بسم الله الرحمن الرحيم
A.
Bab
52.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ ذِكْرِ العِلْمِ وَالفُتْيَا فِي المَسْجِدِ
“Bab: Menyampaikan ilmu dan fatwa dalam
mesjid”
Dalam
bab ini, imam Bukhari menjelaskan anjuran menyampaikan ilmu dan berfatwa di
mesjid, sebagaimana yang dilakukan di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
133 - حَدَّثَنِي قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ،
قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا نَافِعٌ مَوْلَى
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ،
أَنَّ رَجُلًا، قَامَ فِي المَسْجِدِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مِنْ أَيْنَ
تَأْمُرُنَا أَنْ نُهِلَّ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «يُهِلُّ أَهْلُ المَدِينَةِ مِنْ ذِي الحُلَيْفَةِ، وَيُهِلُّ أَهْلُ
الشَّأْمِ مِنَ الجُحْفَةِ، وَيُهِلُّ أَهْلُ نَجْدٍ مِنْ قَرْنٍ» وَقَالَ ابْنُ
عُمَرَ وَيَزْعُمُونَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: «وَيُهِلُّ أَهْلُ اليَمَنِ مِنْ يَلَمْلَمَ» وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ
يَقُولُ: لَمْ أَفْقَهْ هَذِهِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Telah menceritakan kepadaku Qutaibah bin
Sa'id, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Laits bin Sa'd, ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Nafi' mantan budak 'Abdullah bin 'Umar
bin Al-Khaththab, dari 'Abdullah bin 'Umar, bahwa ada seorang laki-laki
datang berdiri di masjid lalu bertanya: "Wahai Rasulullah, dari mana Tuan
memerintahkan kami untuk bertalbiyah (mulai berihram)?" Rasulullah ﷺ lalu menjawab: "Bagi penduduk Madinah
bertalbiyah dari Dzul Hulaifah, penduduk Syam dari Al-Juhfah, dan penduduk Najed
dari Qarn." Ibnu Umar berkata: "Orang-orang mengklaim bahwa
Rasulullah ﷺ akan mengatakan bahwa
penduduk Yaman bertalbiyah dari Yalamlam." Sementara Ibnu Umar berkata,
"Aku tidak mendengar tentang hal ini (miqat Yalamlam) langsung dari
Rasulullah ﷺ, (akan tetapi aku
mendengarnya dari orang lain yang mendengarnya dari beliau)."
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Biografi
Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘ahuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Boleh
menyampaikan ilmu di mesjid.
Dari Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu
'anhu; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika sedang
duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua
orang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan yang seorang lagi
pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Satu diantaranya melihat ada tempat kosong maka ia mengisinya, sedang yang
kedua duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga berbalik pergi. Setelah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai bermajelis, Beliau
bersabda:
«أَلاَ أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ؟
أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَاسْتَحْيَا
فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ»
[صحيح البخاري ومسلم]
"Maukah kalian aku
beritahu tentang ketiga orang tadi?" Adapun seorang diantara mereka, dia mendekat
kepada Allah, maka Allah pun mendekat kepada dia. Yang kedua, dia malu kepada
Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari
Allah maka Allah pun berpaling darinya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Keutamaan shalat berjama'ah di Mesjid
3. Keutamaan
menyampaikan ilmu di mesjid.
Diantaranya:
a)
Mendapatkan ketenangan, rahmat, dinaungi para malaikat
dan Allah menyebutnya pada siapa yang ada di sisi-Nya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ
مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ
نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ» [صحيح مسلم]
“Dan tidaklah satu kaum berkumpul di salah satu "rumah Allah"
(mesjid) membaca kitabullah (Al-Qur'an) dan mempelajarinya di antara mereka
kecuali Allah menurunkan kepada mereka ketenangan dan mereka dinaungi dengan
rahmat dan malaikat mengerumungi mereka dan Allah menyebut mereka pada siapa
yang ada di sisi-Nya”. [Sahih Muslim]
b) Mendapatkan lebih baik daripada kenikmatan dunia.
Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ
كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ، أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ، فَيَأْتِيَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ
كَوْمَاوَيْنِ فِي غَيْرِ إِثْمٍ، وَلَا قَطْعِ رَحِمٍ؟»
Siapa diantara kalian yang suka pergi ke Buthaan
atau ke Al-'Aqiiq setiapa hari dan mendapatkan dari sana dua ekor unta dengan
tanpa dosa dan tidak pula memutuskan siraturahmi (diambil dengan halal dan suka
rela)?
Sahabat menjawab: Ya Rasulullah, kami suka
dengan itu.
Maka Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«أَفَلَا يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى
الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمُ، أَوْ يَقْرَأُ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ،
خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ، وَثَلَاثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثٍ، وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ
لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الْإِبِلِ» [صحيح مسلم]
“Tidakkah seorang dari kalian
pergi ke mesjid dan belajar atau membaca dua ayat dari Al-Qur'an, maka itu
lebih baik baginya dari dua ekor onta, tiga ayat lebih baik dari tiga onta,
empat ayat lebih baik dari empat onta, dan semakin banyak jumalah ayatnya lebih
baik dengan sebanyak itu dari onta”. [Sahih Muslim]
c) Pahala ibadah haji.
Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لَا
يُرِيدُ إِلَّا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ،
تَامًّا حَجَّتَهُ» [المعجم الكبير للطبراني: حسن]
"Barang siapa yang pergi
ke masjid, tidak ada yang ia inginkan kecuali untuk menuntut ilmu yang baik
atau mengajarkannya, akan mendapatkan pahala seperti pahala yang didapatkan
orang yang menunaikan haji secara sempurna". [Al-Mu'jam Al-Kabir karya
Ath-Thabaraniy: Hasan]
Lihat: Keutamaan ilmu, ulama, dan penuntut ilmu
4. Tempat-tempat
berihram untuk menunaikan haji atau umrah.
Bagi penduduk Madinah bertalbiyah dari Dzul
Hulaifah, yang sekarang dikenal dengan nama Abar Ali, terletak 13 km dari
mesjid Nabawiy.
Penduduk Syam dari Al-Juhfah,
terletak 10 km dari laut merah, sekarang sudah tidak berpenghuni dan sekarang
orang-orang berihram dari kota Rabig terletak 186 km dari kota Mekah. Penduduk
Libanon, Suria, Urdun, Palestin, Mesir, Sudan, Maroko, Afrika, dan sebagian
penduduk Saudi Arabiyah, berihram dari miqat ini.
Penduduk Najed dari Qarn, sekarang
dinamai As-Sailul Kabir, berjarak 78 km dari kota Mekah. Jama’ah haji dari
timur berihram di sini seperti negara Khalij, Irak, Iran dan sekitarnya.
Penduduk Yaman bertalbiyah dari Yalamlam,
sekarang dikenal dengan nama As-Sa’diyah, terletak sejauh 120 km dari kota
Mekah.
5. Pentingnya
sikap hati-hati dalam menyampaikan ilmu.
Muhammad bin Sirin –rahimahullah- berkata;
كَانَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ،
إِذَا حَدَّثَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَدِيثًا فَفَرَغَ مِنْهُ قَالَ: " أَوْ كَمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " [سنن ابن ماجه: صحيح]
Jika Anas bin Malik telah selesai dari membacakan sebuah hadits
Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, ia berkata, "Atau sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda." [Sunan Ibnu
Majah: Shahih]
Ø 'Amru bin
Maimun –rahimahullah- berkata;
" مَا أَخْطَأَنِي ابْنُ مَسْعُودٍ عَشِيَّةَ خَمِيسٍ إِلَّا
أَتَيْتُهُ فِيهِ، فَمَا سَمِعْتُهُ يَقُولُ لِشَيْءٍ قَطُّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا كَانَ ذَاتَ عَشِيَّةٍ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَنَكَسَ " قَالَ:
«فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ، فَهُوَ قَائِمٌ مُحَلَّلَةً، أَزْرَارُ قَمِيصِهِ، قَدْ
اغْرَوْرَقَتْ عَيْنَاهُ، وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ» قَالَ: أَوْ دُونَ ذَلِكَ،
أَوْ فَوْقَ ذَلِكَ، أَوْ قَرِيبًا مِنْ ذَلِكَ، أَوْ شَبِيهًا بِذَلِكَ [سنن ابن ماجه:
صحيح]
Tidaklah Ibnu Mas'ud menyalahiku di malam Kamis, melainkan aku
mendatanginya. Aku tidak mendengarnya mengatakan sesuatu pun dari hadits
Rasulullah ﷺ. Kemudian pada suatu malam dia berkata; “Rasulullah ﷺ bersabda”, 'Amru bin Maimun
berkata; Maka dia (Ibnu Mas’ud) menunduk. Aku lalu memandang kepadanya, ia
waktu itu sedang berdiri sambil mengancingkan kancing-kancing jubahnya,
airmatanya bercucuran dan urat lehernya naik turun. Dia berkata, "Atau
kurang dari itu, atau lebih dari itu, atau dekat dari itu, atau serupa dengan
itu." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
B.
