بسم الله الرحمن الرحيم
Syekh Isma’il Al-‘Ajluniy
(1162H) rahimahullah menyebutkan satu hadits yang masyhur dalam kitabnya
“Kasyful Khafaa’” 2/178 no.2087:
( لَوْ أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ ظَنَّهُ بِحَجَرٍ
لَنَفَعَهُ اللهُ بِهِ )
“Jika seorang dari kalian
berbaik sangka pada suatu batu maka Allah akan memberikan manfaat untuknya dari
batu itu”
Syekh Islam Ibnu Taimiyah
(728H) rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini palsu.
[Majmuu’ Al-Fatawaa 19/146, 24/355]
Ibnu Hajar (852H) rahimahullah
mengatakan: Ia tidak punya asal (sanad). [Lihat Al-Maqashidul
Hasanah karya As-Sakhawiy no.388]
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (751H) rahimahullah
berkata:
وَهُوَ مِنْ وَضْعِ الْمُشْرِكِينَ
عُبَّادِ الأَوْثَانِ
“Ini adalah buatan orang-orang
musyrik penyembah berhala”. [Al-Manaar Al-Muniif hal.139]
Beliau juga berkata:
وأمثال هذه الأحاديث
التي هي مناقضة لدين الإسلام وضعها المشركون وراجت على أشباههم من الجهال الضلال ،
والله بعث رسوله يقتل من حسن ظنه بالأحجار ، وجنب أمته الفتنة بالقبور بكل طريق
“Hadits-hadits seperti ini yang
bertentangan dengan agama Isam adalah buatan orang-orang musyrik dan laris di
kalangan yang mirip dengan mereka dari orang-orang bodoh dan sesat. Padahal Allah mengutus Rasul-Nya untuk memerangi orang-orang yang berbaik sangka pada
batu-batu dan menjauhkan umatnya dari fitnah penyembah kuburan dengan segala
metode”. [Igatsatul Lahfaan hal.215]
Lihat Silsilah
Al-Ahaadits Adh-Dha’ifah karya syekh Albaniy 1/647 no.450.
Hadits yang semakna dengan itu diriwayatkan dari beberapa sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti Jabir bin Abdillah,
Ibnu Umar, dan Anas radhiyallahu ‘anhum:
Adapun
hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:
Diriwayatkan oleh Al-Hasan
bin Arafah (257H) rahimahullah dalam kitabnya “Juz’ Ibnu Arafah”
no.63:
عَنْ أَبِي رَجَاءٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ بَلَغَهُ عَنِ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ شَيْءٌ فِيهِ فَضْلٌ فَأَخَذَهُ إِيمَانًا بِهِ، وَرَجَاءَ ثَوَابِهِ، أَعْطَاهُ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ذَلِكَ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ كَذَلِكَ»
Dari Abu
Rajaa’, dari Yahya bin Abi Katsiir, dari Abi Salamah bin Abdirrahman,
dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa yang sampai kepadanya tentang Allah
bahwa ada sesuatu yang memiliki keutamaan kemudian ia mengamalkannya dengan
penuh keimanan akan hal itu dan mengharapkan pahalanya, maka Allah memberikan
kepadanya keutamaan tersebut sekalipun sebenarnya tidaklah demikian”.
As-Sakhawiy (902H) rahimahullah
berkata: Abu Rajaa’ tidak diketahui. [Al-Maqashidul Hasanah no.1091]
As-Suyuthiy (911H) rahimahullah
mengatakan: Ia seorang pembohong. [Al-Laali’ Al-Mashnu’ah 1/196]
Ibnu Al-Jauziy (597H) rahimahullah juga
meriwayatkan hadits ini dalam kitabnya “Al-Maudhu’aat” 1/421 melalui
jalur Al-Hasan bin Arafah, akan tetapi dari Abu Jabir dan
bukan dari Abu Rajaa’. Kemudian ia berkata:
Hadits ini tidak shahih dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sekalipun jika tidak ada rawiy
lain yang lemah dalam sanadnya selain Abu Jabir Al-Bayadhiy. Yahya mengatakan:
Ia seorang pembohong. An-Nasaiy berkata: Haditsnya ditolak. Dan Asy-Syafi’iy
mengatakan: Barangsiapa yang meriwayatkan hadits dari Abu Jabir Al-Bayadhiy
maka semoga Allah memutihkan kedua matanya (buta).
Adz-Dzahabiy (748H) rahimahullah
berkata: Dalam sanad hadits ini ada Abu Jabir yaitu Al-Bayadhiy, ia tertuduh
sebagai pemalsu hadits (muttaham). [Talkhish kitaab Al-Maudhu’aat hal.74]
Lihat Silsilah
Al-Ahaadits Adh-Dha’ifah karya syekh Albaniy 1/647 no.451.
