، فَقُلْتُ لِلْبَوَّابِ: قُلْ لَهُ: جَابِرٌ عَلَى الْبَابِ، فَقَالَ
ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، فَخَرَجَ يَطَأُ ثَوْبَهُ فَاعْتَنَقَنِي،
وَاعْتَنَقْتُهُ، فَقُلْتُ: حَدِيثًا بَلَغَنِي عَنْكَ أَنَّكَ سَمِعْتَهُ مِنْ
رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فِي
الْقِصَاصِ، فَخَشِيتُ أَنْ تَمُوتَ، أَوْ أَمُوتَ قَبْلَ أَنْ أَسْمَعَهُ
Telah
sampai hadits kepadaku dari seorang laki-laki yang mendengar dari Rasulullah ﷺ, kontan saya membeli unta, kuikat kencang
perbekalanku dan kuarahkan perjalananku untuk menemuinya selama satu bulan.
Selanjutnya aku menemuinya tepatnya di Syam, tak tahunya orang itu adalah Abdullah
bin Unais. Saya berkata kepada penjaga pintu, "Katakan padanya, Jabir
sedang menunggunya di di depan pintu". Lalu dia bertanya, kamu adalah Ibnu
Abdullah, saya menjawab, Ya. Lalu dia keluar dengan menginjak pakaiannya, dia
memelukku dan sebaliknya aku juga memeluknya, saya berkata; telah sampai
kepadaku suatu hadits darimu, kamu mendengar Rasulullah ﷺ tentang perkara qishas, saya khawatir
apabila engkau meninggal ataupun saya meninggal sebelum saya dapat
mendengarnya. [Musnad Ahmad: Shahih]
Ø
Abdullah bin Buraidah -rahimahullah- berkata:
أَنَّ رَجُلًا
مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ رَحَلَ إِلَى فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ وَهُوَ بِمِصْرَ،
فَقَدِمَ عَلَيْهِ، فَقَالَ: أَمَا إِنِّي لَمْ آتِكَ زَائِرًا، وَلَكِنِّي
سَمِعْتُ أَنَا وَأَنْتَ حَدِيثًا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ رَجَوْتُ أَنْ
يَكُونَ عِنْدَكَ مِنْهُ عِلْمٌ، قَالَ: وَمَا هُوَ؟ قَالَ: كَذَا وَكَذَا [سنن أبي داود: صحيح]
"Seorang
laki-laki dari sahabat Nabi ﷺ
berkunjung ke rumah Fadhalah bin Ubaid yang berada di Mesir. Ia lalu
datang kepadanya seraya berkata, "Aku datang kepadamu bukan untuk
berkunjung, tetapi aku dan kamu sendiri telah mendengar hadits Rasulullah ﷺ, maka aku berharap engkau mempunyai ilmu
tentang itu." Fadhalah bertanya, "Hadits tentang apa itu?" Sahabat
Nabi itu menjawab, "Begini dan begini." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø
‘Atha’ bin Abi Rabah -rahimahullah- berkata:
خَرَجَ أَبُو
أَيُّوبَ إِلَى عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ وَهُوَ بِمِصْرَ يَسْأَلُهُ عَنْ حَدِيثٍ
سَمِعَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ لَمْ يَبْقَ أَحَدٌ سَمِعَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ غَيْرَهُ
وَغَيْرَ عُقْبَةَ فَلَمَّا قَدِمَ أَتَى مَنْزِلَ مَسْلَمَةَ بْنِ مَخْلَدٍ
الْأَنْصَارِيِّ وَهُوَ أَمِيرُ مِصْرَ فَأُخْبِرَ بِهِ فَعَجَّلَ فَخَرَجَ
إِلَيْهِ فَعَانَقَهُ، ثُمَّ قَالَ: مَا جَاءَ بِكَ يَا أَبَا أَيُّوبَ؟ فَقَالَ:
حَدِيثٌ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ لَمْ يَبْقَ
أَحَدٌ سَمِعَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ غَيْرِي وَغَيْرَ عُقْبَةَ فَابْعَثْ مَنْ
يَدُلُّنِي عَلَى مَنْزِلِهِ قَالَ فَبَعَثَ مَعَهُ مَنْ يَدُلُّهُ عَلَى مَنْزِلِ
عُقْبَةَ فَأُخْبِرَ عُقْبَةُ بِهِ فَعَجَّلَ فَخَرَجَ إِلَيْهِ فَعَانَقَهُ
وَقَالَ مَا جَاءَ بِكَ يَا أَبَا أَيُّوبَ؟ فَقَالَ حَدِيثٌ سَمِعْتُهُ مِنْ