Bab
53.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ مَنْ أَجَابَ السَّائِلَ
بِأَكْثَرَ مِمَّا سَأَلَهُ
“Bab: Orang yang menjawab si penanya lebih
banyak dari yang ia tanyakan”
Dalam
bab ini, imam Bukhari menjelaskan bolehnya menjawab pertanyaan lebih dari apa
yang ditanyakan jika dianggap perlu dan tidak memberatkan si penanya,
sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
134 - حَدَّثَنَا آدَمُ [بن أبى إياس]، قَالَ: حَدَّثَنَا [محمد بن عبد الرحمن بن المغيرة بن الحارث] ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَعَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَالِمٍ،
عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ
رَجُلًا سَأَلَهُ: مَا يَلْبَسُ المُحْرِمُ؟ فَقَالَ: «لاَ يَلْبَسُ القَمِيصَ،
وَلاَ العِمَامَةَ، وَلاَ السَّرَاوِيلَ، وَلاَ البُرْنُسَ، وَلاَ ثَوْبًا مَسَّهُ
الوَرْسُ أَوِ الزَّعْفَرَانُ، فَإِنْ لَمْ يَجِدِ النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسِ
الخُفَّيْنِ، وَلْيَقْطَعْهُمَا حَتَّى يَكُونَا تَحْتَ الكَعْبَيْنِ»
Telah menceritakan kepada kami Adam [bin Abi
Iyas], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdirrahman bin
Al-Mugirah bin Al-Harits] Ibnu Abu Dzi'b, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar, dari
Nabi ﷺ. Dan dari Az-Zuhriy, dari Salim, dari Ibnu
'Umar, dari Nabi ﷺ, bahwa ada seorang
laki-laki bertanya, "Apa yang boleh dikenakan oleh orang yang melakukan
ihram?" Beliau menjawab, "Ia tidak boleh memakai baju, Imamah (surban
yang dililitkan pada kepala), celana panjang, mantel, atau pakaian yang diberi
minyak wangi atau za'faran. Jika dia tidak mendapatkan sandal, maka ia boleh
mengenakan sepatu dengan memotongnya hingga di bawah mata kaki."
Penjelasan singkat hadits ini:
1) Memberikan
jawaban yang lebih baik dari yang ditanyakan.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu
berkata:
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنِ السَّاعَةِ، فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: «وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا».
قَالَ: لاَ شَيْءَ، إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ». قَالَ أَنَسٌ: فَمَا
فَرِحْنَا بِشَيْءٍ، فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ» قَالَ أَنَسٌ: «فَأَنَا أُحِبُّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَأَرْجُو
أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ
أَعْمَالِهِمْ»
Seorang
Sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Kapan
hari kiamat tiba?
Rasulullah
balik bertanya: "Apa yang sudah engkau persiapkan untuk menghadapinya?"
Sahabat
tersebut menjawab: Tidak ada yang spesial, kecuali aku mencintai Allah dan
Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Engkau akan bersama siapa
yang kau cinta di akhirat nanti".
Anas
berkata: Tidak pernah kami gembira seperti kegembiraan kami mendengar sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Engkau akan bersama
siapa yang kau cinta di akhirat nanti".