Dengan jalur yang lain;
diriwayatkan juga oleh Al-Hafidz Abu Ya’laa rahimahullah,
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsiir (774H) rahimahullah dalam
kitabnya “Fadhail Al-Qur’an” hal.282-284:
من طريق بكر بن يونس عن موسى بن علي عن أبيه عن يحيى بن أبي
كثير اليمامي عن جابر بن عبد الله أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : "
من بلغه عن الله فضيلة ، فعمل بها إيمانا به ورجاء ثوابه ، أعطاه الله ذلك وإن لم
يكن ذلك كذلك "
Dari jalur Bakr bin Yunus, dari Musa bin ‘Ali, dari bapaknya,
dari Yahya bin Abi Katsiir Al-Yamaamiy, dari Jabir bin Abdillah bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa
yang sampai kepadanya dari Allah akan suatu keutamaan kemudian ia
mengamalkannya dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahalanya, maka Allah
akan memberikan kepadanya keutamaan tersebut sekalipun sebenarnya hal itu
tidaklah demikian”.
Sanad hadits ini sangat lemah karena ada Bakr
bin Yunus[1];
Imam Bukhari dan Abu Hatim mengatakan: Haditsnya mungkar. Abu Zur’ah berkata:
Haditsnya Waahiy (sangat lemah).
Adapun
hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma:
Diriwayatkan oleh Ibnu
Al-Jauziy dalam kitabnya “Al-Maudhu’aat” 3/152:
من طريق عَلِيّ بْن الْحُسَيْنِ الْمَكَتِّبُ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيل بن يحيى بن عبد الله حَدَّثَنَا مِسْعَرُ بْنُ
كِدَامٍ عَنْ عَطِيَّةَ الْعَوْفِيِّ عَنِ ابْنِ عُمَرَ
قَالَ: سَمِعت رَسُول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ
بلغه عَن الله فضل شئ مِنَ الأَعْمَالِ يُعْطِيهِ عَلَيْهَا ثَوَابًا، فَعَمِلَ ذَلِكَ
الْعَمَلَ رَجَاءَ ذَلِكَ الثَّوَابِ أَعْطَاهُ اللَّهُ ذَلِكَ الثَّوَابُ وَإِنْ لَمْ
يَكُنْ مَا بَلَغَهُ حَقًا ".
Dari jalur Ali bin Al-Husain Al-Mukattib, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Isma’il bin Yahya bin Abdillah,
ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Mis’ar bin Kidam, dari ‘Athiyah Al-‘Aufiy, dari Ibnu Umar, ia berkata: Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa
yang sampai kepadanya dari Allah akan keutamaan sesuatu dari amalan-amalan yang
dijanjikan pahala jika mengamalkannya, kemudian ia mengamalkan amalan itu
dengan mengharapkan pahalat tersebut maka Allah akan memberikan kepadanya
pahala tersebut sekalipun yang sampai kepadanya itu tidak benar”.
Ibnu Al-Jauziy berkata: Hadits
ini palsu, yang tertuduh sebagai pemalsunya
adalah Isma’il bin Yahya[2].
Adz-Dzahabiy berkata: Dalam
sanad hadits ini ada Isma’il bin Yahya periwayatannya
sangat lemah (saaqith), dari Mis’ar, dari ‘Athiyah
yang periwayatkannya juga sangat lemah (haalik), dari Ibnu Umar.
Dan yang meriwayatkan dari Isma’il adalah Ali bin
Al-Mukattib[3]
juga sangat lemah periwayatannya (haalik). [Talkhish kitaab Al-Maudhu’aat
hal.308]
As-Suyuthiy berkata: Isma’il
seorang pembohong. [Al-Laali’ Al-Mashnu’ah” 1/196]
Dari jalur yang lain,
diriwayatkan juga oleh Al-Murhibiy rahimahullah dalam kitabnya “Fadhl
Al-‘Ilm”, sebagaimana disebutkan oleh As-Suyuthiy dalam kitabnya “Al-Laali’
Al-Mashnu’ah” 1/197:
من
طريق ابْن أَبِي بِلَال عَن الْوَلِيد بْن مَرْوَان عَنِ
ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ مَنْ بَلَغَهُ شَيْءٌ مِنَ الأَحَادِيثِ
الَّتِي يُرْجَى فِيهَا الْخَيْرُ فَقَالَهُ يَنْوِي بِهِ مَا بلغه أُعْطِيَهُ وَإِنْ
لَمْ يَكُنْ .
Dari
jalur sanad Ibnu Abi Bilal, dari Al-Waliid bin Marwan,
dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Barangsiapa yang sampai kepadanya suatu hadits yang diharapkan
padanya suatu kebaikan kemudian ia mengucapkannya dengan niat mendapatkan
keutamaan yang sampai kepadanya maka akan diberikan kepadanya keutamaan
tersebut sekalipun sebenarnya tidak demikian”.