رَسُولِ اللَّهِ ﷺ لَمْ يَبْقَ
أَحَدٌ سَمِعَهُ غَيْرِي وَغَيْرَكَ فِي سَتْرِ الْمُؤْمِنِ قَالَ عُقْبَةُ:
نَعَمْ [مسند الحميدي]
Abu
Ayyub pergi menemui ‘Uqbah
bin ‘Amir yang berada di Mesir, ia ingin menanyakan tentang satu hadits
yang ia dengar dari Rasulullah ﷺ yang mana tidak ada lagi seorang yang
pernah mendengarnya dari Rasulullah ﷺ selain dia dan ‘Uqbah. Maka ketika ia
tiba, ia mendatangi rumah Maslamah bin Makhlad Al-Anshariy dan ia adalah
penguasa Mesir, lalu dikabarkan kepadanya maka ia keluar menemuinya lalu
memeluknya, kemudian berkata: Apa yang membuatmu datang wahai Abu Ayyub? Ia
menjawab: Satu hadits yang pernah aku dengar dari Rasulullah ﷺ dan
tidak ada lagi seorangpun yang pernah mendengarnya dari Rasulullah ﷺ
selain aku dan ‘Uqbah, maka utuslah seseorang untuk menunjukkan aku rumahnya.
Maka ia mengutus bersamanya seorang yang menunjukkan rumah ‘Uqbah, kemudian
dikabarkan kepada ‘Uqbah maka ia bersegerah keluar menemuinya. Lalu ia
memeluknya dan berkata: Apa yang membuatmu datang wahai Abu Ayyub? Ia menjawab:
Satu hadits yang pernah aku dengar dari Rasulullah ﷺ dan
tidak ada lagi seorangpun yang pernah mendengarnya dari Rasulullah ﷺ
selain aku dan engkau tentang menutupi aib seorang mukmin. ‘Uqbah berkata:
Betul. [Musnad Al-Humaidiy]
Ø Abu Al-‘Aliyah -rahimahullah- (w.90H) berkata:
«إِنْ
كُنَّا نَسْمَعُ الرِّوَايَةَ بِالْبَصْرَةِ عَنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، فَلَمْ نَرْضَ،
حَتَّى رَكِبْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ، فَسَمِعْنَاهَا مِنْ أَفْوَاهِهِمْ» [سنن الدارمي: صحيح]
“Jika kami
mendengar riwayat di Bashrah tentang sahabat Rasulullah ﷺ,
maka kami tidak menerimanya sampai kami berangkat menuju Madinah lalu kami
mendengarnya langsung dari mulut mereka”. [Sunan Ad-Darimiy: Sahih]
Ø 'Amir bin Syarahil Asy-Sya’biy rahimahullah (w.100H) berkata
kepada muridnya setelah menyampaikan satu hadits:
«أَعْطَيْنَاكَهَا بِغَيْرِ شَيْءٍ،
قَدْ كَانَ يُرْكَبُ فِيمَا دُونَهَا إِلَى المَدِينَةِ»
"Aku
berikan hadits ini kepadamu tanpa imbalan, dan sungguh telah ditempuh untuk
memperolehnya dengan menuju Madinah". [Shahih Bukhari]
Ø Busr bin 'Ubaidullah rahimahullah berkata:
" إِنْ كُنْتُ لأَرْكَبُ
إِلَى الْمِصْرِ مِنَ الأَمْصَارِ فِي الْحَدِيثِ الْوَاحِدِ لأَسْمَعَهُ " [مسند الدارمي: حسن لغيره]
“Dahulu aku menaiki kendaraan dan pergi ke
satu daerah untuk mendengarkan satu hadits." [Musnad Ad-Darimiy: Hasan
ligairih]
Lihat:
Kitab Ilmu bab 19; Pergi menuntut ilmu
7.
Tidak
dilalaikan oleh dunia.
Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Yahya bin Yahya bin Katsiir
Al-Laitsiy rahimahullah (w.234H)
duduk menuntut ilmu pada Imam Malik di Madinah. Tiba-tiba seseorang berseru
bahwa di luar ada gajah yang lewat, maka semua murid Imam Malik keluar untuk
menyaksikan kecuali Yahya Al-Laitsiy.
Imam
Malik bertanya kepada Yahya:
" لِمَ لمْ تَخْرُجْ فَتَرَاه، إذْ ليسَ بأرضِ الأندَلُس؟
"
"Kenapa
kamu tidak keluar ikut menyaksikan, bukankah gajah tidak ada di daerah
Andalus?"
