بسم الله الرحمن الرحيم
Beberapa tuntunan
yang hendaknya diamalkan ketika berada dalam masjid:
Menyimpan alas kaki di antara
kedua kaki jika tidak ada tempat khusus
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا صَلَّى
أَحَدُكُمْ فَلَا يَضَعْ نَعْلَيْهِ عَنْ يَمِينِهِ، وَلَا عَنْ يَسَارِهِ، فَتَكُونَ
عَنْ يَمِينِ غَيْرِهِ، إِلَّا أَنْ لَا يَكُونَ عَنْ يَسَارِهِ أَحَدٌ، وَلْيَضَعْهُمَا
بَيْنَ رِجْلَيْهِ»
"Apabila salah seorang di antara kalian
melaksanakan shalat, janganlah dia meletakkan sandalnya di sisi kanan atau
kirinya sehingga menjadi di sisi kanan orang lain, kecuali di sisi kirinya
tidak ada orang lain, dan hendaklah dia meletakkannya di antara kedua
kakinya." [Sunan Abi Daud: Sahih]
Dalam riwayat lain;
«إِذَا صَلَّى
أَحَدُكُمْ فَخَلَعَ نَعْلَيْهِ فَلَا يُؤْذِ بِهِمَا أَحَدًا، لِيَجْعَلْهُمَا بَيْنَ
رِجْلَيْهِ أَوْ لِيُصَلِّ فِيهِمَا» [سنن
أبي داود: صحيح]
"Apabila salah seorang di antara kalian
shalat dengan melepaskan kedua sandalnya, janganlah mengganggu orang lain
dengannya, hendaklah dia meletakkan kedua sandalnya di antara kedua kakinya
atau dia shalat dengan menggunakan keduanya." [Sunan Abi Daud: Sahih]
Boleh menaruhnya di samping kiri jika tidak ada
orang:
Abdullah bin As-Sa`ib radhiyallahu ‘anhu berkata:
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُصَلِّي يَوْمَ الْفَتْحِ وَوَضَعَ نَعْلَيْهِ عَنْ يَسَارِهِ [سنن أبي داود: صحيح]
Saya melihat Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam sedang melaksanakan shalat pada hari pembebasan kota Makkah,
sementara kedua sandalnya diletakkan di sisi kirinya. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Tidak lewat di depan orang shalat
Dari Abu Juhaim radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَوْ يَعْلَمُ
المَارُّ بَيْنَ يَدَيِ المُصَلِّي مَاذَا عَلَيْهِ، لَكَانَ أَنْ يَقِفَ أَرْبَعِينَ
خَيْرًا لَهُ مِنْ أَنْ يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ»
"Sekiranya orang yang lewat di depan orang
yang mengerjakan shalat mengetahui apa akibat yang akan ia tanggung, niscaya ia
berdiri selama empat puluh lebih baik baginya dari pada dia lewat di depan
orang yang sedang shalat."