Ibnu
‘Iraq (963H) rahimahullah berkata: Dalam sanadnya ada Al-Waliid bin Marwan[4] ia
seorang yang tidak diketahui (majhuul). [Tanziih Asy-Syari’ah 1/265]
Abu
Hatim dan Adz-Dzahabiy juga mengatakan bahwa ia seroang yang tidak diketahui (majhuul).
Adapun hadits Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu:
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abdil Bar (463H) rahimahullah dalam kitabnya “Jaami’
bayaan Al-‘Ilmi wa Fadhlihi” 1/103 no.93:
عَنِ الْحَارِثِ بْنِ الْحَجَّاجِّ بْنِ
أَبِي الْحَجَّاجِ، عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ، عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ
بَلَغَهُ عَنِ اللَّهِ فَضْلٌ فَأَخَذَ بِذَلِكَ الْفَضْلِ الَّذِي بَلَغَهُ أَعْطَاهُ
اللَّهُ مَا بَلَغَهُ وَإِنْ كَانَ الَّذِي حَدَّثَهُ كَاذِبًا» .
Dari Al-Harits
bin Al-Hajjaaj bin Abi Al-Hajjaaj, dari Abi Ma’mar,
dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Barangsiapa yang sampai kepadanya dari Allah suatu keutamaan
kemudian ia mengamalkan keutamaan tersebut yang telah sampai kepadanya maka
Allah akan memberinya apa yang sampai kepadanya itu sekalipun yang menyampaikan
kepadanya itu seorang pembohong”.
Ibnu Abdil Bar
berkata: Hadits ini lemah, karena Abu Ma’mar ‘Abbaad bin Abdishamad[5] sendiri
meriwayatkannya, dan ia adalah seorang yang ditolak haditsnya (matruuk).
Imam Bukhariy,
Abu Hatim, Al-‘Uqailiy, Ibnu Hibban, dan Ibnu ‘Adiy mengatakan: Haditsnya mungkar
(sangat lemah). Dan Adz-Dzahabiy mengatakan: Ia waahin (sangat lemah).
Lihat Silsilah
Al-Ahaadits Adh-Dha’ifah karya syekh Albaniy 1/653 no.452.
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Makin dilarang, makin dikerjakan - Awas ada syirik! - Belajar Ilmu Takhrij
[1] Lihat
biografi " Bakr bin Yunus " dalam
kitab: Ats-Tsiqaat karya Al-‘Ijliy 1/253, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi
Hatim 2/393, Ats-Tsiqaat karya Ibnu Hibban 8/147, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 2/198,
Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/150, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 4/232,
Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 2/65.
[2] Nama lengkapnya: Isma’il bin Yahya bin Ubaidillah, Abu Yahya At-Taimiy.
Shalih bin Muhammad Jazarah mengatakan: Ia memalsukan hadits. Al-Azdiy, Abu ‘Ali
An-Naisaburiy Al-Hafidz, Ad-Daraquthniy dan Al-Hakim mengatakan: Ia seorang
pembohong. Lihat biografinya dalam kitab: Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 1/126,
Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.60 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/123,
Miizaan Al-I'tidaal 1/415, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu
Hajar 2/181.
[3] Ali bin Al-Mukattib
ia adalah Ali bin ‘Abdah, Abu Al-Hasan At-Tamimiy. Ibnu ‘Adiy mengatakan:
Hadits-hadits yang ia riwayatkan terkadang mungkar dan terkadang hasil curian.
Ad-Daraquthniy mengatakan: Ia memalsukan hadits. Adz-Dzahabiy mengatakan: Ia seorang
pembohong. Lihat biografinya dalam kitab: Al-Majruhiin 2/155,
Al-Kaamil 5/216, Taariikh Bagdad karya Al-Khathib 13/465,
Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/196, Miizaan Al-I'tidaal 5/148, Al-Kasyful Hatsits Ibnu Al-A’jamiy
hal.185, Lisaan Al-Miizaan 5/515.
[4] Lihat
biografi " Al-Waliid bin Marwan "
dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 9/18, Adh-Dhu'afaa'
karya Ibnu Al-Jauziy 2/187, Miizaan Al-I'tidaal 7/141,
Lisaan Al-Miizaan 8/390.
[5] Lihat
biografi " Abu Ma’mar " dalam kitab: At-Taariikh
Al-Kabiir karya Al-Bukhariy 6/41, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 3/168,
Al-Jarh wa At-Ta'diil 6/82, Al-Majruhiin 2/170, Al-Kaamil 4/342, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/75,
Miizaan Al-I'tidaal 4/31, Al-Kasyful Hatsits hal.144, Lisaan
Al-Miizaan 4/393.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...