Anas
berkata: Sesungguhnya aku mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
Abu Bakr, dan Umar, dan berharap bisa bersama mereka di akhirat dengan cintaku
kepada mereka sekalipun aku tidak beramal seperti amalan mereka. [Sahih Bukhari
dan Muslim]
2) Memberikan
jawaban sesuai dengan kebutuhan si penanya agar tidak memberatkan.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata;
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: عَلِّمْنِي شَيْئًا وَلَا تُكْثِرْ عَلَيَّ
لَعَلِّي أَعِيهِ، قَالَ: «لَا تَغْضَبْ»، فَرَدَّدَ ذَلِكَ مِرَارًا كُلُّ ذَلِكَ
يَقُولُ: «لَا تَغْضَبْ» [سنن الترمذي: صحيح]
Seorang laki-laki menghadap Rasulullah ﷺ seraya berkata, "Ajarkanlah sesuatu
kepadaku, namun jangan engkau memperbanyaknya, sehingga aku mudah untuk
mengingatnya." Maka beliau pun bersabda, "Janganlah kamu marah."
Lalu beliau mengulang-ngulang ungkapan itu. [Sunan Tirmidziy: Shahih]
3) Boleh
memberikan jawaban lebih dari yang ditanyakan jika diangggap perlu.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata: Seorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
Ya Rasulullah, sesungguhnya kami sering berkendaraan laut dan kami membawa
sedikit air, jika kami berwudhu dengan air
itu maka kami akan kehausan. Apakah boleh kami berwudhu dengan air laut?
Rasulullah menjawab:
«هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ
مَيْتَتُهُ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
"Air
laut itu suci dan mensucikan, bangkainya (hewan laut) halal dimakan".
[Sunan Abu Daud: Sahih]
4) Memberikan
jawaban sesuai dengan kondisi si penanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu:
أَنَّ رَجُلً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْمُبَاشَرَةِ لِلصَّائِمِ، «فَرَخَّصَ لَهُ»،
وَأَتَاهُ آخَرُ، فَسَأَلَهُ، «فَنَهَاهُ»، فَإِذَا الَّذِي رَخَّصَ لَهُ شَيْخٌ،
وَالَّذِي نَهَاهُ شَابٌّ [سنن أبي داود: صحيح]
Bahwa seoerang laki-laki bertanya kepada
Nabi ﷺ mengenai cumbuan orang yang berpuasa, lalu
beliau memberikan keringanan kepadanya. Dan orang yang lain datang kepada
beliau dan bertanya mengenainya, lalu beliau melarangnya. Ternyata orang yang
beliau beri keringanan adalah orang yang sudah tua, sedangkan orang yang beliau
larang adalah orang yang masih muda. [Sunan Abi Daud: Shahih]
Seperti pula jawaban berliau ketika ditanya tentang
amalan yang memasukkan surga, beliau menjawab dengan jawaban yang beragam
sesuai dengan kondisi penanya.
Abu Ayyub Al-Anshariy radhiyallahu
'anhu berkata: Seorang laki-laki bertanya: Ya Rasulullah, beri tahukanlah
kepadaku amalan yang akan memasukkanku ke surga!
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab:
«تَعْبُدُ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ
شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Sembahlah Allah dan jangan
kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, dirikan shalat, tunaikan zakat, dan
sambung hubungan silaturahmi". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Salah seorang sahabat Rasulullah bertanya: Ajarilah aku suatu
amalan yang bisa memasukkanku ke surga, tapi jangan terlalu banyak untukku.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab: «لَا تَغْضَبْ»"Jangan marah". [Musnad Abu Ya'laa: Shahih]
Begitu pula ketika ditanya tentang amalan terbaik
atau yang paling dicintai Allah, jawaban beliau beragam:
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata:
سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الأَعْمَالِ
أَفْضَلُ؟ قَالَ: «إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ» قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ:
«جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «حَجٌّ مَبْرُورٌ» [صحيح
البخاري ومسلم]
Ditanyakan kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam: "'Amal apakah yang paling utama?" Beliau
menjawab: "Iman kepada Allah dan rasul-Nya". Kemudian ditanya lagi:
"Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah".
Kemudian ditanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab:
"Haji mabrur". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu:
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَيُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «الصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا، وَبِرُّ
الوَالِدَيْنِ، ثُمَّ الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa seorang laki-laki pernah bertanya
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, amalan apa yang paling utama?' Nabi
menjawab: "Shalat tepat pada waktunya, berbakti kepada kedua orang tua,
dan jihad fi sabilillah." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ilmu bab 50 dan 51; Malu dalam ilmu - Kitab Ilmu bab 23 dan 24; Tentang adab berfatwa (bagian 1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...