" إنما جئتُ
مِنْ بَلَدِي لأنظرَ إليكَ وَأَتَعَلَّمَ مِنْ هَدْيِكَ وَعِلْمِكَ ، لا إلَى أنْ أَنْظُرَ
إلَى الفِيْل "
"Sesungguhnya
aku datang dari kampungku hanya untuk melihatmu dan belajar dari tuntunan dan
ilmumu, bukan untuk melihat gajah!"
Maka
Imam Malik kagum kepadanya dan menggelarinya "Al-'Aaqil" (Yang
berakal/pandai).
Lihat:
Yahya Al-Laitsiy dan gajah
Ø
Imam An-Nawawiy rahimahullah (w.676H) berkata:
"لَمَّا
كان لي تسع عشرة سنة قدِم بي والدي إِلَى دمشق فِي سنة تسع وأربعين فسكنتُ المدرسة
الرّواحية، وبقيتُ نحو سنتين لم أضع جنْبي إِلَى الأرض. وكان قُوتي بها جراية
المدرسة لا غير". [تاريخ الإسلام للذهبي]
“Ketika
aku berumur 19 tahun, bapakku membawaku ke Damaskus pada tahun 649, maka aku
tinggal di Madrasah Ar-Rawahiyah, dan aku tinggal sekitar dua tahun tidak
merebahkan tubuhku di atas tanah, dan makananku di situ hanya roti keras yang
disediakan oleh Madrasah tidak ada selain itu”. [Tarikh Al-Islam karya
Adz-Dzahabiy]
Lihat: Kitab Ilmu bab 41; Begadang dalam menuntut ilmu
8.
Menghabiskan
uang untuk menuntut ilmu.
Ibnu Al-Qasim berkata
tentang imam Malik bin Anas rahimahullah
(w.179H):
"أفْضَى بمَالكٍ طلبُ
العلمِ إلى أنْ نَقَضَ سقفَ بيتِهِ فَبَاعَ خَشَبَه، ثمّ
مَالَتْ عليه الدنيا بَعْدُ". [ترتيب المدارك وتقريب المسالك]
Menuntut
ilmu membawa Malik untuk melepaskan atap rumahnya kemudian menjual kayunya,
kemudian setelah itu dunia datang kepadanya”. [Tartibul Madarik]
Ø Abu Wahb Muhammad bin Muzahim berkata tentang Abdullah bin
Al-Mubarak rahimahullah
(w.181H):
"ورث عَبد اللَّهِ
عَن أبيه ستّ مئة ألف درهم صامت، فأنفق فِي طلب العلم والخيرِ فِي المواضع أربعَ
مئة ألف وستين أَوْ خمسين ألفا". [تهذيب الكمال في أسماء الرجال]
“Abdullah mewarisi dari bapaknya 600.000
dirham tunai, lalu ia pakai dalam menuntut ilmu dan kebaikan sebanyak 400.000
tambah 60.000 atau 50.000”. [Tahdzibul Kamal]
Ø Imam Syafi’iy rahimahullah
(w.204H) berkata:
«أَنْفَقْتُ عَلَى كُتُبِ
مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ سِتِّينَ دِينَارًا، ثُمَّ تَدَبَّرْتُهَا فَوَضَعْتُ
إِلَى جَنْبِ كُلِّ مَسْأَلَةٍ حَدِيثًا، يَعْنِي رَدًّا عَلَيْهِ» [حلية الأولياء وطبقات الأصفياء لأبي
نعيم]
“Aku
membeli buku Muhammad bin Al-Hasan seharga 60 dinar, kemudian aku
mempelajarinya dan menulis di sisi setiap permasalahan satu hadits –yakni:
sebagai bantahan-” [Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim]
Ø
Hisyam bin ‘Ubaidillah Ar-Raziy rahimahullah (w.221H)
berkata:
"لقيتُ
ألفًا وسبعَمائة شيخ، وأنفقتُ في العلم سبعَمائة ألف درهم". [ميزان الاعتدال]
“Aku
bertemu dengan 1.700 syekh, dan aku menhabiskan uang dalam menuntut ilmu
sebanyak 700.000 dirham”. [Mizan Al-I’tidal]
Ø Imam Bukhari rahimahullah
(w.256H) berkata:
"كُنْتُ أَستَغِلُّ
كُلَّ شَهْرٍ خَمْسَ مائَةِ دِرْهَمٍ، فَأَنفقْتُ كُلَّ ذَلِكَ فِي طَلَبِ
العِلْمِ". [سير أعلام النبلاء]
“Dahulu aku berkerja setiap bulan dengan
upah 500 dirham, lalu aku habiskan semuanya untuk menuntut ilmu”. [Siaru A’lam
An-Nubala’]
9.