Abu An Nadhr (perawi hadits) berkata: "Aku
tidak tahu yang dimaksud dengan jumlah 'empat puluh itu', apakah empat puluh
hari, atau bulan, atau tahun." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Tidak melangkahi leher orang
Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu berkata:
Seorang laki-laki melangkahi leher orang-orang pada hari Jum’at saat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam sedang khutbah, maka Nabi berkata kepadanya:
«اجْلِسْ فَقَدْ
آذَيْتَ» [سنن أبي داود:
صححه الألباني]
“Duduklah, engkau telah menyakiti”. [Sunan Abi
Daud: Sahih]
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma
berkata: Seorang laki-laki masuk masjid pada hari Jum’at saat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam khutbah, kemudian ia melangkahi orang-orang. Maka
Rasulullah bersabda:
«اجْلِسْ، فَقَدْ
آذَيْتَ وَآنَيْتَ» [سنن ابن ماجه:
صححه الألباني]
“Duduklah, engkau telah menyakiti dan engkau
telat datang”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Tidak memisahkan dua orang yang berdampingan dengan
duduk diantaranya tanpa izin
Dari Salman Al-Farisy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لاَ يَغْتَسِلُ
رَجُلٌ يَوْمَ الجُمُعَةِ، وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ، وَيَدَّهِنُ
مِنْ دُهْنِهِ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ، ثُمَّ يَخْرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ
بَيْنَ اثْنَيْنِ، ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ
الإِمَامُ، إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الجُمُعَةِ الأُخْرَى» [صحيح البخاري]
"Tidaklah seseorang mandi di hari Jum'at dan membersihkan apa yang bisa dibersihkan dari badannya,
dan memakai minyak rambut atau memakai parfum kemudian ke mesjid, tidak
memisahkan dua orang (yang berdampingan dengan duduk diantaranya tanpa izin),
kemudian ia shalat sunnah sebanyak yang ia bisa, kemudian diam ketika imam
sudah mulai khutbah, kecuali dosanya diampuni antara hari itu dengan Jum'at
berikutnya". [Sahih Bukhari]
Tidak menyuruh orang berdiri kemudian menduduki
tempatnya
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma;
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«لاَ يُقِيمُ
الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ ثُمَّ يَجْلِسُ فِيهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Janganlah seseorang menyuruh orang lain berdiri
dari tempat duduknya kemudian ia duduk di situ” [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu;
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«لَا يُقِيمَنَّ
أَحَدُكُمْ أَخَاهُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، ثُمَّ لْيُخَالِفْ إِلَى مَقْعَدِهِ، فَيَقْعُدَ
فِيهِ وَلَكِنْ يَقُولُ افْسَحُوا» [صحيح
مسلم]
“Janganlah seseorang dari kalian menyuruh saudaranya berdiri
pada hari Jum’at kemudian meninggalkan tempat duduknya lalu ia duduk di situ,
akan tetapi katakanlah: Berilah kelonggaran (untuk duduk)!” [Sahih Muslim]
Shalat tahiyatul Masjid ketika
sudah masuk
Dari Abu Qatadah bin Rib'iy Al-Anshariy radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا دَخَلَ
أَحَدُكُمُ المَسْجِدَ، فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ» [صحيح البخاري]
"Jika seseorang dari kalian masuk mesjid, maka janganlah ia
duduk sampai ia mendirikan shalat dua raka'at". [Sahih Bukhari]
Lihat: Shalat tahiyatul masjid
Tidak menganyam antara jari-jari sebelum shalat
Dari Ka'ab bin 'Ujrah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«إِذَا تَوَضَّأَ
أَحَدُكُمْ فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ، ثُمَّ خَرَجَ عَامِدًا إِلَى المَسْجِدِ فَلَا يُشَبِّكَنَّ
بَيْنَ أَصَابِعِهِ، فَإِنَّهُ فِي صَلَاةٍ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Jika salah seorang dari kalian berwudlu dan membaguskannya,
kemudian keluar menuju masjid, maka janganlah ia menganyam antara jari-jarinya
sebab ia dalam hitungan shalat." [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Adapun setelah shalat, maka dibolehkan:
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلاَتَيِ العَشِيِّ، فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ
سَلَّمَ، فَقَامَ إِلَى خَشَبَةٍ مَعْرُوضَةٍ فِي المَسْجِدِ، فَاتَّكَأَ عَلَيْهَا
