Rabu, 06 Oktober 2021

Kitab Ilmu bab 52 dan 53; Adab berfatwa (bagian 2)

بسم الله الرحمن الرحيم

A.    Bab 52.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ ذِكْرِ العِلْمِ وَالفُتْيَا فِي المَسْجِدِ

“Bab: Menyampaikan ilmu dan fatwa dalam mesjid”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan anjuran menyampaikan ilmu dan berfatwa di mesjid, sebagaimana yang dilakukan di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

133 - حَدَّثَنِي قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا نَافِعٌ مَوْلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَجُلًا، قَامَ فِي المَسْجِدِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مِنْ أَيْنَ تَأْمُرُنَا أَنْ نُهِلَّ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يُهِلُّ أَهْلُ المَدِينَةِ مِنْ ذِي الحُلَيْفَةِ، وَيُهِلُّ أَهْلُ الشَّأْمِ مِنَ الجُحْفَةِ، وَيُهِلُّ أَهْلُ نَجْدٍ مِنْ قَرْنٍ» وَقَالَ ابْنُ عُمَرَ وَيَزْعُمُونَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «وَيُهِلُّ أَهْلُ اليَمَنِ مِنْ يَلَمْلَمَ» وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ: لَمْ أَفْقَهْ هَذِهِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepadaku Qutaibah bin Sa'id, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Laits bin Sa'd, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Nafi' mantan budak 'Abdullah bin 'Umar bin Al-Khaththab, dari 'Abdullah bin 'Umar, bahwa ada seorang laki-laki datang berdiri di masjid lalu bertanya: "Wahai Rasulullah, dari mana Tuan memerintahkan kami untuk bertalbiyah (mulai berihram)?" Rasulullah lalu menjawab: "Bagi penduduk Madinah bertalbiyah dari Dzul Hulaifah, penduduk Syam dari Al-Juhfah, dan penduduk Najed dari Qarn." Ibnu Umar berkata: "Orang-orang mengklaim bahwa Rasulullah akan mengatakan bahwa penduduk Yaman bertalbiyah dari Yalamlam." Sementara Ibnu Umar berkata, "Aku tidak mendengar tentang hal ini (miqat Yalamlam) langsung dari Rasulullah , (akan tetapi aku mendengarnya dari orang lain yang mendengarnya dari beliau)."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘ahuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Boleh menyampaikan ilmu di mesjid.

Dari Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu 'anhu; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika sedang duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Satu diantaranya melihat ada tempat kosong maka ia mengisinya, sedang yang kedua duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga berbalik pergi. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai bermajelis, Beliau bersabda:  

«أَلاَ أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ؟ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi?" Adapun seorang diantara mereka, dia mendekat kepada Allah, maka Allah pun mendekat kepada dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Keutamaan shalat berjama'ah di Mesjid

3.      Keutamaan menyampaikan ilmu di mesjid.

Diantaranya:

a)      Mendapatkan ketenangan, rahmat, dinaungi para malaikat dan Allah menyebutnya pada siapa yang ada di sisi-Nya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ» [صحيح مسلم]

“Dan tidaklah satu kaum berkumpul di salah satu "rumah Allah" (mesjid) membaca kitabullah (Al-Qur'an) dan mempelajarinya di antara mereka kecuali Allah menurunkan kepada mereka ketenangan dan mereka dinaungi dengan rahmat dan malaikat mengerumungi mereka dan Allah menyebut mereka pada siapa yang ada di sisi-Nya”. [Sahih Muslim]

b)      Mendapatkan lebih baik daripada kenikmatan dunia.

Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ، أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ، فَيَأْتِيَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِي غَيْرِ إِثْمٍ، وَلَا قَطْعِ رَحِمٍ؟»

Siapa diantara kalian yang suka pergi ke Buthaan atau ke Al-'Aqiiq setiapa hari dan mendapatkan dari sana dua ekor unta dengan tanpa dosa dan tidak pula memutuskan siraturahmi (diambil dengan halal dan suka rela)?

Sahabat menjawab: Ya Rasulullah, kami suka dengan itu.

Maka Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«أَفَلَا يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمُ، أَوْ يَقْرَأُ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ، وَثَلَاثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثٍ، وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الْإِبِلِ» [صحيح مسلم]

“Tidakkah seorang dari kalian pergi ke mesjid dan belajar atau membaca dua ayat dari Al-Qur'an, maka itu lebih baik baginya dari dua ekor onta, tiga ayat lebih baik dari tiga onta, empat ayat lebih baik dari empat onta, dan semakin banyak jumalah ayatnya lebih baik dengan sebanyak itu dari onta”. [Sahih Muslim]

c)       Pahala ibadah haji.

Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُرِيدُ إِلَّا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ، تَامًّا حَجَّتَهُ» [المعجم الكبير للطبراني: حسن]

"Barang siapa yang pergi ke masjid, tidak ada yang ia inginkan kecuali untuk menuntut ilmu yang baik atau mengajarkannya, akan mendapatkan pahala seperti pahala yang didapatkan orang yang menunaikan haji secara sempurna". [Al-Mu'jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Hasan]

Lihat: Keutamaan ilmu, ulama, dan penuntut ilmu

4.      Tempat-tempat berihram untuk menunaikan haji atau umrah.

Bagi penduduk Madinah bertalbiyah dari Dzul Hulaifah, yang sekarang dikenal dengan nama Abar Ali, terletak 13 km dari mesjid Nabawiy.