Semangat
menuntut ilmu sekalipun sudah lanjut usia.
Dalam shahih Bukhari, kitab Ilmu, Imam Bukhari -rahimahullah-
berkata:
وَقَالَ
عُمَرُ: "تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا"
Dan
Umar berkata: "Hendaklah kalian belajar sebelum kalian dijadikan
pemimpin".
Kemudian
imam Bukhari mengomentari:
"وَبَعْدَ أَنْ
تُسَوَّدُوا وَقَدْ تَعَلَّمَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ ﷺ فِي كِبَرِ
سِنِّهِمْ"
"Demikian pula setelah dijadikan pemimpin, karena beberpa sahabat Nabi ﷺ menuntut ilmu di masa tua mereka".
Ø ‘Isa bin Musa, Abu Ahmad Al-Bukhari Al-Azraq rahimahullah (w.187H), Al-Hakim
berkata tentangnya:
"هُوَ إِمَامُ
عَصرِه، طَلَبَ الحَدِيْثَ عَلَى كِبَرِ السِّنِّ، وَرَحَلَ" [سير أعلام النبلاء]
“Dia adalah imam di masanya, mulai menuntut
ilmu di masa tuanya dan melakukan perjalanan jauh”. [Siaru A’lam An-Nubala’]
Ø Al-Harits bin Miskin, Abu ‘Amr Al-Umawiy rahimahullah (w.250H). Adz-Dzahabiy
berkata tentangnya:
الإِمَامُ، العَلاَّمَةُ، الفَقِيْهُ،
المُحَدِّثُ، الثَّبْتُ، قَاضِيَ القُضَاةِ بِمِصْرَ، ... مَوْلِدُهُ:
فِي سَنَةِ أَرْبَعٍ وَخَمْسِيْنَ وَمائَةٍ. وَإِنَّمَا
طَلَبَ العِلْمَ عَلَى كِبَرٍ. [سير أعلام النبلاء]
“Ia adalah seorang imam, alim, ahli fiqhi
dan hadits, hafalannya kuat, hakim Mesir. Lahir pada tahun 154 hijriyah, dan ia
mulai menuntut ilmu di usia tua”. [Siaru A’lam An-Nubala’]
Ø Ali bin
Muhammad bin Yanal, Abu Al-Hasan Al-‘Ukbariy rahimahullah
(w.376H). Abdul Wahid bin Ali
Al-Asdiy berkata tentangnya:
"تعلَّمَ الخطَّ علي كبَرِ السّنّ،
وسَمِعَ الحَدِيثَ، ورَزَقَه اللَّهُ تعالى مِنَ المَعْرِفَة، والفَهْمِ به شيئًا
كثيرًا" [تاريخ بغداد]
“Ia mulai belajar menulis di usia tua dan
mendengarkan hadits, Allah mengaruniahi dia pengetahuan dan pemahaman yang
banyak”. [Tarikh Bagdad]
Ø
Abdullah bin Ahmad Al-Marwaziy, Abu Bakr Al-Qaffal rahimahullah (w.417H). Ibnu Ash-Shalah berkata:
"كَانَ رَحمَه الله
ابْتَدَأَ التَّعَلُّم على كبر السن بَعْدَمَا أفنى شبيبته فِي صناعَة الأقفال،
وَكَانَ ماهرا فِيهَا". [طبقات الفقهاء الشافعية]
“Beliau –rahimahullah- mulai menuntut ilmu
di masa tuanya, setelah ia menghabiskan masa mudanya pada pekerjaan membuat
kunci, dan beliau ahli dalam pekerjaan tersebut”. [Thabaqat Al-Fuqahaa
Asy-Syafi’iyah]
Ø Al-Hasan bin Syihab, Abu Ali Al-‘Ukbariy rahimahullah (w.428H), Al-Khathib
berkata tentangnya:
"سَمِعَ الحدِيثَ
عَلَى كِبَرِ السِّنّ" [تاريخ
بغداد]
“Ia mulai mendengarkan hadits di masa tua”.
[Tarikh Bagdad]
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Akhlak ulama dan penuntut ilmu - Adab penuntut ilmu terhadap gurunya - Bagaimana menuntut ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...