كَأَنَّهُ غَضْبَانُ، وَوَضَعَ يَدَهُ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى، وَشَبَّكَ بَيْنَ
أَصَابِعِهِ، وَوَضَعَ خَدَّهُ الأَيْمَنَ عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ اليُسْرَى [صحيح البخاري]
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama kami
melaksanakan salah satu dari shalat yang berada di waktu malam. Beliau shalat
bersama kami dua rakaat kemudian salam, kemudian beliau mendatangi kayu yang
tergeletak di masjid. Beliau lalu berbaring pada kayu tersebut seolah sedang
marah dengan meletakkan lengan kanannya di atas lengan kirinya serta menganyam
jari jemarinya, sedangkan pipi kanannya diletakkan pada punggung telapak
tangan kiri. [Sahih Bukhari]
Tidak meninggalkan masjid setelah adzan kecuali
mendesak
Abu Asy-Sya'tsa' rahimahullah berkata: "Ketika kami tengah
duduk-duudk di masjid bersama Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dan ketika seorang muadzin mengumandangkan adzan,
seseorang berdiri meninggalkan masjid sambil berjalan. Abu Hurairah terus
mengawasinya hingga laki-laki keluar dari masjid. Abu Hurairah lalu
berkata:
«أَمَّا هَذَا،
فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» [صحيح مسلم]
"Orang ini telah membangkang kepada Abu Al-Qasim shallallahu
'alaihi wasallam." [Sahih Muslim]
Tidak shalat sunnah jika iqamah sudah dikumandangkan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda:
«إِذَا أُقِيمَتِ
الصَّلَاةُ فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الْمَكْتُوبَةُ» [صحيح مسلم]
"Jika iqamat telah dikumandangkan, maka tak ada shalat selain
shalat wajib." [Sahih Muslim]
Tidak melakukan jual beli di
masjid
Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma
berkata:
«أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الشِّرَاءِ وَالْبَيْعِ فِي الْمَسْجِدِ،
وَأَنْ تُنْشَدَ فِيهِ ضَالَّةٌ، وَأَنْ يُنْشَدَ فِيهِ شِعْرٌ، وَنَهَى عَنِ التَّحَلُّقِ
قَبْلَ الصَّلَاةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ» [سنن
أبي داود: حسنه الألباني]
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam melarang berjual beli di masjid, mencari sesuatu yang hilang,
mendendangkan syair dan mengadakan mengadakan pertemuan/pengajian (di masjid)
sebelum shalat Jum'at." [Sunan Abi Daud: Hasan]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِذَا
رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيعُ أَوْ يَبْتَاعُ فِي المَسْجِدِ، فَقُولُوا: لَا أَرْبَحَ اللَّهُ
تِجَارَتَكَ، وَإِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَنْشُدُ فِيهِ ضَالَّةً، فَقُولُوا: لَا رَدَّ
اللَّهُ عَلَيْكَ " [سنن
الترمذي: صححه الألباني]
"Jika kalian melihat orang menjual atau
membeli di dalam masjid, maka katakanlah; Semoga Allah tidak memberi
keuntungan kepada barang daganganmu. Jika kalian melihat orang yang
mengumumkan sesuatu yang hilang di dalamnya maka katakanlah; Semoga Allah
tidak mengembalikannya kepadamu." [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Adapun mendendangkan syair, maka boleh jika
kandungannya baik:
Sa'id bin Al Musayyab rahimahullah
berkata: Umar radhiyallahu ‘anhu berjalan di dalam masjid sedangkan
Hassan sedang bersya'ir lalu ('Umar mencelanya) maka Hassan radhiyallahu
‘anhu berkata:
كُنْتُ أُنْشِدُ فِيهِ، وَفِيهِ مَنْ هُوَ
خَيْرٌ مِنْكَ
"Aku pernah bersya'ir di masjid dan saat
itu ada orang yang lebih baik darimu (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam)". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Tidak mengumumkan barang yang
hilang
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ سَمِعَ
رَجُلًا يَنْشُدُ ضَالَّةً فِي الْمَسْجِدِ فَلْيَقُلْ لَا رَدَّهَا اللهُ عَلَيْكَ
فَإِنَّ الْمَسَاجِدَ لَمْ تُبْنَ لِهَذَا» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang mendengar seseorang mengumumkan barang hilang di
masjid, hendaklah dia mendoakan, 'Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu’,
karena masjid bukan dibangun untuk ini." [Sahih Muslim]
Boleh menagih hutang di mesjid
Dari Ka'b bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Bahwa ia pernah menagih hutang kepada Ibnu Abu
Hadrad di dalam Masjid hingga suara keduanya meninggi yang akhirnya didengar
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang berada di rumah.