Penduduk Syam dari Al-Juhfah, terletak 10 km dari laut merah, sekarang sudah tidak berpenghuni dan sekarang orang-orang berihram dari kota Rabig terletak 186 km dari kota Mekah. Penduduk Libanon, Suria, Urdun, Palestin, Mesir, Sudan, Maroko, Afrika, dan sebagian penduduk Saudi Arabiyah, berihram dari miqat ini.

Penduduk Najed dari Qarn, sekarang dinamai As-Sailul Kabir, berjarak 78 km dari kota Mekah. Jama’ah haji dari timur berihram di sini seperti negara Khalij, Irak, Iran dan sekitarnya.

Penduduk Yaman bertalbiyah dari Yalamlam, sekarang dikenal dengan nama As-Sa’diyah, terletak sejauh 120 km dari kota Mekah.

5.      Pentingnya sikap hati-hati dalam menyampaikan ilmu.

Muhammad bin Sirin –rahimahullah- berkata;

كَانَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ،  إِذَا حَدَّثَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثًا فَفَرَغَ مِنْهُ قَالَ: " أَوْ كَمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " [سنن ابن ماجه: صحيح]

Jika Anas bin Malik telah selesai dari membacakan sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata, "Atau sebagaimana Rasulullah bersabda." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  'Amru bin Maimun –rahimahullah- berkata;

" مَا أَخْطَأَنِي ابْنُ مَسْعُودٍ عَشِيَّةَ خَمِيسٍ إِلَّا أَتَيْتُهُ فِيهِ، فَمَا سَمِعْتُهُ يَقُولُ لِشَيْءٍ قَطُّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا كَانَ ذَاتَ عَشِيَّةٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَنَكَسَ " قَالَ: «فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ، فَهُوَ قَائِمٌ مُحَلَّلَةً، أَزْرَارُ قَمِيصِهِ، قَدْ اغْرَوْرَقَتْ عَيْنَاهُ، وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ» قَالَ: أَوْ دُونَ ذَلِكَ، أَوْ فَوْقَ ذَلِكَ، أَوْ قَرِيبًا مِنْ ذَلِكَ، أَوْ شَبِيهًا بِذَلِكَ [سنن ابن ماجه: صحيح]

Tidaklah Ibnu Mas'ud menyalahiku di malam Kamis, melainkan aku mendatanginya. Aku tidak mendengarnya mengatakan sesuatu pun dari hadits Rasulullah . Kemudian pada suatu malam dia berkata; “Rasulullah bersabda”, 'Amru bin Maimun berkata; Maka dia (Ibnu Mas’ud) menunduk. Aku lalu memandang kepadanya, ia waktu itu sedang berdiri sambil mengancingkan kancing-kancing jubahnya, airmatanya bercucuran dan urat lehernya naik turun. Dia berkata, "Atau kurang dari itu, atau lebih dari itu, atau dekat dari itu, atau serupa dengan itu." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

B.     Bab 53.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ مَنْ أَجَابَ السَّائِلَ بِأَكْثَرَ مِمَّا سَأَلَهُ

“Bab: Orang yang menjawab si penanya lebih banyak dari yang ia tanyakan”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bolehnya menjawab pertanyaan lebih dari apa yang ditanyakan jika dianggap perlu dan tidak memberatkan si penanya, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

134 - حَدَّثَنَا آدَمُ [بن أبى إياس]، قَالَ: حَدَّثَنَا [محمد بن عبد الرحمن بن المغيرة بن الحارث] ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَعَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَهُ: مَا يَلْبَسُ المُحْرِمُ؟ فَقَالَ: «لاَ يَلْبَسُ القَمِيصَ، وَلاَ العِمَامَةَ، وَلاَ السَّرَاوِيلَ، وَلاَ البُرْنُسَ، وَلاَ ثَوْبًا مَسَّهُ الوَرْسُ أَوِ الزَّعْفَرَانُ، فَإِنْ لَمْ يَجِدِ النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسِ الخُفَّيْنِ، وَلْيَقْطَعْهُمَا حَتَّى يَكُونَا تَحْتَ الكَعْبَيْنِ»

Telah menceritakan kepada kami Adam [bin Abi Iyas], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdirrahman bin Al-Mugirah bin Al-Harits] Ibnu Abu Dzi'b, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar, dari Nabi . Dan dari Az-Zuhriy, dari Salim, dari Ibnu 'Umar, dari Nabi , bahwa ada seorang laki-laki bertanya, "Apa yang boleh dikenakan oleh orang yang melakukan ihram?" Beliau menjawab, "Ia tidak boleh memakai baju, Imamah (surban yang dililitkan pada kepala), celana panjang, mantel, atau pakaian yang diberi minyak wangi atau za'faran. Jika dia tidak mendapatkan sandal, maka ia boleh mengenakan sepatu dengan memotongnya hingga di bawah mata kaki."