Beliau kemudian keluar menemui keduanya sambil menyingkap kain gorden kamarnya,
beliau bersabda: "Wahai Ka'b!"
Ka'b bin Malik menjawab: "Wahai Rasulullah, aku penuhi
panggilanmu."
Beliau bersabda:
«ضَعْ مِنْ دَيْنِكَ
هَذَا»
"Bebaskanlah sebagian dari hutangmu ini."
Beliau lalu memberi isyarat untuk membebaskan setengahnya. Ka'b bin
Malik menjawab: "Sudah aku lakukan wahai Rasulullah."
Beliau lalu bersabda (kepada Ibnu Abu Hadrad):
«قُمْ فَاقْضِهِ»
"Sekarang bayarlah." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Tidak mengangkat suara tanpa ada
keperluan
As-Sa'ib bin Yazid rahimahullah berkata:
"Ketika aku berdiri di dalam masjid tiba-tiba ada seseorang melempar aku
dengan kerikil, dan ternyata setelah aku perhatikan orang itu adalah 'Umar bin
Al Khaththab. Dia berkata: "Pergi dan bawalah dua orang ini kepadaku."
Maka aku datang dengan membawa dua orang yang
dimaksud, Umar lalu bertanya: "Siapa kalian berdua?" Atau "Dari
mana asalnya kalian berdua?"
Keduanya menjawab: "Kami berasal dari
Tha'if"
'Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu pun
berkata:
«لَوْ كُنْتُمَا
مِنْ أَهْلِ البَلَدِ لَأَوْجَعْتُكُمَا، تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُمَا فِي مَسْجِدِ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» [صحيح البخاري]
"Sekiranya kalian dari penduduk sini maka
aku akan hukum kalian berdua! Sebab kalian telah meninggikan suara di Masjid
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." [Sahih Bukhari]
Tidak mengkhususkan suatu tempat
di masjid
Abdurrahman bin Syibl radhiyallahu ‘anhu berkata:
«نَهَى رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَقْرَةِ الْغُرَابِ، وَافْتِرَاشِ السَّبْعِ،
وَأَنْ يُوَطِّنَ الرَّجُلُ الْمَكَانَ فِي الْمَسْجِدِ كَمَا يُوَطِّنُ الْبَعِيرُ»
[سنن أبي داود: حسنه الألباني]
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
melarang (sujud dengan cepat) seperti burung gagak mematuk dan (menghamparkan
lengan ketika sujud) seperti binatang buas yang sedang membentangkan kakinya
dan melarang seseorang mengambil lokasi khusus di Masjid (untuk ibadahnya)
sebagaimana unta menempati tempat berderumnya." [Sunan Abi Daud: Hasan]
Bergeser dari tempat shalat
wajibnya jika ingin shalat sunnah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ
إِذَا صَلَّى أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ، أَوْ عَنْ يَمِينِهِ، أَوْ عَنْ شِمَالِهِ»
[سنن ابن ماجه: صحيح]
"Tidak mampukah salah seorang dari kalian
jika shalat untuk maju ke depan, atau ke belakang, atau ke kanan, atau ke kiri”.