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Memberikan jawaban yang lebih baik dari yang ditanyakan.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ، فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: «وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا». قَالَ: لاَ شَيْءَ، إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ». قَالَ أَنَسٌ: فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ، فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ» قَالَ أَنَسٌ: «فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ»

Seorang Sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Kapan hari kiamat tiba?

Rasulullah balik bertanya: "Apa yang sudah engkau persiapkan untuk menghadapinya?"

Sahabat tersebut menjawab: Tidak ada yang spesial, kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Engkau akan bersama siapa yang kau cinta di akhirat nanti".

Anas berkata: Tidak pernah kami gembira seperti kegembiraan kami mendengar sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Engkau akan bersama siapa yang kau cinta di akhirat nanti".

Anas berkata: Sesungguhnya aku mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakr, dan Umar, dan berharap bisa bersama mereka di akhirat dengan cintaku kepada mereka sekalipun aku tidak beramal seperti amalan mereka. [Sahih Bukhari dan Muslim]

2)      Memberikan jawaban sesuai dengan kebutuhan si penanya agar tidak memberatkan.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata;

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: عَلِّمْنِي شَيْئًا وَلَا تُكْثِرْ عَلَيَّ لَعَلِّي أَعِيهِ، قَالَ: «لَا تَغْضَبْ»، فَرَدَّدَ ذَلِكَ مِرَارًا كُلُّ ذَلِكَ يَقُولُ: «لَا تَغْضَبْ» [سنن الترمذي: صحيح]

Seorang laki-laki menghadap Rasulullah seraya berkata, "Ajarkanlah sesuatu kepadaku, namun jangan engkau memperbanyaknya, sehingga aku mudah untuk mengingatnya." Maka beliau pun bersabda, "Janganlah kamu marah." Lalu beliau mengulang-ngulang ungkapan itu. [Sunan Tirmidziy: Shahih]

3)      Boleh memberikan jawaban lebih dari yang ditanyakan jika diangggap perlu.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Seorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Ya Rasulullah, sesungguhnya kami sering berkendaraan laut dan kami membawa sedikit air, jika kami berwudhu dengan air itu maka kami akan kehausan. Apakah boleh kami berwudhu dengan air laut?

Rasulullah menjawab:

«هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]

"Air laut itu suci dan mensucikan, bangkainya (hewan laut) halal dimakan". [Sunan Abu Daud: Sahih]

4)      Memberikan jawaban sesuai dengan kondisi si penanya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

أَنَّ رَجُلً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْمُبَاشَرَةِ لِلصَّائِمِ، «فَرَخَّصَ لَهُ»، وَأَتَاهُ آخَرُ، فَسَأَلَهُ، «فَنَهَاهُ»، فَإِذَا الَّذِي رَخَّصَ لَهُ شَيْخٌ، وَالَّذِي نَهَاهُ شَابٌّ [سنن أبي داود: صحيح]

Bahwa seoerang laki-laki bertanya kepada Nabi mengenai cumbuan orang yang berpuasa, lalu beliau memberikan keringanan kepadanya. Dan orang yang lain datang kepada beliau dan bertanya mengenainya, lalu beliau melarangnya. Ternyata orang yang beliau beri keringanan adalah orang yang sudah tua, sedangkan orang yang beliau larang adalah orang yang masih muda. [Sunan Abi Daud: Shahih]

Seperti pula jawaban berliau ketika ditanya tentang amalan yang memasukkan surga, beliau menjawab dengan jawaban yang beragam sesuai dengan kondisi penanya.

Abu Ayyub Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu berkata: Seorang laki-laki bertanya: Ya Rasulullah, beri tahukanlah kepadaku amalan yang akan memasukkanku ke surga!

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

«تَعْبُدُ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Sembahlah Allah dan jangan kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, dirikan shalat, tunaikan zakat, dan sambung hubungan silaturahmi". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Salah seorang sahabat Rasulullah bertanya: Ajarilah aku suatu amalan yang bisa memasukkanku ke surga, tapi jangan terlalu banyak untukku.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:  «لَا تَغْضَبْ»"Jangan marah". [Musnad Abu Ya'laa: Shahih]

Begitu pula ketika ditanya tentang amalan terbaik atau yang paling dicintai Allah, jawaban beliau beragam:

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ» قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «حَجٌّ مَبْرُورٌ» [صحيح البخاري ومسلم]

Ditanyakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "'Amal apakah yang paling utama?" Beliau menjawab: "Iman kepada Allah dan rasul-Nya". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah". Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Haji mabrur". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu:

أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «الصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا، وَبِرُّ الوَالِدَيْنِ، ثُمَّ الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

Bahwa seorang laki-laki pernah bertanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, amalan apa yang paling utama?' Nabi menjawab: "Shalat tepat pada waktunya, berbakti kepada kedua orang tua, dan jihad fi sabilillah." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 50 dan 51; Malu dalam ilmu - Kitab Ilmu bab 23 dan 24; Tentang adab berfatwa (bagian 1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...