Yakni dalam shalat sunnah. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Pindah tempat duduk jika mengantuk
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا نَعَسَ
أَحَدُكُمْ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ فَلْيَتَحَوَّلْ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ إِلَى غَيْرِهِ»
[سنن أبي داود: صحيح]
“Jika seseorang dari kalian mengantuk saat ia di
majid maka tukarlah tempat duduknya itu ke tempat yang lain” [Sunan Abi Daud:
Sahih]
Tidak membesarkan suara dengan
bacaan Al-Qur’an atau dzikir
Abu Sa'id radhiyallahu ‘anhu berkata:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf di Masjid, lalu
beliau menedengar mereka (para sahabat) mengeraskan bacaan (Al-Qur'an) mereka. Kemudian
beliau membuka tirai sambil bersabda:
«أَلَا إِنَّ
كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ، فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا، وَلَا يَرْفَعْ
بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Ketahuilah, sesungguhnya kalian semua tengah
berdialog dengan Rabb-nya, oleh karena itu janganlah sebagian yang satu
mengganggu sebagian yang lain dan jangan pula sebagian yang satu mengeraskan
terhadap sebagian yang lain di dalam membaca (Al-Qur'an atau dalam shalatnya)."
[Sunan Abi Daud: Sahih]
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu
‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf dan
berkhutbah kepada manusia, beliau katakan:
" أَمَا
إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَامَ فِي الصَّلَاةِ، فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ، فَلْيَعْلَمْ
أَحَدُكُمْ مَا يُنَاجِي رَبَّهُ، وَلَا يَجْهَرْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ بِالْقِرَاءَةِ
فِي الصَّلَاةِ " [مسند أحمد: صحيح]
"Ketahuilah, jika salah seorang dari kalian
melakukan shalat, sungguh ia sedang berkomunikasi dengan Rabb-nya. Maka,
hendaklah salah seorang dari kalian mengetahui apa yang ia panjatkan kepada
Allah dan janganlah sebagian kalian mengeraskan bacaannya di atas bacaan
sebagian yang lain dalam shalat." [Musnad Ahmad: Sahih]
Menghadiri majlis ilmu jika ada
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
« مَا اجْتَمَعَ
قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ
بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ
الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ » [صحيح
مسلم]
“Tidaklah
satu kaum berkumpul di salah satu "rumah Allah" (mesjid) membaca
kitabullah (Al-Qur'an) dan mempelajarinya di antara mereka kecuali Allah
menurunkan kepada mereka ketenangan dan mereka dinaungi dengan rahmat dan
malaikat mengerumungi mereka dan Allah menyebut mereka pada siapa yang ada di
sisi-Nya”. [Sahih Muslim]
Dari Abu Waqid Al Laitsiy radhiyallahu ‘anhu; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
ketika sedang duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga
orang. Yang dua orang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan
yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi shallallahu
'alaihi wasallam. Satu diantaranya melihat ada tempat kosong maka ia
mengisinya, sedang yang kedua duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga
berbalik pergi. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai
bermajelis, Beliau bersabda:
«أَلاَ أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ؟
أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَاسْتَحْيَا
فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ»
[صحيح البخاري ومسلم]
"Maukah
kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi?" Adapun seorang diantara
mereka, dia mendekat kepada Allah, maka Allah mendekat kepadanya. Yang kedua,
dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga
berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya". [Sahih Bukhari dan
Muslim]
Lihat: Keutamaan ilmu dan ulama
Boleh makan dan minum di masjid
Abdullah bin Al-Harits bin Juz` Az-Zubaidi radhiyallahu ‘anhu berkata:
«كُنَّا نَأْكُلُ
عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ الْخُبْزَ
وَاللَّحْمَ» [سنن ابن ماجه: صححه
الألباني]
"Pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kami
pernah makan roti dan daging di dalam masjid." [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Boleh tidur di masjid
Nafi' rahimahullah berkata: Telah
mengabarkan kepadaku 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu ‘anhuma:
«أَنَّهُ كَانَ
يَنَامُ وَهُوَ شَابٌّ أَعْزَبُ لاَ أَهْلَ لَهُ فِي مَسْجِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» [صحيح البخاري]
Bahwa ia pernah tidur di masjid Nabi shallallahu
'alaihi wasallam saat dia masih pemuda lajang dan belum punya
keluarga." [Sahih Bukhari]
Dari Abdullahh bin Zayd Al-Anshariy radhiyallahu
‘anhu;
أَنَّهُ رَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسْتَلْقِيًا فِي المَسْجِدِ، وَاضِعًا إِحْدَى رِجْلَيْهِ عَلَى
الأُخْرَى
Bahwa dia melihat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berbaring di dalam masjid dengan meletakkan satu kakinya
di atas kaki yang lain."
Dan Sa'id bin Al Musayyab berkata: "'Umar
dan 'Utsman juga melakukan hal serupa." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Boleh berbicara tentang urusan
dunia yang halal di masjid
Simak bin Harb rahimahullah berkata: Aku
berkata kepada Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu;
"Mungkin anda pernah duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam?
Dia menjawab:
نَعَمْ كَثِيرًا، كَانَ لَا يَقُومُ مِنْ
مُصَلَّاهُ الَّذِي يُصَلِّي فِيهِ الصُّبْحَ، أَوِ الْغَدَاةَ، حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ،
فَإِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ قَامَ، وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِي أَمْرِ
الْجَاهِلِيَّةِ، فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ [صحيح مسلم]
"Ya, dan itu banyak kesempatan, Beliau shallallahu
'alaihi wasallam tidak pernah beranjak dari tempat shalatnya ketika subuh
atau pagi hari hingga matahari terbit, jika matahari terbit, maka beliau
beranjak pergi. Para sahabat seringkali bercerita-cerita dan berkisah-kisah
semasa jahiliyahnya, lantas mereka pun tertawa, namun beliau hanya
tersenyum." [Sahih Muslim]
Tidak mengotori masjid
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: "Ketika
kami berada di masjid bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
tiba-tiba datanglah seorang Badui yang kemudian berdiri dan kencing di masjid.
Maka para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata:
'Cukup, cukup'." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lantas
bersabda:
«لَا تُزْرِمُوهُ
دَعُوهُ»
"Janganlah kalian menghentikan kencingnya,
biarkanlah dia hingga dia selesai kencing."
Maka sahabat membiarkannya sampai ia selesai
kencing. Kemudian Rasulullah memanggilnya seraya berkata kepadanya:
«إِنَّ هَذِهِ
الْمَسَاجِدَ لَا تَصْلُحُ لِشَيْءٍ مِنْ هَذَا الْبَوْلِ، وَلَا الْقَذَرِ إِنَّمَا
هِيَ لِذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ»
"Sesungguhnya masjid ini tidak layak dari
kencing ini dan tidak pula kotoran tersebut. Ia hanya untuk berdzikir kepada
Allah, shalat, dan membaca al-Qur'an, "
Lalu beliau memerintahkan seorang laki-laki dari
para sahabat (mengambil air), lalu dia membawa air satu ember dan mengguyurnya.
[Sahih Muslim]
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«البُزَاقُ فِي
المَسْجِدِ خَطِيئَةٌ وَكَفَّارَتُهَا دَفْنُهَا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Meludah di dalam Masjid adalah suatu dosa. Maka kafarahnya
(tebusannya) adalah menguburnya." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Boleh bermain permainan yang halal
di masjid selama tidak mengganggu orang lain beribadah
Aisyah radhiallahu 'anha berkata;
«رَأَيْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتُرُنِي بِرِدَائِهِ، وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى
الحَبَشَةِ يَلْعَبُونَ فِي المَسْجِدِ، حَتَّى أَكُونَ أَنَا الَّتِي أَسْأَمُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam menutupiku dengan pakaiannya, sementara aku melihat ke arah
orang-orang Habasyah yang sedang bermain di dalam Masjid sampai aku sendirilah
yang merasa puas. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!
Referensi:
المساجد مفهوم، وفضائل، وأحكام، وحقوق، وآداب في ضوء الكتاب
والسنة للدكتور سعيد القحطاني
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...